BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transesterifikasi
Transesterifikasi merupakan suatu reaksi organik dimana suatu
senyawa ester diubah menjadi senyawa ester lain melalui pertukaran gugus
alkohol dari ester dengan gugus alkil dari senyawa alkohol lain. Dalam
reaksi transesterifikasi, senyawa ester direaksikan dengan suatu alkohol
sehingga reaksi transesterifikasi juga disebut reaksi alkoholisis.[1]
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan, oleh
karena itu adanya katalis dapat mempercepat tercapainya keadaan
kesetimbangan dari reaksi. Sedangkan untuk memperoleh kelimpahan
yang besar dari senyawa ester produk, salah satu pereaksi yang digunakan
harus dalam jumlah berlebih. Katalis yang biasa digunakan dapat berupa
asam kuat atau basa kuat.
2.4 Katalis
Katalis merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju
reaksi tetapi tidak terkonsumsi oleh reaksi. Katalis digunakan secara luas
baik di alam, laboratorium dan industri. Katalis yang berada pada fase
yang sama (liquid) dengan reaktan disebut sebagai katalis homogen.
15
Sedangkan katalis yang berada pada fase yang berbeda dengan reaktannya
(dapat berupa padatan, cairan yang tidak dapat bercampur ataupun gas)
disebut sebagai katalis heterogen.[3]
Berikut macam-macam katalis yang digunakan untuk suatu reaksi:
a. Katalis Homogen
Katalis homogen terdiri atas dua jenis yaitu katalis asam homogen
dan katalis basa homogen. Katalis yang umum digunakan dalam reaksi
transesterifikasi yaitu KOH dan NaOH. Penggunaan katalis ini
menimbulkan masalah pada proses pemisahan produk reaksi sehingga
menghasilkan limbah pencucian dalam jumlah yang besar. Di samping
itu, katalis basa bekerja dengan baik pada batas asam lemak bebas
(ALB) < 0,5%. Jika bahan baku mengandung ALB tinggi, akan terjadi
reaksi antara katalis dengan asam lemak bebas membentuk sabun.
Katalis asam homogen yang digunakan dalam reaksi transesterifikasi
misalnya H2SO4, HCl, dan H3PO4. Akan tetapi penggunaan katalis ini
memerlukan waktu reaksi yang lama, menyebabkan korosi pada
reaktor yang digunakan, rasio molar alkohol dengan minyak harus
besar serta memerlukan suhu yang tinggi.
b. Katalis Heterogen
Katalis heterogen terdiri atas dua jenis yaitu katalis heterogen yang
bersifat asam dan katalis heterogen yang bersifat basa. Beberapa
katalis heterogen telah disintesis baik yang bersifat asam maupun basa.
Katalis basa heterogen yang paling umum digunakan adalah senyawa
oksida logam seperti logam alkali, alkali tanah sebagai katalis
transesterifikasi minyak nabati. Oksida logam alkali tanah (MgO, CaO,
SrO, dan BaO) dikenal sebagai oksida logam tunggal (single metal
oxides). Penelitian telah menggunakan CaO pada reaksi
transesterifikasi minyak bunga matahari dengan yield 98%.
Katalis basa heterogen juga dapat berupa pencampuran atau
pendopingan oksida logam untuk meningkatkan kebasaannya seperti
logam Na, Li, dan K yang didoping pada CaO, MgO dan BaO pada
reaksi tranesterifikasi minyak lobak dengan yield 96,7% dan oksida
campuran antara Na, Li, dan La2O3 untuk transesterifikasi minyak
kacang tanah menghasilkan metil ester asam lemak dengan yield>
99%.
Selain katalis basa heterogen, katalis asam heterogen juga telah
banyak digunakan untuk mengkatalisis reaksi transesterifikasi. Sintesis
asam polianilin sulfonat sebagai katalis transesterifikasi dan
esterifikasi menghasilkan biodiesel yang menunjukkan kereaktifan dan
kestabilan katalis yang tinggi. Katalis senyawa karbon dengan basis
16
sulfonat menjadi katalis yang paling diminati saat ini karena memiliki
gugus SO3H dengan kerangka karbon yang stabil sehingga mudah
dipisahkan dari sistem reaksi.
Katalis heterogen memiliki keuntungan dibandingkan dengan
katalis homogen yaitu: mudah dipisahkan dari produk reaksi, lebih
tahan terhadap asam lemak bebas yang terkandung di dalam bahan
baku tanpa melalui reaksi saponifikasi sehingga memungkinkan untuk
melakukan reaksi transesterifikasi dan esterifikasi sekaligus dengan
bahan baku yang mengandung kadar asam lemak bebas yang tinggi,
baik bahan baku yang berasal dari hewan maupun yang berasal dari
tumbuhan.
c. Katalis Enzim
Reaksi transesterifikasi secara enzimatis mencegah terbentuknya
sabun, reaksi terjadi pada pH netral, suhu reaksi yang lebih rendah
sehingga lebih bersifat ekonomis. Beberapa metode secara enzimatis
bertujuan untuk memecah ikatan kovalen, ikatan silang (cross linking)
dan enkapsulasi mikro. Lipase merupakan enzim yang paling banyak
digunakan pada reaksi transesterifikasi, karena harganya lebih murah
dibandingkan dengan enzim yang lain dan mampu mengkatalisis baik
reaksi hidrolisis maupun transesterifikasi trigliserida dalam kondisi
biasa untuk menghasilkan biodiesel.
Penggunaan katalis enzim dalam reaksi transesterifikasi memiliki
permasalahan yaitu selain harga enzim yang mahal juga adanya asam
lemak bebas pada bahan baku yang bereaksi dengan alkohol rantai
pendek (seperti metanol dan etanol) menyebabkan enzim terdenaturasi.
Gliserol sebagai salah satu produk reaksi, memberi efek negatif pada
enzim yang digunakan.
2.5 Biodiesel
Biodiesel merupakan salah satu jenis bahan bakar yang berasal dari
sumber energi terbarukan dari minyak tumbuhan yang dipercaya akan
menjadi bahan bakar yang digunakan pada alat transportasi untuk
menggantikan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi sehingga
menyebabkan banyaknya polusi udara. Biodiesel dapat dibuat dari minyak
murni tumbuhan, limbah minyak setelah pemakaian maupun minyak yang
berasal dari lemak hewan. Minyak tumbuhan dapat diklasifikasi menjadi
dua jenis yaitu edibel dan non edibel. Beberapa jenis minyak baik edibel
maupun non edibel seperti minyak bunga matahari, minyak kelapa sawit,
dan minyak kemiri telah ditransesterifikasi untuk menghasilkan
biodiesel.[4]
17
C O O
R+ R+ R+
O R C O R C O
R
O O
R" R"
O R"
O
R"
C O OH R+
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
23
1 gr NaOH Gelasbeker
41 ml Metanol
Diaduk dan dipanaskan
Corong Pemisah
Biodiesel Gliserol
Biodiesel Murni
3.2.1 Alat
24
a. Agitator 1 Buah
b. Alumunium Foil 1 Buah
c. Batang Pengaduk 1 Buah
d. Buret 1 Buah
e. Bulb 1 Buah
f. Corong 1 Buah
g. Corong Pemisah 1 Buah
h. Gelas Piala 500 ml 1 Buah
i. Gelas Piala 250 ml 1 Buah
j. Gelas Ukur 100 ml 1 Buah
k. Gelas Ukur 50 ml 1 Buah
l. Gelas Ukur 25 ml 1 Buah
m. Kaca Arloji 1 Buah
n. Labu Erlenmeyer 250 ml 2 Buah
o. Lumping Porselindan Mortar 1 Buah
p. Neraca Analitik 1 Buah
q. Pipet Tetes 1 Buah
r. Piknometer 1 Buah
s. Stopwatch 1 Buah
t. Spatula 1 Buah
u. Statif dan Klem 1 Buah
v. Termometer 1 Buah
w. Viskometer Ostwald 1 Buah
x. Water Bath 1 Buah
3.2.2 Bahan
A.Pembuatan biodiesel
Pada percobaan ini, yang dilakukan pertama kali menimbang 1,5 gram
NaOH yang telah dihaluskan dan di larutkan dengan 41 ml metanol dalam
gelas beker 250 ml selanjutnya mengaduk larutan hingga homogen di dalam
water bath dengan suhu 70C. Kemudian mencampurkan 200 ml minyak sayur
secara perlahan ke dalam larutan Natrium Metoksida yang telah homogen dan
melakukan pencampuran secara perlahan sambil melakukan pengadukan kira-
kira 200 rpm yang dipanaskan selama 45 menit. Setelah itu mendinginkan
larutan selama 10 menit dan memisahkan biodiesel dengan corong pisah
kemudian melakukan pengukuran volume serta pengujian mutu biodiesel yang
di dapat.
B.Pengujian Density
C.Pengujian Viskositas
Pada percobaan ini, yang dilakukan pertama kali menimbang 2-5 gram
metil ester, menambahkan larutan 50 ml metanol 95% netral dan 3 tetes
phenoftalein. Kemudian melakukan titrasi dengan NaOH 0.1 N sampai warna
merah muda dan mencatat banyaknya NaOH yang digunakan.
1 Keterangan :
1. Agitator
2
26
2. Gelas beker
3. Waterbath
BAB IV
Data
Densitas (gr/mL) 0,93
Bilangan Asam (mg KOH/gr biodiesel) 0,022
Viskositas Kinematik (cSt) 57,463
4.1 Pembahasan
Biodiesel yang secara umum didefinisikan sebagai ester monoalkil
dari tanaman dan lemak hewan merupakan bahan bakar alternatif yang
sangat potensial digunakan sebagai pengganti solar karena kemiripan
karakteristiknya, biodiesel diperoleh dari proses transesterifikasi.
berubah menjadi metil ester. Selain itu, proses pemisahan yang tidak
sempurna dan reaktan tidak terkonversi seluruhnya menyebabkan nilai
densitas dan viskositas percobaan tidak sesuai dengan literatur. Bilangan
asam yang diperoleh sangat kecil dibandingkan literatur karena minyak
yang digunakan adalah minyak baru sehingga asam minyak bebas yang
terkandung hanya sedikit dan proses pembuatan biodiesel dapat langsung
melalui reaksi transesterifikasi.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a) Diperoleh biodiesel dengan densitas sebesar 0,93 gr/ml ; viskositas
sebesar 57,463 dan Bilangan asam sebesar 0,022 mg KOH/g
biodiesel.
b) Pembuatan biodiesel berhasil namun tidak memenuhi SNI.
c) Perbedaan data hasil percobaan dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI) untuk biodiesel disebabkan oleh faktor pemanasan dan
pengadukan yang menyebabkan biodiesel tidak 100% murni.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :
a) Jumlah volume larutan yang dibutuhkan harus akurat.
b) Periksa kondisi alat sebelum melakukan percobaan.
c) Teliti dalam melakukan percobaan agar data hasil percobaan akurat.
33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Contoh Perhitungan
1. Densitas
M piknometer kosong = 17,3 gram
M piknometer + sampel = 40,6 gram
M sampel = (massa piknometer + sampel) (massa
piknometer kosong)
= 40,6 17,3
= 23,3
V sampel = 25 mL
sampel =
23,3
= 25
= 0,93 gram/mL
2. Viskositas
K = 1,438 mm2/s2
T1 = 37,22 s
T2 = 42,7 s
T rata-rata = 39,96 s
V kinematik =kxt
= 1,438 x 39,96
= 57,463 mm2/s
= 57,463 cSt
Keterangan :
1 mm2/s = 1 cSt
..
Bil. Asam = 10.
56,1.0,9.0,1
= 10.23,3
= 0,022 mg KOH/g Biodiesel
35
O O
H2C O C R1 H2C O C R1
O Na OH O
HC O C R2 + H3C O H HC O C R2 H3C O
O O
H2C O C R3 H2C O C R3
Trigliserida Metanol Katalis
O
H2C O
H2C O C R1
OCH3 O O
O + H O H C R1
HC O C R2 +
HC O C R2 OCH3
O
O
H2C O C R3
H2C O C R3
Digliserida
H2C O H2C O
O
O
HC O C R2 + H3C O + H O H
HC O C R2
O
O OCH3
H2C O C R3
H2C O C R3
H2C O H2C O
HC O + O C R2 HC O + H3C O
O O
H2C O C R3 OCH3
2 H2C O C R3
Monogliserida
36
H2 C O
H2C O
+ H O H HC O + O C R2
HC O
O OCH3
H 2C O 3
H2C O C R3
OCH3
H2C O H2C OH
Na
HC O + 3H O H
HC OH + OH
H 2C O H2 C OH
H2 C OH
O C R2
+ HC OH + NaOH
OCH3
3
H2C OH
Blangko Percobaan
Biodiesel
Data Praktikum