Anda di halaman 1dari 10

A.

Sifat Fisika dan Kimia Bahan Pembuat Sabun


1. Asam Lemak
Di dalam lemak ataupun minyak terdapat kandungan trigliserida dan asam
lemak dimanfaatkan dalam proses membuat sabun. Asam lemak memiliki
terdisosiasi sebagian dalam air yang merupakan asam lemah. Sedangkan
trigliserida ialah komponen utama dalam minyak dan lemak yang
berkombinasi berbagai jenis asam lemak dimana berikatan pada gugus gliserol
dinamakan asam lemak bebas.
Asam lemak memiliki rantai hidrokarbon dan gugus hidroksil yang
berikatan dengan gugus karboksil. Secara umum, asam lemak berfasa cair
atau padat dengan suhu 27°C. Panjangnya rantai karbon akan mudah beku dan
sukar larut. Asam lemak bisa direaksikan pada senyawa lain akan
terbentuknya persenyawaan lipida. Persentase komposisi kimia dari minyak
dan lemak yang umumnya digunakan dalam sabun diuraikan pada Tabel.1
sebagai berikut :
Tabel 1. Persentase Komposisi Kimia dari Minyak dan Lemak yang
Umumnya Digunakan dalam Sabun
Asam Lemak Coconut Oil Palm Kernel Oil Palm Staerin Tallow
Asam Kaprilat 5-9 3-5 - -
Asam Kaprat 6-10 3-7 - -
Asam Laurat 44-52 40-52 0,1-0,4 0,2
Asam Miristat 13-19 14-18 1,2-1,3 2-8
Asam Palmitat 8-11 7-9 52-58 24-37
Asam Stearat 1-3 1-3 4,8-5,3 14-19
Asam Oleat 5-8 11-19 27-32 40-45
Asam Linoleat 2 2 6,6-82 3-4
(Fauzi dkk, 2019)
2. Natrium Hidroksida (NaOH)
Senyawa alkali adalah garam-garam alkali terlarut dari logam alkali.
Alkali dimanfaatkan untuk zat kimia yang tergolong basa dan akan bereaksi
serta menetralisir asam. Alkali yang sering dimanfaatkan yaitu NaOH atau
KOH. NaOH sering dimanfaatkan pada proses membuat sabun padat
menghasilkan sifat yang sukar larut di air. NaOH dapat larut di air dan
mimiliki sifat basa kuat (Fauzi dkk, 2019). NaOH memiliki sifat fisika dan
kimia sebagai berikut:
a) Sifat Fisika
Rumus kimia : (NaOH)
Berat molekul : 40 gr/mol
Bentuk (1 atm, 30oC) : Padatan (Kristal)
Kelarutan dalam air : 111 g/100 ml (200C)
Kelarutan dalam gliserol : larut
Berat molekul : 40 gr/mol
Densitas, : 2,130 gr/cm3
Spesific gravity : 2,13
∆H°f kristal. : -426,73 kj/mol
Kapasitas panas : 80,3
Titik leleh pada 1 atm : 318,4 °C
Titik didih pada 1 atm : 139 °C
Temperatur kritis : 2546 °C
Tekanan kritis : 249,9977 atm
Volume kritis : 0,2 m3/kmol
b) Sifat Kimia
 Bereaksi dengan asam membentuk garam
 Bereaksi dengan Al2O3 membentuk AlO2- yang larut dalam air
 Bereaksi dengan halida (X) menghasilkan NaOX dan asam halida
 Bereaksi dengan ester membentuk garam dan senyawa alkohol
(Puspasari, 2018)
3. Air
Air merupakan zat kimia yang miliki rumus molekul H2O. Suatu molekul
air terdiri dari dua atom hidrogen dimana berikatan secara kovalen dengan satu
atom oksigen. Air memiliki tidak berasa, berwarna ataupun berbau pada
kondisi standar dimana tekanan dan suhunya yaitu 100 kPa (1 bar) dan 273,15
K (0°C) (Fauzi dkk, 2019). Secara detail sifat fisika dan kimia air adalah
sebagai berikut :
a) Sifat fisika:
Berat Molekul : 18 gr/ mol
Titik Beku pada 1 atm : 0 ᴼC
Titik Didih Normal 1 atm : 100 ᴼC
Densitas pada 30ᴼC : 995,68 kg/m3
Viskositas pada 30ᴼC dan 1 atm : 8,949 mP
∆H°f , (25ᴼC) : -57,8 kkal/mol
∆HVL (100ᴼC) : 9,717 kkal/mol
Wujud (1 atm, 30oC) : Cair
b) Sifat kimia:
 Bereaksi dengan karbon menghasilkan metana, hidrogen, karbon
dioksida, monoksida membentuk gas sintetis (dalam proses
gasifikasi batubara)
 Bereaksi dengan kalsium, magnesium, natrium dan logam – logam
reaktif lain membebaskan H2

 Air dapat mengoksidasi logam


 Bereaksi dengan trigliserida (minyak/lemak) menghasilkan asam
lemak dan gliserol (reaksi hidrolisis trigliserida)
 Air dapat berfungsi sebagai media reaksi dan atau katalis, misalnya
dalam reaksi substitusi garam – garam padat dan perkaratan
permukaan logam – logam
(Puspasari, 2018)
4. Zat Aditif
Zat aditif yang paling umum ditambahkan dalam proses pembuatan sabun
adalah pewangi, pewarna, dan garam (NaCl). Pewangi ialah suatu zat bahan
bila dicampurkan pada produk sabun seperti sabun wajah dan sabun badan
yang bertujuan untuk menutupi bau yang tidak enak. Jumlah umum yang
diperlukan sekitar 0,05% hingga 2% untuk campuran sabun. Pewarna
digunakan untuk membuat produk agar lebih menarik. NaCl merupakan
sebagai kunci dalam proses membuat sabun dimana bila digunakan dengan
banyak akan menghasilkan tekstur sabun yang keras dan NaCl berbentuk
padatan atau air garam (brine) digunakan sebagai memisahkan gliserin dalam
sabun. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena
kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus
murni dari kalsium, besi, dan magnesium supaya mendapatkan sabun yang
memiliki kualitas bagus (Fauzi dkk, 2019).
a. Natrium Klorida (NaCl)
- Sifat fisika:
Bentuk (1 atm, 30oC) : Padat
Warna : Putih Kristal
Berat Molekul : 58,44 gr/mol
Kemurnian : minimal 99 % (w/w)
Impuritas maksimal 1% berat air
Titik didih : 1.412,778°C pada 1 atm
Titik lebur : 801,1111°C pada 1 atm
Densitas : 2,16 g/cm³ (25°C)
Viskositas : 1.93 mPa s
Rasa : Asin
(Puspasari, 2018)
- Sifat Kimia
1. NaCl dapat diperoleh dari reaksi NaOH dan HCl sehingga pH nya netral
2. Ikatan ionik kuat (Na+) dan (Cl-) selisih elektronegatifnya lebih dari 2
3. Larutannya merupakan elektrolit kuat karena terionisasi sempurna pada
air
(Rahmawati, 2010)
b. Parfum
- Sifat fisika
Fase : cair

Warna : Kuning bening

Kemurnian : minimal 95 % (w/w)

Impuritas : maksimal 5% berat air

Wujud (1 atm, 30oC) : Cair


(Puspasari, 2018)
- Sifat Kimia
 Mudah menguap dengan aroma yang khas
 Larut dalam air dan pelarut organik lainnya
(Puspasari, 2018)
c. Filler Inert (Natrium Sulfat)
- Sifat fisika
Rumus molekul : Na2SO4
Berat molekul : 142 gr/mol
Specific gravity, 25°C : 2,7
Titil leleh : 884°C
Wujud (1 atm, 30OC) : Padatan Kristal Putih
(Puspasari, 2018)
- Sifat Kimia
 Stabil secara kimiawi disuhu kamar
 Beresiko meledak dan melebur dengan Aluminium
(MerckMillicore, 2021)
5. Gliserin Monostearat (GMS)
Gliserin adalah campuran dari asam stearat dengan gliserol dimana
menghasilkan zat digunakan sebagai bahan pengemulsi alami. Selain
digunakan sebagai bahan aditif dalam makanan, gliserin juga dimanfaatkan
pada produk kosmetik dan sabun. Gliserin yang digunakan memperoleh
emulsi yang stabil dengan tidak meninggalkan bekas licin (Fauzi dkk, 2019)
6. Surfaktan
Bahan ini mampu untuk mengangkat kotoran. Sabun menghasilkan busa
berasal dari bahan surfaktan. Bahan surfaktan yang umum dipakai adalah
Emal 20 C, Emal TD, Texhapon, dan sebagainya (Fauzi dkk, 2019)
a. EDTA
EDTA Merupakan surface active agent yang mengandung gugus
hidrofilik dan lipofilik dalam satu molekul yang sama. Secara umum
kegunaan surfaktan adalah untuk menghasilkan busa sabun lebih banyak
dan menurunkan tegangan permukaan, tegangan antarmuka,
meningkatkan kestabilan partikel yang terdispersi dan mengontrol jenis
formasi emulsi yaitu misalnya oil in water (O/W) atau water in oil
(W/O).
a. Sifat Fisika
Berat molekul : 118 gr/mol
Titik lebur pada 1 atm : 220°C
Titik didih pada 1 atm : 117°C
Densitas : 0,919 gr/cm3
Wujud (1 atm, 30 ) : White Powder

b. Sifat Kimia
 Bersifat sebagai antioksidan, mencegah oksidasi berkataliskan
ion logam
 Larut dalam air
(Puspasari, 2018)
B. Uji Karakteristik Mutu Sabun
Sabun yang tersebar di pasaran bila mendapatkan kualitas yang baik sesuai
ditetapkan Badan Standarisasi Nasional (BSN). Syarat mutu dibuat agar dapat
menggunakan produk yang memiliki mutu yang baik dan tidak dirugikan. Sifat-
sifat mutu yang paling penting pada sabun adalah total asam lemak, asam lemak
bebas[ dan alkali bebas. Syarat mutu sabun padat dan sabun cair menurut SNI 06-
3532-1994 dapat diuraikan dalam Tabel.2 sebagai berikut :
Tabel 2. Syarat Mutu Sabun Padat dan Cair
No. Uraian Sabun Padat Sabun Cair
1 Asam Lemak bebas (%) < 2,5 < 2,5
2 Alkali bebas (%)
Dihitung sebagai NaOH Maks 0,1 Maks 0,1
Dihitung sebagai KOH Maks 0,4 Maks 0,4
3 Kadar Air (%) Maks 15 Maks 15
(Fauzi dkk, 2019)
a. Penentuan kadar asam lemak bebas
Pengujian jumlah asam lemak menggunakan metode titrasi dengan rumus
sebagai berikut :

Kadar asam lemak bebas = 100%

Keterangan:
mL NaOH : Volume titran NaOH
N NaOH : Normalitas larutan NaOH
BE NaOH : Berat ekivalen NaOH
(Surilayani dkk, 2019)
b. Penentuan kadar air
Penentuan berat air dihitung secara gravimetri berdasarkan selisih berat
contoh sebelum dan sesudah contoh dikeringkan (BSN 2015) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Kadar air =

Keterangan:
A : berat cawan kosong (g)
B : berat cawan dan contoh awal (g)
C : berat cawan dan contoh kering (g)
(Surilayani dkk, 2019)
c. Penentuan lemak tak tersabunkan
Pengujian jumlah asam lemak dilakukan berdasarkan BSN (2009), dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Lemak tidak tersabunkan = (b1 – – b2)

Keterangan :
b0 = bobot contoh uji (g)
b1 = bobot hasil ekstrak pertama (g)
b2 = bobot hasil ekstrak kedua (g)
M = rata – rata relatif bobot molar dari asam lemak dalam sabun
V = volume larutan standar KOH 0,1 N yang digunakan dalam penentuan
keasaman pada ekstraksi pertama (ml)
(Khulafaurrasidin, 2018)
d. Analisis sensori
Analisis sensori pada produk sabun dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesukaan konsumen terhadap transparansi dan kesan pada kulit setelah
pemakaian sabun. Analisis ini dievaluasi oleh panelis tidak terlatih sebanyak
30 orang dengan cara melakukan cuci tangan dengan sediaan sabun. Skala
penilaian yang diberikan yaitu 1-5 dimana (1) tidak suka, (2) agak tidak
suka, (3) biasa, (4) agak suka dan (5) suka. Pemilihan kuisioner analisis
sensori mengacu pada penelitian Purnamawati (2006) (Surilayani dkk, 2019).
e. Analisis Data pada Analisis Sensori
Hasil pengujian mutu sabun yang diperoleh kemudian dilakukan
perbandingan dengan BSN (2016) untuk mengetahui mutu sabun padat
transparan, dan dilakuan analisis sensori untuk mengetahui respon panelis
terhadap sabun yang dihasilkan (Surilayani dkk, 2019).

Daftar Pustaka
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2009. Lemak Kakao. SNI 3748:2009. Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2015. Pengujian Kadar Air pada Produk
Perikanan. SNI 3254.2:2015. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2016. Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-
3532-2016. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Fauzi, I. G., Indri, N. S., Miranda, P. D. G dan Rendi. A. 2019. Industri Sabun. URL
DOI :10.31227/osf.io/etbhx. Diakses pada tanggal 2 April 2021.

Khulafaurrasidin. 2018. Uji Kualitas Sabun. https://eprints.uny.ac.id/56728/1/


ARTIKEL.pdf. Diakses pada tanggal 3 April 2021.
MerckMillicore. 2021. Material Safety Data Sheet Sodium Sulfate (Natrium Sulfat)
Anhidrat. https://www.merckmillipore.com/Web-TR-Site/tr_TR/-/USD/ShowDocu-
ment-File?ProductSKU=MDA_CHEM-106647&DocumentType=MSD&DocumentId
= 106647 SDS_ID_ID.PDF&DocumentUID=367385&Language=ID&Country=ID&
Origin=null. Diakses pada tanggal 3 April 2021.
Puspasari, N. A. D. 2018. Perancangan Pabrik Sabun Padat dari Refined Bleached
Deodorized Palm Stearin (RBDPS) Kapasitas 53.000 Ton per Tahun. URL :
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/13259/05.%202%20bab
%202.pdf?sequence=6&isAllowed=y. Diakses pada tanggal 2 April 2021.
Rahmawati, A. 2010. Sodium Klorat dari Sodium Klorida dengan Proses Huron
Kapasitas 7.150 Ton per Tahun. URL : https://core.ac.uk/
download/pdf/148578101.pdf. Diakses pada tanggal 3 April 2021.
Surilayani, D., Enis, S. dan Ririn I. 2019. Karakteristik Mutu Sabun Padat Transparan
Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) dengan Perbedaan Konsentrasi Gliserin.
Jurnal Perikanan dan Kelautan. 9 (1): 72-73.

Anda mungkin juga menyukai