Anda di halaman 1dari 31

Laporan Sementara

Laboratorium Dasar

DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA PELARUT


YANG TIDAK BERCAMPUR

Disusun oleh:

Kelompok B-3

Nisa Amara 2004103010064


Dewi Anzani 2004103010025
Halimatussakdiah 2004103010027

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2021
BAB I
DATA PENGAMATAN

Tabel 1.1 Volume NaOH pada titrasi Asam Asetat sebelum Penambahan
Kloroform dengan Konsentrasi NaOH 0,7 N
Konsentrasi Volume Titrasi (mL)
Asam Asetat Volume Rata-
I II III
(N) rata (mL)
1,75 10 9,5 9,8 9,77
1,5 8,3 8,5 8,2 8,3
1,25 6,5 5,7 6,9 6,367
1 4,5 3,9 4,1 4,167

Tabel 1.2 Volume NaOH pada Titrasi Asam Asetat setelah Penambahan
Kloroform pada Suhu 18 ̊℃
Konsentrasi Volume Titrasi (mL)
Asam Asetat Volume Rata-
I II III
(N) rata (mL)
1,75 6,9 6,6 6,7 6,733
1,5 5,5 5,6 5,9 5,667
1,25 3,8 3,7 3,8 3,767
1 2,3 2,2 2,3 2,267

Tabel 1.3 Volume NaOH pada Titrasi Asam Asetat setelah Penambahan
Kloroform pada Suhu 28 ℃
Konsentrasi Volume Titrasi (mL)
Asam Asetat Volume Rata-
I II III
(N) rata (mL)
1,75 7,3 7,4 7,5 7,4
1,5 5,8 5,7 5,7 5,733
1,25 4,4 4,3 4,5 4,4
1 2,8 2,7 2,8 2,767
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil Pengolahan Data


Tabel 2.1 Konsentrasi asam asetat yang sesungguhnya sebelum ditambahkan
kloroform
Volume rata-rata titrasi
Konsentrasi asam asetat (N) Cawal (N)
(mL)
1,75 9,77 2,279
1,5 8,3 1,94
1,25 6,367 1,485
1 4,167 0,972

Tabel 2.2 Konsentrasi asam asetat setelah penambahan kloroform dan konsentrasi
asam asetat di dalam air dan kloroform pada suhu 18℃
Volume rata-rata
Cawal (N) Cair (N) Ckloroform (N)
titrasi (mL)
2,279 6,733 1,571 0,708
1,94 5,667 1,322 0,622
1,485 3,767 0,878 0,607
0,972 2,267 0,528 0,444

Tabel 2.3 Konsentrasi asam asetat setelah penambahan kloroform dan konsentrasi
asam asetat di dalam kloroform pada suhu 28℃
Volume rata-rata
Cawal (N) Cair (N) Ckloroform (N)
titrasi (mL)
2,279 7,4 1,726 0,553
1,94 5,733 1,338 0,606
1,485 4,4 1,027 0,458
0,972 2,767 0,645 0,327
Tabel 2.4 Nilai koefisien distribusi (K) dan derajat disosiasi (α) pada suhu 18℃

Cawal (N) Cair (N) Ckloroform (N) K α


2,279 1,571 0,708 0,450 0,310
1,94 1,322 0,622 0,470 0,319
1,485 0,878 0,607 0,691 0,408
0,972 0,528 0,444 0,840 0,456

Tabel 2.5 Nilai koefisien distribusi (K) dan derajat disosiasi (α) pada suhu 28℃

Cawal (N) Cair (N) Ckloroform (N) K α


2,279 1,726 0,553 0,320 0,242
1,94 1,338 0,606 0,452 0,311
1,485 1,027 0,458 0,445 0,308
0,972 0,645 0,327 0,506 0,336

2.2 Pembahasan
Larutan adalah suatu campuran zat-zat terlarut dan pelarut yang
komposisinya merata atau serba sama atau homogen. Suatu larutan biasanya
terdiri atas suatu zat yang terlarut satu atau lebih dalam pelarut. Umumnya suatu
larutan terdiri atas satu jenis zat terlarut dan satu pelarut. Pada larutan terdapat
istilah solven (pelarut) dan solute (zat yang terlarut). Solven adalah komponen
yang secara fisik tidak berubah ketika larutan terbentuk, sedangkan solut sebagai
komponen yang akan larut dalam pelarut (Rusman, 2018).
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat terlarut (solute) untuk dapat
larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Semakin tinggi perlakuan
suhu yang diberikan dan semakin banyak penambahan konsentrasi yang diberikan
maka kelarutan yang diperoleh akan semakin tinggi juga. Dengan meningkatnya
suhu maka akan terjadi penurunan waktu terlarutnya bahan (Mardawati dkk.,
2018)
Dzakwan dan Priyanto (2019) mengatakan penambahan jenis pelarut
tertentu dapat mempengaruhi kelarutan dari suatu zat. Kelarutan suatu zat sangat
dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar akan melarutkan zat-zat polar dan
ionik, begitu pula sebaliknya. Kelarutan zat juga tergantung pada struktur zat
seperti perbandingan gugus polar dan non polar suatu molekul. Adakalanya suatu
zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan dengan pelarut
tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-solvency sedangkan bahan
pelarut di dalam pelarut campur yang mampu meningkatkan kelarutan zat disebut
co-solvent.
Ekstraksi merupakan slah satu cara untuk mengisolasi suatu bahan dari
suatu senyawa. Dalam suatu proses ekstraksi, penggunaan pelarut yang berbeda
akan menghasilkan hasil ekstraksi yang berbeda. Suatu senyawa yang memiliki
tingkat polaritas yang tinggi dapat larut dalam pelarut yang polaritasnya tinggi
seperti metanol, air, dan etanol. Sedangkan jika senyawa yang memiliki polaritas
yang tinggi jika dilarutkan dalampelarut non-polar seperti kloroform, aseton, dan
diklorometana maka akan menghasilkan hasil ekstraksi yang lebih sedikit (Truong
dkk., 2019).
Persamaan distribusi nerst akan berlaku jika ada zar terlarut yang terlarut
dalam keadaan normal atau bentuk molekul yang sama dalam pelarut yang tidak
bercampur. Hukum distribusi nerst dapat dinyatakan sebagai zat terlarut yang
terlepas dari jumlahnya. Kemudian mendistribusikan dirinya sendiri diantara dua
pelarut yang tidak bercampur sehingga untuk mencapai keseimbangan, rasio
konsentrasi zat terlarut yang diamati dalam dua lapisan yang tidak bercampur
tetap konstan pada suhu tertentu (Jadhav, 2020).
Pada praktikum ini, digunakan asam asetat sebagai zat terlarut. Larutan
asam asetat yang digunakan dibuat dalam konsentrasi yang bervariasi yaitu 1,75
N; 1,5 N; 1,25 N; dan 1N Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari
konsentrasi dalam distribusi asam asetat serta untuk mengetahui perbedaan solute
yang terdistibusi dari setiap konsentrasi yang ada. Oleh karena itu, dilakukan
titrasi asam basa dengan menggunakan larutan indikator untuk menentukan
konsentrasi asam asetat yang terdistribusi ke dalam pelarut.
Larutan asam asetat untuk masing-masing konsentrasi diambil 10 mL dan
dicampurkan dengan larutan kloroform sebanyak 10 mL di dalam corong
pemisah. Kemudian dikocok hingga homogen dan dibiarkan hingga terjadi
kesetimbangan dan terbentuk dua buah fasa antara air dan kloroform, kemudian
dipisahkan kloroform pada corong pemisah yang berada pada bagian bawah dari
campuran. Sisa dari campuran pada corong pemisah merupakan campuran asam
asetat dan air yang kemudian diambil sebenyak 3 mL untuk dilakukan titrasi
dengan larutan standar NaOH 0,7 N.

2.2.1 Pengaruh Konsentrasi terhadap Distribusi Asam Asetat


Konsentrasi asam asetat yang terdistribusi dari air kedalam kloroform
dapat ditentukan dari pengurangan harga konsentrasi asam asetat sebelum
dicampurkan oleh kloroform dengan harga konsentrasi asam asetat setelah
dicampurkan oleh kloroform atau bisa ditulis dengan persamaan C kloroform= C awal -
C akhir. Cawal merupakan konsnetrasi asam asetat yang sesungguhnya dan Cakhir
merupakan konsentrasi asam asetat yang telah terdisitribusi ke dalam air.
Pengaruh konsentrasi terhadap distribusi zat terlarut pada suhu 180C dan suhu
280C dapat dilihat pada Gambar 2.1
2
1.8
Konsentrasi Asam A setat

1.6
1.4
1.2
terdistribusi (N)

Konsentrasi Asam Asetat


1 Terdistribusi dalam Air,
0.8 t=18 ̊C
Konsentrasi Asam Asetat
0.6 Terdistribusi dalam Air,
0.4 t=28 ̊C
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2
Konsentrasi (N)

Gambar 2.1 Hubungan konsentrasi asam asetat dengan konsentrasi asam asetat
yang terdistribusi pada suhu 18℃ dan 28℃.

Berdasarkan gambar 2.1 menunjukan bahwa hubungan antara konsentrasi


asam asetat yang terdistribusi kedalam air pada suhu 18oC dan 28oC. Pada
percobaan yang dilakukan nilai konsentrasi sesungguhnya adalah 1,75; 1,5; 1,25
dan 1 N. maka diperoleh nilai konsentrasi asama setat yang terdistribusi dalam air,
pada suhu 18oC adalah 1,571 N; 1,322 N; 0,878 N dan 0,528 N. Sedangkan pada
suhu 28oC adalah 1,726 N; 1,338 N; 1,027 N dan 0,645 N. Konsentrasi asam
asetat yang terdistribusi kedalam air mengalami peningkatan baik pada suhu 18oC
maupun pada suhu 28oC. Pengaruh konsentrasi terhadap distribusi asam asetat ke
dalam kloroform pada suhu 18℃ dan 28oC dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Konsentrasi Asam A setat terdistribusi (N)
0.800
0.700
0.600
0.500
Konsentrasi Asam Asetat
0.400 Terdistribusi dalam
Kloroform, t=18 ̊C
0.300
Konsentrasi Asam Asetat
0.200 Terdistribusi dalam
Kloroform, t=28 ̊C
0.100
0.000
0 0.5 1 1.5 2
Konsentrasi (N)

Gambar 2.2 Hubungan konsentrasi asam asetat dengan konsentrasi asam asetat
yang terdistribusi ke dalam kloroform pada suhu18℃ dan suhu
28℃.

Berdasarkan gambar 2.2 menunjukan bahwa hubungan antara konsentrasi


asam asetat yang terdistribusi ke dalam kloroform pada suhu 18oC dan 28oC. Pada
percobaan yang dilakukan diperoleh nilai konsentrasi asam asetat yang
terdistribusi dalam kloroform, pada suhu 18oC adalah 0,708; 0,622; 0,607 dan
0,444 N. Sedangkan pada suhu 28oC adalah 0,553; 0,606; 0,458 dan 0,327 N.
Dengan variabel konsentrasi asam asetat 1,75; 1,5; 1,25 dan 1 N.
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwasanya pada suhu 18ºC dan
28ºC, asam asetat yang terdistribusi lebih banyak larut dalam pelarut air
dibandingkan dengan kloroform. Asam asetat yang bersifat semi polar akan lebih
banyak terlarut pada pelarut polar yaitu air atau H2O dibandingkan pelarut non
polar yaitu kloroform atau CHCl3. Pelarut organik berdasarkan konstanta
dielektriknya dapat dibedakan menjadi dua yaitu pelarut polar dan non polar.
Konstanta dielektrik dinyatakan sebagai gaya tolak menolak antara dua pertikel
yang bermuatan listrik dalam suatu molekul. Semakin tinggi konstanta
dielektriknya maka pelarut bersifat semakin polar (Verdiana dkk., 2018). Dari
hasil yang telah diperoleh diketahui pula bahwa kelarutan konsentrasi asam asetat
yang terdistribusi dalam pelarut pada suhu 28 ̊C lebih tinggi dibandingkan pada
suhu 18 ̊C, sehingga suhu dapat dikatakan berpengaruh pada distribusi zat terlarut,
dimana semakin besar suhu pelarut maka kelarutannya juga akan semakin besar
pada zat terlarut tersebut (Masud dan Puspitasari, 2017).

2.2.2 Pengaruh Konsentrasi terhadap Koefisien Distribusi


Pada larutan yang tidak bercampur ditentukan oleh Hukum Nernst. Hukum
ini menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang konstan, senyawa-senyawa
akan terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang tidak
saling bercampur. Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam
dua fasa disebut koefisien distribusi (Kd) atau bisa disebut koefisisen partisi
(Leba, 2017). Hubungan antara konsentrasi dan koefisien distribusi dapat dilihat
pada Gambar 2.3 berikut
0.900
0.800
0.700
Koefisien D istribusi

0.600
0.500
Koefisien Distribusi, t=18 C
̊
0.400
0.300 Koefisien Distribusi, t=28
̊C
0.200
0.100
0.000
0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8
Konsentrasi (N)

Gambar 2.3 Hubungan konsentrasi asam asetat dengan koefisien distribusi.

Berdasarkan Gambar 2.3 dapat dilihat hubungan konsentrasi asam asetat


dengan nilai koefisien distribusi pada suhu 18◦C dan 28◦C. Pada suhu 18◦C
didapatkan nilai koefisien distribusi pada konsentrasi 1,75; 1,5; 1,25; dan 1 N
sebesar 0,450; 0,470; 0,691; dan 0,840. Sementara pada suhu 28 ◦C didapatkan
nilainya sebesar 0,320; 0,452; 0,445 dan 0,506.
Berdasarkan teori menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi maka
ikatan antar partikel dalam pelarut akan semakin besar, sehingga menyebabkan
partikel yang ada pada zat terlarut akan sulit terdistribusi ke pelarut lainnya
(Keenan dan Charles, 1992). Namun, pada suhu 28◦C nilai koefisien distribusi
yang didapatkan pada konsentrasi 1,5 sampai dengan 1,25 nilai koefisien
distribusi menurun. Dalam hal ini ditunjukkan bahwa hasil dari percobaan masih
belum sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan dalam
melakukan percobaan atau human error dimana praktikan kurang fasih dalam
melakukan perhitungan data, sehingga hasil perhitungan yang diberikan tidak
sesuai teori (Dirgantoro dkk., 2019).

2.2.3 Pengaruh Konsentrasi terhadap Derajat Disosiasi


Penguraian senyawa menjadi bentuk yang lebih sederhana disebut dengan
reaksi disosiasi. Reaksi disosiasi mengandung suatu pereaksi sedangkan hasil
reaksinya dapat berupa satu atau lebih unsur. Derajat disosiasi adalah perbandigan
jumlah zat yang terurai terhadap jumlah zat sebelum terurai (mula – mula).
Hubungan antara konsentrasi asam asetat dengan derajat disosiasi dapat dilihat
pada Gambar 2.4 sebagai berikut:
0.500
0.450
0.400
D erajat D isosiasi

0.350
0.300
0.250 Derajat
0.200 Disosiasi , t=18˚C
Derajat
0.150 Disosiasi , t=28˚C
0.100
0.050
0.000
0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8
Konsentrasi (N)

Gambar 2.4 Hubungan antara konsentrasi asam asetat dengan derajat disosiasi.

Berdasarkan Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa nilai derajat disosiasi suatu
zat terlarut semakin menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi asam
asetat. Pada suhu 18oC nilai derajat disosiasi pada konsentrasi zat terlarut 1,75 N;
1,5 N, 1,25 N; dan 1 N secara berturut-turut yaitu 0,310; 0,319; 0,408; dan 0,456.
Sedangkan pada suhu 28oC, nilai derajat disosiasi dengan konsentrasi zat terlarut
yang sama secara berturut-turut yaitu 0,242; 0,311; 0308; dan 0,336.
Penurunan derajat disosiasi terhadap semakin banyknya konsentrasi zat ini
disebakan karena zat terlarut yang terurai semakin banyak. Hal ini sesuai dengn
teori penentuan nilai derajat disosiasi bahwa jika harga konsentrasi zat mula-mula
besar maka derajat disosiasinya akan kecil. Derajat disosiasi dapat dihitung
dengan membangdingkan anatara mol zat terurai dengn mol zat mula-mula. Jika
suatu senyawa itu memiliki derajat disosiasi sama dengan 1, maka senyawa
tersebut terionisasi secara sempurna. Sedangkan jika nilai derajat disosiaasi nya
sama dengan nol berarti senyawa tersebut tidak dapat terionisasi. Pada senyawa
yang memiliki derajat ionisasi kecil menandakan bahwa senyawa tersebut lebih
bersifat isolator (Usu dkk., 2019).

2.2.4 Hubungan antara log Cair dan log Ckloroform


Salah satu dari tujuan praktikum kali ini yaitu untuk menentukan konstanta
kesetimbangan. Untuk didapatkannya nilai konstanta kesetimbangan yang dicari
maka harus dicari dulu nilai log Cair dan log Ckloroform sehingga akan
didapatkannya persamaan liniear. Untuk harga n akan menggunakan slope dan

n
harga sebagai interserp sehingga nilai K dapat ditentukan. Adapun hubungan
k
antara log Cair dan log Ckloroform dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut
0
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
-0.1
Log C Kloroform

f(x) = 0.39 x − 0.23


R² = 0.91 -0.2
f(x) = 0.6 x − 0.35
R² = 0.86 t=18˚C
-0.3 Linear (t=18˚C)
t=28˚C
-0.4 Linear (t=28˚C)

-0.5

-0.6
Log C Air

Gambar 2.5 Hubungan antara log Cair terhadap log Ckloroform pada suhu 18oC dan
28oC.

Berdasarkan Gambar 2.5 dapat dilihat bahwa semakin kecil log


konsentrasi asam asetat yang terdistribusi dalam air, maka semakin kecil pula log
konsentrasi asam asetat yang terdistribusi di dalam kloroform. Berdasarkan grafik
yang diperoleh, pada suhu 18oC didapatkan persamaan yang memenuhi y =
0,389x – 0,2298 sehingga didapatkan nilai R2 sebesar 0,9092. Sedangkan, pada
suhu 28oC didapatkan persamaan yang memenuhi y = 0,5997x - 0,3525 dan
didapat nilai R2 sebesar 0,8552.
Dari persamaan diatas, maka dapat ditentukan nilai konstanta
kesetimbangan (K), dimana pada suhu 18oC didapat nilai konstanta
kesetimbangan sebesar0,660312626 dan pada suhu 28oC diperoleh nilai konstanta
kesetimbangan sebesar1,350311756. Adanya perbedaan harga K pada suhu yang
berbeda merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sistem kesetimbangan
yaitu apabila suhu dinaikkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang
menyerap kalor (endoterm), sedangkan apabila suhu diturunkan, kesetimbangan
akan bergeser ke arah reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) (Lukum dkk.,
2018). Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sistem
kesetimbangan. Nilai R2 yang baik mendekati 1 agar kurva yang dihasilkan linier.
Nilai R2 yang mendekati 1 menandakan adanya korelasi yang kuat diantara dua
variabel (Sari dan Hastuti, 2020).

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat


diambil adalah sebagai berikut:
1. Jumlah asam asetat yang terdistribusi dalam kloroform lebih sedikit
dibandingkan jumlah asam asetat yang terdistribusi dalam air. Semakin tinggi
temperatur maka akan semakin besar jumlah asam asetat yang terdistribusi
dalam kloroform.
2. Distribusi asam asetat berbanding lurus dengan konsentrasi asam asetat.
Semakin besar konsentrasi asam asetat maka semakin besar pula zat yang
terdistribusi dalam pelarut.
3. Nilai koefisien distribusi berbanding terbalik dengan konsentrasi asam asetat.
Semakin besar konsentrasi asam asetat maka semakin kecil nilai koefisien
distribusinya. Nilai koefisien distribusi berbanding lurus dengan temperatur.
Semakin tinggi temperatur asam asetat maka semakin besar nilai koefisien
distribusinya. Namun, pada suhu 28◦C nilai koefisien distribusi yang
didapatkan pada konsentrasi 1,5 sampai dengan 1,25 nilai koefisien distribusi
turun. Dalam hal ini ditunjukkan bahwa hasil dari percobaan masih belum
sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dapat terjadi karena beberapa kesalahan
saat melakukan praktikum, antara lain terjadi karena pengocokan dilakukan
secara manual sehingga kecepatan pengocokan tidak dapat berjalan dengan
konstan. Selain itu, temperature juga mempengaruhi proses ekstraksi, karena
ekstraksi harus dilakukan pada temperature konstan
4. Nilai derajat disosiasi berbanding terbalik dengan konsentrasi asam asetat,
semakin besar konsentrasi asam asetat maka nilai derajat disosiasinya semakin
kecil. Nilai derajat disosiasi berbanding lurus dengan temperatur asam asetat,
semakin tinggi temperatur asam asetat maka nilai derajat disosiasinya semakin
besar.
5. Nilai konstanta kesetimbangan pada suhu 18℃ didapat sebesar 0,660312626
dan nilai konstanta kesetimbangan pada suhu 28℃ didapat sebesar
1,350311756
DAFTAR PUSTAKA

Dirgantoro, K.P.S., Melda, J.S., dan Tanti, L. 2019. Analisis Kesalahan


Mahasiswa PGSD Dalam Menyelesaikan Soal Statiska Penelitian
Pendidikan Ditinjau Dari Prosedur Newman (An Analysis Of Primary
Teacher Education Student Solving Problems In Statistic For Educational
Research Using The Newman Procedure). Journal of Holistic
Mathematic Education. 2(2): 83-96.

Dzakwan, M. dan Widodo.P. 2019. Peningkatan Kelarutan Fisetin dengan Teknik


Konsolvensi. Jurnal Ilmiah Farmasi. 8(2) : 5-9.

Jadhav, V.R.2020. Distributionof Iodine In Two Miscible Solvents. Journal


Research Chemistry. 3(3): 225-227.

Keenan, W., dan Charles. 1992. Kimia Fisika Untuk Universitas Edisi keenam.
Jakarta: Erlangga.

Leba, M.A.U. 2017. Ekstraksi Dan Real Kromatografi. Deepublish: Yogyakarta

Lukum, A., Lukman, A., dan Kostiawan, S. 2018. Metakognisi Mahasiswa


Pembelajaran Kesetimbangan Kimia. Jurnal Ilmu Pendidikan. 21(1) : 9-
18.

Masud, F., dan Puspitasari. 2017. Studi Pendahuluan Ekstraksi Bertingkat Minyak
Biji Mangga Arummanis (Mangijera Indica) menggunakan pelarut N-
Heksan dan Etanol. Jurnal INTEK. 4(1) : 42-48

Mardawati, E., Rialita, T., dan Anggraini, S. 2018. Kajian Pengaruh Suhu Inlet
dan Konsentrasi Maltodekstrin Terhadap Kadar Air dan Kelarutan
Serbuk Xilitol Hasil Spray Dryer. Jurnal Teknologi Pangan. 3(1): 5967.
Rusman., Ratu Fazila, I. R., dan Mukhlis. 2018. Buku Ajar Kimia Larutan. Syiah
Kuala University Press : Banda Aceh.

Sari, D.K., dan Hastuti, S., 2020. Analisis flavonoid total ekstrak etanol daun
seligi (Phyllanthus buxifolius Muell.Arg) dengan metode
spektrofotometri uv-vis. Indonesian Journal of Medical Science, 7(1):
55–62.

Truong, D. H., Ta, N.T.A., Bui, A.V., Do, T.H., Nguyen, H.C. 2019.Evaluation of
the Use of Different Solvents for Phytochemical Constituents,
Antioxidants, and In Vitro Anti-Inflammatory Activities of Severinia
Buxifolia. Juornal Quality of FOOD. 2019(8178294): 1-9.

Usu, N., Rahmanpiu, R., & Marhadi, M. A. (2019). Analisis Miskonsepsi Siswa
pada Materi Kesetimbangan Kimia Menggunakan Tes Diagnostik Two
Tier Multiple Choice. Jurnal Pendidikan Kimia FKIP Universitas Halu
Oleo. 4(3): 226-237.

Verdiana, M., Wayan, R, W., dan Dewa, G, M, P. 2018. Pengaruh Jenis Pelarut
Pada Ekstraksi Menggunakan Gelombang Ultrasonik terhadap Aktivitas
Antioksi dan Ekstrak Kulit Buah Lemon (Citrus Limon (Linn.) Burm F.)
Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 7 (4) : 213-222.

LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
A.1 Membuat larutan standar NaOH 0,7 N sebanyak 250 mL
massa 1000
N= x xe
BM V (ml)
Nx V (ml) xBM
massa= xe
1000
gram
0.7 N x 250 ml x 40
mol
massa= x1
1000
7000
massa= gram
1000
massa=7 gram

A.2 Membuat larutan asam asetat dengan konsentrasi yang berbeda


Menghitung konsentrasi Asam Asetat Glasial
ρ x % x 10
N=
BM
gram
1,05 x 100 % x 10
cm3
N=
gram
60
mol
N=17,5 N

a. Asam Asetat 1,75 N dalam 250 mL


V 1 x N 1=V 2 x N 2
V 1 x 17,5 N =250 mL x 1,75 N
V 1=25 mL

b. Asam Asetat 1,5 N dalam 250 mL


V 1 x N 1=V 2 x N 2
V 1 x 1,75 N =250 mL x 1,5 N
V 1=214,28 mL
c. Asam Asetat 1,25 N dalam 250 mL
V 1 x N 1=V 2 x N 2
V 1 x 1,5 N =250 mL x 1,25 N
V 1=208,3 mL

d. Asam Asetat 1N dalam 250 mL


V 1 x N 1=V 2 x N 2
V 1 x 1,25 N =250 mL x 1 N
V 1=200 mL

A.3 Menghitung konsentrasi asam asetat sesungguhnya


a. Asam Asetat 1,75 N
V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =9,77 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =2,279 N

b. Asam Asetat 1,5 N


V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =8,3 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =1,94 N

c. Asam Asetat 1,25 N


V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =6,367 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =1,485 N

d. Asam Asetat 1 N
V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =4,167 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =0,972 N
A.4 Menghitung konsentrasi asam asetat yang terdistribusi dalam air
A.4.1 Pada suhu 18 oC
a. Asam Asetat 1,75 N
V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =6,733 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =1,571 N

b. Asam Asetat 1,5 N


V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =5,667 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =1,322 N

c. Asam Asetat 1,25 N


V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =3,767 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =0,878 N

d. Asam Asetat 1 N
V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =2,267 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =0,528 N

A.4.2 Pada suhu 28 oC


a. Asam Asetat 1,75 N
V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =7,4 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =1,726 N
b. Asam Asetat 1,5 N
V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =5,733 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =1,338 N

c. Asam Asetat 1,25 N


V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =4,4 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =1,027 N

d. Asam Asetat 1 N
V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =2,767 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =0,645 N

A.5 Menghitung konsentrasi asam asetat yang terdistribusi dalam kloroform


A.5.1 Pada suhu 18oC
a. Asam Asetat 1,75 N
Ckloroform= Cawal- Cakhir
Ckloroform= 2,279 - 1,571 N
Ckloroform= 0,708 N

b. Asam Asetat 1,5 N


Ckloroform= Cawal- Cakhir
Ckloroform= 1,944 N – 1,322 N
Ckloroform= 0,622 N

c. Asam Asetat 1,25 N


Ckloroform= Cawal- Cakhir
Ckloroform= 1,485 N – 0,878 N
Ckloroform= 0,607 N

d. Asam Asetat 1 N
Ckloroform= Cawal- Cakhir
Ckloroform= 0,972 N – 0,528 N
Ckloroform= 0,444 N

A.5.2 Pada suhu 28oC


a. Asam Asetat 1,75 N
Ckloroform= Cawal- Cakhir
Ckloroform= 2,279 N – 1,726 N
Ckloroform= 0,553 N

b. Asam Asetat 1,5 N


Ckloroform= Cawal- Cakhir
Ckloroform= 1,944 N – 1,338 N
Ckloroform= 0,606 N

c. Asam Asetat 1,25 N


Ckloroform= Cawal- Cakhir
Ckloroform= 1,485 N – 1,027 N
Ckloroform= 0,458 N

d. Asam Asetat 1 N
Ckloroform= Cawal- Cakhir
Ckloroform= 0,972 N – 0,645 N
Ckloroform= 0,327 N
A.6 Menentukan koefisien distribusi asam asetat terhadap air dan kloroform
A.6.1 Pada suhu 18oC

a. Asam Asetat 1,75 N


C kloroform
K=
C air
0,708
K=¿
1,571
K = 0,450

b. Asam asetat 1,5 N


C kloroform
K= C air

0 , 622
K=
1,322

K= 0,470

c. Asam Asetat 1,25 N


C kloroform
K= C air
0,607
K=
0,878

K = 0,691

d. Asam asetat 1 N
C kloroform
K= C air
0,444
K=
0,528

K= 0,840

A.6.2 Pada suhu 28oC


a. Asam Asetat 1,75 N
C kloroform
K=
C air
0,553
K=¿
1,726
K = 0,320

b. Asam asetat 1,5 N


C kloroform
K= C air

0,606
K=
1,338

K= 0,452

c. Asam Asetat 1,25 N


C kloroform
K= C air
0,458
K=
1,027

K = 0,445

d. Asam asetat 1 N
C kloroform
K= C air

0,327
K=
0,645

K= 0,506

A.7 Menentukan derajat disosiasi kloroform terhadap asam astetat


A.7.1 Pada suhu 18oC
a. Asam Asetat 1,75 N
Mol zat terurai
α=
Mol zat mula−mula

0,708 N
α=
2,279 N

α =0,310

b. Asam Asetat 1,5 N


Mol zat terurai
α=
Mol zat mula−mula
0,622 N
α=
1,944 N
α =0,319

c. Asam Asetat 1,25 N


Mol zat terurai
α=
Mol zat mula−mula

0,607 N
α=
1,485 N

α =0,408
d. Asam Asetat 1 N
Mol zat terurai
α=
Mol zat mula−mula

0,444 N
α=
0,972 N

α =0,456

A.7.2 Pada suhu 28oC


a. Asam Asetat 1,75 N
Mol zat terurai
α=
Mol zat mula−mula

0,553 N
α=
2,279 N

α =0,242

b. Asam Asetat 1,5 N


Mol zat terurai
α=
Mol zat mula−mula
0,606 N
α=
1,944 N
α =0,311

c. Asam Asetat 1,25 N


Mol zat terurai
α=
Mol zat mula−mula

0,458 N
α=
1,485 N

α =0,308
d. Asam Asetat 1 N
Mol zat terurai
α=
Mol zat mula−mula

0,327 N
α=
0,972 N

α =0,336

A.8 Menghitung konstanta kesetimbangan


A.8.1 Konstanta kesetimbangan pada suhu 18 ̊C
y=ax+ b
y=0,389 x−0,2298

log K . n logCair −log Ckloroform+log n


n
log Corganik=n logCair + log
K
n
log =−0,2298
k

n
log =¿−0,2298 log 10 ¿
K
n
=10−0,2298
K
n
=0,58911489
K
0,389
K=
0,58911489
K=0,660312626

A.8.2 Konstanta kesetimbangan pada suhu 28 ̊C


y=ax+ b
y=0,5997 x −0,3525
log K . n log Cair −log Corganik+ log n
n
log Corganik=n logCair + log
K
n
log =−0,3525
K

n
log =¿−0,3525 log10 ¿
K
n
=10−0,3525
K
n
=0,444119661
K
n
K=
0,444119661
0,5997
K=
0,444119661
K=1,350311756
LAMPIRAN B
GAMBAR

2
Konsentrasi Asam Asetat

1.5
Konsentrasi Asam
terdistribusi (N)

1 Asetat Terdistribusi
dalam Air, t=18 ̊C
0.5 Konsentrasi Asam
Asetat Terdistribusi
dalam Air, t=28 ̊C
0
0 0.5 1 1.5 2
Konsentrasi (N)

Gambar B.1 Hubungan konsentrasi asam asetat dengan konsentrasi asam asetat
yang terdistribusi pada suhu 18℃ dan 28℃.
Konsentrasi Asam Asetat terdistribusi (N)
0.800
0.700
0.600
Konsentrasi Asam
0.500 Asetat Terdistribusi
0.400 dalam Kloroform, t=18
0.300 ̊ C
0.200 Konsentrasi Asam
Asetat Terdistribusi
0.100
dalam Kloroform, t=28
0.000 ̊ C
0 0.5 1 1.5 2
Konsentrasi (N)

Gambar B.2 Hubungan konsentrasi asam asetat dengan konsentrasi asam asetat
yang terdistribusi ke dalam kloroform pada suhu 18℃ dan suhu
28℃.

0.900
0.800
0.700
Koefisien Distribusi

0.600
0.500 Koefisien Distribusi,
0.400 t=18 ̊C
0.300
0.200 Koefisien Distribusi,
0.100 t=28 ̊C
0.000
0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8
Konsentrasi (N)

Gambar B.3 Hubungan konsentrasi asam asetat dengan koefisien distribusi.


0.500

0.400
Derajat Disosiasi

0.300
Derajat
0.200 Disosiasi , t=18˚C
Derajat
0.100 Disosiasi , t=28˚C
0.000
0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8
Konsentrasi (N)

Gambar B.4 Hubungan antara konsentrasi asam asetat dengan derajat disosiasi.

0
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
-0.1
Log C Kloroform

f(x) = 0.39 x − 0.23


-0.2
R² = 0.91
f(x) = 0.6 x − 0.35 t=18˚C
R² = 0.86-0.3 Linear (t=18˚C)
t=28˚C
-0.4 Linear (t=28˚C)

-0.5

-0.6
Log C Air

Gambar B.5 Hubungan antara log Cair terhadap log Ckloroform pada suhu 18oC dan
28oC.

Anda mungkin juga menyukai