Laboratorium Dasar
Disusun oleh:
Kelompok B-3
Tabel 1.1 Volume NaOH pada titrasi Asam Asetat sebelum Penambahan
Kloroform dengan Konsentrasi NaOH 0,7 N
Konsentrasi Volume Titrasi (mL)
Asam Asetat Volume Rata-
I II III
(N) rata (mL)
1,75 10 9,5 9,8 9,77
1,5 8,3 8,5 8,2 8,3
1,25 6,5 5,7 6,9 6,367
1 4,5 3,9 4,1 4,167
Tabel 1.2 Volume NaOH pada Titrasi Asam Asetat setelah Penambahan
Kloroform pada Suhu 18 ̊℃
Konsentrasi Volume Titrasi (mL)
Asam Asetat Volume Rata-
I II III
(N) rata (mL)
1,75 6,9 6,6 6,7 6,733
1,5 5,5 5,6 5,9 5,667
1,25 3,8 3,7 3,8 3,767
1 2,3 2,2 2,3 2,267
Tabel 1.3 Volume NaOH pada Titrasi Asam Asetat setelah Penambahan
Kloroform pada Suhu 28 ℃
Konsentrasi Volume Titrasi (mL)
Asam Asetat Volume Rata-
I II III
(N) rata (mL)
1,75 7,3 7,4 7,5 7,4
1,5 5,8 5,7 5,7 5,733
1,25 4,4 4,3 4,5 4,4
1 2,8 2,7 2,8 2,767
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2.2 Konsentrasi asam asetat setelah penambahan kloroform dan konsentrasi
asam asetat di dalam air dan kloroform pada suhu 18℃
Volume rata-rata
Cawal (N) Cair (N) Ckloroform (N)
titrasi (mL)
2,279 6,733 1,571 0,708
1,94 5,667 1,322 0,622
1,485 3,767 0,878 0,607
0,972 2,267 0,528 0,444
Tabel 2.3 Konsentrasi asam asetat setelah penambahan kloroform dan konsentrasi
asam asetat di dalam kloroform pada suhu 28℃
Volume rata-rata
Cawal (N) Cair (N) Ckloroform (N)
titrasi (mL)
2,279 7,4 1,726 0,553
1,94 5,733 1,338 0,606
1,485 4,4 1,027 0,458
0,972 2,767 0,645 0,327
Tabel 2.4 Nilai koefisien distribusi (K) dan derajat disosiasi (α) pada suhu 18℃
Tabel 2.5 Nilai koefisien distribusi (K) dan derajat disosiasi (α) pada suhu 28℃
2.2 Pembahasan
Larutan adalah suatu campuran zat-zat terlarut dan pelarut yang
komposisinya merata atau serba sama atau homogen. Suatu larutan biasanya
terdiri atas suatu zat yang terlarut satu atau lebih dalam pelarut. Umumnya suatu
larutan terdiri atas satu jenis zat terlarut dan satu pelarut. Pada larutan terdapat
istilah solven (pelarut) dan solute (zat yang terlarut). Solven adalah komponen
yang secara fisik tidak berubah ketika larutan terbentuk, sedangkan solut sebagai
komponen yang akan larut dalam pelarut (Rusman, 2018).
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat terlarut (solute) untuk dapat
larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Semakin tinggi perlakuan
suhu yang diberikan dan semakin banyak penambahan konsentrasi yang diberikan
maka kelarutan yang diperoleh akan semakin tinggi juga. Dengan meningkatnya
suhu maka akan terjadi penurunan waktu terlarutnya bahan (Mardawati dkk.,
2018)
Dzakwan dan Priyanto (2019) mengatakan penambahan jenis pelarut
tertentu dapat mempengaruhi kelarutan dari suatu zat. Kelarutan suatu zat sangat
dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar akan melarutkan zat-zat polar dan
ionik, begitu pula sebaliknya. Kelarutan zat juga tergantung pada struktur zat
seperti perbandingan gugus polar dan non polar suatu molekul. Adakalanya suatu
zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan dengan pelarut
tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-solvency sedangkan bahan
pelarut di dalam pelarut campur yang mampu meningkatkan kelarutan zat disebut
co-solvent.
Ekstraksi merupakan slah satu cara untuk mengisolasi suatu bahan dari
suatu senyawa. Dalam suatu proses ekstraksi, penggunaan pelarut yang berbeda
akan menghasilkan hasil ekstraksi yang berbeda. Suatu senyawa yang memiliki
tingkat polaritas yang tinggi dapat larut dalam pelarut yang polaritasnya tinggi
seperti metanol, air, dan etanol. Sedangkan jika senyawa yang memiliki polaritas
yang tinggi jika dilarutkan dalampelarut non-polar seperti kloroform, aseton, dan
diklorometana maka akan menghasilkan hasil ekstraksi yang lebih sedikit (Truong
dkk., 2019).
Persamaan distribusi nerst akan berlaku jika ada zar terlarut yang terlarut
dalam keadaan normal atau bentuk molekul yang sama dalam pelarut yang tidak
bercampur. Hukum distribusi nerst dapat dinyatakan sebagai zat terlarut yang
terlepas dari jumlahnya. Kemudian mendistribusikan dirinya sendiri diantara dua
pelarut yang tidak bercampur sehingga untuk mencapai keseimbangan, rasio
konsentrasi zat terlarut yang diamati dalam dua lapisan yang tidak bercampur
tetap konstan pada suhu tertentu (Jadhav, 2020).
Pada praktikum ini, digunakan asam asetat sebagai zat terlarut. Larutan
asam asetat yang digunakan dibuat dalam konsentrasi yang bervariasi yaitu 1,75
N; 1,5 N; 1,25 N; dan 1N Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari
konsentrasi dalam distribusi asam asetat serta untuk mengetahui perbedaan solute
yang terdistibusi dari setiap konsentrasi yang ada. Oleh karena itu, dilakukan
titrasi asam basa dengan menggunakan larutan indikator untuk menentukan
konsentrasi asam asetat yang terdistribusi ke dalam pelarut.
Larutan asam asetat untuk masing-masing konsentrasi diambil 10 mL dan
dicampurkan dengan larutan kloroform sebanyak 10 mL di dalam corong
pemisah. Kemudian dikocok hingga homogen dan dibiarkan hingga terjadi
kesetimbangan dan terbentuk dua buah fasa antara air dan kloroform, kemudian
dipisahkan kloroform pada corong pemisah yang berada pada bagian bawah dari
campuran. Sisa dari campuran pada corong pemisah merupakan campuran asam
asetat dan air yang kemudian diambil sebenyak 3 mL untuk dilakukan titrasi
dengan larutan standar NaOH 0,7 N.
1.6
1.4
1.2
terdistribusi (N)
Gambar 2.1 Hubungan konsentrasi asam asetat dengan konsentrasi asam asetat
yang terdistribusi pada suhu 18℃ dan 28℃.
Gambar 2.2 Hubungan konsentrasi asam asetat dengan konsentrasi asam asetat
yang terdistribusi ke dalam kloroform pada suhu18℃ dan suhu
28℃.
0.600
0.500
Koefisien Distribusi, t=18 C
̊
0.400
0.300 Koefisien Distribusi, t=28
̊C
0.200
0.100
0.000
0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8
Konsentrasi (N)
0.350
0.300
0.250 Derajat
0.200 Disosiasi , t=18˚C
Derajat
0.150 Disosiasi , t=28˚C
0.100
0.050
0.000
0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8
Konsentrasi (N)
Gambar 2.4 Hubungan antara konsentrasi asam asetat dengan derajat disosiasi.
Berdasarkan Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa nilai derajat disosiasi suatu
zat terlarut semakin menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi asam
asetat. Pada suhu 18oC nilai derajat disosiasi pada konsentrasi zat terlarut 1,75 N;
1,5 N, 1,25 N; dan 1 N secara berturut-turut yaitu 0,310; 0,319; 0,408; dan 0,456.
Sedangkan pada suhu 28oC, nilai derajat disosiasi dengan konsentrasi zat terlarut
yang sama secara berturut-turut yaitu 0,242; 0,311; 0308; dan 0,336.
Penurunan derajat disosiasi terhadap semakin banyknya konsentrasi zat ini
disebakan karena zat terlarut yang terurai semakin banyak. Hal ini sesuai dengn
teori penentuan nilai derajat disosiasi bahwa jika harga konsentrasi zat mula-mula
besar maka derajat disosiasinya akan kecil. Derajat disosiasi dapat dihitung
dengan membangdingkan anatara mol zat terurai dengn mol zat mula-mula. Jika
suatu senyawa itu memiliki derajat disosiasi sama dengan 1, maka senyawa
tersebut terionisasi secara sempurna. Sedangkan jika nilai derajat disosiaasi nya
sama dengan nol berarti senyawa tersebut tidak dapat terionisasi. Pada senyawa
yang memiliki derajat ionisasi kecil menandakan bahwa senyawa tersebut lebih
bersifat isolator (Usu dkk., 2019).
n
harga sebagai interserp sehingga nilai K dapat ditentukan. Adapun hubungan
k
antara log Cair dan log Ckloroform dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut
0
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
-0.1
Log C Kloroform
-0.5
-0.6
Log C Air
Gambar 2.5 Hubungan antara log Cair terhadap log Ckloroform pada suhu 18oC dan
28oC.
BAB III
KESIMPULAN
Keenan, W., dan Charles. 1992. Kimia Fisika Untuk Universitas Edisi keenam.
Jakarta: Erlangga.
Masud, F., dan Puspitasari. 2017. Studi Pendahuluan Ekstraksi Bertingkat Minyak
Biji Mangga Arummanis (Mangijera Indica) menggunakan pelarut N-
Heksan dan Etanol. Jurnal INTEK. 4(1) : 42-48
Mardawati, E., Rialita, T., dan Anggraini, S. 2018. Kajian Pengaruh Suhu Inlet
dan Konsentrasi Maltodekstrin Terhadap Kadar Air dan Kelarutan
Serbuk Xilitol Hasil Spray Dryer. Jurnal Teknologi Pangan. 3(1): 5967.
Rusman., Ratu Fazila, I. R., dan Mukhlis. 2018. Buku Ajar Kimia Larutan. Syiah
Kuala University Press : Banda Aceh.
Sari, D.K., dan Hastuti, S., 2020. Analisis flavonoid total ekstrak etanol daun
seligi (Phyllanthus buxifolius Muell.Arg) dengan metode
spektrofotometri uv-vis. Indonesian Journal of Medical Science, 7(1):
55–62.
Truong, D. H., Ta, N.T.A., Bui, A.V., Do, T.H., Nguyen, H.C. 2019.Evaluation of
the Use of Different Solvents for Phytochemical Constituents,
Antioxidants, and In Vitro Anti-Inflammatory Activities of Severinia
Buxifolia. Juornal Quality of FOOD. 2019(8178294): 1-9.
Usu, N., Rahmanpiu, R., & Marhadi, M. A. (2019). Analisis Miskonsepsi Siswa
pada Materi Kesetimbangan Kimia Menggunakan Tes Diagnostik Two
Tier Multiple Choice. Jurnal Pendidikan Kimia FKIP Universitas Halu
Oleo. 4(3): 226-237.
Verdiana, M., Wayan, R, W., dan Dewa, G, M, P. 2018. Pengaruh Jenis Pelarut
Pada Ekstraksi Menggunakan Gelombang Ultrasonik terhadap Aktivitas
Antioksi dan Ekstrak Kulit Buah Lemon (Citrus Limon (Linn.) Burm F.)
Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 7 (4) : 213-222.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
A.1 Membuat larutan standar NaOH 0,7 N sebanyak 250 mL
massa 1000
N= x xe
BM V (ml)
Nx V (ml) xBM
massa= xe
1000
gram
0.7 N x 250 ml x 40
mol
massa= x1
1000
7000
massa= gram
1000
massa=7 gram
d. Asam Asetat 1 N
V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =4,167 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =0,972 N
A.4 Menghitung konsentrasi asam asetat yang terdistribusi dalam air
A.4.1 Pada suhu 18 oC
a. Asam Asetat 1,75 N
V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =6,733 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =1,571 N
d. Asam Asetat 1 N
V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =2,267 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =0,528 N
d. Asam Asetat 1 N
V CH 3 COOH x N C H 3 COOH =V NaOH x N NaOH
3 mL x N C H 3 COOH =2,767 mL x 0,7 N
N CH 3 COOH =0,645 N
d. Asam Asetat 1 N
Ckloroform= Cawal- Cakhir
Ckloroform= 0,972 N – 0,528 N
Ckloroform= 0,444 N
d. Asam Asetat 1 N
Ckloroform= Cawal- Cakhir
Ckloroform= 0,972 N – 0,645 N
Ckloroform= 0,327 N
A.6 Menentukan koefisien distribusi asam asetat terhadap air dan kloroform
A.6.1 Pada suhu 18oC
0 , 622
K=
1,322
K= 0,470
K = 0,691
d. Asam asetat 1 N
C kloroform
K= C air
0,444
K=
0,528
K= 0,840
0,606
K=
1,338
K= 0,452
K = 0,445
d. Asam asetat 1 N
C kloroform
K= C air
0,327
K=
0,645
K= 0,506
0,708 N
α=
2,279 N
α =0,310
0,607 N
α=
1,485 N
α =0,408
d. Asam Asetat 1 N
Mol zat terurai
α=
Mol zat mula−mula
0,444 N
α=
0,972 N
α =0,456
0,553 N
α=
2,279 N
α =0,242
0,458 N
α=
1,485 N
α =0,308
d. Asam Asetat 1 N
Mol zat terurai
α=
Mol zat mula−mula
0,327 N
α=
0,972 N
α =0,336
n
log =¿−0,2298 log 10 ¿
K
n
=10−0,2298
K
n
=0,58911489
K
0,389
K=
0,58911489
K=0,660312626
n
log =¿−0,3525 log10 ¿
K
n
=10−0,3525
K
n
=0,444119661
K
n
K=
0,444119661
0,5997
K=
0,444119661
K=1,350311756
LAMPIRAN B
GAMBAR
2
Konsentrasi Asam Asetat
1.5
Konsentrasi Asam
terdistribusi (N)
1 Asetat Terdistribusi
dalam Air, t=18 ̊C
0.5 Konsentrasi Asam
Asetat Terdistribusi
dalam Air, t=28 ̊C
0
0 0.5 1 1.5 2
Konsentrasi (N)
Gambar B.1 Hubungan konsentrasi asam asetat dengan konsentrasi asam asetat
yang terdistribusi pada suhu 18℃ dan 28℃.
Konsentrasi Asam Asetat terdistribusi (N)
0.800
0.700
0.600
Konsentrasi Asam
0.500 Asetat Terdistribusi
0.400 dalam Kloroform, t=18
0.300 ̊ C
0.200 Konsentrasi Asam
Asetat Terdistribusi
0.100
dalam Kloroform, t=28
0.000 ̊ C
0 0.5 1 1.5 2
Konsentrasi (N)
Gambar B.2 Hubungan konsentrasi asam asetat dengan konsentrasi asam asetat
yang terdistribusi ke dalam kloroform pada suhu 18℃ dan suhu
28℃.
0.900
0.800
0.700
Koefisien Distribusi
0.600
0.500 Koefisien Distribusi,
0.400 t=18 ̊C
0.300
0.200 Koefisien Distribusi,
0.100 t=28 ̊C
0.000
0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8
Konsentrasi (N)
0.400
Derajat Disosiasi
0.300
Derajat
0.200 Disosiasi , t=18˚C
Derajat
0.100 Disosiasi , t=28˚C
0.000
0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8
Konsentrasi (N)
Gambar B.4 Hubungan antara konsentrasi asam asetat dengan derajat disosiasi.
0
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
-0.1
Log C Kloroform
-0.5
-0.6
Log C Air
Gambar B.5 Hubungan antara log Cair terhadap log Ckloroform pada suhu 18oC dan
28oC.