Anda di halaman 1dari 28

Laporan Sementara

Laboratorium Satuan Operasi dan Proses

AGITASI MEKANIK DAN PENCAMPURAN CAIRAN

Disusun oleh :
Kelompok A-6

Putri Nadya Fahmy 2004103010091


Nisa Amara 2004103010064
Safinatussalma 2004103010071
Syifa Murran Mirza 2004103010097

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2022
I.Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan pola
pencampuran, kebutuhan daya, waktu pencampuran, bilangan Reynold,
bilangan Power dan bilangan Froud dari fluida yang bercampur.

II.Dasar Teori
Pengadukan (mixing) merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran dua
atau lebih zat agar diperoleh hasil campuran yang homogen. Pada media fase
cair, pengadukan ditujukan untuk memperoleh keadaan yang turbulen
(bergolak). Pencampuran merupakan operasi yang bertujuan mengurangi
ketidaksamaan kondisi, suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan.
Pencampuran dapat terjadi dengan cara menimbulkan gerak di dalam bahan itu
yang menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak satu terhadap yang
lainnya, sehingga operasi pengadukan hanyalah salah satu cara untuk operasi
pencampuran (Prasetyo dkk., 2020).
Pencampuran di dalam tangki pengaduk terjadi karena adanya gerak rotasi
dari pengaduk dalam fluida. Gerak pengaduk ini memotong fluida tersebut dan
dapat menimbulkan arus yang bergerak keseluruhan sistem fluida tersebut.
Oleh sebab itu, pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu
operasi pencampuran fasa cair dengan tangki pengaduk. Berdasarkan aliran
yang dihasilkan, pengaduk dapat dibagi menjadi pengaduk aliran aksial dan
pengaduk aliran radial, sedangkan menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi
menjadi propeller, paddle, dan turbin. Pencampuran yang baik tergantung pada
bentuk dan dimensi pengaduk yang digunakan, karena akan mempengaruhi
keefektifan proses pencampuran, serta daya yang diperlukan (Oktavianto dkk.,
2020).
Tangki berpengaduk secara luas digunakan untuk proses pengadukan dua
fluida saling bercampur (miscible), proses pengadukan padat-cair, industri
makanan, dan berbagai proses industri lain. Pada dasarnya, pada proses
pencampuran pada tangki pegaduk, setiap jenis impeller yang diposisikan
sentral terhadap tangki akan memproduksi pergerakan fluida (Triwibowo dkk.,
2020).

III.Prosedur Kerja
1. Dipasang peralatan yang diperlukan seperti tangki, motor penggerak
pengaduk dan voltmeter. Voltmeter dan ampere meter dihubungakan ke
sumber listrik.
2. Dimasukkan sejumlah fluida tertentu ke dalam sebuah tangki yang ber-
baffle atau pun yang tidak ber-baffle.
3. Diletakan posisi pengaduk pada posisi center dan off-center.
4. Di set speed motor pada posisi yang ditentukan, dan diatur kecepatan
putaran motor dengan variasi yang diberikan
5. Untuk menghitung kecepatan pengaduk tiap menit, dilekatkan plaster pada
pengaduk kemudian dihitung dengan menggunakan jari berapa putaran
yang dihasilkan tiap menit.
6. Ditentukan waktu pencampuran dengan cara disuntikkan sejumlah tinta ke
dalam fluida, dan dicatat waktu yang dibutuhkan sampai warna
terdistribusi sempurna.
7. Diamati pola aliran dengan cara dimasukkan sejumlah butiran padat yang
dapat mengapung diatas permukaan fluida. Diamati pola yang terjadi
(pandangan dari atas dan samping).
8. Kebutuhan daya ditentukan dengan dihubungkan voltmeter dan
miliampere untuk satu putaran pengaduk tertentu

IV.Data Pengamatan
Tabel 4.1 Data Kondisi Tangki
Parameter Ukuran (cm)
Diameter pengaduk propeller 4,7
Diameter pengaduk turbin 5,5
Diameter pengaduk paddle 6,3
Diameter tangki berbaffle 20,5
Diameter tangki tidak berbaffle 24
Tinggi fluida dalam tangki berbaffle 15,375
Tinggi fluida dalam tangki tidak berbaffle 18

Tabel 4.2 Data Densitas Fluida


Kondisi Piknometer Ukuran
Berat piknometer kosong 18,53 gram
Berat piknometer + larutan kanji 7,5 % 42,94 gram
Berat piknometer + larutan kanji 15 % 43,57 gram
Volume piknometer 25 gram

Tabel 4.3 Data Waktu Pencampuran Fluida Tepung Kanji 7,5 % (Center)
Kecepatan Waktu Pencampuran
Jenis Pengaduk
(RPM) Unbaffle Baffle
140 300 280
180 275 265
Propeller 220 261 246
260 246 223
300 242 196
140 158 155
180 147 142
Paddle 220 144 139
260 139 138
300 129 120
140 265 186
180 259 184
Turbin 220 238 178
260 215 173
300 200 168
Tabel 4.4 Data Waktu Pencampuran Fluida Tepung Kanji 15 % (Center)
Kecepatan Waktu Pencampuran
Jenis Pengaduk
(RPM) Unbaffle Baffle
140 283 278
180 280 276
Propeller 220 277 271
260 273 268
300 268 263
140 182 178
180 176 174
Paddle 220 171 169
260 163 161
300 160 157
140 244 240
180 238 233
Turbin 220 231 229
260 226 218
300 215 212

Tabel 4.5 Data Kuat Arus (A), Daya (W) dan Tegangan Listrik pada Fluida Air
dan
Pengaduk dengan Menggunakan Tangki Baffle
Kecepatan Kuat Arus Daya Tegangan Listrik
Jenis Pengaduk
(RPM) (A) (W) (V)
140 0,167 11,7 228
180 0,170 12,2 227
Paddle 15% 220 0,174 12,9 228
260 0,177 13,5 228
300 0,180 14,1 228
Paddle 7,5% 140 0,165 11,4 227
180 0,169 12,1 227
220 0,172 12,8 227
260 0,176 13,7 227
300 0,181 14,5 227
140 0,166 11,4 227
180 0,169 11,9 228
Propeller 15% 220 0,172 12,7 228
260 0,179 13,2 228
300 0,175 13,5 228
140 0,169 11,2 227
180 0,168 11,9 227
Propeller 7,5% 220 0,171 12,5 227
260 0,173 13,1 227
300 0,176 13,5 227
140 0,166 11,4 228
180 0,168 12,0 228
Turbin 15% 220 0,171 12,5 228
260 0,174 13,2 228
300 0,177 13,7 228

V.Hasil dan Pembahasan


5.1 Hasil Pengolahan Data
Tabel 5.1 Data Waktu Pengamatan Pola aliran pada Larutan Kanji 7,5 %
pada
Kecepatan 300 rpm

No Jenis Pengaduk Jenis Tangki Pola Aliran

Unbaffle Axial
1 Paddle
Baffle Axial
Unbaffle Axial
2 Turbin
Baffle Radial

3 Propeller Unbaffle Axial

Baffle Radial

Tabel 5.2 Bilangan Reynold Larutan Tepung Kanji 7,5% dan 15%
Jenis Kecepatan Diameter Bilangan Bilangan
Pengaduk (RPM) Pengaduk (cm) Reynold 7,5% Reynold 15%
140 4786,19 4368,81
180 6162,47 5625,08
Propeller 220 4,7 7518,22 6862,60
260 8894,511 8118,87
300 10270,8 9375,14
140 8599,54 7849,63
180 11072,38 10106,82
Paddle 220 6,3 13508,3 12330,32
260 15981,13 14587,51
300 18453,96 16844,71
140 6554,20 5982,65
180 8438,88 7702,98
Turbin 220 5,5 10295,44 9397,63
260 12180,13 11117,97
300 14064,81 12838,31

Tabel 5.3 Bilangan Froude Larutan Tepung Kanji 7,5% dan 15%
Jenis Kecepatan Diameter Bilangan Bilangan
Pengaduk (RPM) Pengaduk (cm) Froude 7,5% Froude 15%
Propeller 140 4,7 0,0260 0,0260
180 0,0431 0,0431
220 0,0642 0,0642
260 0,0899 0,0899
300 0,1198 0,1198
140 0,0349 0,0349
180 0,0578 0,0578
Paddle 220 6,3 0,0861 0,0861
260 0,1205 0,1205
300 0,1607 0,1607
140 0,0304 0,0304
180 0,0505 0,0505
Turbin 220 5,5 0,0751 0,0751
260 0,1052 0,1052
300 0,1403 0,1403

Tabel 5.4 Bilangan Power Larutan Tepung Kanji 7,5% dan 15 %


Jenis Kecepatan Diameter Bilangan Bilangan
Pengaduk (RPM) Pengaduk (cm) Froude 7,5% Froude 15%
140 3953,96 3923,31
180 1968,18 1918,66
Propeller 220 4,7 1138,54 1127,65
260 720,59 707,82
300 482,28 470,15
140 930,05 930,50
180 462,47 454,56
Paddle 220 6,3 269,42 264,69
260 174,15 167,29
300 119,70 113,47
Turbin 140 5,5 1801,81 1787,84
180 904,43 881,67
220 522,98 505,77
260 328,37 322,55
300 219,77 217,42

5.2 Pembahasan
Filtasi adalah proses pemindahan cairan atau solute yang melalui
bersamasama kompartmen tinggi ke kompartmen rendah. Contoh filtasi adalah
pergerakan cairan dari nutrient dan arteri kapiler menuju cairan interstisial di
sekitar sel. Tekanan yang menyebabkan filtrasi tersebut disebut dengan filtrasi
(filtration pressure) (Tamsuri, 2009).
Deep Bed Filter adalah proses penyaringan jangka panjang melalui media
berpori. Pada permukaan proses, media berpori tersebut tidak mengandung
partikel apapun. Ketika suspense mulai dialirkan dari masukan filter, media filter
akan terisi oleh partikel. Batas antara suspense dan bagian kosong pada filter
memebentuk sistem suatu konsentrasi partikel tersuspensi yang tertahan pada
media sehingga seiring dengan pertambahan waktu, konsentrasi partikel yang
tertahan meningkat dan menyumbat media berpori tersebut (Kuzmina dan Orlov,
2016).
Selama filtrasi berlangsung,pengurangan kekeruhan tidak bergantung pada
dinamika penyaringan, namun dilakukan dengan menggabungkan kontribusi
semua jenis partikel menjadi satu parameter. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa filtrasi berlangsung dan bergantung pada sifat fisika dan kimia dari
pertukaran partikel (Nilsen, 2020).
Filtrasi adalah suatu proses penyaringan yang dilakukan dengan tujuan
untuk menghilangkan zat padat tersuspensi (yang diukur dengan kekeruhan) dan
air melalui media berpori. Penyaringan melalui media berpori terjadi dengan cara
membawa dan menjebak partikel-partikel kedalam ruang pori sehingga terjadi
penggumpalan dan tumpukan partikel-partikel pada permukaaan butiran dari
medium (Prasetyo dkk., 2018).
Jenis filter yang paling sederhana adalah Bed Filter. Filter jenis ini sering
digunakan dalam proses filtrasi dimana sejumlah kecil padatan yang harus
dihilangkan dari air dalam jumlah berlapis-lapisan bawah filter ini seringkali
terdiri dari partikel partikel kasar tersebut dari terdiri pasir halus yang bertindak
sebagai media filter (Geankoplis, 2003).
Pada percobaan ini sistem panyaringan yang digunakan adalah Deep Bed
Filter yang media penyaringannya berupa pasir dan susopensi yang digunakan
adalah kapur pada konsentrasi 250 mg/L da 350 mg/L dengan lajualir 2,5 L/menit
pada tahap backwash dan tahap downward. Didalam Deep Bed Filter suspense
yang mengandung partikel yang mengalir kebawah dengan saringan. Selama
operasi partikel yang tersuspensi akan menumpuk pada media filter. Hal yang
diamati adalah pengeluaran filtrate guna mengetahui tingkat kekeruhan dalam air
dan nilai pressure drop.

5.2.1 Pengaruh Jenis Pengaduk terhadap Waktu Pencampuran


Pada percobaan ini, fluida yang digunakan yaitu larutan tepung kanji 7,5
% dan 15 %. Ditambahkan pewarna lalu dihitung berapa lama waktu yang
dibutuhkan oleh pewarna untuk homogen. Pengaruh jenis pengaduk terhadap
waktu pencampuran pada sampel kanji 7,5% dapat dilihat pada gambar berikut
ini.

350
300
Waktu Pencampuran (s)

250
200 Propeller
Paddle
150
Turbin
100
50
0
140 180 220 260 300
Kecepatan Pengaduk (Rpm)

Gambar 5.1 Hubungan kecepatan pengaduk terhadap waktu pencampuran pada


tangki unbaffle posisi center larutan kanji 7,5%

Berdasarkan Gambar 5.1 terlihat bahwa pencampuran pada jenis pengaduk


propeller, turbin serta paddle memiliki perbedaan yang signifikan. Masing-
masing pengaduk memberikan hasil waktu pencampuran yang berbeda. Perbedaan
itu terjadi karena efektifitas aliran yang dihasilkan oleh pengaduk untuk
menjangkau seluruh tangki, ukuran diameter dari tangki yang berbaffle adalah
sebesar 20,5 cm sedangkan ukuran diameter tangki tidak berbaffle yaitu sebesar
24 cm. Jenis pengaduk paddle dan turbin membutuhkan waktu pencampuran lebih
cepat dibandingkan pengaduk propeller. Hal ini dikarenakan diameter pengaduk
paddle sebesar 6,3 cm dan turbin sebesar 5,5 cm lebih besar daripada propeller
dengan diameter sebesar 4,7 cm. Darmawan dkk (2018), menyatakan bahwa
diameter berbanding lurus dengan bilangan Reynold sehingga semakin besar
diameter pengaduk maka semakin besar pula bilangan Reynold. Berdasarkan
Gambar 5.1 waktu pencampuran pada tangki unbaffle posisi pengaduk center
dengan kecepatan pengaduk 140; 180; 220;260; dan 300 rpm. Jenis pengaduk
propeller diperoleh secara berturut – turut adalah 300; 275; 261; 246; dan 232
detik. Untuk jenis pengaduk paddle diperoleh secara berturut – turut adalah 158;
147; 144; 139; dan 129 detik, dan untuk pengaduk jenis turbin diperoleh secara
berturut – turut adalah 265; 259; 238; 215; dan 200 detik.
Berdasarkan hasil waktu pencampuran tersebut maka dapat di simpulkan
bahwa jenis pengaduk paddle membutuhkan waktu yang relatif kecil untuk bisa
mencampurkan suatu larutan, hal tersebut dikarenakan diameter dari paddle lebih
besar dari diameter jenis pengaduk yang lain. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
yang bahwa waktu pencampuran sangat dipengaruhi oleh ukuran pengaduk
(Purwanto, 2008).

5.2.2 Pengaruh Jenis Tangki terhadap Waktu Pencampuran


Jenis tangki mempengaruhi waktu pencampuran, jenis tangki dibagi ke
dalam dua, yaitu jenis tangki ber-buffle dan jenis tangki tanpa buffle. Pengaruh
jenis tangki terhadap waktu pencampuran untu larutan kanji 7,5% pada pengaduk
jenis paddle dengan posisi tangki center dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

6
Waktu Pencampuran (m)

5
4
3
Baffle
2
Unbaffle
1
0
140 180 220 260 300
Kecepatan Pengadukan (Rpm)

Gambar 5.2 Hubungan kecepatan pengaduk (rpm) terhadap waktu pencampuran


dengan variasi ada tidaknya baffle pada tangki dengan pengaduk jenis
paddle dalam posisi center

Dari Gambar 5.2 terlihat bahwa tangki yang menggunakan baffle pada
kecepatan 140; 180; 220; 260; dan 300 rpm memiliki waktu pencampuran yang
lebih cepat dibandingkan dengan tangki yang tidak menggunakan baffle pada
kecepatan yang sama. Waktu pencampuran pada tangki ber-baffle berturut-turut
taitu 3,1; 3; 2,9; 2,83; dan 2,8 menit. Sedangkan pada tangki unbaffle, waktu
pencampurannya berturut-turut adalah 4,4; 4,3; 3,9; 3,5; dan 3,3 menit. Hal ini
disebabkan oleh adanya baffle yang dapat membagi aliran menjadi beberapa
bagian, sehingga mempercepat proses pencampuran. Hal ini sesuai dengan teori
menurut Suryadhianto dan Ikhwanul (2018), menyatakan adanya sirip (baffle)
pada dasar tangki mampu meningkatkan unjuk kerja dari tangki berpengaduk
sehingga menghasilkan waktu yang singkat.

5.2.3 Pengaruh Konsentrasi Zat terhadap Waktu Pencampuran


Konsentrasi zat merupakan salah saru faktor yang mempengaruhi waktu
pencampuran, adapun pengaruh konsentrasi zat terhadap waktu pencampuran
pada larutan kanji 7,5% dan 15% pada jenis tangki unbaffle dengan posisi
pengaduk center dapat dilihat pada gambar – gambar dibawah ini.

350
300
Waktu Pencampuran (s)

250
200 Propeller
150 Paddle
Turbin
100
50
0
140 180 220 260 300
Kecepatan Pengaduk (Rpm)

Gambar 5.3 Hubungan kecepatan pengaduk terhadap waktu pencampuran pada


sampel kanji 7,5%

300

250
Waktu Pencampuran (s)

200
Propeller
150
Paddle
100 Turbin

50

0
140 180 220 260 300
Kecepatan Pengaduk (Rpm)

Gambar 5.4 Hubungan kecepatan pengaduk terhadap waktu pencampuran pada


sampe kanji 15%
Berdasarkan Gambar 5.4 dapat dilihat bahwa waktu pencampuran pada
konsentrasi larutan kanji 7,5% dengan kecepatan 140; 180; 220; 260; dan 300 rpm
menggunakan pengaduk paddle berturut-turut adalah 158, 147, 144, 139, dan 129
detik dan berdasarkan Gambar 5.4 dapat dilihat bahwa waktu pencampuran pada
konsentrasi larutan kanji 15% dengan kecepatan 140; 180; 220; 260; dan 300 rpm
menggunakan pengaduk paddle berturut-turut adalah 182, 176, 171, 163, dan 160
detik. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi larutan mempengaruhi waktu
pencampuran.
Semakin besar konsentrasi suatu larutan maka akan semakin banyak
partikel dalam larutan tersebut sehingga ikatan yang terdapat antar partikel akan
semakin kuat dan rapat. Dengan kata lain larutan akan semakin kental, semakin
kental suatu larutan makan akan semakin sulit proses pengadukan berlangsung.
Dari percobaan dapat dilihat bahwa waktu pencampuran terendah dari jenis
konsentrasi kanji dalam praktikum adalah pada larutan kanji 7,5%. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa semakin besar konsentrasi suatu larutan maka akan semakin
lama proses pengaduk yang berlangsung dan juga semakin lama pengadukan
maka akan semakin besar pula zat yang dapat di serap oleh absorban (Syauqiyah,
2011).

5.2.4 Bilangan Tak Berdimensi


Bilangan tak berdimensi adalah bilangan yang tidak memiliki satuan.
Dalam praktikum ini ada beberapa bilangan tak berdimensi seperti bilangan
Reynold, bilangan Froude dan bilangan Power.

5.2.4.1 Bilangan Reynold


Bilangan Reynold adalah bilangan tak berdimensi yang menyatakan
perbandingan antara gaya inersia dan gaya visco yang terjadi pada fluida. Sistem
pengadukan dapat terjadi bila diketahui bilangan Reynold-nya. Dalam sistem
pengadukan terdapat 3 jenis bentuk aliran yaitu laminar, transisi dan turbulen.
Bentuk aliran laminar terjadi pada bilangan Reynold hingga 10, sedangkan
turbulen terjadi pada bilangan Reynold 10 hingga 104 dan transisi berada diantara
keduanya (Geankoplis, 2003).
Bilangan Reynold menunjukkan jenis aliran fluida. Bila dilihat
perumusannya, nilai bilangan Reynold berbanding lurus dengan diameter impeller.
Derajat putaran impeller per detik dan densitas fluida berbanding lurus dengan
viskositas larutan. Berdasarkan nilai bilangan Reynold diperoleh tiga pola aliran,
yaitu :
1. Aliran laminar (viscous flow). Pada NRe <10 (aliran didominasi oleh
tingginya kekentalan cairan).
2. Aliran transisi (transient) pada NRe 10- 104
3. Aliran turbulen (turbulent flow) pada NRe > 104 (pencampuran terjadi
lebih cepat) (Herlianti, 2012).
Rumus yang digunakan adalah :

2
Dp x N x ρ
NRe= .....................................................................(5.1)
μ
Dimana : NRe = Bilangan Reynold
Dp = Diameter pengaduk (m)
N = Banyak putaran pengaduk per detik (1/s)
ρ = Densitas (kg/m2)
μ = Viskositas (kg/m.s)
20000
18000
16000
14000
12000 Propeller
10000
NRe

Paddle
8000
Turbin
6000
4000
2000
0
140 180 220 260 300
Kecepatan Pengaduk (Rpm)

Gambar 5.5 Hubungan kecepatan pengaduk terhadap bilangan reynold


menggunakan larutan kanji 7,5 %

Berdasarkan Gambar 5.5 di atas menunjukkan bahwa bilangan Reynold


dipengaruhi oleh kecepatan pengaduk dan diameter pengaduk yang terlihat bahwa
bilangan Reynold yang dihasilkan pada pengaduk jenis paddle dan turbin lebih
besar dibandingkan pengaduk propeller. Hal ini disebabkan karena diameter
paddle dan turbin lebih besar dibandingkan pengaduk propeller.
Fluida kanji 7,5 % pada pengaduk propeller dengan kecepatan pengaduk
140; 180; 220; 260; dan 300 rpm memiliki bilangan Reynold secara berturut –
turut adalah 4786,192; 6162,479; 7518,224; 8894,511; dan 10270,8. Untuk
pengaduk paddle dengan fluida yang sama didapatkan bilangan Reynold secara
berturut – turut 8599,545; 11072,38; 13508,3; 15981,13; dan 18453,96. Serta
untuk jenis pengaduk turbin dengan larutan yang sama didapatkan bilangan
Reynold secara berturut – turut adalah 6554,201; 8438,886; 10295,44; 12180,13;
dan 14064,81. Hal ini disebabkan karena ukuran diameter pengadukturbin lebih
besar dibandingkan pengaduk propeller dan paddl. Bilangan reynold memiliki
nilai yang sebanding dengan diameter pengaduk dan kecepatan pengaduk
sehingga semakin tinggi nilai bilangan reynold, maka kecepatan pengaduk
semakin meningkat (Suryadhiyanto dan Ikhwanul, 2018).
5.2.4.2 Bilangan Power
Konsumsi Power yang dibutuhkan untuk memutar impeller adalah
pertimbangan penting dalam mendesain peralatan mixing. Power yang diperlukan
tidak dapat diperkirakan secara teori. Hubungan antara Power agitator dan
variabel-variabel operasi dinyatakan dalam suatu persamaan tak berdimensi yang
disebut dengan bilangan Power. Bilangan Power digunakan untuk menentukan
hubungan dan kaitannya dengan pengerjaaan operasi dan juga menghitung tenaga
yang dibutuhkan pada operasi (Herlianti, 2012).
Persamaan bilangan power adalah sebagai berikut :
P
Np = ...................................................................................(5.2)
¿¿
Dimana : Np = Bilangan Power
P = Daya
Dp = Diameter pengaduk (m)
N = Banyak putaran pengaduk per detik (s-1)
ρ = Densitas fluida (kg/m3)
Perbandingan bilangan power terhadap kecepatan pengaduk yang
digunakan dapat dilihat pada gambar berikut:

4500
4000
3500
3000
Propeller
2500
Paddle
NP

2000 Turbin
1500
1000
500
0
140 180 220 260 300
Kecepatan Pengaduk (Rpm)

Gambar 5.6 Hubungan kecepatan pengaduk terhadap bilangan power pada larutan
kanji 7,5%

4500
4000
3500
3000
Propeller
2500
Paddle
NP

2000
Turbin
1500
1000
500
0
140 180 220 260 300
Kecepatan Pengaduk (Rpm)

Gambar 5.7 Hubungan kecepatan pengaduk terhadap bilangan power pada larutan
kanji 15%

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa pada kecepatan putaran


140; 180; 220; 260; dan 300 rpm didapat bilangan Power pada larutan kanji 7,5%
berturut-turut sebesar 3953,96; 1968,18; 1138,54; 720,59; dan 482,28 pada
pengaduk propeller. Pada pengaduk paddle didapat bilangan Power berturut-turut
930,05; 462,47; 269,42; 174,15; dan 119,70. Sedangkan pada jenis pengaduk
turbin didapat bilangan Power berturut-turut sebesar 1801,81; 904,43; 522,98;
328,37; dan 219,77.
Dari data tersebut diketahui bahwa terjadi penurunan kecepatan pengaduk.
Hal ini disebabkan nilai Power berbanding terbalik dengan diameter pengaduk
dan kecepatan pengaduk. Adapun diameter impeller propeller, paddle dan turbin,
yaitu 4,7; 6,3; dan 5,5. Pada pengaduk propeller, bilangan Power menunjukkan
angka yang paling besar karena diameter pengaduk yang cukup kecil sehingga
pengaduk propaller harus bekerja dengan putaran yang cepat. Diikuti pengaduk
paddle kemudian pengaduk turbin. Jenis pengaduk turbin sangat cocok dengan
putaran pengaduk yang tinggi (Supriyanto dkk., 2019).
5.2.4.3 Bilangan Froude
Bilangan Froude digunakan untuk menghitung pengaruh gravitasi bumi
dalam penentuan gerakan fluida. Secara matematis dapat dirumuskan
2
Dp x N
Nfr= ...................................................................................(5.3)
gc
Dimana : Nfr = Bilangan Froude
Dp = Diamter pengaduk (m)
N = Banyaknya putaran perdetik (s-1)
gc = Gravitasi bumi (m/s2)

Perbandingan bilangan power terhadap kecepatan pengaduk yang digunakan dapat


dilihat pada gambar berikut:

0.18
0.16
0.14
0.12
0.1 Propeller
Nfr

0.08 Paddle
0.06 Turbin
0.04
0.02
0
140 180 220 260 300
Kecepatan Pengaduk (Rpm)

Gambar 5.8 Hubungan kecepatan pengaduk terhadap bilangan froude pada larutan
kanji 7,5%
0.18
0.16
0.14
0.12 Propeller
0.1
Paddle
Nfr

0.08
Turbin
0.06
0.04
0.02
0
140 180 220 260 300
Kecepatan Pengaduk (Rpm)

Gambar 5.9 Hubungan kecepatan pengaduk terhadap bilangan froude pada larutan
kanji 15%
Berdasarkan gambar 5.8 dan 5.9 didapatkan bahwa bilangan Froude
berbanding lurus terhadap kecepatan pengaduk dan diameter pengaduk dari ketiga
pengaduk yang digunakan, pengaduk jenis paddle dan turbin memiliki nilai yang
lebih besar dibandingkan pengaduk propeller. Bilangan Froude pada pengaduk
jenis propeller menggunakan fluida kanji 7,5% memiliki nilai bilangan Froude
pada kecepatan pengaduk 140; 180; 220; 260; dan 300 rpm secara beturut – turut
adalah 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; dan 0,11. Pengaduk turbin memiliki bilangan
Froude secara berturut – turut adalah 0,03; 0,05; 0,07; 0,10; dan 0,14. Serta untuk
pengaduk paddle memiliki bilangan Froude secara berturut – turut adalah 0,03;
0,05; 0,08; 0,12; dan 0,16. Menurut Rauf dan Sufiah (2019), besarnya kecepatan
pengaduk berbanding lurus dengan angka Froude. Semakin tinggi kecepatan
pengaduk maka semakin besar pula angka Froude-nya. Bilangan ini meningkat
karena aliran fluida akan mengikuti gaya gravitasi menuju bagian bawah tangka.

5.2.5 Pola Aliran


Untuk melihat pola aliran, dimasukkan beberapa tetes pewarna makanan
kedalam tangki berpengaduk. Kemudian diamati pola aliran yang terbentuk.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan terdapat pada Tabel 5.1 terlihat pada
pengaduk propeller pada tangki berbaffle dengan posisi center menghasilkan pola
aliran axial, sedangkan pada pengaduk paddle dan turbin dengan kondisi sama
menghasilkan pola aliran radial.

VI.Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Semakin besar kecepatan pengaduk maka akan semakin cepat proses
pencampurannya.
2. Waktu pencampuran pewarna tinta ke dalam fluida lebih cepat menggunakan
pengaduk paddle dan turbin dibandingkan dengan pengaduk propeller.
3. Semakin besar kecepatan pengaduk maka semakin besar bilangan Reynold
yang dihasilkan.
4. Semakin besar kecepatan pengaduk maka semakin besar bilangan Power yang
dihasilkan.
5. Semakin besar diameter pengaduk maka semakin besar bilangan Froude yang
dihasilkan.
6. Pola aliran yang dihasilkan berbeda – beda, tergantung pada jenis pengaduk
serta ada atau tidak adanya baffle.

VII.Daftar Pustaka
Darmawan, D., Harijanto, A., dan Astutik, S. 2018. Analisis Bilangan Reynold
(Re) untuk Menentukan Jenis Aliran Fluida Menggunaka CFD
(Computational Fluid Dynamic) sebagai Rancangan Bahan Ajar di SMA.
FKIP E-Proceeding. 3(1) : 178-182.
Fachruddin, A., Irfan, S. A., dan Toni, B. 2015. Analisa Aliran Fluida pada
Mixing Crude Oil Storage Tank dengan CFD. Institute Teknologi 10
Nopember
Geankoplis, C., J. 2003. Transport process and superation process principles
(include unit operation) fourth edition. USA prentice hall.
Herlianti, 2012. Aplikasi Mixing di Industri (Reaktor Tangki Berpengaduk).
Universitas Jayabaya.
Kuzmina, L.I dan Yuri, V.O. 2016. Deep Bed Filtration Asymptotics at the Filter
Inlet. Procedia Engineering. 153(1): 366-370.
Nilsen, V. 2020. Some aspects of deep-bed filtration dynamics in QMRA for
drinking water. Water research. 170(5): 115-365.
Oktavianto, P., Amar, M., Yatno, D. A., Abdul, R., dan Anwar, M. 2020.
Modifikasi Pengaduk Tangki Seksi 200 Pada Fasilitas Pilot Conversion
Plant (PCP). PIN Pengelolaan Instalasi Nuklir. 13(24) : 11-22.
Prasetyo, B. H., Rubiono, G., dan Suryadhianto, U. 2020. Pengaruh Jumlah Sudu
Pengaduk Terhadap Pola Pencampuran dan Konsumsi Daya Listrik pada
Mixer Vertikal. V-MAC (Virtual of Mechanical Engineering Article).
5(1) : 9-12.
Prasetyo, R. I., Ahmad, M., dan Muhammad, A. 2018. Pengaruh fitrasi dengan
metode up flow terhadap kekeruhan besi (Fe) dan derajat kebebasan.
Jurnal world of civil and environment Engineering. 1(1):9-14
Purwanto, 2008. Pengaruh Design Impeller, Baffle, Kecepatan Putar Pada
Proses Isolasi Minyak Kelapa Murni Dengan Metode Pengadukan.
Institute Teknologi Adhi Tama : Yogyakarta.
Rauf, R. dan Sufiah, N. M. 2019. Analisis Perubahan Dasar Saluran Terbuka
Akibat Variasi Debit pada Tingkat Aliran Kritis dan Super Kritis. Jurnal
Teknik Hidro. 12(1) : 25-33.
Supriyanto M., Masruki K., dan Hera S. 2019. Perancangan mesin pengaduk sirup
parijoto dengan sistem tiga blade. Jurnal Teknik Mesin. Universitas
Muria Kudus. 6(1) : 277-281.
Suryadhianto, U. dan Ikhwanur, Q. 2018. Pengaruh Jumlah dan Kemiringan Sudu
Mixer Poros Vertikal (Vertical Stirred Mixer) Terhadap Unjuk Kerja
Pencampuran. Jurnal ROTOR. 11(1) : 25-29.
Syauqiah, I., Amalia, M. and Kartini, H.A., 2011. Analisis variasi waktu dan
kecepatan pengaduk pada proses adsorpsi limbah logam berat dengan
arang aktif. Info-Teknik, 12(1) : 11-20.
Tamsuri, A. 2009. Klien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. EGC:
Jakarta.
Triwibowo, B., Megawati, M., Puspita, D. R., dan Putri, D. A. 2017. Simulasi
distribusi shear stress pada dasar tangki sistem pengadukan berbasis
Computational Fluid Dynamics (CFD). Jurnal Kompetensi Teknik. 9(1) :
20-28.

VIII.Lampiran
A. CONTOH PERHITUNGAN
A.1 Data Pengamatan
A.1.1 Menentukan Densitas
1. Densitas Air
( berat piknometer + air ) - ( berat piknometer kosong)
ρ =
volume piknometer
(43, 43 gram) - ( 18,53 gram)
=
25 mL
= 0,9 96 g/mL

2. Densitas larutan tepung kanji 7,5 %


( berat piknometer + tepung kanji) - ( berat piknometer kosong)
ρ =
volume piknometer
(4 2,94 gram) - (1 8,53 gram)
=
25 mL
= 0,9764 g/mL

3. Densitas larutan tepung kanji 15 %


( berat piknometer + tepung kanji) - ( berat piknometer kosong)
ρ =
volume piknometer
(43,57 gram) - (18,53 gram)
=
25 mL
= 1,0016 g/mL
A.1.2 Menentukan Viskositas
1. Viskositas air
Dari Appendix A.24 (Geankoplis). Viskositas air adalah 0,8007 x
10-3 Pa.s

2. Viskositas Larutan Tepung Kanji 7,5 %


Dik : ρair = 0,996 g/mL
ρkanji = 0,9764 g/mL
tair = 3,18 s
tkanji = 4,25 s
μair = 0,8007 x 10-3 Pa.s

Dengan menggunakan metode viscometer Ostwald maka :


ρ kanji ×t kanji
μkanji = x μair
ρair ×t air
g
0,9764 × 4,25 s
mL
= x 0,8007 x 10-3 Pa.s
g
0,996 × 3,18 s
mL
= 1,05 x 10-3 Pa.s

3. Viskositas Larutan Tepung Kanji 15 %


Dik : ρair = 0,996 g/mL
ρkanji = 1,0016 g/mL
tair = 3,18 s
tkanji = 4,67 s
μair = 0,8007 x 10-3 Pa.s

Dengan menggunakan metode viscometer Ostwald maka :


ρ kanji ×t kanji
μkanji = x μair
ρair ×t air
g
1,0016 × 4,67 s
mL
= x 0,8007 x 10-3 Pa.s
g
0,996 ×3,18 s
mL
= 1,18 x 10-3 Pa.s

A.2 Menentukan Tinggi Cairan


8.2.1 Menentukan tinggi cairan untuk tangki berbaffle
H/Dt = 0,75
Diameter tangki berbaffle = 20,5 cm
H = 0,75 x 20,5 cm
H = 15,37 cm

A.2.2 Menentukan tinggi cairan untuk tangki unbaffle


H/Dt = 0,75
Diameter tangki berbaffle = 24 cm
H = 0,75 x 24 cm
H = 18 cm

A.3 Menentukan Tinggi Pengaduk dari Dasar Tangki


E/Da = 0,95
a. Diameter Pengaduk Propeller = 4,7 cm
E = 0,95 Da
E = 0,95 (4,7 cm)
E = 4,4 cm

b. Diameter Pengaduk Paddle = 6,3 cm


E = 0,95 Da
E = 0,95 (6,3 cm)
E = 5,9 cm
c. Diameter Pengaduk Turbin = 5,5 cm
E = 0,95 Da
E = 0,95 (5,5 cm)
E = 5,2 cm
A.4 Pembuatan Fluida Tepung Kanji untuk Tangki berbaffle
a. Volume cairan
V = 1/4πD2H
V = ¼(3,14)(20,5cm)2 x 15,37 cm
V = 5070,50 cm3
V = 5,070 Liter

b. Massa Tepung Kanji 7,5 %


Mkanji = ρair x Vcairan x 7,5 %
= 0,996 g/cm3 x 5070,50 cm3 x 7,5 %
= 378,76 gram

c. Massa Tepung Kanji 15 %


Mkanji = ρair x Vcairan x 1 %
= 0,996 g/cm3 x 5070,50 cm3 x 15 %
= 757,53 gram

A.5 Perhitungan Bilangan Tak Berdimensi


A.5.1 Bilangan Reynold
Menghitung bilangan reynold dengan kecepatan 1400 rpm pada larutan
kanji 7,5 % dengan pengaduk propeller.

Dimana : Da = 4,7 cm = 0,047 m


μkanji = 1,05 x 10-3Pa.s
ρkanji = 0,9764 gr/mL
n = 140 rpm = 2,33 rps

Dp 2 x n x ρ
NRe=
μ
2
(0,047 m) x 2,33 rps x 0,9764 g /mL
¿
1,05 x 10−3 Pa . s
= 4786,192
Untuk hasil perhitungan dengan perbedaan pengaduk, kecepatan
pengaduk dan perbedaan konsentrasi kanji dapat menggunakan rumus di
atas.

A.5.2 Bilangan Froude


Menghitungbilangan Froude dengankecepatan 140 rpm pada
larutan kanji 7,5 % dengan pengaduk propeller.

Dimana : Da = 4,7 cm = 0,047 m


n = 140 rpm = 2,33 rps
gc = 9,8 m/s2
2
Da x n
Nfr=
g
0,047 m x (2,33 rps) 2
¿
9,8 m/ s
= 0,026037
Untuk hasil perhitungan dengan perbedaan pengaduk, kecepatan
pengaduk dan perbedaan konsentrasi kanji dapat menggunakan rumus di
atas.

A.5.3 Bilangan Power


Menghitungbilangan power dengankecepatan 140 rpm pada larutan kanji
7,5 % dengan pengaduk propeller.

Dimana : Da = 4,7 cm = 0,047 m


P = 11,2 W
ρkanji = 0,9764 gr/cm3
n = 140 rpm = 2,33 rps

Np = P
¿¿
11,2 watt
=
¿¿
= 3953,968446

Untuk hasil perhitungan dengan perbedaan pengaduk, kecepatan


pengaduk dan perbedaan konsentrasi kanji dapat menggunakan rumus di
atas.

Anda mungkin juga menyukai