menghasilkan
transformasi
dari
asam
klorogenat
menjadi
10
12
3. Tannin
Senyawa ini merupakan senyawa fenolik yang terkandung dalam buah
kopi. Kandungan tannin dapat rusak atau dikurangi dengan merendam
ampas dalam air, serta larutan alkali, dan inokulasi dengan
mikroorganisme terseleksi. Tannin ditemukan pada pemrosesan kering
sebagai residu dari coffee pulp, namun tidak ditemukan pada
pemrosesan biji kopi cara basah. Tannin merupakan senyawa phenolik
utama pada buah kopi , sedang pada biji kopi tannin terutama sebagai
keluarga ester yang terbentuk antara hydroxycinnamic acids dan quinic
acid, secara bersama-sama disebut chlorogenic acid.
14
4. Anthocyanidin
Anthocyanidin seperti cyanidin, pelargonidin dan 1- peonidin
diidentifikasi pada biji kopi arabika 1 % phenolic glycosides.
5. Lignan
Termasuk senyawa ini adalah secoisolariciresinol, lariciresinol,
matairesinol dan pinoresinol. Lignan merupakan antioksidan larut
lemak seperti sesamolinol dan sesamolin. Perannya mencegah
terbentuknya radikal bebas, dan membersihkan radikal bebas yang
telah siap terbentuk. Lignan merupakan phytoestrogen dengan
estrogenik. Lignan ditemukan dalam berbagai sumber bahan makanan,
termasuk kopi. Senyawa phenolik seperti lignan dan anthocyanins
terdapat pada biji kopi dalam jumlah kecil.
15
bahwa
kopi
mengurangi
plasma
gamma-glutamyl
17
sentral. Macula adalah pusat dari retina dan merupakan bagian yang paling
vital dari retina yang memungkinkan mata melihat detil-detil halus pada
pusat lapang pandang. Tanda utama dari degenerasi pada makula adalah
didapatkan adanya bintik-bintik abu-abu atau hitam pada pusat lapangan
pandang. Kondisi ini biasanya berkembang secara perlahan-lahan, tetapi
kadang berkembang secara progresif, sehingga menyebabkan kehilangan
penglihatan yang sangat berat pada satu atau kedua bolamata (Liesegang,
2003-2004).
Berdasarkan American Academy of Oftalmology penyebab utama
penurunan penglihatan atau kebutaan di AS yaitu umur yang lebih dari 50
tahun. Data di Amerika Serikat menunjukkan, 15 persen penduduk usia 75
tahun ke atas mengalami degenerasi makula itu. Terdapat 2 jenis tipe dasar
dari penyakit-penyakit tersebut yakni Standar Macular Degeneration dan
Age Related Macular Degeneration (AMD). Bentuk yang paling sering
terjadi adalah AMD. Degenerasi makula terkait usia merupakan kondisi
generatif pada makula atau pusat retina (Liesegang, 2003-2004).
Terdapat 2 macam degenarasi makula yaitu tipe kering (atrofik)
dan tipe basah (eksudatif). Kedua jenis degenerasi tersebut biasanya
mengenai kedua mata secara bersamaan (Angelia, 2007). Degenerasi
makula terjadi sebagai akibat dari kerusakan pada epitel pigmen retina.
Degenerasi makula menyebabkan kerusakan penglihatan yang berat
(misalnya kehilangan kemampuan untuk membaca dan mengemudi) tetapi
jarang menyebabkan kebutaan total. Penglihatan pada tepi luar dari lapang
18
19
20
2.2.2. Klasifikasi
1. Degenerasi Makula tipe non-eksudatif (tipe kering) atau nonneovaskular
Rata-rata 90% kasus degenerasi makula terkait usia adalah
tipe kering. Kebanyakan kasus ini bisa memberikan efek berupa
kehilangan penglihatan yang sedang.
Pada gambaran fundus, macula tampak lebih kuning atau
pucat dikelilingi oleh bercak-bercak dan pembuluh darah tampak
melebar. Bercak-bercak ini disebut drusen yaitu bangunan khas
yang berbentuk bulat, berwarna kekuningan. Secara histopatologi
drusen terdiri atas kumpulan materi eosinofilik yang terletak
diantara epitel pigmen dan membran Bruch sehingga drusen dapat
menyebabkan pelepasan fokal dari epitel pigmen (Huang at all,
2006).
21
(a)
(b)
mempunyai
bervariasi.Ukuran
drusen
ukuran
dapat
yang
sangat
diperkirakan
dengan
22
23
geografik
retina,
atau
berkembang
membentuk
depigmentasi
di
sekitar
EPR
yang
mengalami
24
sehingga
menyebabkan
pelepasan
epitel
pigmen.
(a)
(b)
25
Ablasi EPR
Robekan EPR
Pendarahan subretina
Pendarahan vitreus
Sikatrik disiforms
26
2.2.3. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya AMD belum diketahui dengan pasti sampai
saat ini. Beberapa teori yang diajukan, antara lain:
1. Proses penuaan
bagian paling luar dari sel fotoreseptor yang berbentuk keeping
sering di makan oleh epitel pigmen retina (EPR) dengan pola diurnal,
yaitu keping terluar sel batang dimakan pada siang hari dan keping
terluar sel kerucut dimakan pada malam hari. keping yang tidak
terfagosit akan tertimbun dalam EPR yang disebut lipohfuhsin.
Lipohfusin akan menghambat degradasi makromolekul seperti protein
dan lemak, mempengaruhi ekspresi gen yang mengatur keseimbangan
antara vascular endothelial growth factor (VEGF) dengan produksi
pigment epithelial derived factor yang merupakan zat anti angiogenik,
serta bersifat fotoreaktif, akibatnya menimbulkan terjadinya apoptosis
EPR. Lipohfusin yang tertimbun dalam sel EPR akan mengurangi
volume sitoplasma, sehingga makin menurunkan kemampuan EPR
untuk memfagosit keping-keping sel fotoreseptor. Lipohfuhsin
tertimbun diantara sitoplasma dan membrane basalis sel EPR,
membentuk lapisan yang disebut basal laminar deposit, yang ikut
bertanggungjawab dalam penebalan membrane Bruch (James at al,
2006).
27
2. Teori iskemik
Angiogenesis terjadi karena adanya iskemik pada jaringan yang
memacu timbulnya suatu agen angiogenik antara lain VEGF. Pada
penelitian didapatkan fakta yang menunjukkan bahwa pada AMD
iskemia tidak memegang peranan yang penting. Sel fotoreseptor hanya
terpapar oleh sedikit oksigen, sedangkan EPR terpapar olek oksigen
dalam konsentrasi
28
tiba-tiba
ataupun
secara
perlahan
akan
terjadi
29
2.2.5. Diagnosa
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan hasil
pemeriksaan oftalmoskopi yang mencakup ruang lingkup pemeriksaan
sebagai berikut (Liesegang, 2003-2004):
1. Test Amsler Grid, dimana pasien diminta suatu halaman uji
yang mirip dengan kertas milimeter grafis untuk memeriksa
luar titik yang terganggu fungsi penglihatannya. Kemudian
retina diteropong melalui lampu senter kecil dengan lensa
khusus.
30
2.2.6. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi khusus untuk AMD noneksudatif penglihatan
dimaksimalkan dengan alat bantu penglihatan termasuk alat pembesar
dan teleskop. Pasien diyakinkan bahwa meski penglihatan sentral
menghilang, penyakit ini tidak menyebabkan hilangnya penglihatan
31
fluorosen
memperlihatkan
membrane
neovaskular
fotoreseptor
di
atasnya.
PDT
dilakukan
dengan
32
Fotokoagulasi
laser
krypton
terhadap
neovaskularisasi
33
substansi
angiogenik
utama
dalam
terbentuknya
karena
yang
mengikat
merupakan
kesemua
antibody
bentuk
aktif
VEGF.
monoclonal
seperti
34
menyelidiki
pola-pola
morfologi,
peneliti
juga
35
adalah nyata lebih tinggi. Hal ini terutama dalam jaringan yang telah
diberikan dengan 30 mg / kg asam klorogenat. Selanjutnya, pada yang
menggunakan asam klorogenat terdapat penurunan dramatis (52,7%)
di Mu-1 protein yang terjadi pada jaringan yang telah mengalani
kerusakan pada nervus optikus. Mu-1 adalah glikoprotein permukaan
dinyatakan unik di RGCs itu berfungsi sebagai penanda awal
penurunan fungsi RGC (retinal ganglion cell) pada kerusakan retina
(Jang at al, 2013).
Pemberian, 30 mg / kg asam klorogenat lebih efektif pada
syaraf yang mengalami degenerasi retina
epigallo catechin gallate (EGCG)
36