Anda di halaman 1dari 15

Metoda Ekstraksi Cair-Cair sebagai Alternatif

untuk Pembersihan Lingkungan Perairan


dari Limbah Cair Industri Kelapa Sawit

Agus M. H. Putranto

Abstract: Telah dilakukan penelitian tentang pembersihan lingkungan perairan


melalui metoda ekstraksi cair-cair dalam rangka mengurangi polusi lingkungan
yang dihasilkan oleh limbah cair industri kelapa sawit, yang manfaatnya dapat
sebagai bahan dasar industri makanan dan farmasi. Metode ini bermanfaat
untuk mengekstraksi limbah cair yang mengandung gugus yang bersifat hidrofil
dan lebih sukar menguap daripada air. Apabila dibandingkan dengan metode
pengendapan yang konvensional untuk larutan dengan konsentrasi asam yang
tinggi, maka metode ini lebih cocok untuk larutan dengan konsentrasi asam-
asam karboksilat kurang dari 3%. Apabila dibandingkan dengan limbah cair
agroindustri sebenarnya, maka pada penelitian ini dipergunakan limbah model
yang berisi 5 g/l dan 10 g/l asam butirat dalam larutannya. Penelitian dilakukan
dalam berbagai konsentrasi pelarut mulai dari 30% - 80% volume TBF dan TEF
sebagai pelarut utama dalam campuran dengan dodekana sebagai pelarut
pendamping (diluent). Pengurangan massa jenis dan viskositas yang dimiliki
pelarut utama, oleh adanya diluent akan sangat membantu dalam proses
ekstraksi dan transfer massa. Persentase asam terekstraksi dalam fasa organik
dalam rasio pelarut secara volumetri telah ditentukan dalam penelitian ini, yaitu
kemampuan maksimum pelarut TBF pada 80% v/v mencapai 53,34% dan
52,78% untuk pelarut TEF. Selanjutnya dari sifat ketidaklarutan dalam air dan
kemampuan ekstraksinya, TBF dan TEF, belum dapat dipromosikan sebagai
ekstrakstan untuk penggunaan dalam industri kelapa sawit, dikarenakan tidak
semua asam butirat yang ada di dalam limbah cair tersebut dapat diekstraksi.

Kata Kunci: ekstraksi cair-cair, asam butirat, TBF, TEF, polusi perairan.

PENDAHULUAN Sebagai contoh, manusia dalam


Melihat kemajuan ilmu mengeksplorasi alam, menggunakan
pengetahuan dan teknologi hingga teknologi tidak ramah lingkungan,
saat ini, telah banyak memberi kemudian membuang limbahnya ke
manfaat bagi kesejahteraan hidup perairan, tanpa melalui perlakuan
manusia, antara lain berupa terlebih dahulu, sehingga mening-
kemudahan di segala bidang dalam galkan polutan sangat berbahaya
memenuhi kebutuhan hidupnya di bagi flora maupun fauna yang hidup
muka bumi ini. Namun disisi lain di perairan tersebut. Apabila flora
dampak negatif dari kemajuan dan fauna yang telah terkontaminasi
teknologi telah mengakibatkan oleh polutan kemudian dikonsumsi
kerusakan lingkungan cukup serius. oleh manusia, maka akhirnya

Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Bengkulu

158
Putranto, A. M. H, Metoda Ekstrasi Cair-Cair .............. 159

manusia juga yang akan dan memiliki kemurnian yang tinggi.


menanggung resikonya. Dengan demikian metoda ini
Pembuangan limbah cair dari bermanfaat ganda. Disamping dapat
hasil produksi agroindustri seperti membersihkan lingkungan dari
industri kelapa sawit ternyata pencemaran asam-asam organik
mengandung asam-asam karboksilat yang larut dalam limbah cair, asam-
dan asam lemak bebas termasuk asam karboksilatnya dapat dijual
didalamnya asam butirat yang dapat kembali, sebab memiliki kemurnian
mengganggu kelestarian lingkungan. yang tinggi.
Asam-asam karboksilat dan asam Metoda ekstraksi cair-cair
lemak bebas yang terlarut dalam (LLE) inipun mengalami inovasi
limbah cair ini apabila dibiarkan, beberapa kali dalam hal peng-
jelas akan mengganggu kehidupan gunaan jenis pelarut organiknya.
biota yang ada diperairan. Oleh Mulai dari penggunaan alkohol,
sebab, itu perlu dilakukan pengolah- ketone, eter dan ester, yang kini
an terhadap limbah cair tersebut. dinilai memiliki daya ekstraksi
Teknik pengolahan limbah rendah, ditandai dengan rendahnya
cair agroindustri dengan metoda harga koefisien partisinya. Nilai koe-
pengomplekskan, pengendapan, fisien partisi (m) adalah merupakan
destilasi, pertukaran ion dan lain perbandingan fraksi massa antara
sebagainya, telah dikenal sejak dulu. zat yang berada pada fasa organik
Namun, metoda-metoda tersebut dengan fraksi massa zat yang
dinilai tidak ekonomis. Dengan berada pada fasa air. Dengan
perkembangan sains dan teknologi, diketemukannya pelarut organik tipe
telah ditemukan cara pengolahan organo phosphor dan amina tersier
limbah cair tersebut, yaitu dengan rantai panjang, maka persoalan
metoda ekstraksi cair-cair/Liquid- tentang rendahnya harga koefisien
liquid Extraction (LLE). Keunggulan partisi dapat teratasi. Dikarenakan,
metoda ini antara lain, pelarut kedua tipe pelarut tersebut memiliki
organik yang dipergunakan dapat daya ekstraksi tinggi. Dengan
didaur ulang, sehingga dapat terus mengetahui reaksi yang terjadi
digunakan, asam-asam karboksilat antara asam karboksilat dengan
hasil ekstraksinya dapat dipisahkan gugus fungsi yang ada dalam
antara satu asam dengan lainnya masing-masing pelarut ini, maka
160 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No.2, Agustus 2009 (158 – 172)

akan diketahui pelarut mana yang mulai dari 30% - 80% (v/v).
memiliki daya ekstraksi lebih tinggi. Sedangkan perbandingan volume
Industri pengolahan kelapa antara fasa organik (pelarut organik
sawit dalam produksinya menghasil- + diluent) dengan fasa airnya
kan asam-asam lemak yang larut (larutan asam butirat dalam air)
dan tidak larut dalam air. Asam adalah 1 : 1. Campuran fasa organik
stearat, asam palmitat, asam lino- dengan fasa air kemudian dikocok
leat, asam oleat adalah merupakan selama 3 jam sebagai proses kontak
asam-asam lemak tidak bebas yang ekstrasinya, kemudian didiamkan
tidak larut di dalam air dan persen- selama 2 jam untuk penyempurnaan
tasenya cukup besar, sehingga proses pemisahannya. Kemudian di-
asam-asam tersebut dapat dipisah- analisa pada fasa airnya untuk me-
kan dengan mudah yang sekaligus ngetahui kemampuan ekstraksi dari
menjadi produksi utama. Sedangkan masing-masing pelarut organiknya.
asam lemak bebas dengan rantai Ekstraksi cair-cair/Liquid-
karbon pendek sebagai produksi Liquid Extraction (LLE), adalah
tambahan dengan persentase kecil, merupakan sistem pemisahan seca-
kebanyakan larut di dalam air, ra kimia-fisika dimana zat yang akan
sehingga sulit untuk dipisahkan. Hal diekstraksi, dalam hal ini asam-asam
ini yang biasanya diabaikan dan karboksilat atau asam-asam lemak
langsung dibuang sebagai limbah bebas yang larut dalam fasa air,
cair, sehingga mencemari lingku- dipisahkan dari fasa airnya dengan
ngan perairan. Maka dalam pene- menggunakan pelarut organik, yang
litian ini berhasil dipisahkan asam- tidak larut dalam fasa air, secara
asam karboksilat tersebut dari lim- kontak langsung baik kontinyu
bah cairnya, agar tidak mencemari maupun diskontinyu (Coeure et al,
lingkungan dan nantinya dapat 1965).
dimurnikan untuk dijual lagi, Sistem ekstraksi cair-cair
sehingga dapat mengurangi beaya (Liquid-liquid Extraction) dengan
operasional penanganan limbahnya. menggunakan pelarut organik untuk
Dalam penelitian ini dipergunakan memisahkan asam-asam organik,
limbah model dengan variasi mendapatkan perhatian dikalangan
persentase volume (v/v) pelarut para peneliti, beberapa tahun
organo fosfor terhadap diluentnya belakangan ini. Terutama pemakai-
Putranto, A. M. H, Metoda Ekstrasi Cair-Cair .............. 161

an pelarut organo phosphor seperti, kaian pelarut secara konvensional


tributilfosfat (TBF), trietilfosfat (TEF) seperti, alkohol, ketone dan eter
dan pemakaian amine tersier rantai hanya menghasilkan koefisien partisi
panjang, misalnya triisooktilamine rendah, ditambah lagi pelarut terse-
(TIOA), trialkilamin (TAA) (Tamada but banyak larut di dalam air,
et al, 1990; Yang et al,1991; Kirsch sehingga akan sangat merugikan
and Maurer,1997). Mengingat pema- (Kertes and King, 1986).

O
H3C (CH2)3 O
xx
H3C (CH2)3 O P O xx H O C R

H3C (CH2)3 O

Gambar 1. Reaksi antara TBF/ TEF dengan asam karboksilat


O
H

O H O C R

H
Gambar 2. Ikatan hidrogen antara molekul air dengan asam karboksilat
O
C8H17

C8H17 N H O C R

C8H17
Gambar 3. Reaksi ikatan TIOA/TAA dengan asam karboksilat

Pada Gambar 1, terlihat pada pemisahan asam karboksilat


dalam ikatan fosfor–oksigen sebagai dari fasa airnya (Duarte, et al, 1989;
gugus fosforil berfungsi sebagai Faizal, et al, 1990; Smagghe, et al,
basa Lewis yang lebih kuat daripada 1991). Pemakaian diluent akan lebih
ikatan karbon–oksigen pada pema- sinergis dengan pelarut utama
kaian pelarut konvensional, menga- dalam hal ini TBF, apabila meng-
kibatkan peningkatan koifisien partisi gunakan diluent yang bersifat polar,
162 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No.2, Agustus 2009 (158 – 172)

walaupun memiliki daya ekstraksi amina (seperti terlihat pada Gambar


lebih, namun kebanyakan diluent 3) akan sangat dipengaruhi jenis
yang polar lebih banyak larut dalam diluent yang dipergunakan.
air, sehingga akan merugikan proses Pada Gambar 3, terlihat
ekstraksinya (Malmary et al, 2000). ikatan antara asam karboksilat
Pada Gambar 2, terlihat dengan TIOA. Seperti hal nya pada
ikatan hidrogen yang terjadi antara TBF, maka adanya pasangan
molekul air dengan asam karboksi- elektron hampa (lone pair electron)
latnya. Ikatan hidrogen yang terjadi pada atom nitrogen akan mampu
pada Gambar 2, dapat dipatahkan mematahkan ikatan hidrogen antara
oleh adanya gugus fosforil dari TBF, atom O dan H seperti pada Gambar
karena ikatan antara atom O dengan 1. Sehingga, akan terbentuk ikatan
atom P pada TBF lebih elektronega- antara asam karboksilat dengan
tif daripada ikatan hidrogen antara TIOA seperti pada Gambar 3.
atom H dan O pada fasa air. Apalagi dengan adanya diluent akan
Sehingga, akan terjadi reaksi menyebabkan gugus amine lebih
penarikan molekul asam oleh gugus bersifat basa dan akan menstabilkan
fosforil pada TBF seperti pada pasangan ion yang terbentuk dalam
Gambar 1. Triisooktilamine (TIOA) fasa organiknya (Marmary et al,
dengan rumus (C8H17)3N memiliki 2000). Selanjutnya, karena kekuatan
sifat kimia-fisika antara lain, ekstraksi dari pelarut ini merupakan
viskositas yang tinggi (μ = 15 mPa.s ikatan basa-amina, maka amina
pada 20°C) dan massa jenis (ρ = tersier merupakan pilihan yang tepat
0,816 Kg/dm-3 pada 20°C). Seperti sebagai pelarut organiknya daripada
keterangan di atas, selisih massa amina primer dan sekunder. Apalagi
jenis yang baik untuk memudahkan sifat dari amina primer dan sekunder
proses pemisahan antara fasa orga- yang larut dalam air, serta amina

nik dan fasa air adalah (Δρ ≥ 0,1 sekunder akan membentuk amida

Kg.dm-3). Faktor ini akan memfasili- pada pencucian pelarut dengan

tasi proses pengendapan dan sistem destilasi. Hal ini hanya akan

stabilitas antar fasa. Seperti halnya menaikan beaya produksinya.

pada TBF, pemakaian TIOA pun Polaritas diluent akan sangat

masih memerlukan diluent. Sebab berpengaruh pada proses ekstraksi-

formasi ikatan asam karboksilat- nya, semakin polar diluent yang


Putranto, A. M. H, Metoda Ekstrasi Cair-Cair .............. 163

dipergunakan akan semakin besar ekstraksi cair-cair, yaitu sebesar 3%


daya pemisahnya (King, 1993). (b/v). Pada penelitian dengan meng-
Dalam penelitian ini akan digunakan gunakan pelarut jenis organo fosfor
1-oktanol sebagai diluent yang dan amina tersier rantai panjang,
sudah terbukti dapat meningkatkan telah berhasil mengekstraksi asam
daya ekstraksi dari amina tersier. laktat, asam malat dan asam sitrat,
Disamping itu komposisi campuran adalah merupakan asam–asam
(pelarut-diluent) juga akan sangat mono, di dan tri karboksilat.
mempengaruhi daya ekstraksinya. Kemampuan ekstraksi dari
Analog dengan sifat kimia– kedua jenis pelarut tersebut (TBF &
fisika dari jenis pelarut organo fosfor, TIOA) akan meningkat seiring
maka pada penelitian telah diban- dengan kenaikan konsentrasinya
dingkan kemampuan ekstraksinya pada campuran antara pelarut
antara Tributilfosfat (TBF) dengan utama dan pendamping, hal ini juga
Trietilfosfat (TEF). Sedangkan untuk akan dilihat pada pemakaian pelarut
penelitian tahap kedua, akan TEF + dilunet dan TAA + diluent.
dipergunakan jenis pelarut organik Melihat dari mekanisme
amina rantai panjang, akan reaksi ekstraksi dari masing–masing
dibandingkan kemampuan ekstraksi- pelarut secara teoritis, dapat
nya antara Triisooktilamina (TIOA) diasumsikan bahwa pasangan
dengan Trialkilamina (TAA). Dari pelarut antara TBF + Dodekana
hasil penelitian sebelumnya, pada dengan TEF + Dodekana memiliki
ekstraksi limbah cair industri gula kemampuan ekstraksi yang sama
tebu menunjukkan bahwa, besarnya kuat, sehingga memiliki koefisien
konsentrasi asam karboksilat dalam partisi sama besar untuk masing-
fasa air akan mempengaruhi harga masing asam karboksilat yang
koefisien partisinya (Putranto, 2000). digunakan. Hal ini sekaligus menjadi
Dalam penelitian ini diterapkan untuk hipotesis dari penelitian ini, bahwa:
mengekstraksi larutan model dari Ho = Tidak terdapat perbedaan
asam butirat yang larut dalam besarnya koefisien partisi pada
limbah cair industri kelapa sawit, ekstraksi tersebut.
pada konsentrasi 5 g/L (0,5 %) dan Ha = Terdapat perbedaan besarnya
10 g/L (1%). Hal ini masih berada koefisien partisi pada ekstraksi
dibawah kemampuan maksimum tersebut.
164 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No.2, Agustus 2009 (158 – 172)

Adapun luaran secara nyata Phosphor, akan lebih meningkatkan


dari penelitian ini, diharapkan hasil- sifat kepolaran pelarut tersebut.
nya dapat menentukan persentase (King,1993).
asam butirat terekstraksi. Sehingga,
didapatkan komposisi pelarut dan METODE PENELITIAN
konsentrasi yang tepat, dengan Sesuai dengan batasan
demikian akan dapat menghemat konsentrasi dalam sistem ekstraksi
biaya produksi dan memberi salah cair-cair, asam butirat yang dipergu-
satu solusi dalam penanganan nakan dalam penelitian ini tidak
limbah cair industri gula tebu. melebihi 3%. Pada penelitian ini
Mekanisme reaksi yang menggunakan konsentrasi 0,5% dan
terjadi pada TBF, dengan adanya 1% dengan asumsi, semakin kecil
pasangan elektron hampa (lone pair konsentrasinya akan mempermudah
electron) pada atom oksigen akan proses pemisahannya. Yaitu dengan
mampu mematahkan ikatan hidro- melarutkan 5 gram/liter air dan 10
gen antara atom O dan H seperti gram/liter air untuk tiap-tiap asam
pada Gambar 1. Sehingga, akan butirat yang dipergunakan. Adapun
terbentuk ikatan antara asam asam butirat yang digunakan dalam
karboksilat dengan TBF seperti proses ekstraksi ini adalah asam
pada mekanisme reaksi di atas. karboksilat yang mengandung satu
Apalagi dengan adanya diluent akan gugus karboksilat (-COOH ).
menyebabkan gugus phosphor lebih Untuk mendapatkan harga
bersifat aktif dan akan menstabilkan koefisien partisi yang besar, sebaik-
pasangan ion yang terbentuk dalam nya dipergunakan pelarut sebanyak
fasa organiknya (Marmary et al, mungkin, namun karena perhitungan
2000). Selanjutnya, karena kekuatan sifat viskositas dan besarnya massa
ekstraksi dari pelarut ini merupakan jenis dari pelarut jenis organo
ikatan antara atom Oksigen yang phosphor dalam hal ini adalah TBF
diperkuat dengan adanya atom dan TEF, akan dicampur dengan
Phosphor, maka dengan mudah diluentnya dengan komposisi per-
akan dapat mematahkan ikatan sentase (V/V) mulai dari 30%
hidrogen antara asam butirat de- sampai dengan 80% volume. Se-
ngan air. Apalagi dengan kebera- dangkan untuk memfasilitasi secara
daan rantai Karbon yang terikat oleh hidrodinamik proses ekstraksinya,
Putranto, A. M. H, Metoda Ekstrasi Cair-Cair .............. 165

perlu ditambahkan sedikit pelarut HPLC. Kemudian encerkan fasa


pendamping (diluent), dodekana. cair di atas hingga 100 kali,
Adapun perbandingan jumlah siapkan untuk dianalisis dengan
volume antara pelarut/solvent pada HPLC. Dengan jumlah volume
fasa organik dengan zat terlarut/ yang sama untuk dipersiapkan
dilute pada fasa cairnya adalah 1 : 1. analisa dengan IR.
Secara garis besar jalannya B. Proses Ekstraksi dengan Pelarut
penelitian ini dapat dibagi dalam dua TEF + Dodekana
tahap yaitu, tahap pertama ekstraksi - 50 ml campuran pelarut (TEF)
dan tahap kedua adalah tahap dan diluent (dodekana) ditambah
analisis hasil ekstraksi. dengan 50 ml larutan yang berisi
A. Proses Ekstraksi dengan Pelarut asam butirat dalam air, dimasuk-
TBF + Dodekana kan dalam corong pemisah 250
- 50 ml campuran pelarut (TBF) ml dikocok secara kontinyu
dan diluent (dodekana) ditambah selama 3 jam dengan mesin
dengan 50 ml larutan yang berisi pengocok otomatis. Kemudian
asam butirat dalam air, dimasuk- diamkan campuran di atas agar
kan dalam corong pemisah 250 terjadi keseimbangan dan distri-
ml dikocok secara kontinyu busi pemisahan selama 1–2
selama 3 jam dengan mesin jam.Selanjutnya pisahkan fasa
pengocok otomatis. Kemudian cair dengan fasa organiknya.
diamkan campuran di atas agar - Menimbang 10 gram fasa cair
terjadi keseimbangan dan distri- kemudian titrasi dengan larutan
busi pemisahan selama 1–2 0,01 N, 0,1 N atau NaOH
jam. Selanjutnya pisahkan fasa dengan menggunakan Phenol-
cair dengan fasa organiknya. phtaline (PP) sebagai indikator-
- Menimbang 10 gram fasa cair nya. Sebagai langkah awal pe-
kemudian titrasi dengan larutan nentuan kemampuan ekstraksi,
0,01 N, 0,1 N atau 1N NaOH sebelum analisa dengan HPLC.
dengan menggunakan Phenol- Kemudian encerkan fasa cair di
phtaline (PP) sebagai indikator- atas hingga 100 kali, siapkan
nya. Sebagai langkah awal untuk dianalisis dengan HPLC.
penentuan kemampuan eks- Dengan jumlah volume yang
traksi, sebelum analisa dengan sama untuk disiapkan analisa IR.
166 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No.2, Agustus 2009 (158 – 172)

HASIL DAN PEMBAHASAN dah serta bersifat polar. Sehingga


Secara garis besar jalannya dapat mempermudah transfer asam-
penelitian ini dapat dibagi dalam dua asam organik dari fasa air ke fasa
tahap yaitu, tahap pertama ekstraksi organik, yang dapat dibuktikan
dengan menggunakan pelarut dengan kenaikan koefisien partisi-
organo fosfor, TBF dengan diluen nya. Namun kebanyakan diluent
dodekana dan tahap berikutnya polar banyak yang larut dalam air,
adalah tahap ekstraksi dengan maka hal ini sangat merugikan,
menggunakan pelarut TEF dengan karena proses produksinya menjadi
diluent dodekana. tidak ekonomis. Sehingga penggu-
Kandungan gugus phosporil naan diluent dalam penelitian ini
yang merupakan ikatan antara tetap menggunakan Dodekana,
Oksigen dan Fosfor dalam TBF dengan pertimbangan diluent ini
maupun TEF, berfungsi sebagai merupakan hidrokarbon alaifatik
basa Lewis, adalah merupakan yang inert dan tidak larut dalam air
ekstrakstan yang lebih kuat daripada (Blumberg, 1988).
ekstraktan yang mengandung gugus Transfer asam-asam karbok-
karbonil maupun hidroksil, sehingga silat dari fasa air ke fasa organik
dapat mengikat asam butirat dalam sangat dipengaruhi oleh kekuatan
limbah cair dari industri kelapa sawit. asamnya, untuk asam-asam poli
Dalam hal ini hanya asam-asam karboksilat besarnya koefisien partisi
karboksilat yang tidak terdesosiasi sangat tergantung dari harga
saja yang dapat diikat oleh pelarut derajad desosiasi pertamanya.
organo fosfor seperti TBF dan TEF. Sedangkan untuk asam butirat yang
Namun karena karakteristik TBF dan merupakan asam lemah mono
TEF sebagai pelarut memiliki karboksilat, mengandung gugus
kelemahan, antara lain memiliki fungsional lebih sedikit daripada
kelarutan yang lebih banyak, maka asam polikarboksilat dan pH inisial
keberadaan pelarut pendamping labih kecil dari pKA nya, maka asam
(diluent) sangat diperlukan untuk ini lebih mudah ditarik oleh
meningkatkan daya ekstraksinya. pelarutnya. (Kertes and King, 1986)
Adapun persyaratan diluen yang (Yang et. al, 1991).
baik adalah, memiliki harga Dari hasil penelitian nampak
viskositas dan massa jenis yang ren- bahwa semakin tinggi persentase
Putranto, A. M. H, Metoda Ekstrasi Cair-Cair .............. 167

volume TBF dan TEF akan semakin dengan pertambahan jumlah volume
meningkatkan harga koefisien pelarutnya. Yaitu, mulai dari 0,06
partisinya. Hal ini bisa diterima, untuk 5 g/L asam butirat dengan
dikarenakan semakin besar konsen- pelarut TBF, 0,05 untuk 5 g/L asam
trasi ekstraktan akan menaikkan butirat dengan pelarut TEF dan 0,04
daya ekstraksinya. Namun perlu untuk 10 g/L asam butirat dengan
diingat bahwa, semakin besar pelarut TBF dan 0,03 untuk 10 g/L
konsentrasi pelarut TBF dan TEF, asam butirat dengan pelarut TEF
akan meningkatkan pula viskositas pada 30% v/v campuran pelarut
pelarut pada organiknya dan organik hingga 0,86 untuk asam
kelarutan dari pelarut tersebut dalam butirat 5 g/L asam butirat dengan
fasa airnya. Hal ini akan berakibat pelarut TBF dan 0,77 untuk 10 g/L
pada proses dekantasi antara fasa asam butirat dengan pelarut TEF
organik dan fasa air akan makin sulit pada 80% v/v campuran pelarut
terpisah, yang akhirnya akan organiknya. Apabila ditinjau dari
menambah waktu dekantasi menjadi jumlah gugus karboksilat yang
lebih lama. Dilain pihak dengan dimiliki oleh asam butirat, maka
menaikkan volume pelarut, akan asam ini adalah asam dengan satu
meningkatkan biaya operasionalnya, gugus karboksilat. Apabila ditinjau
sehinga akan merugikan pihak dari panjang rantai karbon yang
industri sebagai pengolah limbah. terikat pada masing-masing pelarut
Untuk itu dalam penilitian ini dibatasi organiknya (TBF dan TEF), disini
dengan penggunaan pelarut TBF tampak bahwa semakin panjang
dan TEF hingga maksimum 80% v/v. rantai karbon, akan semakin kuat
Dari hasil penelitian nampak memutus ikatan hidrogen antara
bahwa besarnya koefisien partisi asam butirat dengan air. Dengan
dari kedua konsentrasi asam butirat bertambahnya rantai karbon akan
meningkat seiring dengan bertam- meningkatkan kepolaran pelarutnya,
bahnya volume pelarut organik sehingga dapat meningkatkan
dalam campuran pelarut dengan reaktivitas gugus fosforilnya dan
diluent (dodekana). Kenaikan terse- menghasilkan koefisien partisi lebih
but merambat secara linier sesuai besar.
168 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No.2, Agustus 2009 (158 – 172)

Tabel 1. Koefisien Partisi Asam Butirat dengan Pelarut Organo Phosphor +


Diluent

Pelarut Utama+ Pendamping : T.B.F/ T.E.F.+ Dodékana


Perbandingan Fasa org dg fasa air : 1
Komposisi larutan Asam Butirat : 5 g/l
Asam Butirat : 10 g/l

Koef Partisi Koef Partisi Koef Partisi Koef Partisi


Persentase
Asam Butirat Asam Butirat Asam Butirat Asam Butirat
Volume
(5 g/l) (5 g/l) (10 g/l) (10 g/l)
TBF/TEF
Untuk TBF Untuk TEF Untuk TBF Untuk TEF
30 0,06 0,05 0,04 0,03
40 0,16 0,14 0,13 0,11
50 0,28 0,25 0,26 0,23
60 0,41 0,38 0,36 0,33
70 0,63 0,56 0,50 0,47
80 0,86 0,83 0,80 0,77

Koefisien Partisi 5 g/L Asam Butirat

1
KoefisienPartisi

0.8

0.6

0.4

0.2

0
30 40 50 60 70 80
Persentase Vol Pelarut Organik

TBF TEF

Gambar 4. Koefisien Partisi Asam Butirat 5 g/L antara pelarut TBF dan TEF

Koefisien Partisi 10 g/L Asam Butirat

0.9

0.7
KoefisienPartisi

0.5

0.3

0.1

-0.1 30 40 50 60 70 80
Persentas e Vol Pelarut Organik

TBF TEF

Gambar 5. Koefisien Partisi Asam Butirat 10 g/L antara pelarut TBF dan TEF
Putranto, A. M. H, Metoda Ekstrasi Cair-Cair .............. 169

Tabel 2. Persentase Asam Butirat Terekstraks dengan Pelarut Organo


Phosphor + Diluen

Pelarut Utama+ Pendamping : T.B.F/ T.E.F.+ Dodékana


Perbandingan Fasa org dg fasa air :1
Komposisi larutan Asam Butirat : 5 g/l
Asam Butirat : 10 g/l

% Asam Butirat % Asam Butirat % Asam Butirat % Asam Butirat


Persentase
Terekstraksi Terekstraksi Terekstraksi Terekstraksi
volume
(5g/l ) (5g/l ) (10g/l ) (10g/l )
TBF/TEF
Untuk TBF Untuk TEF Untuk TBF Untuk TEF
30 9,11 9,03 8,86 8,47
40 19, 32 18,78 18,34 18,23
50 31,56 30,34 30,76 29,51
60 42,21 40,37 39,12 38,76
70 48,71 45,65 44,43 43,88
80 53,34 52,78 52,11 51,63

Pers entas e 5g/ L As am Butirat Tereks traks

55
Persentase Asam

45
Terkestraks

35

25

15

5
30 40 50 60 70 80
Pers entas e Vol Pelarut Organik

TBF TEF

Gambar 6. Persentase Asam Butirat (5g/L) terekestraks oleh Pelarut Organik

Persentase 10g/L Asam Butirat Terekstraks

55
Persenatse Asam

45
Terkestraks

35

25

15

5
30 40 50 60 70 80
Persentase Vol Pelarut Organik

TBF TEF

Gambar 7. Persentase Asam Butirat (10g/L) terekestraks oleh Pelarut Organik


170 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No.2, Agustus 2009 (158 – 172)

Gambar 4 dan 5 nampak partisinya selalu lebih besar.


kenaikan harga koefisien partisi Kecenderungan ini sesuai dengan
bertambah seiring dengan pendapat Coeure et al (1965) sema-
pertambahan persentase volume kin encer/kecil konsentrasi asam
pelarut organiknya. Hal ini dapat yang terlarut dalam fasa air proses
dimengerti dikarenakan dengan ekstraksi akan semakin mudah.
meningkatnya persentase pelarut Gambar 6 dan 7 nampak
organiknya (TBF & TEF) akan pula bahwa, terjadi linieritas
menaikkan daya ekstraksinya. Besar kemampuan ekstraksi mulai dari
nya Koefisien Partisi adalah merupa- 30% v/v sampai dengan 80% v/v
kan salah satu indikator dari baik untuk pelarut TBF maupun TEF.
kemampuan pelarut tersebut dalam Peningkatan kemampuan ekstraksi
memisahkan polutan (asam butirat) ini seiring dengan peningkatan
dari fasa air ke fasa organiknya. jumlah/ volume pelarut organiknya.
Sehingga linieritas yang terjadi pada Hal ini menunjukkan bahwa peran
kenaikan harga koefisien partisi, pelarut pendamping tidak begitu
akan menggambarkan pula linieritas besar, bahkan semakin sedikit
kenaikan kemampuan ekstraksi dari jumlah diluen daya ekstraksi
pelarut tersebut Namun perbedaan pelarutnya semakin baik. Sedangkan
besarnya koefisien partisi, baik untuk perbedaan konsentrasi pada asam
konsentrasi 5 g/L maupun 10 g/L butirat, antara 5 g/L dan 10 g/L
Asam Butirat untuk pelarut TBF dan nampak bahwa kemapuan ekstraksi
TEF sangat sedikit, bahkan hampir pelarut akan lebih baik pada polutan
sama. Hal ini dikarenakan perbeda- dengan konsentrasi yang lebih kecil/
an panjangnya rantai karbon antara encer. Apabila ditinjau dari jumlah
TBE dengan TEF tidak begitu besar gugus karboksilatnya, maka asam
yaitu antara empat rantai karbon dan butirat memiliki gugus karboksilat
dua rantai karbon yang terikat pada tunggal/ lebih sedikit daripada asam-
pelarut organik tersebut. Sedangkan asam karboksilat lainnya. Hal ini
apabila dilihat dari perbedaan besar- sesuai dengan sifat dari Asam
nya koefisien partisi antara asam bahwa pH inisial asam lebih kecil
butirat dengan konsentrasi 5 g/L dan dari pKa nya, berarti asam tersebut
10 g/L, maka asam butirat dengan memiliki Harga pKa kecil. Semakin
konsentrasi 5 g/L harga koefisien kecil harga pKa akan semakin lemah
Putranto, A. M. H, Metoda Ekstrasi Cair-Cair .............. 171

asamnya, yang berarti sulit terion limbah cair industri kelapa sawit,
dalam larutan, sehingga menyebab- karena bernilai ekonomis dan
kan asam dalam posisi sedikit atau dapat membersih-kan perairan
tidak terdesosiasi. Dalam sistem dari polusi lingkungan.
ekstraksi cair-cair, maka asam yang 2. Semakin tinggi persentase
terekstraksi adalah asam yang volume TBF dan TEF dalam -
dalam posisi tidak terdesosiasi. pelarut organo phosphor (TEF +
Namun secara garis besar dapat Dodekan) akan dapat mening-
dilihat bahwa dengan peningkatan katkan kemampuan ekstraksi ter-
jumlah pelarut organo phosphor hadap asam butirat yang terkan-
akan meningkatkan jumlah asam dung dalam limbah cair industri
yang terkestraksi. Peningkatan kelapa sawit, dengan kemampu-
kemampuan ekstraksi linier dengan an ekstraks maksimum 53,34%
peningkatan konsentrasi TBF dan pada konsentrasi 80% v/v TBF
TEF dalam komposisi antara pelarut dan 52,78 pada 80% v/v TEF.
dengan diluennya. Tidak terdapat 3. Pelarut TBF ternyata memiliki
perbedaan yang berarti pada kemampuan ekstraksi lebih baik
penggunaan pelarut organik antara daripada TEF, walaupun selisih-
TBF dan TEF untuk mengekstreaksi nya tidak terlampau besar, baik
asam butirat, dikarenakan hanya untuk konsentrasi asam butirat 5
selisih dua rantai karbon saja. g/L maupun 10 g/L dalam limbah
Namun demikian TBF sedikit lebih cair industri kelapa sawit. Hal ini
unggul dalam kemampuan sesuai dengan mekanisme reak-
ekstraksinya, karena terdiri dari si dan sifat sebagai pelarut
empat buah rantai karbon organiknya, yaitu semakin
dibandingkan dengan TEF yang panjang rantai karbon akan me-
hanya meiliki dua rantai karbon saja. ningkatkan daya ekstraksinya.

KESIMPULAN SARAN
Dari hasil penelitian ini dapat Demi perkembangan sains
disimpulkan bahwa: dan tekonologi serta permintaan dari
1. Ekstraksi cair-cair merupakan kalangan pengusaha agroindustri,
metode/cara yang baik untuk maka perlu dilakukan inovasi untuk
memisahkan asam butirat dari menemukan pelarut organik yang
172 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 6 No.2, Agustus 2009 (158 – 172)

lebih baik agar dapat meningkatkan Juang, R. S, Huang, R. H. 1997. J.


Chem. Eng., 65. 47-53.
lagi daya ekstraksinya dan mencari
Kertes, A. S, King, C. J. 1986.
pelarut yang lebih murah/ekonomis.
Biotechnol. Bioeng. 28. 269-282.
Disebabkan kedua jenis pelarut
King, C. J, Poole, L. J. 1991.
organik tersebut di atas, disamping Regeneration of Carboxylic Acid-
Amine Extracts by Back-
harganya sangat mahal, sangat sulit
Extraction with an Organic
tersedia di pasaran. Sehingga, untuk Solution of Volatile Amine. Ind.
Eng. Chem. Res. 30. 923-929.
penggunaan dalam jumlah besar
King. C. J. 1993. Advance in
(Skala Industri) akan terasa cukup Separation Techniques
membebani biaya produksi nya. Recovery of Polar Organics from
Aqueous Solution. 11th
Walaupun asam asam organik hasil International Congres of
ekstraksi ini dapat dimurnikan dan Chemical Engineering. Chisa
Praha. Paper. P2.1, p. 1062.
dijual dengan harga tinggi, sehingga
Kirsch, T, Maurer, G. 1993. J. Fluid.
dapat menutupi biaya pengolahan Phase. Equilibria. 131. 213-231.
limbahnya. Malmary, G, Albet, J, Putranto, A,
Hafida, H, Molinier, J. 1998.
Measurement of Partition
DAFTAR PUSTAKA Coefficients of Carboxylic Acids
Achour, J, Malmary, G, Putranto, A, between Water and Triisooctyl
Molinier, J. 1994. Liquid-Liquid Amine Dissolved in Various
Equilibria of Lactic Acid between Diluents. J. Chem. Eng. Data.
Water and Tris (6-Methylheptyl) 43. 849-851.
Amine and Tributyl Phosphate in Malmary, G, Albet, J, Putranto, A,
Various Diluents. J. Chem. Eng. Hafida, H, Molinier, J. 2000.
Data, 39. 711-713. Recovery of Aconitic and Lactic
Coeure, Pierlas, R, Frignet, G, 1965. Acids from Simulated Aqueous
in ”Extraction Liquid-Liquid”, Effluents of the Sugar-Cane
Transfers of Materials, p.4-7. Industry through Liquid-Liquid
Extraction. J. Chem. Technol
Duarte, M. M. L, Lozar, J, Malmary, Biotechnol. 75. 1-5.
G., Molinier, J, 1989, J. Chem.
Eng. Data, 34, 43-45. Smagge, F. 1991. Separation des
Acides Tartrique et Malique par
Faizal, M. 1994. Recupération et Extraction Liquid-Liquid Valori-
Separation des acides oxalique sation et Depollution des Efflu-
et formique par Extraction Liquid- ents viti-vinicoles”. Thèse de
Liquid”. Thèse de Doctorat de Doctorat de l’Institut National
l’Institut National Polytechnique Polytechnique de Toulouse.
de Toulouse.
Tamada, J. A. King, C. J. 1990. Ind.
Harjo, R. 2007. Hidrolisis Minyak Eng. Chem. Res. 29. 1327-1333.
Kelapa Sawit Mentah dengan
Katalis HCl dan H-Zeolit. Skripsi Wennersten, R.1980. Proc. Int. Solv.
S1, Kimia-FMIPA-UNIB Ext Conf. 2. Paper 80-83.

Anda mungkin juga menyukai