Anda di halaman 1dari 70

BAHAN AJAR

KIMIA ANALISISIS KUALITATIF

(KK203112)

DRS. ABDUL AZIS, M.T.

PROGRAM STUDI DI LUAR DOMISILI (PDD) BONE


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2015
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mata Kuliah : Jobsheet Kimia Analisis Kualitatif

Kode Mata Kuliah : KK203112

Dosen Penyusun : Drs. Abdul Azis, M.T.

Bahan ajar ini telah diperiksa dan disetujui untuk digunakan sebagai bahan kuliah bagi

mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang

Makassar, Desember 2015

Mengetahui: Penyusun,
Ketua Program Studi D3 T.Kimia,

Yuliani HR, ST., MEng. Drs. Abdul Azis, M.T.


NIP. NIP. 196307271990031002

Koordinator PDD-Bone
Politeknik Neg. U. Pandang

Wahyu Budi Utomo, HND, M.Sc


NIP.

ii
PRAKATA

Analisis Kimia, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif merupakan salah
satu kegiatan yang banyak dilakukan di laboratorium, lembaga penelitian, dan industri.
Analisis ini memegang peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan, perbaikan
proses produksi dan kualitas produk yang dihasilkan, dan informasi kimiawi lainnya. Mata
kuliah Kimia Analisis ditawarkan untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan
kepada mahasiswa mengenai teknik-teknik yang dapat diterapkan dalam melakukan analisis
kimia terhadap suatu bahan kimia, baik untuk penentuan jenis maupun untuk penentuan
kadar/konsentrasinya.
Guna membantu mahasiswa memahami mata kuliah tersebut, maka disusunlah
Bahan Ajar Panduan Lab. Kimia Analisis Kualitatif. Bahan ajar ini berisikan beberapa
percobaan yang memberikan pemahaman tentang jenis-jenis percobaan analisis kualitatif.
Walaupun penyusun telah berusaha untuk menyempurnakan bahan ajar ini dengan
menggunakan beberapa sumber pustaka yang sesuai, namun disadari sepenuhnya bahwa
tentunya masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat beberapa kekurangan di dalamnya. Oleh
karena itu segala macam kritik, saran dan informasi ilmiah sebagai masukan untuk perbaikan
dan penyempurnaan bahan ajar ini.
Akhirnya penyusun berharap semoga bahan ini membawa manfaat dalam
memahami Kimia Analisis dan semoga Allah SWT meridhoi dan memberi nilai ibadah atas
segala niat baik kita memajukan ilmu pengetahuan. Amin.

Makassar, November 2017


Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................ii

PRAKATA............................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI............................................................................................................................. iv

TINJAUAN MATA KULIAH ................................................................................................... v

PERCOBAAN 1 PEMBUATAN LARUTAN .......................................................................... 1

PERCOBAAN 2 IDENTIFIKASI ZAT BERDASARKAN WARNA KRISTAL DAN


WARNA LARUTAN .................................................................................... 6

PERCOBAAN 3 SIFAT ASAM DAN BASA .......................................................................... 9

PERCOBAAN 4 KELARUTAN GARAM-GARAM ALKALI TANAH .............................. 12

PERCOBAAN 5 ANALISIS SIFAT-SIFAT UNSUR BUKAN LOGAM ............................. 15

PERCOBAAN 6 PEMISAHAN GOLONGAN KATION DAN ANION .............................. 24

PERCOBAAN 7 IDENTIFIKASI KATION ........................................................................... 32

PERCOBAAN 8 IDENTIFIKASI ANION ............................................................................. 38

PERCOBAAN 9 PENENTUAN TITIK DIDIH DAN TITIK NYALA ................................. 46

PERCOBAAN 10 PENENTUAN SIFAT-SIFAT KRISTAL DAN TITIK LELEH .............. 54

iv
TINJAUAN MATA KULIAH

Mata kuliah Lab. Kimia Analisis Kualitatif merupakan dasar utama bagi
berbagai mata kuliah lain seperti Kimia Analisis Air, Kimia Analisis Mineral, Kimia
Analisis Organik, Kimia Analisis Instrumen, dan lain-lain baik mata kuliah teori maupun
mata kuliah praktikum. Mata kuliah Kimia Analisis ditawarkan untuk memberikan bekal
pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa mengenai teknik-teknik yang dapat
diterapkan dalam melakukan analisis kimia terhadap suatu bahan kimia, baik untuk
penentuan jenis maupun untuk penentuan kadar/konsentrasinya.
Mata kuliah Kimia Analisis ini membahas beberapa bab, diawali dengan analisis
kualitatif yang memberikan pemahaman tentang defenisi analisis kualitatif sekaligus defenisi
analisis kuantitatif dan langkah-langkah analisis kualitatif secara rinci untuk metode
konvensional. Sedangkan untuk analisis kuantitatif akan dibahas tentang analisis gravimetri
dan analisis volumetri/titrimetri (titrasi asam-basa, pengendapan, reduksi-oksidasi, dan
kompleksometri). Di minngu terakhir perkuliahan, mahasiswa akan diberi materi tentang
Kesalahan Dalam Analisis Kimia sehingga mahasiswa dapat memahami faktor atau sumber
kesalahan dalam analisis kimia dan dapat meminimalkan bahkan menghindarinya.
Topik-topik tersebut merupakan dasar pengetahuan bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa
dapat melakukan analisis kimia pada berbagai jenis zat/bahan. Adapun zat/bahan yang
dimaksud dapat berupa bahan alam, bahan makanan dan minuman, obat-obatan dan
kosmetik, pupuk pestisida, dan sebagainya; baik analisis kualitatif, maupun analisis
kuantitatif.

v
PERCOBAAN 1
PEMBUATAN LARUTAN

I. Tujuan
Setelah mengikuti/melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu membuat larutan kimia
dalam berbagai macam satuan konsentrasi dengan benar dan teliti untuk digunakan pada
percobaan berikutnya.

II. Alat Dan Bahan

A. Alat
Labu takar
Gelas kimia
Pipet ukur/seukuran
Batang pengaduk
Botol penyimpanan zat
Kertas Label
Spidol
B. Bahan
1. Padatan: AgNO3, (NH4)2CO3,
2. Cairan: H2SO4 98%, HCl 37%, HNO3 65%, CH3COOH 100% (glacial), NH3 25%,
dan lain-lain.

III. Dasar Teori

Larutan adalah campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua
komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent).
Zat dalam campuran tersebut yang jumlahnya lebih banyak atau paling banyak umumnya
disebut pelarut, sedangkan yang lainnya disebut zat terlarut. Jenis zat terlarut dan jenis
pelarut akan mempengaruhi sifat larutan yang terbentuk. Dalam percobaan ini pelarut
yang digunakan umumnya adalah air, tetapi ada beberapa jenis zat tidak dapat melarut
dalam air secara langsung. Dalam kasus seperti itu, zat tersebut harus dilarutkan lebih
dahulu dengan alkohol, asam, basa, atau pelarut lain yang sesuai lalu ditambahkan air
/aquadest.
Pereaksi (reagent) adalah zat yang berperan dalam suatu reaksi kimia atau diterapkan
dalam analisis kimia. Pereaksi tersebut umumnya dibuat dengan konsentrasi yang pasti,

1
tetapi umumnya perlu distandarisasi terutama bagi pereaksi yang telah disimpan cukup
lama.
Konsentrasi larutan didefenisikan sebagai banyaknya zat terlarut dalam sejumlah pelarut.
Beberapa satuan konsentrasi yang sering dijumpai antara lain; persen-massa, persen-
volume, bagian per juta (bpj, ppm), normalitas (N), molaritas (M), molalitas (molal), dll

1. Persen massa (% b/b)

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


%(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎) = (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡)+ (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡) x 100%

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


%(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎) = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 x 100%

2. Persen volum (% v/v)

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


%(𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚) = (𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡)+ (𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡) x 100%

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


%(𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 x 100%

3. Normalitas (N)

𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝐴 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑧𝑎𝑡 𝐴


𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑧𝑎𝑡 𝐴 = 1 𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 1 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

Dimana: grek = massa zat (g) / Massa Ekivalen (ME), dimana ME = Mr / valensi

4. Molaritas (M)

𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝐴 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝐴


𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑧𝑎𝑡 𝐴 = 1 𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 1 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

Dapat diubah sebagai berikut:

𝑊𝐴 𝑥 1000
𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑧𝑎𝑡 𝐴 =
𝑀𝐴 𝑋 𝑉

Dimana WA= massa zat A (dalam g), MA= massa molekul relatif zat A ( dalam
g/mol), dan V= volume larutan (dalam mL).

Contoh:

 NaOH O,1M mempunyai pengertian bahwa untuk setiap 1 liter (atau 1000 mL)
larutan ini mengandung 0,1 mol NaOH (atau 4 gram NaOH).

ii
 6,3 g H2C204.2H 2O (Mr 126) dituangi dengan air sampai volume larutan
mencapai 100 mL. Konsentrasi larutan asam oksalat dalam satuan molar,
besarnya adalah
(6,3 𝑔)(1000)
Molaritas H2C204 = 𝑔 = 0,5
(126 )(100𝑚𝐿)
𝑚𝑜𝑙

5. Molalitas (molal)

𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝐴
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑧𝑎𝑡 𝐴 =
1000 𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Dapat diubah sebagai berikut:

𝑊𝐴 𝑥 1000
𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑧𝑎𝑡 𝐴 =
𝑀𝐴 𝑋 𝑊𝑝

Dimana WA= massa zat A (dalam g), MA= massa molekul relatif zat A ( dalam
g/mol), dan Wp= massa pelarut (dalam gram).

6. Part per million (ppm) (bagian per juta, bpj)

𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


𝑏𝑝𝑗 = (𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡)+ (𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡) x 106

Dapat diubah sebagai berikut:

𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


𝑏𝑝𝑗 𝑧𝑎𝑡 𝐴 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 x 106

7. Konversi satuan konsentrasi

Larutan dengan satuan persen volum (% v/v) seringkali perlu dikonversi ke satuan N
atau M untuk memudahkan perhitungan dalam pengenceran larutan, begitu pula pada
satuan-satuan lainnya.

Konversi dari % v/v menjadi Molaritas (M) menggunakan rumus:

% 𝑥 𝑏𝑗 𝑥 1000
𝑀= , dimana bj = massa jenis, dan Mr = massa molekul
𝑀𝑟

Contoh: HCl 32% v/v (1L = 1,16 Kg dan Mr = 36,5) setara dengan berapa M?

32% 𝑥 1,16 𝑥 1000 0,32 𝑥 1,16 𝑥 1000


𝑀= = = 10,17
36,5 36,5

Sedangkan konversi dari % v/v menjadi Normalitas (N) menggunakan rumus:

3
% 𝑥 𝑏𝑗 𝑥 1000
𝑁= , dimana ME = massa ekivalen
𝑀𝐸

Contoh: H2SO4 98% (1L = 1,84 Kg dan Mr = 98,08) setara dengan berapa N?

98% 𝑥 1,84 𝑥 1000


𝑁= = 36,77
98,08/2

IV. Prosedur Percobaan

1. Siapkan semua peralatan yang akan digunakan dalam keadaan bersih dan kering.
2. Hitung kebutuhan bahan yang diperlukan untuk membuat larutan dengan konsentrasi
sesuai yang ditugaskan pada kelompok anda.
3. Konsultasikan hasil perhitungan anda kepada dosen pembimbing anda.
Jika bahan baku yang digunakan berupa padatan, maka lakukan langkah 4-7, tetapi
jika bahan baku berupa cairan, maka lakukan langkah 8 berikut ini.
4. Timbang dengan teliti sejumlah bahan (sesuai hasil perhitungan) menggunakan
neraca analitis.
5. Pindahkan bahan tersebut ke dalam gelas kimia (hati-hati jangan ada yang tercecer
atau tersisa pada kertas timbang)
6. Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga semua bahan
tersebut larut sempurna (hati-hati jika zat bersifat eksotermis, panas!).
7. Pindahkan larutan pada gelas kimia ke dalam labu takar yang berukuran sesuai
volume larutan uang akan dibuat. (Jangan lupa membilas gelas kimia beberapa kali).
8. Pipet dengan teliti sejumlah bahan (sesuai hasil perhitungan) menggunakan pipet
ukur atau pipet seukuran ke dalam labu takar yang telah diisi dengan aquadest
(biasanya diisi setengahnya).
Selanjutnya:
9. Tambahkan aquadest hingga tanda batas (Jika timbul panas, dinginkan labu takar
beserta isinya dalam wadah berisi air lalu tandabataskan kembali.
10. Homogenkan larutan dalam labu takar.
11. Pindahkan larutan tersebut ke dalam botol berlabel dan simpan di tempat yang aman.
(Jangan lupa perlihatkan pada pembimbing anda)

ii
V. Data Hasil Pengamatan

No. Larutan/Pereaksi yang dibuat Bahan baku


Nama/Rumus Konsentrasi Volume Spesifikasi Wujud Jumlah, satuan
Kimia Larutan dan satuan (mL)
1
2
3
4

VI. Pembahasan

VII.Kesimpulan

VIII. Daftar Pustaka

Mulyono, HAM. 2015. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.

5
PERCOBAAN 2
IDENTIFIKASI ZAT BERDASARKAN WARNA KRISTAL
DAN WARNA LARUTAN

I. Tujuan
Setelah mengikuti/melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu mengidentifikasi suatu
zat kimia melalui pengamatan warna kristal dan warna larutannya.

II. Alat dan bahan


A. Alat
Tabung reaksi
Kaca arloji
Spatula
Gelas kimia
Botol semprot
B. Bahan
Aquadest, Padatan/kristal: K2Cr2O7, K3Fe(CN)6, FeS, FeCl3, FeSO4.7H2O, MnO,
MnCl2.4H2O, K4Fe(CN)6.3H2O, NiSO4.6H2O, NiCl.6H2O, KMnO4, K2CrO4,
KHSO4, CuSO4.5H2O, CuCl2.2H2O, CuCl, CoCl2.6H2O, KNO2.

III. Dasar teori


Analisis kualitatif adalah analisis kimia yang ditujukan untuk mengetahui jenis/nama
suatu zat yang belum diketahui (unknown) atau untuk membuktikan keberadaan suatu
ion/unsur/senyawa dalam suatu zat. Ada beberapa hal atau ciri yang dapat dijadikan
petunjuk dalam melakukan analisis kualitatif, di antaranya warna zat, karena beberapa
ion/unsur/senyawa dalam larutan memberi warna yang tertentu baik kristal maupun
larutannya.
Contoh:
Merah : K2Cr2O7 Pb3O4 HgI2
K3Fe(CN)6 As2S3 Sb2S3
Cu2O HgO CrO3
Jingga : Mn2+ Co2+
Kuning : Fe3+ PbI2 CdS K4Fe(CN)6.3H2O
Hijau : Ni2+ Cu2+ KMnO4
Fe2+ Cr2O3 Cr3+ Hg2I2

ii
Biru : Cu2+ Co2+
Coklat : Fe3+ Fe3O4 Fe2O3
PbO3 Ag3AsO4 Fe(OH)3
Hitam : PbS FeS Ag2S MnO2
CuS CoS C CO3O4
HgS NiS CuO Ni2O3
Kesimpulan yang pasti belum dapat ditentukan dari warna zat.

IV. Prosedur percobaan


1. Gunakan alat pelindung diri (APD).
2. Siapkan semua peralatan yang akan digunakan dalam keadaan bersih dan kering.
3. Siapkan semua zat yang akan digunakan dan buat catatan karakteristik (MSDS atau
Frase R dan S) zat tersebut.
4. Ambil sedikit kristal dari salah satu zat (sampel) yang akan diamati menggunakan
spatula dan letakkan di atas kaca arloji.
5. Amati warna kristal tersebut dan catat pada tabel/data pengamatan.
6. Masukkan kristal tersebut ke dalam tabung reaksi lalu tambahkan aquadest dan
kocok dan bila larut amati dan catat warna larutan pada tabel/data pengamatan.
7. Lakukan point 4-6 terhadap kristal lain yang tersedia.

V. Data hasil pengamatan


Rumus Warna Warna Keterangan/
No. Nama Zat
Kimia Kristal Larutan Catatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

7
VI. Pembahasan

VII. Kesimpulan

VIII. Daftar pustaka

Azis, A. 2006. Kimia Analisis. Bahan Ajar. Makassar: Politeknik Negeri Ujung
Pandang.
Vogel, 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Terjemahan
oleh I. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

ii
PERCOBAAN 3
SIFAT ASAM DAN BASA

Analisa sifat-sifat suatu bahan terhadap asam dan basa.

I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat mengenal sifat-sifat bahan terhadap asam
dan basa.

II. Perincian Kerja


a. Melakukan sifat-sifat bahan terhadap NaOH 30%, KOH 30%, NH3 (amoniak) 24%.
b. Menganalisa sifat-sifat suatu bahan terhadap H2SO4 98%, HCl 37%, asam asetat.

III. Peralatan
 Tabung reaksi 20 buah
 Rak tabung reaksi 1 buah
 Pengaduk kaca 6 buah
 Zat-zat dan bahan :
- NaOH 30% 500 ml
- KOH 30% 500 ml
- Amoniak 24% 500 ml
- H2SO4 96% 500 ml
- HCl 37% 500 ml
- Asam Asetat 500 ml
- Kain wol
- Aluminium
- Baja
- Daging
- Kain katun
- Nilon
- Kayu
- Karet busa

9
IV. Cara kerja
- Sepotong bahan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Tuangkan perlahan-lahan basa atau asam, sampai tabung reaksi terisi kurang
lebih setinggi 3 cm.
- Amati perubahan yang terjadi.
- Aduklah seklai-kali dengan batang pengaduk.

Catatan :
Hati-hati bekerja dengan asam pekat dan basa pekat. Gunakan kacamata selama bekerja
serta gunakan sarung tangan ketika memipet atau menuang larutan.

Lembaran Kerja :
1. Ringkasan

2. Data Pengamatan

No. Unsur yang dibuat Bau Tes asam-basa Daya pembakaran

1. a. O2

b. N2

Warna

Uap H2O TCE


a. I2
b. Br2

ii
No. Oksida yang dibuat Daya letupan Bau Tes asam-basa

2. a. CO2

b. SO2

c. NO2 & NO

No. Hibrida yang dibuat Daya letupan Bau Tes asam-basa

3. a. NH3

b. H2S

3. Sifat yang belum diketahui

Jenis senyawa non logam :


Larutan dari
Dalam eksperimen ada 9 jenis macam gas.

Reagen yang digunakan Reaksi yang terjadi

1. Gas O2
2. Gas N2
3. Gas I2
4. Gas Br2
5. Gas CO2
6. Gas SO2
7. Gas NO2 dan NO
8. Gas NH3
9. Gas H2S

11
PERCOBAAN 4
KELARUTAN GARAM-GARAM ALKALI TANAH

I. Tujuan
a. Dapat membandingkan kelarutan garam-garam alkali tanah
b. Dapat menuliskan persamaan reaksi yang terjadi antara zat-zat dalam larutan yang
dicampurkan

II. Perincian Kerja


Mereaksikan larutan garam-garam alkali tanah dengan larutan garam yang mengandung
a. Ion sulfat
b. Ion karbonat
c. Oksalat
d. Ion kromat

III. Alat-alat
a. Pipet ukur atau gelas ukur
b. Sentrifus
c. Tabung reaksi dengan diameter sama (tabung sentrifus)
d. Rak tabung reaksi

IV. Bahan-bahan reaksi


a. Larutan BaCl2 0,1 M
b. Larutan CaCl2 0,1 M
c. Larutan Sr(NO3)2 0,1 M
d. Larutan MgCl2 0,1 M
e. Larutan H2SO4 1 M
f. Larutan Na2CO3 1 M
g. Larutan (NH4)2C2O4 1 M
h. Larutan K2CrO4 1 M
i. Larutan CH3COOH 1 M

ii
V. Dasar Teori
Dalam percobaan ini kita akan mempelajari sifat-sifat unsur alkali tanah dalam sistem
periodik. Alkali tanah merupakan logam yang cukup reaktif. Unsur-unsur yang termasuk
alkali tanah yaitu: Be, Mg, Ca, Sr, Ba dan Ra (karena senyawa berilium jarang
didapatkan dan bahkan sangat beracun dan senyawa Ra merupakan unsur radioaktif, kita
tidak melakukan analisa untuk kedua unsur tersebut). Semua alkali tanah berada dalam
senyawanya dan dalam larutan sebagai kation M2+. Jika larutan garam-garam alkali tanah
dicampur dengan larutan yang berisi anion X2- (CO32-, SO42-, CrO42-), maka kation alkali
tanah bereaksi dengan anion-anion tersebut dan terbentuk garam MX, dengan kelarutan
berbeda-beda yang bergantung kepada kation alkali tanah (M2+) dan anion X2- yang
bereaksi.
M(aq)2+ + X(aq)2- → MX
M2+ : Ba2+ , Sr2+, Ca2+, Mg2+
X2- : SO42-, CO32-, Cr2O42-, C2O42-

VI. Cara Kerja


a. Masukkan ke dalam tabung-tabung reaksi 1 ml larutan garam yang berisi kation Ba2+ ,
Sr2+, Ca2+, Mg2+ secara terpisah.
b. Tambahkan 1 ml larutan H2SO4 1 M untuk setiap tabung reaksi dan aduk atau
digoncangkan sehingga bereaksi sempurna.
c. Catat hasil pengamatan dalam tabel.
d. Ulangi langkah (a), kemudian pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan larutan
Na2CO3 1 M sebagai reagen pengendap pengganti larutan H2SO4 1 M dan catat
pengamatan saudara.
e. Kemudian tes untuk kelarutan garam oksalat dari alkali tanah dengan larutan
(NH4)2C2O4 1 M. Akhirnya menentukan kelarutan garam kromat dari alkali tanah
dengan menggunakan 1 ml larutan K2CrO4 + 1 ml larutan CH3COOH 1 M
f. Buatlah suatu urutan kelarutan garam-garam alkali tanah dari hasil pengamatan anda
dan bandingkan apakah urutan tersebut sesuai dengan urutan pada tabel periodik.

VII.Data dan Pengamatan


Kelarutan garam alkali tanah

H2SO4 1 M Na2CO3 1 (NH4)2C2O4 1 M K2CrO4 1 M +


M CH3COOH 1 M

BaCl2 0,1 M

13
CaCl2 0,1 M

MgCl2 0,1 M

Sr(NO3)2 0,1 M

VIII. Pembahasan

IX. Kesimpulan

X. Pertanyaan
a. Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan di atas
b. Berdasarkan hasil pengamatan saudara, buatlah unsur-unsur alkali tanah, dimulai dari
unsur yang membentuk garam oksalat yang termudah larut dalam air.
c. Apakah urutan tersebut di atas sesuai untuk zat pengendap yang lainnya?
d. Buatlah kesimpulan dari percobaan yang dilakukan

XI. Daftar Pustaka


Emil J. Slowinski, Chemical Principles in the Laboratory with Qualitative Analysi, Holt
Sanders, Japan 1983, halaman 79 sampai dengan 85

ii
PERCOBAAN 5
ANALISIS SIFAT-SIFAT UNSUR BUKAN LOGAM

I. Tujuan : Dapat mengidentifikasi sifat-sifat unsur bukan logam hasil reaksi.

II. Alat Dan Bahan


2.1 Peralatan
Alat-alat yang digunakan:

1) Gelas piala 250 mL 2 buah


2) Labu takar 100 mL 1 buah
3) Gelas ukur 25 mL 1 buah
4) Gelas ukur 10 mL 1 buah
5) Neraca
6) Botol timbang
7) Pipet tetes
8) Tabung reaksi 10 buah
9) Rak tabung reaksi
2.2 Bahan kimia
Bahan-bahan kimia yang diperlukan: (20 orang)
1. Larutan H2O2 3% 100 ml
2. Kristal MnO2 25 gr
3. Larutan KI 1M 100 ml
4. Aquades
5. Larutan NaBr 1M 100 ml
6. 1,1,1,Tri klor etana 250 ml
7. Larutan Na2CO3 100 ml
8. Larutan H2SO4 3M 100 ml
9. Larutan HCl 6M 100 ml
10. Larutan KNO2 1M 100 ml
11. Larutan Na2SO3 1M 100 ml
12. Larutan NH4Cl 1M 100 ml
13. Thioasetamida 1M 100 ml
14. Larutan NaOH 6M 100 ml

15
III. Teori
Beberapa dari zat-zat kimia adalah unsur-unsur bukan logam atau senyawa bukan
logam, seperti O2, N2, CO2, H2O.Zat-zat yang disusun oleh atom-atom bukan logam, baik
berupa unsur atau senyawa, merupakan molekul yang terbentuk melaui ikatan kovalen antara
atom-atomnya. Mereka sering berwujud gas,karena lemahnya gaya intermolekul. Tetapi
mereka mempunyai berat molekul tinggi, ikatan hydrogen atau struktur molekul makro,dapat
berwujud cair seperti H2O, Br2, atau berwujud padat seperti I2, dan grafit. Beberapa dari
unsur-unsur bukan logam atau senyawa-senyawa gas dapat dibuat melalui suatu reaksi
sederhana.
3.1 Pembuatan dan Sifat-Sifat Unsur Bukan Logam: O2, N2, Br2, I2
3.1.1 Oksigen

Oksigen dapat dibuat di laboratorium melalui penguraian H2O. Hidrogen peroksida


tidak terlalu stabil dan dapat teruraimenjadi air dan gas oksigen biladitambahkan katalis
MnO2
MnO
2H2O(l) 2 O2(g) + 2H2O

3.1.2 Nitrogen
Hidrazin, N2H4, dalam bentuk larutan dapat bereaksi dengan CrO2−
4 membentuk gas

nitrogen dan endapan hijau Cr(OH)3.

3N2 H4 (𝑙) + 4CrO2−


4 (𝑙) + 4H2 O 3N2 (𝑔) + 4Cr(OH)3 (𝑠) + 8OH − (𝑙)

Seperti hydrogen peroksida, hidrazin dapat terurai bila ditambahkan katalis MnO2,
tetapi reaksinya terlalu lambat.

3.1.3 Iod
Unsur-unsur halogen sangat mudah dibuat dari garam-garam natrium atau
kaliumnya.Reaksi pembentukannya memerlukan zat pengoksidasi yang dapat diambil
electron dari ion halide dan menghasilkan halogen bebas.reaksi yang terjadi bila KI ditambah
dengan larutan HCl 6M dan MnO2 adalah
2I-(l) + 4H+(l) + MnO2(s) I2(l) + Mn2+ (l) + 2H2O

Pada 25˚C, I2 berwujud padat dan sukar larut dalam air dan mudah menguap.I2 dapat
diekstraksi dari pelarut air ke pelarut organik, khususnya trikloroetan (TCE).Di dalamTCE, I2
mempunyai warna khas.

ii
3.1.4 Brom
Brom dapat dibuat dengan menggunakan reaksi yang sama seperti iod. Ion bromide
lebih sukar dioksidasi dibandingkan ion iodide.Pada 25˚C, brom berwujud cair.brom dapat
diekstraksi dari pelarut air ke TCE mempunyai warna yang khas.

3.2 Pembuatan dan Sifat-Sifat Unsur-Unsur Oksida Bukan Logam: CO2, SO2, NO, NO2
3.2.1 Belerang dioksida
Belerang dioksida mudah dibuat dengan mereaksikan ion karbonat dengan asam.

CO2− +
3 (𝑙) + 2H (𝑙) H2 CO3 (𝑙) CO2 (𝑔) + H2 O

Karbon dioksida tidak terlalu larut dalam air dan dengan menambahkan asam, larutan
karbonat akan menghasilkan CO2.

3.2.2 Belerang dioksida


Belerang dioksida dapat dibentuk dengan mengasamkan larutan natrium sulfit, Na2SO3.

SO2− +
3 (𝑙) + 2H (𝑙) H2 SO3 (𝑙) SO2 (𝑔) + H2 O

Belerang dioksida lebih mudah larut dibandingkan karbon dioksida.

3.2.3 Nitrogen dioksida dan nitrogen oksida


Bila larutan yang berisi ion nitrit ditambahasam, maka akan terbentuk dua oksida yaitu
NO2, dan NO. Di dalam larutan, kedua gas ini berkombinasi membentuk N2O3 yang
berwarna.Bila gas-gas ini keluar dari larutan, maka campuran terdiri dari NO dan NO2
yang berwarna. NO tidak berwarna dan segera bereaksi dengan oksigen membentuk
NO2.

2NO2− (𝑙) + 2H + (𝑙) N2 O3 (𝑙) + H2 O NO(𝑔) + NO2 (𝑔) + H2 O

3.3 Pembuatan dan Sifat-Sifat Unsur – Unsur Hidrida Bukan Logam: NH3, H2S

3.3.1 Amoniak
Amoniak dapat dihasilkan dengan menambahkan basa kuat ke dalam larutan garam
amonium.

2NO4+ (𝑠) + OH − (𝑙) NH3 (𝑙) + H2 O + NH3 (𝑔)

Amoniak mempunyai bau yang khas dan sangat larut dalam air.
3.3.2 Hidrogen sulfida
Hidrogen sulfida dapat dibuat dengan menambahkan asam HCl atau H2SO4 ke dalam
padatan sulfida, khususnya FeS.

FeS(s) + 2H+(l) H2S(g) + Fe2+(l)


Reaksi di atas telah digunakan bertahun-tahun untuk membuat H2S di laboratorium.
Pada percobaan ini kita akan menggunakan tioasetamida, CH3CSNH2. Tioasetamida
akan terurai bila ditambahkan asam dan dipanaskan.

CH3 CSNH2 (𝑙) + 2H2 O H2 S(𝑔) + CH3 COO− (𝑙) + NH4+ (𝑙)

H2S mempunyai bau yang menyengat.

IV. Cara Pengujian


Catatan:
4.1 Test bau
Untuk mengetahui bau gas, maka kipas-kipaskan tangan anda pada ujung tabung reaksi
untuk membewa gas mendekati hidung anda.Jangan secara langsung menghirup gas yang
keluar dari ujung tabung reaksi untuk membauinya.

4.2 Tes kemampuan pembakaran


Beberapa gas dapat membantu pembakaran.Untuk mengetahui kemampuan tersebut, maka
pijarkan sepotong kayu pada nyala Bunsen, kemudian kayu yang berwarna kemerahan
tersebut (tidak menyala) dimasukkan ke dalam gas. Bila gas mempunyai kemampuan dalam
membantu pembakaran, maka warna merah akan tampak semakin terang atau terdengar bunyi
letupan kecil. Bila gas tidak mempunyai kemampuan dalam bentuk pembakaran, maka warna
merah akan padam dengan segera.

4.3 Test sifat asam atau basa


Beberapa gas bersifat asam yang artinya bila gas tersebut dilarutkan dalam air, maka akan
dihasilkan ion H+. Beberapa gas bersifat basa yaitu didalam air akan menghasilkan ion OH-.
Terdapat pula gas-gas yang bersifat netral. Untuk mengetahui suatu gas bersifat asam atau
basa, maka digunakan kertas lakmus yang terlebih dahulu telah dibasahi dengan air demineral
dan kemudian di letakkan di ujung tabung reaksi.

ii
V. Prosedur Kerja
5.1 Pembuatan Gas O2, Br2, dan I2
a. Gas O2
- 2 ml larutan H2O2 3% dalam tabung reaksi ditambah sedikit Kristal MnO2.
- Mengamati apa yang terjasi, tes sifat gas O2 terhadap bau, asam, warna dan sifat
pembakaran.
b. Gas I2
- 1 ml larutan KI 1M dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- tambahkan 2 ml HCl 6M dan tambah sedikit Kristal MnO2, diaduk dan diamati
perubahan yang terjadi.
- tabung reaksi dimasukkan ke dalam water bath (air panas)
- setelah beberapa menit, amati warna uap I2 yang ada diatas cairan
- tabung reaksi diambil, setelah dingin tambahkan 10 ml aquadest
- tabung reaksi ditutup dan digoncangkan
- warna I2 dalam larutan dicatat
- ambil cairan yang berisi I2 dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang lain, dan
tambahkan 3 ml triklor etana. Tutup dan goncangakan, amati warna yang terjadi
dari TCE
- Catatlah semua pengamatan
c. Gas Br2
Cara kerja sama dengan pembuatan I2, begitu juga cara pengetesan. Hanya larutan KI
1M diganti dengan larutan NaBr 1M.
Catatan semua yang diamati seperti pada pengamatan I2.
5.2 Pembuatan dan Sifat-Sifat beberapa Oksida Bukan Logam
a. Gas CO2
- 1 ml larutan Na2CO3 1M ke dalam tabung reaksi
- ditambahkan 6 tetes larutan H2SO4 3M
- Amati peristiwa yang terjadi dan test gas yang terjadi terhadap bau, sifat asam, dan
kemampuan untuk membantu pembakaran.
b. Gas SO2
- 1 ml larutan Na2SO3 1M ke dalam tabung reaksi dan ditambah dengan 6 tets H2SO4
1M
- Test gas yang terjadi terhadap bau, sifat asam dan kemampuan untuk menunjang
pembakaran
- Tabung reaksi diletakkan ke dalam water bath, beberapa menit dan amati apa yang
terjadi
c. Gas NO dan NO2
- 1 ml larutan KNO2 1M dimasukkan dalam reaksi dan tambah 6 tetes H2SO4 3M
- goncangkan tabung reaksi beberapa menit dan catat warna larutan
- tabung reaksi dipanaskan dalam air panas, untuk menambah kecepatan perubahan
gas yang terjadi
- amati warna gas yang terjadi
- test gas yang terjadi terhadap bau, dan sifat asam,
- catat semua apa yang diamati.

5.3 Pembuatan dan Sifat Beberapa Senyawa Hidrida Bukan Logam


a. Gas ammonia (NH3)

- 1 ml NH4Cl 1M masukkan kedalam tabung reaksi dan tambah 1 ml 6M NaOH

- goncangkan tabung reaksi beberapa menit

- test gas yang terjadi terhadap bau dan kertas lakmus

- letakkan tabung reaksi ke dalam air panas beberapa menit untuk menambah gas
NH3 yang terjadi

b. Gas H2S
- 1 ml larutan tioasetamida ke dalam tabung reaksi dan ditambah 6 tetr larutan
H2SO4 3M
- letakkan tabung reaksi ke dalam air mendidih selama 1 menit
- amati peristiwa yang terjadi dan test gas terhadap bau, dan sifat asam

VI. Tugas
Tes terhadap senyawa yang belum diketahui berdasarkan sifat gas yang terjadi
identifikasi zat yang ada dalam larutan A dan larutan B (ditentukan oleh pembimbing).

VII. Daftar Pustaka


Emil J.Slowinski, Chemical Principles in Laboratory with Qualitative Analysis, Holt-
Saunders Internasional Edition, Japan,1983.

ii
PENGAMATAN
1. Data Pengamatan:

Test Asam- Daya


No. Unsur Yang Dibuat Bau
Basa Pembakaran

1. a. O2

b. N2

Warna
Unsur
Uap H2O TCE

a. I2

b. Br2

Test asam-
No. Oksida yang dibuat Daya letupan Bau
basa

2. a. CO2

b. SO2

c. NO2& NO

Test asam-
No. Hidrida yang dibuat Daya letupan Bau
basa
3. a. NH3

b. H2S

1) Sifat zat yang belum diketahui


…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……..

Jenis senyawa non logam: ……………………………………………………………..

Larutan dari : ……………………………………………………………..

ii
Dalam eksperimen ada 9 jenis macam gas (tuliskan semua reaksi yang terjadi).

Reagen yang digunakan Reaksi yang terjadi

1. Gas O2

2. Gas N2

3. Gas I2

4. Gas Br2

5. Gas CO2

6. Gas SO2

7. Gas NO2 dan NO

8. Gas NH3

9. Gas H2S

VIII. Pembahasan

IX. Kesimpulan dan Saran


PERCOBAAN 6
PEMISAHAN GOLONGAN KATION DAN ANION

I. Tujuan:
1. Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat mengenal sifat-sifat golongan
kation dan anion;
2. Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa terampil mengambil dan
mencampurkan pereaksi;
3. Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat menuliskan persamaan reaksi
pemisahan golongan kation dan anion.

II. Alat dan Bahan Kimia


2.1 Alat-alat yang dibutuhkan
1)Tabung reaksi beserta rak tabung reaksi 20 / 1 buah
2)Kaca Arloji 1 buah
3)Bunsen, kaki tiga dan kasa 1 / 1 / 1 buah
4)Gelas kimia 250 ml 2 buah
5)Pipet tetes 10 buah
6)Pelat tetes 1 buah
2.2 Bahan kimia yang dibutuhkan
1) Tioasetamida 1M
2) (NH4)2CO3 1 M dalam NH3 1 M
3) NH4Cl 2M
4) NH3 6M
5) HCl 6M
6) HNO3 6M
7) NaOH 2M
8) NaOH 6M
9) H2SO4 2M
10) H2SO4 6M
11) HNO3 1M
12) CH3COOH 2M
13) Ba(NO3)2 0,1 M
14) K4Fe(CN)6 0,5 M

ii
15) K3Fe(CN)6 0,5 M
16) NaBiO3(padat)
17) Dimetilglikosin 1% dalam etanol
18) KCNS (padat)
19) Na2SO3(padat) 1M
20) KHSO4(padat)
21) FeSO4(padat) Fe 2+
22) Na3[CO(NO2)6] (padat)

III. Dasar Teori


Analisis kualitatif adalah suatu cara yang dilakukan untuk menentukan macam, jenis zat
atau komponen-komponen bahan yang dianalisis. Dalam melakukan analisis kualitatif yang
dipergunakan adalah sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat
kimianya.Tujuan analisis kualitatif adalah untuk memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah
unsure, yang kemudian diperuntukkan untuk menganalisis komponen atau jenis zat yang ada
dalam suatu larutan.
Penentuan adanya kation dan anion dalam suatu analit, baik yang terdiri dari zat tunggal
(satu kation dan satu anion) atau zat majemuk atau campuran (lebih dari kation dan anion)
memerlukan sistematika tertentu. Apabila analit berupa larutan dapat langsung dianalisis,
tetapi apabila berupa zat padat atau campuran padat atau cair maka perlu dicari pelarut yang
sesuai.
Analisis kualitatif kation secara sistematis telah berkembang cukup lama. Penggolongan
kation telah dilakukan oleh Karl Remegius Fresenius pada tahun 1897, yang dikenal dengan
metoda H2S. Beberapa modifikasi telah dilakukan untuk memudahkan pemisahan dan
pengidentifikasian kation-kation dalam suatu sampel.
Penggolongan dan pemisahan kation didasarkan pada kemampuan kation membentuk
suatu endapan (yang memenuhi nilai Ksp). Tahapan di dalam penggolongan dan pemisahan
kation adalah uji pendahuluan, pemisahan golongan, pemisahan kation dalam satu golongan,
dan uji identifikasi.
Untuk keperluan sistematika analisis kualitatif, kation dikelompokkan menjadi beberapa
golongan, yaitu:
Golongan I
Kation golongan ini mengendap dalam asam klorida encer. Ion yang termasuk golongan ini
adalah Pb2+, Hg+, dan Ag+.[1]

Golongan II
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam.[1] Ion-ion dalam golongan ini antara lain:
Golongan IIA: endapan sulfida kation golongan ini tidak larut dalam larutan amonium
polisulfida. Mereka adalah Hg2+, Cu2+, Bi3+, dan Cd2+.
Gologan IIB: endapan sufida kation golongan ini larut dalam larutan amonium polisulfida.
Mereka adalah: As3+, As5+, Sb3+, Sb5+, Sn2+, dan Sn3+.

Golongan III
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer maupun hidrogen sulfida
dalam suasana asam, tetapi mereka mengendap dalam amonium sulfida dalam suasana netral
atau sedikit amoniakal. Kation-kation dalam golongan ini adalah: Co2+, Ni2+, Fe2+, Fe3+, Cr3+,
Al3+, Zn2+, dan Mn2+.[1]

Golongan IV
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan pereaksi golongan I, II, dan III. Mereka
mengendap dengan amonium karbonat dengan keberadaan amonium klorida dalam suasana
netral atau sedikit asam. Kation golongan ini adalah: Ca2+, Sr2+, dan Ba2+.[1]

Golongan V
Biasa disebut golongan sisa yaitu kation-kation yang tidak bereaksi dengan pereaksi
golongan-golongan sebelumnya. Mereka adalah: Mg2+,Na+, K+, Li+, H+, dan NH4+.
Setelah menemukan golongan untuk kation yang akan ditentukan, maka dilakukan reaksi
spesifik setiap kation yang ada dalam golongan tersebut, untuk mengidentifikasi
keberadaannya di dalam cuplikan.
Untuk mencegah terbentuknya gas H2S, karena gas H2S mempunyai bau yang tidak enak
serta berbahaya, maka digunakan tioasetamida sebagai pengganti. Reaksi tioasetamida
dengan air bila dipanaskan akan menghasilkan juga H2S, tetapi berupa larutan jenuh.

ii
H S H O
H H
H C C N + H2O H C C N + H2S
H H
H H

Sistematika pemisahan golongan untuk kation

Larutan yang tidak diketahui

+ (NH4)2CO3

Larutan Endapan

(Terdapat kation) (Terdapat kation)


Dari golongan 5 Dari golongan 1 - 4

+ HCl

Endapan Endapan
Larutan
Dari golongan 1 Golongan 2 - 4
+ HCl (pH ~ 1)
+ Tioasetamida
CH3CSNH2

Endapan Endapan
Larutan
Dari golongan 2 Golongan 3 & 4
+ NH3 / NH4Cl
+ Tioasetamida
CH3CSNH2

Endapan Endapan
Larutan
Dari golongan 3 Golongan 4

IV. Prosedur Kerja


4.1 Prosedur Kerja Pemisahan/Identifikasi Golongan Kation

4.1.1 Langkah 1
Ke dalam 1ml larutan cuplikan ditambahkan 1ml larutan (NH4)2CO3 1 M. bila terjadi
endapan berarti terdapat kation dari golongan 1-4. Bila tidak ada endapan, berarti terdapat
kation dari golongan 5, maka langsung kerjakan langkah ke-6. Langkah berikut ini dilakukan
bila terdapat endapan pada penambahan (NH4)2CO3.

4.1.2 Langkah 2 (golongan 1)


Ke dalam 1 ml larutan cuplikan ditambahkan 3 tetes HCl 6M. bila terdapat endapan,
maka terdapat kemungkinan adanya kation Ag+, Hg+ atau Pb2+ dari golongan I. Bila tidak
terdapat endapan, maka lanjutkan ke langkah 3.

4.1.3 Langkah 3 (golongan 2)


Ke dalam 1 ml larutan cuplikan ditambahkan 3 tetes HCl 6M dan 1 ml larutan
tioasetamida 1 M (pH kira-kira 1). Letakkan tabung reaksi selama 5 menit dalam gelas kimia
250 ml yang berisi air mendidih. Sulfida yang mengendap dalam asam, akan mengendap
sempurna.
Bila warna endapan hitam, berarti terdapat kemungkinan adanya kation Pb2+, Mg2+, Cu2+.
Bila endapan berwarna coklat Sn2+. Bila tidak terdapat endapan, maka lanjutkan ke langkah
4. Bila terdapat zat pengoksidasi (Fe3+, CrO42–), maka zat-zat tersebut akan bereaksi dengan
H2S membentuk koloid sulfur (kuning keruh).

4.1.4 Langkah 4 (golongan 3)


Ke dalam 1 ml larutan cuplikan ditambahkan 3 tetes larutan NH4Cl 1 M dan 1 ½ ml
NH3 6M (larutan harus bersifat alkali). Dari tahap ini, terdapat kemungkinan terjadi endapan
dari hidroksida. Tambahkan 1 ml tioasetamida 1 M, kocok dengan baik dan letakkan tabung
reaksi dalam penangas air selama 5 menit. Aduk dan kocok tabung reaksi. Bila terdapat
endapan hitam, berarti terdapat kemungkinan adanya kation Fe2+, Fe3+, Co2+, Ni2+. Bila
terdapat endapan hijau, berarti terdapat kemungkinan adanya Cr3+. Bila terdapat endapan
merah, berarti kemungkinan adanya Mn2+. Bila terdapat endapan putih berarti adanya Al3+.
Bila tidak terdapat endapan, lanjutkan ke langkah ke-5.

4.1.5 Langkah 5
Bila tidak terdapat endapan pada tahap 2 sampai 4, maka periksalah kehadiran kation
golongan 4. Lakukan reaksi spesifik untuk kation golongan 4.

4.1.6 Langkah 6
Periksalah kation golongan 5 melalui reaksi pengenalan, bila pada tahap 1 tidak terjadi
endapan.

ii
4.2 Pemisahan Golongan Anion
4.2.1 Analisis Anion
Ada 3 tahap yang harus dilakukan untuk mengindetifikasi anion dalam suatu cuplikkan
yang tidak diketahui
1. Pemeriksaan pendahuluan dengan menggunakan asam kuat.
2. Pemeriksaan anion secara sistematis.
3. Pemeriksaan anion dengan reaksi spesifik.
Pemeriksaan anion secara sistematis.
Pendekatan yang sistematis untuk mengenal anion yaitu dengan memisahkannya
dalam golongan-golongan.
Cara sistematis tersebut ditunjukkan oleh tabel berikut :
Langkah-langkah pemisahan yang sistematis.

REAKSI DENGAN
Gol Anion
AGNO3 (0,1M) Ba(NO3)2 0,1M

(endapan yang terjadi) (endapan yang terjadi)

1. Endapan putih-kuning Tak ada endapan Cl –, Br –, I – dan


tidak larut dalam
CNS –
HNO3 1M

2–
2. Terjadi endapan yang Tak ada endapan S , NO22–,
larut dalam HNO3 1M mungkin
CH3COO –

(*)
3. Endapan putih, larut Endapan putih, larut dalam SO3 2–, CO3 2–
dalam HNO3 1M HNO3 1M

4. Endapan berwarna, Endapan putih atau berwarna, PO4 2–, CrO4 2–


larut dalam HNO3 1M larut dalam HNO3 1M

5. Tak ada endapan Tak ada endapan MnO4 –

6. Tak ada endapan Endapan putih, tak larut SO4 2–


dalam HNO3 1M
Setelah golongan dari anion ditemukan, maka dilakukan reaksi pengenalan dari anion
untuk mengetahui keberadaannya di dalam cuplikan. Harus dilakukan juga pemeriksaan
untuk anion-anion organik (asetat dan oksalat).
(*)
Endapan putih dengan AgNO3 : larutan AgNO3 harus lebih banyak, karena endapanya
larut dalam kelebihan sulfit atau sulfit yang berlebihan (tambahkan larutan cuplikan pada
1 ml AgNO3 0,1M).

V. Hasil Pengamatan
4.1 Hasil pengamatan pemisahan golongan kation
Kation Reagen Terjadi Perkiraan Ketera
(Sampel) (Pereaksi) Golongan ngan

Ag+ (NH4)2CO3 Endapan/larutan*) 5 / 1-4*) Lanjut/St


HCl Endapan/larutan*) 1 / 2-4*) op*)
HCl+tioasetamida Endapan/larutan*) 2 / 3-4*) Lanjut/St
NH4Cl+tioasetamida Endapan/larutan*) 3 / 4*) op*)
Lanjut/St
op*)
Lanjut/St
op*)
Cu2+

Fe3+

Ba2+

Na+

ii
4.2 Hasil pengamatan pemisahan golongan anion
REAKSI DENGAN

Cuplikan AgNO3 (0,1M) Ba(NO3)2 0,1M Keterangan

Endapan HNO3 1 M Endapan HNO3 1 M

VI. Pembahasan

VII.Kesimpulan

VIII. Saran-saran

IX. Daftar Pustaka


PERCOBAAN 7
IDENTIFIKASI KATION

I. Tujuan
1) Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat mengenal sifat-sifat kation;
2) Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa terampil mengambil dan mencampurkan
pereaksi;
3) Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat menuliskan persamaan reaksi
identifikasi kation dengan pereaksi spesifik.
II. Alat dan Bahan Kimia
2.1 Peralatan yang digunakan
1) Tabung reaksi beserta rak tabung reaksi 20 / 1 buah
2) Pipet tetes 5 buah
3) Kawat Ni-Cr 1 buah
4) Kaca Arloji 1 buah
5) Bunsen, kaki tiga dan kasa 1 / 1 / 1 buah
6) Gelas kimia 250 ml 1 buah
7) Kaca kobalt 1 buah
8) Pelat tetes 1 buah
2.2 Bahan kimia yang digunakan
1) AgNO3 0,1M (Ag+)
2) BaCl2 0,1M ( Ba2+ )
3) CaCl2 0,1M (Ca2+ )
4) CuSO4 0,1M ( Cu2+ )
5) CoCl2 0,1M ( Co2+ )
6) MnSO4 0,1M ( Mn2+ / SO 2- )
7) Al2(SO4)3 0,1M ( Al3+ )
8) Hg(NO3)2 0,1M ( Hg2+ )
9) CH3COONa 0,1M ( Na+ / CH3COO- )
10) KBr 0,1M ( K+ / Br- )
11) Na2S 0,1M ( S2- )
12) KSCN 0,1M ( K+ / SCN - )
13) Sn Cl2 0,1M ( Sn2+ )
14) (NH4)2C2O4 ( NH4+ / C2O42- )
15) NiSO4 0,1M ( Ni2+ )

ii
16) FeCl3 0,1M ( Fe3+ )
17) KNO2 0,1M ( NO2-)
18) KI 0,1M ( K+ / I- )
19) Na2SO3 0,1M ( SO3-)
20) Mg(CH3COO)2 0,1M ( Mg2+ / CH3COO- )
21) Pb(NO3)2 0,1M ( Pb2+ )

III. Dasar Teori

Konsep analisis kimia pada umumnya dibagi menjadi dua, yakni Analisis Kualitatif dan
Analisis Kuantitatif. Analisis Kualitatif merupakan suatu cara untuk menganalisis atau
menentukan jenis zat dan ion-ionnya yang terdapat didalam suatu senyawa atau larutan yang
paling efektif. Ion-ion dalam larutan membentuk kation dan anion dari reaksi penguraian ion-
ionnya. Cara menganalisis jenis zat atau ion yang terdapat dalam larutan, dapat menggunakan
bantuan alat indra seperti mata, hidung, dan lidah untuk mempermudah mengetahui jenisnya
dari sifat fisik(warna, bentuk dan bau), sifat kimia serta yang paling penting pembeda dari
dua macam zat atau senyawa yang terpisah dalam suatu larutan.
Pengidentifikasian macam-macam ion dalam suatu campuran atau larutan dapat
dilakukan dengan :
1. Pemisahan dalam reaksi-reaksi pemisah
2. Identifikasi dengan reaksi-reaksi spesifik
Namun, apabila dalam suatu larutan hanya terdapat satu ion, maka larutan tidak perlu
melewati tahap pemisahan.Larutan langsung diidentifikasi dengan reaksi-reaksi spesifik
saja.Tahap pemisahan dalam analisis kualitatif harus dilakukan secara kuantitatif. Maksudnya
dilakukan pemisahan kation secara sistematik dalam suatu golongan. Pemisahan ion suatu
campuran atau larutan dapat dilakukan dengan cara, yaitu pembentukan zat sulit larut dan
kompleks, distilasi, ekstraksi pelarut dan lain-lain.
Pemisahan untuk masing-masing golongan, harus dilakukan dengan memasukkan atau
menambahkan pereaksi spesifik.Reaksi spesifik adalah reaksi yang dapat memberikan
karakteristik tertentu pada suatu larutan.Hal ini bertujuan agar kation atau anion yang ada
dalam larutan dapat diketahui dengan mudah dan tepat. Adapun syarat reaksi spesifik
(pengenal), yaitu harus dapat dipercaya, khas/spesifik, selektif, peka, dan tidak terganggu
oleh adanya ion lain.
Tahap-tahap pengidentifikasian jenis senyawa atau kation-anion yang ada dalam suatu
larutan harus dilakukan sesuai dengan teknik analisis kualitatif yang tepat, seperti halnya
dibawah ini :

Setelah mengidentifikasi suatu zat, dalam teknik analisis kualitatif, penganalisis harus
menguji hipotesa hasil dari pengidentifikasian zat yang pertama dengan membuat
pembanding lebih dari satu.Tujuannya agar mendapatkan data yang bervariasi dan
penganalisis dapat menentukan kebenaran hasil dari pengidentifikasian beberapa zat atau
pembanding yang telah diamati sifat fisika maupun sifat kimianya. Zat–zat pembanding yang
telah diketahui sifat-sifatnya, penganalisis dapat dengan mudah menyimpulkan zat atau ion-
ion apa yang ada dalam suatu larutan.
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi basah dan kering. Bahan
dalam reaksi basah berupa larutan dan hasilnya dapat berupa endapan, gas, dan atau
perubahan warna. Sedangkan reaksi kering (bahan padat). Reaksi kering yang diuraikan
digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya modifikasi sebagian kecil. Metode yang
sering digunakan untuk uji reaksi kering adalah uji pemanasan, pipa tiup, nyala, spektroskopi,
uji manik borak dan manik fosfat.
Pemeriksaan Ion Logam (Kation ), dilakukan dengan cara pengerjaaan yaitu dengan
menambahkan reagen atau reaksi pengenal, larut tidaknya larutan atau terbentuknya endapan,
penganalisis dapat langsung menggolongkan ion logam (kation) sesuai dengan golongannya,
Penggolongan kation adalah sebagai berikut :
 Gol I : Ag+, Pb2+, Hg22+

 Gol IIA : Hg2+, Bi3+, Cu2+, Cd2+

 Gol IIB : Sn2+, Sn4+, Sb3+, Sb5+, As3+, As5+

 Gol IIIA : Al3+, Cr3+, Fe2+, Fe3+

 Gol IIIB : Mn2+, Zn2+, Ni2+, Co2+

 Gol IV : Ba2+, Sr2+, Ca2+

 Gol V : Mg2+, Na+, K+, NH4+

ii
IV. Hasil Pengamatan
4.1 Hasil uji pendahuluan
Golongan Kation Kation Warna Larutan Warna nyala
4.2 Hasil pengamatan dengan pereaksi spesifik
Perubahan
Kation Pereaksi
Warna larutan Warna endapan

ii
4.3 Persamaan reaksi hasil reaksi kation dengan pereaksi spesifik

V. Pembahasan

VI. Kesimpulan

VII.Saran-saran

VIII. Daftar Pustaka


PERCOBAAN 8
IDENTIFIKASI ANION

I. Tujuan:
1) Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat mengenal sifat-sifat anion;
2) Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa terampil mengambil dan mencampurkan
pereaksi;
3) Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat menuliskan persamaan reaksi
identifikasi anion dengan pereaksi spesifik.

II. Alat dan Bahan


2.1 Peralatan yang digunakan
1) Tabung reaksi beserta rak tabung reaksi 20 / 1 buah
2) Pipet tetes 5 buah
3) Kawat Ni-Cr 1 buah
4) Kaca Arloji 1 buah
5) Bunsen, kaki tiga dan kasa 1 / 1 / 1 buah
6) Gelas kimia 250 ml 1 buah
7) Kaca kobalt 1 buah
8) Pelat tetes 1 buah
2.2 Bahan kimia yang digunakan
1) AgNO3 0,1M (Ag+)
2) BaCl2 0,1M ( Ba2+ )
3) CaCl2 0,1M (Ca2+ )
4) CuSO4 0,1M ( Cu2+ )
5) CoCl2 0,1M ( Co2+ )
6) MnSO4 0,1M ( Mn2+ / SO 2- )
7) Al2(SO4)3 0,1M ( Al3+ )
8) Hg(NO3)2 0,1M ( Hg2+ )
9) CH3COONa 0,1M ( Na+ / CH3COO- )
10) KBr 0,1M ( K+ / Br- )
11) Na2S 0,1M ( S2- )
12) KSCN 0,1M ( K+ / SCN - )
13) Sn Cl2 0,1M ( Sn2+ )

ii
14) (NH4)2C2O4 ( NH4+ / C2O42- )
15) NiSO4 0,1M ( Ni2+ )
16) FeCl3 0,1M ( Fe3+ )
17) KNO2 0,1M ( NO2-)
18) KI 0,1M ( K+ / I- )
19) Na2SO3 0,1M ( SO3-)
20) Mg(CH3COO)2 0,1M ( Mg2+ / CH3COO- )
21) Pb(NO3)2 0,1M ( Pb2+ )

III. Dasar Teori


Analisis jenis ini dimulai dengan uji pendahuluan untuk mendapatkan gambaran ada
tidaknya anion tertentu atau kelompok anion yang memiliki sifat yang sama. Selanjutnya
diikuti dengan proses analisis yang merupakan uji spesifik dari anion tertentu. Pada
umumnya uji spesifik anion hanya peka terhadap anion tertentu tidak peka untuk anion yang
lainnya. Salah satu cara penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan kelarutan
garam-garam perak, garam-garam kalsium, barium dan seng.
Dalam kimia analisis kualitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion (kation/anion)
tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik. Pereaksi selektif adalah pereaksi
yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis kation/anion tertentu. Dengan
menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka akan terlihat adanya perubahan-perubahan kimia
yang terjadi, misalnya terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya
gas.
Reaksi identifikasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik untuk golongan
tertentu.Reaksi golongan untuk anion golongan III adalah AgNO3 yang hasilnya adalah
endapan coklat merah bata.
Pada anion, istilah yang perlu dipakai adalah gugus lain yang terikat pada ion logam, yang
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Anion sederhana seperti O2, F2, CN-
2. Anion okso diskret seperti NO3- dan SO42-
3. Anion polimer okso seperti silikat atau fosfat kondensi
Anion kompleks halida seperti anion kompleks berbasa banyak seperti oksalat misalnya
(CO(C2O4)3)3- dan anion oksa dari oksigen.
Klorat, Bromat dan iodat merupakan ion yang bipiramidal yang terutama dijumpai pada
garam lokal alkali.Anion okso logam transisi jarang digunakan, yang paling dikenal adalah
kalium permanganat (KMnO4) dan kromat (CrO4)2- atau dikenal sebagai pengoksidasi.
Kimia analisis dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif.Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur
atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan
dengan penetapan banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampel.
Anion berinti banyak dijumpai pada anion okso yang berinti 2, 3 atau 4 atom oksigen
yang terikat pada atom inti dan menghasilkan atom deskret.Namun demikian, mungkin hanya
terdiri dari 2 atom oksigen dan menghasilkan ion dengan jembatan oksigen seperti ion
bikarbonat yang terbentuk dari kromat yang diasamkan.
Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode untuk
mendeteksi kation.Sampai saat ini belum pernah dikemukakan suatu skema yang benar-benar
memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam golongan
utama, dan dari masing-masing golongan menjadi anggota golongan tersebut yang berdiri
sendiri.Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan garam
pelarutnya.Garam kalsium, garam barium, dan garam zink ini hanya boleh dianggap berguna
untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini.Skema identifikasi anion
bukanlah skema yang kaku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub golongan.
Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk senyawa yang
mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah larut dalam garam karbonat
dari logam-logam berat sukar larut dalam air, sehingga apabila zat yang akan dianalisa berupa
zat yang sukar larut atau memberi endapan dengan Na2CO3, maka dibuat dahulu berupa
ekstrak soda, kemudian dipisahkan dari endapan yang mengganggu tersebut.
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah.Reaksi
kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan.Reaksi
kering ialah sejumlah uji ynag berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa
melarutkan contoh.Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala,
uji spektroskopi dan uji manik.Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam
larutan.Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan
pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan
dengan cara basah.

ii
Uraian bahan
1. AgNO3 (DIRJEN POM, 1979 : 97)
Nama resmi : ARGENTII NITRAS
Nama lain : Perak Nitrat
Rumus molekul : AgNO3
Berat molekul : 169,87
Pemerian : hablur berwarna putih, tidak berbau,
menjadi gelap bila terkena sinar.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : sebagai pereaksi golongan anion.
2. CaCl2 (DIRJEN POM 1979 : 120)
Nama resmi : CALCII CHLORIDUM
Nama lain : kalsium klorida
Rumus molekul : CaCl2
Berat molekul : 219,08
Pemerian : hablur, tidak berwarna, tidak berbau,
rasa agak pahit, meleleh basa.
Kelarutan : larut dalam 0,25 bagian air, mudah
larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : sebagai pereaksi spesifik golongan III
anion.
3. HCl (DIRJEN POM 1979 : 53)
Nama resmi : ACIDUM HIDROCHLORIDUM
Nama lain : asam klorida
Rumus molekul : HCl
Berat molekul : 36,46
Pemerian : cairan tidak berwarna, berasa asam,
bau merangsang, jika diencerkan
dengan 2 bagian volume air, asap
hilang.
Kelarutan : larut dalam air dan etanol (95%) P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pereaksi spesifik golongan III
anion.
4. HNO3 (DIRJEN POM 1979 : 650)
Nama resmi : ACIDUM NITRAS
Nama lain : asam nitrat
Rumus molekul : HNO3
Berat molekul : 63
Pemerian : cairan jernih berasap, hampir tidak
berwarna sampai warna kuning.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : sebagai pereaksi golongan anion.
5. MgCl2 (DIRJEN POM 1979 : 702)
Nama lain : magnesium klorida
Rumus molekul : MgCl2
Pemerian : hablur tidak berwarna, tidak berbau,
meleleh basah.
Kelarutan : larut dalam 1 bagian air dan dalam 2
bagian etanol (95%) P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pereaksi spesifik golongan III
anion.

IV. Prosedur Analisis Identifikasi Anion dengan Pereaksi Spesifik


1. Cl–
1 ml larutan cuplikan + 1ml AgNO3 0,1M (seperti pada test kation Ag+),
menghasilkan endapan putih
2. Br –
a. 1 ml larutan cuplikan + 1 ml AgNO3 0,1M menghasilkan endapan putih kekuning-
kuningan.
b. 1 ml larutan cuplikan + 4 tetes H2SO4 2M + 1 ml KMnO4 0,02M, menghasilkan
warna merah coklat dari Br2 dapat larut dalam CCl4 dengan warna merah coklat.
3. I–
a. 1 ml larutan cuplikan + 1 ml AgNO3 0,1 M menghasilkan endapan kuning muda.

ii
b. 1 ml larutan cuplikan + 1 ml FeCl3 0,1 M setelah 1 menit menghasilkan endapan
coklat kemerahan. Bila ditambahkan CCl4 menghasilkan 2 fase larutan. Sebelah
bawah violet dan bagian akan tetap coklat mkemerah-merahan.
4. CNS– (sama dengan tes kation Fe3+)
1 ml larutan cuplikan + ½ ml FeCl3 0,1 M merah tua
5. S2–
½ ml larutan cuplikan + ½ ml Pb(NO3)2 0,1 M + 2 tetes HCl 2 M menghasilkan
endapan hitam.
6. NO2–
a. 1 ml larutan cuplikan + 2 tetes H2SO4 2 M + 1 ml KI 0,1 M, memberikan larutan
coklat dengan endapan hitam yang larut dalam larutan CCL4 dan menghasilkan
warna violet.
b. 1 ml larutan cuplikan + 1 ml FeSO4 (yang baru dibuat) + 3 tetes H2SO4 2 M
menghasilkan larutan coklat-kuning, setelah satu menit berubah jadi coklat tua.
7. CH3COO–
Seujung spatula cuplikan + satu spatula KHSO4
8. SO32–
a. Seujung spatula cuplikan + 5 tetes KMnO4 + 3 tetes H2SO4 2 M dan panaskan
maka warna ungu akan hilang, larutan jadi bening.
b. Seujung spatula cuplikan + 1 ml K2CrO4 0,1 M + 5 tetes H2SO4 2 M kemudian
panaskan maka warna larutan berubah jadi hijau.
9. CO32–
a. 1 ml larutan cuplikan + 1 ml CaCl2 0,1 M memberikan endapan putih yang dapat
larut dalam HCl 2 M.
b. Seujung spatula kristal cuplikan + 2 ml HCl 2 M menghasilkan gelembung-
gelembung udara.
10. PO43–
1 ml larutan cuplikan + 5 tetes NH4Cl 1 M + 5 tetes NH4OH 1 M + ½ ml MgCl2 0,1
M menghasilkan endapan putih.
11. C2O4 2–
a. 1 ml larutan cuplikan + 1 ml CaCl2 0,1 M menghasilkan endapan putih.
b. 1 ml larutan cuplikan + 1 ml H2SO4 2 M, panaskan sampai 50C - 60C + 4 tetes
KMnO4, maka warna ungu dari KMnO4 akan hilang.
12. MnO4–
a. sama dengan test oksalat (C2O4 2–) no.11.b
b. sama dengan test sulfit (SO3 2–) no.8.a

13. SO42–
1 ml cuplikan + 1 ml BaCl 0,2 M menghasilkan endapan putih yang tidak larut dalam
asam kuat.
14. CrO4 2–
a. 1 ml larutan cuplikan + 1 ml AgNO3 0,1 M menghasilkan endapan merah yang
tidak larut dalam asam asetat, tapi larut dalam asam kuat dan amonia.
b. sama dengan test sulfit (SO3 2–) no.8.b

V. Hasil Pengamatan
5.1 Hasil pengamatan dengan pereaksi spesifik

Perubahan
Anion Pereaksi
Warna larutan Warna endapan

ii
5.2 Persamaan reaksi hasil reaksi anion dengan pereaksi spesifik

VI. Pembahasan

VII. Kesimpulan

VIII. Saran-saran

IX. Daftar Pustaka


PERCOBAAN 9
PENENTUAN TITIK DIDIH DAN TITIK NYALA

I. Tujuan Percobaan : Setelah melakukan percobaan ini anda dapat:


 Menjelaskan pengertian titik didih dan titik nyala;
 Menenentukan titik didihsuatu sampel (zat cair)dengan alat
penentu titik didih;
 Menentukan titik nyala suatu sampel (bahan bakar) dengan alat
penentu titik nyala.

II. Alat dan Bahan yang Digunakan


A. Alat :
a.Untuk penentuan titik didih
- Gelas kimia 250 ml
- Tabung reaksi
- Hot plate
- Termometer
- Klem
b. Untuk penentuan titik nyala
- Alat penentu titik nyala (Flash Point Testers)
- Gas elpiji
- Gelas kimia
* Gambar alatpenentu titik nyala

Keterangan:
1. Bejana logam 3.Kabel penyambung arus
2. Termometer 4. Selang gas pembakar.

ii
B. Bahan :
a. Untuk penentuan titik didih
- Etanol (C2H6O)
- Air (H2O)
- Garam
- Minyak Goreng/Parafin
b. Untuk penentuan titik nyala
- Solar
- Kerosin (Minyak tanah)

III. Dasar Teori


A. Titik Didih
Titik didih suatu cairan ialah temperatur pada mana tekanan uap yang
meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar. Bila tekanan uap sama dengan
tekanan luar ( tekanan yang dikenakan ), mulai terbentuk gelembung-gelembung uap
dalam cairan. Karena tekanan uap dalam gelembung sama dengan tekanan udara ,
maka gelembung itu dapat mendorong diri lewat permukaan dan bergerak ke fase gas
di atas cairan, sehingga cairan itu mendidih(Fredi, 2009). Titik didih air (dalam cairan
lain) beraneka ragam,tergantung dari besarnya tekanan udara. Dipergunakan titik
didih air kurang dari 100°C , karena tekanan udara kurang dari 1 atm.Saat air berada
dalam keadaan mendidih, gelembung-gelembung besar mulai terbentuk dalam cairan
akan naik ke permukaan. Bila gelembung itu telah terbentuk, cairan yang tadinya
menempati ruang ini didorong dan permukaan cairan pada wadah dipaksa naik untuk
melawan tekanan ke bawah yang ditimbulkan oleh atmosfer.Suhu pada saat cairan
mendidih disebut “titik didih”. Jadi titik didih adalah temperatur dimana tekanan uap
sama dengan tekanan atmosfer.Penambahan kecepatan panas pada cairan yang
mendidih akan mempercepat terbentuknya gelembung uap air,cairan pun akan lebih
cepat mendidih ,tetapi suhu didih tidak naik.
Titik didih cairan tergantung pada besarnya tekanan atmosfer. Titik didih pada
tekanan 1 atm (760 torr) dinamakan sebagai “ titik didih normal”. Pada tekanan yang
lebih besar maka titik didihnya juga lebih tinggi, dan begitu juga sebaliknya.Suhu
yang tetap konstan dari cairan yang mendidih dapat dibuktikan bila kita merebus
makanan. Waktu air mendidih , suhu akan tetap selama ada air disekeliling makanan
tersebut, berarti selama airnya belum habis makanan tak ada yang hangus. Itu
membuktikan bahwa titik didih berubah dengan berubahnya tekanan.
Yang disebut mendidih adalah wujud saat gelembung terbentuk dengan
giat.Ketika titik didih pada tekanan atsmosfer 1 atm itulah yang disebut titik didih
normal.Titik didih juga adalah salah satu sarana untuk mengidentifikasi
zat.Identifikasi zat kini dilakukan sebagian besar dengan bantuan metoda
spektroskopi, tetapi data titik didh diperlukan untuk melaporkan cairan baru (Agus,
2011).
Titik Didih suatu zat cair dipengaruhi oleh tekanan udara,artinya makin besar
tekanan udara makin besar pula titik didih zat cair tersebut.Pada tekanan dan
temperatur udara standar (760 mmHg, 25ºC) titik didih air sebesar 100ºC. Artinya
pelarut murni akan mendidih bila tekanan uap jenuh pada permukaan cairan sama
dengan tekanan udara luar. Pada sistem terbuka, tekanan udara luar adalah 760
mmHg (tekanan udara pada permukaan larutan) dan suhu pada tekanan udara luar
760 mmHg disebut titik didih normal. Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat
tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar (tekanan yang diberikan pada
permukaan cairan). Dari definisi ini kita ketahui bahwa titik didih cairan bergantung
pada tekanan udara pada permukaan cairan.Itulah sebabnya, titik didih air di gunung
berbeda dengan di pantai. Pada saat tekanan uap sama dengan tekanan udara luar
maka gelembung-gelembung uap dalam cairan bergerak ke permukaan dan masuk
fase gas (Raharjo, 2010).
Titik didih ditentukan oleh massa molekul dan kepolaran molekul. Di antara
molekul dengan jenis gugus fungsional polar yang sama, semakin besar massa
molekulnya, semakin tinggi titik didihnya (Agus, 2011).
Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom
lain yang mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang
sama. Tarikan antar molekul yang luar biasa kuatnya, dapat terjadi antara molekul-
molekul, jika satu molekul mempunyai sebuah atom hidrogen yang terikat pada
sebuah atom berelektronegativitas besar, dan molekul sebelahnya mempunyai
sebuah atom berelektronegativitas tinggi yang mempunyai sepasang elektron
menyendiri (Anonim, 2009).
HF, H2O dan NH3 mempunyai titik didih yang luar biasa tinggi dibanding
dengan anggota lainnya.Fakta ini menunjukkan bahwa dalam senyawa tersebut
terdapat ikatan hidrogen. Ikatan jenis ini terjadi karena gaya elektrostatik yang
ii
khusus antara dipol-dipol. Adanya ikatan hidrogen antarmolekul menyebabkan titik
senyawa relatif lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa lain yang memilki berat
molekul sebanding. Titik didih senyawa golongan alkohol lebih tinggi daripada
senyawa golongan alkana, demikian juga titik didih air lebih tinggidaripada
aseton.Pengaruh ikatan hidrogen terhadap titik leleh tidak begitu besar karena pada
wujud padat jarak antarmolekul cukup berdekatan dan yang paling berperan
terhadap titik leleh adalah berat molekul zat dan bentuk simetris molekul. Senyawa
yang mampu membentuk ikatan hidrogen dalam air akan mudah larut dalam air.
Panjang atau pendeknya rantai karbon (gugus alkil-R) memiliki pengaruh terhadap
kelarutan senyawa dalam air (Anonim, 2009).
Titik didih dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak langsung berapa
kuatnya Gaya tarik antara molekul cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya
kuat, titik didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tariknya lemah maka titik
didihnya rendah (Fredi, 2009).
B. Titik Nyala
Titik nyala (Flash point) adalah suhu dimana uap yang berasal dari minyak
yang dipanaskan dan berada di atas minyak dapat menyala dengan sementara atau
akan meledak seketika kalau ada percikan api, sedangkan titik api (Fire point)
adalah suhu dimana uap yang berada di atas minyak hasil pemanasan minyak akan
cepat terbakar secara terus menerus.
Minyak bumi yang mempunyai flash pointrendah akan membahayakan, karena
minyak tersebut mudah terbakar. Apabila minyak tersebut mempunyai titik nyala
tinggi juga kurang baik, karena akan susah mengalami pembakaran. Tetapi kalau
ditinjau dari segi keselamatan maka minyak yang baik mempunyai flash point yang
tinggi, karena tidak mudah terbakar.
Flash point ditentukan dengan jalan memanaskan sampel dengan pemanasan
yang tetap, setelah tercapai suhu tertentu nyala penguji (test flame) diarahkan pada
permukaan sampel. Test flame ini terus diarahkan pada permukaan sampel dengan
berganti-ganti sehingga mencapai atau terjadi semacam ledakan karena adanya
tekanan dan api yang terdapat pada test flame akan mati. Inilah yang disebut dengan
flash point.Untuk penentuanfire point, sebagai kelanjutan dari flash point, dimana
apabila contoh akan terbakar / menyala kurang lebih lima detik maka lihat suhunya
sebagai fire point. Penentuan titik nyala tidak dapat dilakukan pada produk-produk
yang volatile seperti gasolin dan solven-solven ringan, karena mempunyai flash
point dibawah temperatur normal.
Semula penentuan flash point dan fire point ini dimaksudkan untuk keamanan
dimana orang yang bekerja tanpa kuatir akan terjadinya kebakaran, tetapi
perkembangannya yaitu dapat mengetahui mudah tidaknya minyak tersebut
menguap.
Koreksi untuk tekanan Barometer :
Tekanan Barometer dicatata pada saat akhir percobaan, bila tekanan tidak sama
dengan 760 mmHg (101,3 kPa), titik nyala dapat dikoreksi sebagai berikut :
a. Cc = C + 0,25 ( 101,3 – P )
b. Cc = F + 0,06 ( 760 – P )
c. Cc = C + 0,0033 ( 760 – P )
Dimana : F = titik nyala yang diamati ( °F )
C = titik nyala yang diamati ( °C )
P = tekanan Barometer ( mmHg , kPa )

3. Prosedur Kerja
a. Untuk penentuan titik didih
- Masukkan minyak goreng/parafin kedalam gelas kimia 250 ml yang telah dibersihkan
- Tempatkan diatas hot plate
- Isi tabung reaksi dengan salah satu sampel (etanol)
- Masukkan tabung reaksi berisi etanol kedalam gelas kimia yang telah diisi minyak
goreng/parafin, usahakan agar permukaan etanol dalam tabung reaksi sejajar dengan
minyakgoreng/parafin
- Masukkan thermometer ke dalam tabung reaksi
- Panaskan dan amati sampai sampel mendidih
- Catat temperaturnya
- Ulangi prosedur diatas untuk sampel yang lain (mengganti etanol dengan air dan
air+garam).
b. Untuk penentuan titik nyala
- Sebelum percobaan dimulai Tester (peralatan)harus dibersihkn terlebih dahulu untuk
menghilangkan sisa-sisa minyak atau solvent
- Isilah bejana logam dengan sampel yang akan di tentukan titik nyalanya sampai
dengan tanda batas,lalu menutup kembali bejana tersebut dengan penutupnya dan

ii
pasanglah stirrer serta termometernya.Pada saat mengerjakan, dinding logam bagian
atas tanda batas, harus dijaga kering (jangan sampai basah).
- Pasanglah kabel penyambung arus dan hubungkan juga selang gas pembakar
- Nyalakan gas pembakar dan mengatur nyalanya sehingga diperoleh nyala yang
sesuai, kemudian nyalakan pemanas listriknya.
- Atur pemanasan (pemanas listrik) sedemekian rupa sehingga kenaikan suhu
pemanasan kira-kira 5oC/menit.Jika thermometer sudah menunjukan suhu 15oC
sebelum titik nyala yang diperkirakan,maka larutan test nyala dengan cara sebagai
berikut: putar tombol pembakar sehingga api gas masuk kedalam bagian atas bejana
logam yang berisi sampel yang sedang ditest,dan lakukan setiap selang kenaikan
suhu 10C selama kira-kira 1 detik, sampai uap zat yang sedang ditest terbakar, maka
suhu di thermometer menunjukan titik nyala zat dan catatlah
- Ulangi percobaan untuk sampel yang lain dengan langkah yang sama
- Setelah selesai maka matikan kembali alat penentu titik nyala (pemanas listrik
maupun pembakar gas) dan simpan kembali zat yang sudah di test, serta bersihkan
logam bejana hingga benar-benar bersih.

4. Tabel Data Hasil Pengamatan


a. Untuk penentuan titik didih
Sampel Teoritis (oC) Praktek (0C)

Etanol 78
Air
Air + Garam 100
-
b. Untuk penentuan titik nyala

No. Sampel Teoritis Praktek


(0C) (0C)

1 Solar 40-100
38-72
2 Kerosin
5. Perhitungan:
a. Faktor koreksi dari titik didih sampel

b. Faktor koreksi dari titik nyala sampel

6. Pembahasan

7. Kesimpulan

ii
8. Pertanyaan:
1. Bagaimana defenisi titik didih dan titik nyala suatu zat?
2. Jelaskan mengapa kita perlu mengetahui besarnya titik didih dan titik nyala suatu
zat?
Jabawan:

9. Daftar Pustaka
Kurniawan, 2011, Titik Didih Suatu Larutan, http://fakta7.blogspot.com/2011/08/titik-
didih-suatu-larutan.html, 30/10/2011.

Raharjo, 2010, Titik Didih, http://sjraharjo.wordpress.com/kimia-fisika-2/, 30/10/2011.


Petunjuk pemakaian alat penentu titik nyala (Flash Point Testers)
PERCOBAAN 10
PENENTUAN SIFAT-SIFAT KRISTAL DAN TITIK LELEH

I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini anda dapat menentukan sifat-sifat kristal sampel dan
menentukan besarnya titik leleh u zat padat dengan alat penentu titik leleh.

II. Perincian Kerja


a) Identifikasi hidrat dari :
- K2Cr2O7
- BaCl2.
- Boraks
b) Reversibilitas hidrat pada :
Kristal CoCl2.xH2O
c) Deliquencence dan efflorecence dari kristal :
- Na2CO3.10H2O
- CuSO4.5H2O
- KAl(SO4)2.12H2O
- CaCl2
d) Penentuan titik leleh

III. Alat dan Bahan


a. Alat
Untuk penentuan sifat-sifat kristal:
- Tabung reaksi
- Bunsen
- Kaca Arloji
- Cawan penguapan
- Segitiga dan kaki tiga
- Bunsen
- Kassa
- Spatula

ii
Untuk penentuan titik leleh:
- Alat penentu titik leleh (Digital Melting Point M-560)
- Pipa kapiler
- Pipa gelas
- Mortar (penggerus)
- Kaca arloji
- Spatula
b. Bahan Kimia
a. Untuk Identifikasi hidrat dari :
b. K2Cr2O7
c. BaCl2.
d. Boraks
e. Reversibilitas hidrat pada :
Kristal CoCl2.xH2O
f. Deliquencence dan efflorecence dari kristal :
- Na2CO3.10H2O
- CuSO4.5H2O
- KAl(SO4)2.12H2O
- CaCl2
g. Penentuan titik leleh
- Asam Benzoat
- Asam Oksalat

IV. Dasar Teori :


i. Sifat-sifat kristal
Pada umumnya kristal suatu senyawa kimia bila diletakkan beberapa lama di
udara akan mengadsorbsi air pada permukaannya. Jumlah air yang diadsorbsi relatif
kecil dan bergantung pada kelembaban udara. Hal ini dapat dilihat pada permukaannya
yang basah.
Terdapat pula kristal yang mengandung sejumlah air yang terikat secara kimia dalam
kristal tersebut. Kristal-kristal ini biasanya merupakan garam ionik.Air yang terdapat
di dalamnya, disebut air kristal dan biasanya berikatan dengan kationnya.
Air kristal yang terdapat pada senyawa, mempunyai jumlah tertentu dan relatif
mudah dihilangkan melalui pemanasan pada suhu di atas titik didih air.Sebagai contoh
adalah hidrat tembaga (II) klorida yang dapat diubah menjadi tembaga (II) klorida
melalui pemanasan pada suhu 110C.
Reaksi penghilangan air kristal pada saat pemanasan :
110C
CuCl2.2H2O CuCl2 + 2H2O
Rekasi diatas dikenal dengan reaksi dehidrasi. Pada dehidrasi, terjadi struktur kristal
dan warnanya. Perubahan ini juga bergantung pada pemanasannya, apakah sempurna
atau tidak. Sebagai contoh kristal CoCl2.6H2O berwarna merah, jika dipanaskan
sampai CoCl2.2H2O akan berwarna violet, tetapi jika dipanaskan sempurna dia akan
berubah menjadi biru.
Ada senyawa hidrat yang bisa diletakkan di udara terbuka akan melepaskan
air. Banyaknya air yang dilepaskan bergantung pada kelembaban udara, makin besar
kelembaban makin sedikit air yang dilepaskan. Proses pelepasan air ini disebut
efflorecence, misalnya CoCl2.6H2O. tetapi ada juga senyawa bila diletakkan di udara
akan menyerap air dan akan mencair jika diletakkan lebih lama lagi. Senyawa yang
demikian disebut hidroskopis dan prosesnya disebut deliquecence, misalnya kristal
NaOH. Tidak hanya air di udara, tetapi dapat juga untuk menyerap air dari larutan
sedemikian rupa sehingga larutan tersebut bebas air. Senyawa yang demikian disebut
desicant atau zat pengering. Jadi desicant menyerap air tidak hanya dari udara tetapi
dari larutan juga.
Beberapa senyawa menghasilkan air juga pada pemanasan, tetapi senyawa
tersebut bukan merupakan proses penguraian dan bukan merupakan proses
penghilangan air melalui dehidrasi. Senyawa-senyawa organik, terutama bersifat seperti
tersebut di atas.Penguraian dengan menghasilkan air, bukan merupakan proses
reversibel. Penambahan air ke dalam senyawa tidak terurai tersebut, tidak akan
mengembalikan senyawa kebentuk asalnya. Senyawa yang merupakan senyawa hidrat
yang sebenarnya, akan mengalami dihidrasi secara reversibel.Penambahan air kedalam
CuCl2 andihrida, akan menghasilkan CuCl2.2H2O. bila cukup air yang ditambahkan
akan diperoleh larutan yang mengandung hidrat ion Cu++. Semua hidrat ionik larut
dalam air dan dapat diperoleh kembali melalui kristalisasi dari larutannya. Jumlah air
yang terikat melalui kristalisasi dari larutannya. Jumlah air yang terikat bergantung
kepada cara pembuatan hidrat tersebut.

ii
ii. Titik Leleh
Titik leleh dari senyawa murni adalah temperatur dimana senyawa dalam
keadaan padat dan cairan dalam keadaan kesetimbangan pada tekanan 1 atmosfir. Jika
energi panas padatan murni sebanding dengan energi kisi maka kristal-kristal diikat
membentuk unit molekul , molekul-molekul kisi-kisi kristal menjauh dari sekitarnya.
Temperatur yang diinginkan untuk perubahan dari susunan molekul dalam kisi-
kisi kristal (padatan) ke bentuk fluida (cairan) adalah ukuran dari daya tarik menarik
antar molekul-molekul. Titik leleh suatu zat yang lebih tinggi daya tarik menarik antar
molekul-molekul lebih besar. Senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul yang
sama, maka senyawa yang lebih polar dan yang mempunyai struktur molekul yang lebih
senetris yang mempunyai titik leleh lebih tinggi. Jadi titik leleh suatu zat sangat
tergantung dari struktur molekul yang merupakan salah satu dimensi fisis dari suatu zat.
Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana zat padat berubah menjadi
cairan pada tekanan satu atmosfer. Titik leleh suatu zat padat tidak mengalami
perubahan yang berarti dengan adanya perubahan tekanan, oleh karena itu tekanan
biasanya tidak dilaporkan pada penentuan titik leleh, kecuali kalau perbedaan dengan
tekanan normal terlalu besar. Pada umumnya titik leleh senyawa organik mudah diamati
sebab temperatur dimana pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan temperatur
dimana zat telah meleleh semuanya. Contohnya: suatu zat dituliskan dengan range titik
leleh 122,1o-122,4oC daripada titik lelehnya 122,3oC.
Jika zat padat yang diamati tidak murni, maka akan terjadi penyimpangan dari
titik leleh senyawa murninya. Penyimpangan itu berupa penurunan titik leleh dan
perluasan range titik leleh, misalnya: suatu asam murni diamati titik lelehnya pada
temperatur 122,1o-122,4oC penambahan 20% zat padat lain akan mengakibatkan
perubahan titik lelehnya dari temperatur 122,1o-122,4oC menjadi 115oC-119oC. Rata-
rata titik lelehnya lebih rendah 5o dan range temperatur akan berubah dari 0,3oC
menjadi 4oC.
Atom-atom unsur alkali terikat dalam struktur terjenjal oleh ikatan logam yang
lemah, karena setiap atom hanya mempunyai satu elektron ikatan dan bertambah lemah
jika jari-jari bertmbah besar. Oleh sebab itu titik leleh berkurang dari atas ke bawah
dalam satu golongan. Sedangkan pada unsur halogen yang berada dalam keadaan padat
berupa kristal terikat oleh Gaya Van Der Waals yang lemah. Gaya ini bertambah jika
jari-jari bertambah besar. Oleh karena itu titik leleh bertaambah dari atas ke bawah
dalam satu golongan. Titik leleh bergantung pada kekuatan ikatan bertambah, jadi titik
leleh bertambah. Unsur C dan Si yang mempunyai struktur kovalen yang sangat besar
mempunyai titik leleh tinggi.
Titik leleh dari gas muliaditentukan oleh besarnya nomor atom. Semakin besar
nomer atom maka titik lelehnya makin tinggi. Itu berarti iaktan Van Der Waals sangat
lemah. Sifat fisika dari karbon yaitu pada titik lelehnya adalah titik leleh dari karbon
sangant tinggi, sehingga karbon berbeda dengan non logam lainnya.
Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah wujudmenjadi zat cair
pada tekanan satu atmosfer. Dengan kata lain, titik leleh merupakan suhu ketika fase
padat dan cair sama-sama berada dalam kesetimbangan. Perubahan tekanan tidak
mempengaruhi titik leleh suatu zat mengalami perubahan yang berarti. Pengaruh ikatan
hidrogen terhadap titik leleh tidak begitu besar karena pada wujud padat jarak antar
molekul cukup berdekatan dan yang paling berperan terhadap titik leleh adalah berat
molekul zat dan bentuk simetris molekul.
Titik leleh senyawa organik mudah untuk diamati sebab temperatur
dimana pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan temperatur dimana zat telah habis
meleleh semuanya. Jika zat padat yang diamati tidak murni, maka akan
terjadi penyimpangan dari titik leleh senyawa murninya yang berupa penurunantitik
leleh dan perluasan range titik leleh. Misal suatu asam murni diamati titik lelehnya
pada temperatur 122,1 oC –122,4 oC dari titik lelehnya 122,2 oC. Penambahan 20% zat
padat lain akan mengakibatkan perubahan titik lelehnyamenjadi 115 oC -119 oC dari
122,1 o
C – 122,4 o
C (rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o
C dan range
temperaturnya berubah menjadi 4 oC dari 0,3 oC ).
Pada unsur alkali memiliki satu elektron ikatan dan bertambah lemah jika jari-
jari bertambah besar, hal ini menyebabkan titik leleh berkurang dari atas kebawah
dalam satu golongan. Unsur halogen terikat oleh gaya Van der Waals yang lemah,
gaya ini bertambah jika jari-jari bertambah besar, oleh sebab itu titik leleh
bertambah besar dari atas ke bawah dalam satu golongan. Kekuatan ikatan logam
bertambah dari kirike kanan , sehingga titik leleh bertambah dari kiri ke kanan
dalam satu periode. Gas mulia memliki ikatan Van der Waals yang sangat lemah,
sehingga titik lelehnya sangat kecil. Titik leleh pada gas mulia ditentukan oleh
besarnya nomer atom. Semakin besar nomor atom maka titik lelehnya semakin tinggi.
Sementara itu, titik leleh dari karbon sangat tinggi.

ii
Dalam menentukan titik leleh suatu zat, adapun faktor-faktor
yangmempengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut meleleh adalah :

1. Ukuran kristal.Ukuran kristal sangat berpengaruh dalam menentukan


titik leleh suatu zat. Apabila semakin besar ukuran partikel yang
digunakan, maka semakin sulit terjadinya pelelehan.
2. Banyaknya sampel. Banyaknya sampel suatu zat juga dapat mempengaruhi
cepatlambatnyaproses pelelehan. Hal ini dikarenakan, apabila semakin sedikit
sampel yang digunakan maka semakin cepat proses pelelehannya, begitu
pula sebaliknya jika semakin banyak sampel yang digunakan maka semakin
lama proses pelelehannya.
3. Pengemasan dalam pipa kapiler.
4. Pemanasan dalam suatu pemanas harus menggunakan bara api atau panas
yang bertahan.
5. Adanya senyawa lain yang dapat mempengaruhi range titik leleh.

V. Prosedur Percobaan
1. Analisis sifat-sifat kristal
Data pengamatan
Apakah
Apakah Apakah
Krista terdapat
Prosedur Warna larut mempun
l H2O
residu dalam yai air
pada
air kristal
dinding
a. Identifikasi Hidrat
1. Panaskan sejumlah
kristal 0,5 g di dalam
tabung reaksi.
2. Jika ada tetesan air di
dinding tabung setelah
didinginkan catatlah
3. Catatlah perubahan yang
terjadi (Warna dan
Sifat).
4. Setelah dingin larutkan
dalam air (amati warna
larutan). Jika perlu
panaskan.

b. Reversibilitas hidrasi
1. Panaskan ± 0,3 g kristal - Beri kesimpulan dari hasil pengamatan anda.
di dalam cawan penguapan - Apakah dehidrasi dan hidrasi CoCl2
sampai warnanya berubah reversibel ?
sempurna.
2. Larutkan residu dengan
air di dalam cawan
penguapan. - Beri kesimpulan dari hasil pengamatan anda.
3. Panaskan larutan sampai
mendidih dan kering.
4. Catat perubahan warna. - Apakah dehidrasi dan hidrasi CoCl2
5. Biarkan dan catat reversibel ?
perubahan warna

c. Deliquencence dan Kristal Pengamatan Kesimpulan


Efflorecence
1. Tempatkan tiap kristal
berikut di kaca arloji yang
terpisah.
2. Letakkan senyawa-
senyawa tersebut ke
cawan penguapan.
3. Catat perubahan yang
terjadi warna dan
kelembabannya.
4. Amati sampel selama
diam di laboratorium.

ii
2. Penentuan titik leleh
a. Sambungkan alat ke sumber listrik
b. Tekan tombol power posisi On (I)
c. Tekan OK
d. Pilih METHOD
e. Pilih OPTIONS
f. Pilih NEW untuk sampel baru
g. Tekan OK
h. Ketik nama sampel yang akan dianalisis dengan cara:
- Pilih huruf dengan memutar tombol bulat
- Tekan ENTER
- Pilih SAVE
i. Pilih EDIT:
- Ketik kisaran titik leleh sampel yang akan dianalisis
- Tekan NEXT
- Tekan SAVE
j. Tekan START
k. Masukkan sampel ID:
- Pilih huruf dengan memutar tombol bulat
- Tekan SAVE
l. Setelah ada perintah INSERT SAMPEL, masukkan sampel
m.Tekan START
n. Setelah sampel meleleh tekan SAVE
o. Setelah selesai tekan STOP
p. Tekan END
q. Alat dimatikan setelah suhu sekitar 50 0C.
VI. LEMBARAN KERJA :
1. Ringkasan :

2. Data pengamatan:
a. Identifikasi hidrat
Apakah terdapat Apakah
Apakah larut
Kristal H2O pada Warna residu mempunyai air
dalam air
dinding kristal

b. Reversibilitas hidrasi

ii
c. Deliquescence dan Efflorescence
Kristal Pengamatan Kesimpulan

VII. Kesimpulan

VIII. Pertanyaan / Tugas-tugas


1. Apa perbedaan antara deliquecence dengan efflorescence?
2. Apa pengertian titik leleh dari suatu zat?
3. Apakah setiap zat mempunyai titik leleh?
4. Bagaimana pengaruh fraksi atau persen suatu zat dalam campuran terhadap titik
leleh?
IX. Daftar Pustaka
1. Emil J. Slowinski “chemical principles in the laboratory woth Quantitative analysis”
Japan, 1983, halaman 41.
2. “Experimental Organic Chemistry”, Mungail Doyle, John Wiley & Sons, New York,
1980.
3. “Kimia untuk Universitas” jilid 1, Keenam, wood Kleinfelter, Penerbit Erlangga
(terjemahan), Jakarta, 1986.
ii

Anda mungkin juga menyukai