(KK203112)
Bahan ajar ini telah diperiksa dan disetujui untuk digunakan sebagai bahan kuliah bagi
Mengetahui: Penyusun,
Ketua Program Studi D3 T.Kimia,
Koordinator PDD-Bone
Politeknik Neg. U. Pandang
ii
PRAKATA
Analisis Kimia, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif merupakan salah
satu kegiatan yang banyak dilakukan di laboratorium, lembaga penelitian, dan industri.
Analisis ini memegang peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan, perbaikan
proses produksi dan kualitas produk yang dihasilkan, dan informasi kimiawi lainnya. Mata
kuliah Kimia Analisis ditawarkan untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan
kepada mahasiswa mengenai teknik-teknik yang dapat diterapkan dalam melakukan analisis
kimia terhadap suatu bahan kimia, baik untuk penentuan jenis maupun untuk penentuan
kadar/konsentrasinya.
Guna membantu mahasiswa memahami mata kuliah tersebut, maka disusunlah
Bahan Ajar Panduan Lab. Kimia Analisis Kualitatif. Bahan ajar ini berisikan beberapa
percobaan yang memberikan pemahaman tentang jenis-jenis percobaan analisis kualitatif.
Walaupun penyusun telah berusaha untuk menyempurnakan bahan ajar ini dengan
menggunakan beberapa sumber pustaka yang sesuai, namun disadari sepenuhnya bahwa
tentunya masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat beberapa kekurangan di dalamnya. Oleh
karena itu segala macam kritik, saran dan informasi ilmiah sebagai masukan untuk perbaikan
dan penyempurnaan bahan ajar ini.
Akhirnya penyusun berharap semoga bahan ini membawa manfaat dalam
memahami Kimia Analisis dan semoga Allah SWT meridhoi dan memberi nilai ibadah atas
segala niat baik kita memajukan ilmu pengetahuan. Amin.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................ii
PRAKATA............................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. iv
iv
TINJAUAN MATA KULIAH
Mata kuliah Lab. Kimia Analisis Kualitatif merupakan dasar utama bagi
berbagai mata kuliah lain seperti Kimia Analisis Air, Kimia Analisis Mineral, Kimia
Analisis Organik, Kimia Analisis Instrumen, dan lain-lain baik mata kuliah teori maupun
mata kuliah praktikum. Mata kuliah Kimia Analisis ditawarkan untuk memberikan bekal
pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa mengenai teknik-teknik yang dapat
diterapkan dalam melakukan analisis kimia terhadap suatu bahan kimia, baik untuk
penentuan jenis maupun untuk penentuan kadar/konsentrasinya.
Mata kuliah Kimia Analisis ini membahas beberapa bab, diawali dengan analisis
kualitatif yang memberikan pemahaman tentang defenisi analisis kualitatif sekaligus defenisi
analisis kuantitatif dan langkah-langkah analisis kualitatif secara rinci untuk metode
konvensional. Sedangkan untuk analisis kuantitatif akan dibahas tentang analisis gravimetri
dan analisis volumetri/titrimetri (titrasi asam-basa, pengendapan, reduksi-oksidasi, dan
kompleksometri). Di minngu terakhir perkuliahan, mahasiswa akan diberi materi tentang
Kesalahan Dalam Analisis Kimia sehingga mahasiswa dapat memahami faktor atau sumber
kesalahan dalam analisis kimia dan dapat meminimalkan bahkan menghindarinya.
Topik-topik tersebut merupakan dasar pengetahuan bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa
dapat melakukan analisis kimia pada berbagai jenis zat/bahan. Adapun zat/bahan yang
dimaksud dapat berupa bahan alam, bahan makanan dan minuman, obat-obatan dan
kosmetik, pupuk pestisida, dan sebagainya; baik analisis kualitatif, maupun analisis
kuantitatif.
v
PERCOBAAN 1
PEMBUATAN LARUTAN
I. Tujuan
Setelah mengikuti/melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu membuat larutan kimia
dalam berbagai macam satuan konsentrasi dengan benar dan teliti untuk digunakan pada
percobaan berikutnya.
A. Alat
Labu takar
Gelas kimia
Pipet ukur/seukuran
Batang pengaduk
Botol penyimpanan zat
Kertas Label
Spidol
B. Bahan
1. Padatan: AgNO3, (NH4)2CO3,
2. Cairan: H2SO4 98%, HCl 37%, HNO3 65%, CH3COOH 100% (glacial), NH3 25%,
dan lain-lain.
Larutan adalah campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua
komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent).
Zat dalam campuran tersebut yang jumlahnya lebih banyak atau paling banyak umumnya
disebut pelarut, sedangkan yang lainnya disebut zat terlarut. Jenis zat terlarut dan jenis
pelarut akan mempengaruhi sifat larutan yang terbentuk. Dalam percobaan ini pelarut
yang digunakan umumnya adalah air, tetapi ada beberapa jenis zat tidak dapat melarut
dalam air secara langsung. Dalam kasus seperti itu, zat tersebut harus dilarutkan lebih
dahulu dengan alkohol, asam, basa, atau pelarut lain yang sesuai lalu ditambahkan air
/aquadest.
Pereaksi (reagent) adalah zat yang berperan dalam suatu reaksi kimia atau diterapkan
dalam analisis kimia. Pereaksi tersebut umumnya dibuat dengan konsentrasi yang pasti,
1
tetapi umumnya perlu distandarisasi terutama bagi pereaksi yang telah disimpan cukup
lama.
Konsentrasi larutan didefenisikan sebagai banyaknya zat terlarut dalam sejumlah pelarut.
Beberapa satuan konsentrasi yang sering dijumpai antara lain; persen-massa, persen-
volume, bagian per juta (bpj, ppm), normalitas (N), molaritas (M), molalitas (molal), dll
3. Normalitas (N)
Dimana: grek = massa zat (g) / Massa Ekivalen (ME), dimana ME = Mr / valensi
4. Molaritas (M)
𝑊𝐴 𝑥 1000
𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑧𝑎𝑡 𝐴 =
𝑀𝐴 𝑋 𝑉
Dimana WA= massa zat A (dalam g), MA= massa molekul relatif zat A ( dalam
g/mol), dan V= volume larutan (dalam mL).
Contoh:
NaOH O,1M mempunyai pengertian bahwa untuk setiap 1 liter (atau 1000 mL)
larutan ini mengandung 0,1 mol NaOH (atau 4 gram NaOH).
ii
6,3 g H2C204.2H 2O (Mr 126) dituangi dengan air sampai volume larutan
mencapai 100 mL. Konsentrasi larutan asam oksalat dalam satuan molar,
besarnya adalah
(6,3 𝑔)(1000)
Molaritas H2C204 = 𝑔 = 0,5
(126 )(100𝑚𝐿)
𝑚𝑜𝑙
5. Molalitas (molal)
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝐴
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑧𝑎𝑡 𝐴 =
1000 𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑊𝐴 𝑥 1000
𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑧𝑎𝑡 𝐴 =
𝑀𝐴 𝑋 𝑊𝑝
Dimana WA= massa zat A (dalam g), MA= massa molekul relatif zat A ( dalam
g/mol), dan Wp= massa pelarut (dalam gram).
Larutan dengan satuan persen volum (% v/v) seringkali perlu dikonversi ke satuan N
atau M untuk memudahkan perhitungan dalam pengenceran larutan, begitu pula pada
satuan-satuan lainnya.
% 𝑥 𝑏𝑗 𝑥 1000
𝑀= , dimana bj = massa jenis, dan Mr = massa molekul
𝑀𝑟
Contoh: HCl 32% v/v (1L = 1,16 Kg dan Mr = 36,5) setara dengan berapa M?
3
% 𝑥 𝑏𝑗 𝑥 1000
𝑁= , dimana ME = massa ekivalen
𝑀𝐸
Contoh: H2SO4 98% (1L = 1,84 Kg dan Mr = 98,08) setara dengan berapa N?
1. Siapkan semua peralatan yang akan digunakan dalam keadaan bersih dan kering.
2. Hitung kebutuhan bahan yang diperlukan untuk membuat larutan dengan konsentrasi
sesuai yang ditugaskan pada kelompok anda.
3. Konsultasikan hasil perhitungan anda kepada dosen pembimbing anda.
Jika bahan baku yang digunakan berupa padatan, maka lakukan langkah 4-7, tetapi
jika bahan baku berupa cairan, maka lakukan langkah 8 berikut ini.
4. Timbang dengan teliti sejumlah bahan (sesuai hasil perhitungan) menggunakan
neraca analitis.
5. Pindahkan bahan tersebut ke dalam gelas kimia (hati-hati jangan ada yang tercecer
atau tersisa pada kertas timbang)
6. Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga semua bahan
tersebut larut sempurna (hati-hati jika zat bersifat eksotermis, panas!).
7. Pindahkan larutan pada gelas kimia ke dalam labu takar yang berukuran sesuai
volume larutan uang akan dibuat. (Jangan lupa membilas gelas kimia beberapa kali).
8. Pipet dengan teliti sejumlah bahan (sesuai hasil perhitungan) menggunakan pipet
ukur atau pipet seukuran ke dalam labu takar yang telah diisi dengan aquadest
(biasanya diisi setengahnya).
Selanjutnya:
9. Tambahkan aquadest hingga tanda batas (Jika timbul panas, dinginkan labu takar
beserta isinya dalam wadah berisi air lalu tandabataskan kembali.
10. Homogenkan larutan dalam labu takar.
11. Pindahkan larutan tersebut ke dalam botol berlabel dan simpan di tempat yang aman.
(Jangan lupa perlihatkan pada pembimbing anda)
ii
V. Data Hasil Pengamatan
VI. Pembahasan
VII.Kesimpulan
Mulyono, HAM. 2015. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
5
PERCOBAAN 2
IDENTIFIKASI ZAT BERDASARKAN WARNA KRISTAL
DAN WARNA LARUTAN
I. Tujuan
Setelah mengikuti/melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu mengidentifikasi suatu
zat kimia melalui pengamatan warna kristal dan warna larutannya.
ii
Biru : Cu2+ Co2+
Coklat : Fe3+ Fe3O4 Fe2O3
PbO3 Ag3AsO4 Fe(OH)3
Hitam : PbS FeS Ag2S MnO2
CuS CoS C CO3O4
HgS NiS CuO Ni2O3
Kesimpulan yang pasti belum dapat ditentukan dari warna zat.
7
VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan
Azis, A. 2006. Kimia Analisis. Bahan Ajar. Makassar: Politeknik Negeri Ujung
Pandang.
Vogel, 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Terjemahan
oleh I. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
ii
PERCOBAAN 3
SIFAT ASAM DAN BASA
I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat mengenal sifat-sifat bahan terhadap asam
dan basa.
III. Peralatan
Tabung reaksi 20 buah
Rak tabung reaksi 1 buah
Pengaduk kaca 6 buah
Zat-zat dan bahan :
- NaOH 30% 500 ml
- KOH 30% 500 ml
- Amoniak 24% 500 ml
- H2SO4 96% 500 ml
- HCl 37% 500 ml
- Asam Asetat 500 ml
- Kain wol
- Aluminium
- Baja
- Daging
- Kain katun
- Nilon
- Kayu
- Karet busa
9
IV. Cara kerja
- Sepotong bahan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Tuangkan perlahan-lahan basa atau asam, sampai tabung reaksi terisi kurang
lebih setinggi 3 cm.
- Amati perubahan yang terjadi.
- Aduklah seklai-kali dengan batang pengaduk.
Catatan :
Hati-hati bekerja dengan asam pekat dan basa pekat. Gunakan kacamata selama bekerja
serta gunakan sarung tangan ketika memipet atau menuang larutan.
Lembaran Kerja :
1. Ringkasan
2. Data Pengamatan
1. a. O2
b. N2
Warna
ii
No. Oksida yang dibuat Daya letupan Bau Tes asam-basa
2. a. CO2
b. SO2
c. NO2 & NO
3. a. NH3
b. H2S
1. Gas O2
2. Gas N2
3. Gas I2
4. Gas Br2
5. Gas CO2
6. Gas SO2
7. Gas NO2 dan NO
8. Gas NH3
9. Gas H2S
11
PERCOBAAN 4
KELARUTAN GARAM-GARAM ALKALI TANAH
I. Tujuan
a. Dapat membandingkan kelarutan garam-garam alkali tanah
b. Dapat menuliskan persamaan reaksi yang terjadi antara zat-zat dalam larutan yang
dicampurkan
III. Alat-alat
a. Pipet ukur atau gelas ukur
b. Sentrifus
c. Tabung reaksi dengan diameter sama (tabung sentrifus)
d. Rak tabung reaksi
ii
V. Dasar Teori
Dalam percobaan ini kita akan mempelajari sifat-sifat unsur alkali tanah dalam sistem
periodik. Alkali tanah merupakan logam yang cukup reaktif. Unsur-unsur yang termasuk
alkali tanah yaitu: Be, Mg, Ca, Sr, Ba dan Ra (karena senyawa berilium jarang
didapatkan dan bahkan sangat beracun dan senyawa Ra merupakan unsur radioaktif, kita
tidak melakukan analisa untuk kedua unsur tersebut). Semua alkali tanah berada dalam
senyawanya dan dalam larutan sebagai kation M2+. Jika larutan garam-garam alkali tanah
dicampur dengan larutan yang berisi anion X2- (CO32-, SO42-, CrO42-), maka kation alkali
tanah bereaksi dengan anion-anion tersebut dan terbentuk garam MX, dengan kelarutan
berbeda-beda yang bergantung kepada kation alkali tanah (M2+) dan anion X2- yang
bereaksi.
M(aq)2+ + X(aq)2- → MX
M2+ : Ba2+ , Sr2+, Ca2+, Mg2+
X2- : SO42-, CO32-, Cr2O42-, C2O42-
BaCl2 0,1 M
13
CaCl2 0,1 M
MgCl2 0,1 M
Sr(NO3)2 0,1 M
VIII. Pembahasan
IX. Kesimpulan
X. Pertanyaan
a. Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan di atas
b. Berdasarkan hasil pengamatan saudara, buatlah unsur-unsur alkali tanah, dimulai dari
unsur yang membentuk garam oksalat yang termudah larut dalam air.
c. Apakah urutan tersebut di atas sesuai untuk zat pengendap yang lainnya?
d. Buatlah kesimpulan dari percobaan yang dilakukan
ii
PERCOBAAN 5
ANALISIS SIFAT-SIFAT UNSUR BUKAN LOGAM
15
III. Teori
Beberapa dari zat-zat kimia adalah unsur-unsur bukan logam atau senyawa bukan
logam, seperti O2, N2, CO2, H2O.Zat-zat yang disusun oleh atom-atom bukan logam, baik
berupa unsur atau senyawa, merupakan molekul yang terbentuk melaui ikatan kovalen antara
atom-atomnya. Mereka sering berwujud gas,karena lemahnya gaya intermolekul. Tetapi
mereka mempunyai berat molekul tinggi, ikatan hydrogen atau struktur molekul makro,dapat
berwujud cair seperti H2O, Br2, atau berwujud padat seperti I2, dan grafit. Beberapa dari
unsur-unsur bukan logam atau senyawa-senyawa gas dapat dibuat melalui suatu reaksi
sederhana.
3.1 Pembuatan dan Sifat-Sifat Unsur Bukan Logam: O2, N2, Br2, I2
3.1.1 Oksigen
3.1.2 Nitrogen
Hidrazin, N2H4, dalam bentuk larutan dapat bereaksi dengan CrO2−
4 membentuk gas
Seperti hydrogen peroksida, hidrazin dapat terurai bila ditambahkan katalis MnO2,
tetapi reaksinya terlalu lambat.
3.1.3 Iod
Unsur-unsur halogen sangat mudah dibuat dari garam-garam natrium atau
kaliumnya.Reaksi pembentukannya memerlukan zat pengoksidasi yang dapat diambil
electron dari ion halide dan menghasilkan halogen bebas.reaksi yang terjadi bila KI ditambah
dengan larutan HCl 6M dan MnO2 adalah
2I-(l) + 4H+(l) + MnO2(s) I2(l) + Mn2+ (l) + 2H2O
Pada 25˚C, I2 berwujud padat dan sukar larut dalam air dan mudah menguap.I2 dapat
diekstraksi dari pelarut air ke pelarut organik, khususnya trikloroetan (TCE).Di dalamTCE, I2
mempunyai warna khas.
ii
3.1.4 Brom
Brom dapat dibuat dengan menggunakan reaksi yang sama seperti iod. Ion bromide
lebih sukar dioksidasi dibandingkan ion iodide.Pada 25˚C, brom berwujud cair.brom dapat
diekstraksi dari pelarut air ke TCE mempunyai warna yang khas.
3.2 Pembuatan dan Sifat-Sifat Unsur-Unsur Oksida Bukan Logam: CO2, SO2, NO, NO2
3.2.1 Belerang dioksida
Belerang dioksida mudah dibuat dengan mereaksikan ion karbonat dengan asam.
CO2− +
3 (𝑙) + 2H (𝑙) H2 CO3 (𝑙) CO2 (𝑔) + H2 O
Karbon dioksida tidak terlalu larut dalam air dan dengan menambahkan asam, larutan
karbonat akan menghasilkan CO2.
SO2− +
3 (𝑙) + 2H (𝑙) H2 SO3 (𝑙) SO2 (𝑔) + H2 O
3.3 Pembuatan dan Sifat-Sifat Unsur – Unsur Hidrida Bukan Logam: NH3, H2S
3.3.1 Amoniak
Amoniak dapat dihasilkan dengan menambahkan basa kuat ke dalam larutan garam
amonium.
Amoniak mempunyai bau yang khas dan sangat larut dalam air.
3.3.2 Hidrogen sulfida
Hidrogen sulfida dapat dibuat dengan menambahkan asam HCl atau H2SO4 ke dalam
padatan sulfida, khususnya FeS.
CH3 CSNH2 (𝑙) + 2H2 O H2 S(𝑔) + CH3 COO− (𝑙) + NH4+ (𝑙)
ii
V. Prosedur Kerja
5.1 Pembuatan Gas O2, Br2, dan I2
a. Gas O2
- 2 ml larutan H2O2 3% dalam tabung reaksi ditambah sedikit Kristal MnO2.
- Mengamati apa yang terjasi, tes sifat gas O2 terhadap bau, asam, warna dan sifat
pembakaran.
b. Gas I2
- 1 ml larutan KI 1M dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- tambahkan 2 ml HCl 6M dan tambah sedikit Kristal MnO2, diaduk dan diamati
perubahan yang terjadi.
- tabung reaksi dimasukkan ke dalam water bath (air panas)
- setelah beberapa menit, amati warna uap I2 yang ada diatas cairan
- tabung reaksi diambil, setelah dingin tambahkan 10 ml aquadest
- tabung reaksi ditutup dan digoncangkan
- warna I2 dalam larutan dicatat
- ambil cairan yang berisi I2 dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang lain, dan
tambahkan 3 ml triklor etana. Tutup dan goncangakan, amati warna yang terjadi
dari TCE
- Catatlah semua pengamatan
c. Gas Br2
Cara kerja sama dengan pembuatan I2, begitu juga cara pengetesan. Hanya larutan KI
1M diganti dengan larutan NaBr 1M.
Catatan semua yang diamati seperti pada pengamatan I2.
5.2 Pembuatan dan Sifat-Sifat beberapa Oksida Bukan Logam
a. Gas CO2
- 1 ml larutan Na2CO3 1M ke dalam tabung reaksi
- ditambahkan 6 tetes larutan H2SO4 3M
- Amati peristiwa yang terjadi dan test gas yang terjadi terhadap bau, sifat asam, dan
kemampuan untuk membantu pembakaran.
b. Gas SO2
- 1 ml larutan Na2SO3 1M ke dalam tabung reaksi dan ditambah dengan 6 tets H2SO4
1M
- Test gas yang terjadi terhadap bau, sifat asam dan kemampuan untuk menunjang
pembakaran
- Tabung reaksi diletakkan ke dalam water bath, beberapa menit dan amati apa yang
terjadi
c. Gas NO dan NO2
- 1 ml larutan KNO2 1M dimasukkan dalam reaksi dan tambah 6 tetes H2SO4 3M
- goncangkan tabung reaksi beberapa menit dan catat warna larutan
- tabung reaksi dipanaskan dalam air panas, untuk menambah kecepatan perubahan
gas yang terjadi
- amati warna gas yang terjadi
- test gas yang terjadi terhadap bau, dan sifat asam,
- catat semua apa yang diamati.
- letakkan tabung reaksi ke dalam air panas beberapa menit untuk menambah gas
NH3 yang terjadi
b. Gas H2S
- 1 ml larutan tioasetamida ke dalam tabung reaksi dan ditambah 6 tetr larutan
H2SO4 3M
- letakkan tabung reaksi ke dalam air mendidih selama 1 menit
- amati peristiwa yang terjadi dan test gas terhadap bau, dan sifat asam
VI. Tugas
Tes terhadap senyawa yang belum diketahui berdasarkan sifat gas yang terjadi
identifikasi zat yang ada dalam larutan A dan larutan B (ditentukan oleh pembimbing).
ii
PENGAMATAN
1. Data Pengamatan:
1. a. O2
b. N2
Warna
Unsur
Uap H2O TCE
a. I2
b. Br2
Test asam-
No. Oksida yang dibuat Daya letupan Bau
basa
2. a. CO2
b. SO2
c. NO2& NO
Test asam-
No. Hidrida yang dibuat Daya letupan Bau
basa
3. a. NH3
b. H2S
ii
Dalam eksperimen ada 9 jenis macam gas (tuliskan semua reaksi yang terjadi).
1. Gas O2
2. Gas N2
3. Gas I2
4. Gas Br2
5. Gas CO2
6. Gas SO2
8. Gas NH3
9. Gas H2S
VIII. Pembahasan
I. Tujuan:
1. Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat mengenal sifat-sifat golongan
kation dan anion;
2. Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa terampil mengambil dan
mencampurkan pereaksi;
3. Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat menuliskan persamaan reaksi
pemisahan golongan kation dan anion.
ii
15) K3Fe(CN)6 0,5 M
16) NaBiO3(padat)
17) Dimetilglikosin 1% dalam etanol
18) KCNS (padat)
19) Na2SO3(padat) 1M
20) KHSO4(padat)
21) FeSO4(padat) Fe 2+
22) Na3[CO(NO2)6] (padat)
Golongan II
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam.[1] Ion-ion dalam golongan ini antara lain:
Golongan IIA: endapan sulfida kation golongan ini tidak larut dalam larutan amonium
polisulfida. Mereka adalah Hg2+, Cu2+, Bi3+, dan Cd2+.
Gologan IIB: endapan sufida kation golongan ini larut dalam larutan amonium polisulfida.
Mereka adalah: As3+, As5+, Sb3+, Sb5+, Sn2+, dan Sn3+.
Golongan III
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer maupun hidrogen sulfida
dalam suasana asam, tetapi mereka mengendap dalam amonium sulfida dalam suasana netral
atau sedikit amoniakal. Kation-kation dalam golongan ini adalah: Co2+, Ni2+, Fe2+, Fe3+, Cr3+,
Al3+, Zn2+, dan Mn2+.[1]
Golongan IV
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan pereaksi golongan I, II, dan III. Mereka
mengendap dengan amonium karbonat dengan keberadaan amonium klorida dalam suasana
netral atau sedikit asam. Kation golongan ini adalah: Ca2+, Sr2+, dan Ba2+.[1]
Golongan V
Biasa disebut golongan sisa yaitu kation-kation yang tidak bereaksi dengan pereaksi
golongan-golongan sebelumnya. Mereka adalah: Mg2+,Na+, K+, Li+, H+, dan NH4+.
Setelah menemukan golongan untuk kation yang akan ditentukan, maka dilakukan reaksi
spesifik setiap kation yang ada dalam golongan tersebut, untuk mengidentifikasi
keberadaannya di dalam cuplikan.
Untuk mencegah terbentuknya gas H2S, karena gas H2S mempunyai bau yang tidak enak
serta berbahaya, maka digunakan tioasetamida sebagai pengganti. Reaksi tioasetamida
dengan air bila dipanaskan akan menghasilkan juga H2S, tetapi berupa larutan jenuh.
ii
H S H O
H H
H C C N + H2O H C C N + H2S
H H
H H
+ (NH4)2CO3
Larutan Endapan
+ HCl
Endapan Endapan
Larutan
Dari golongan 1 Golongan 2 - 4
+ HCl (pH ~ 1)
+ Tioasetamida
CH3CSNH2
Endapan Endapan
Larutan
Dari golongan 2 Golongan 3 & 4
+ NH3 / NH4Cl
+ Tioasetamida
CH3CSNH2
Endapan Endapan
Larutan
Dari golongan 3 Golongan 4
4.1.1 Langkah 1
Ke dalam 1ml larutan cuplikan ditambahkan 1ml larutan (NH4)2CO3 1 M. bila terjadi
endapan berarti terdapat kation dari golongan 1-4. Bila tidak ada endapan, berarti terdapat
kation dari golongan 5, maka langsung kerjakan langkah ke-6. Langkah berikut ini dilakukan
bila terdapat endapan pada penambahan (NH4)2CO3.
4.1.5 Langkah 5
Bila tidak terdapat endapan pada tahap 2 sampai 4, maka periksalah kehadiran kation
golongan 4. Lakukan reaksi spesifik untuk kation golongan 4.
4.1.6 Langkah 6
Periksalah kation golongan 5 melalui reaksi pengenalan, bila pada tahap 1 tidak terjadi
endapan.
ii
4.2 Pemisahan Golongan Anion
4.2.1 Analisis Anion
Ada 3 tahap yang harus dilakukan untuk mengindetifikasi anion dalam suatu cuplikkan
yang tidak diketahui
1. Pemeriksaan pendahuluan dengan menggunakan asam kuat.
2. Pemeriksaan anion secara sistematis.
3. Pemeriksaan anion dengan reaksi spesifik.
Pemeriksaan anion secara sistematis.
Pendekatan yang sistematis untuk mengenal anion yaitu dengan memisahkannya
dalam golongan-golongan.
Cara sistematis tersebut ditunjukkan oleh tabel berikut :
Langkah-langkah pemisahan yang sistematis.
REAKSI DENGAN
Gol Anion
AGNO3 (0,1M) Ba(NO3)2 0,1M
2–
2. Terjadi endapan yang Tak ada endapan S , NO22–,
larut dalam HNO3 1M mungkin
CH3COO –
(*)
3. Endapan putih, larut Endapan putih, larut dalam SO3 2–, CO3 2–
dalam HNO3 1M HNO3 1M
V. Hasil Pengamatan
4.1 Hasil pengamatan pemisahan golongan kation
Kation Reagen Terjadi Perkiraan Ketera
(Sampel) (Pereaksi) Golongan ngan
Fe3+
Ba2+
Na+
ii
4.2 Hasil pengamatan pemisahan golongan anion
REAKSI DENGAN
VI. Pembahasan
VII.Kesimpulan
VIII. Saran-saran
I. Tujuan
1) Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat mengenal sifat-sifat kation;
2) Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa terampil mengambil dan mencampurkan
pereaksi;
3) Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat menuliskan persamaan reaksi
identifikasi kation dengan pereaksi spesifik.
II. Alat dan Bahan Kimia
2.1 Peralatan yang digunakan
1) Tabung reaksi beserta rak tabung reaksi 20 / 1 buah
2) Pipet tetes 5 buah
3) Kawat Ni-Cr 1 buah
4) Kaca Arloji 1 buah
5) Bunsen, kaki tiga dan kasa 1 / 1 / 1 buah
6) Gelas kimia 250 ml 1 buah
7) Kaca kobalt 1 buah
8) Pelat tetes 1 buah
2.2 Bahan kimia yang digunakan
1) AgNO3 0,1M (Ag+)
2) BaCl2 0,1M ( Ba2+ )
3) CaCl2 0,1M (Ca2+ )
4) CuSO4 0,1M ( Cu2+ )
5) CoCl2 0,1M ( Co2+ )
6) MnSO4 0,1M ( Mn2+ / SO 2- )
7) Al2(SO4)3 0,1M ( Al3+ )
8) Hg(NO3)2 0,1M ( Hg2+ )
9) CH3COONa 0,1M ( Na+ / CH3COO- )
10) KBr 0,1M ( K+ / Br- )
11) Na2S 0,1M ( S2- )
12) KSCN 0,1M ( K+ / SCN - )
13) Sn Cl2 0,1M ( Sn2+ )
14) (NH4)2C2O4 ( NH4+ / C2O42- )
15) NiSO4 0,1M ( Ni2+ )
ii
16) FeCl3 0,1M ( Fe3+ )
17) KNO2 0,1M ( NO2-)
18) KI 0,1M ( K+ / I- )
19) Na2SO3 0,1M ( SO3-)
20) Mg(CH3COO)2 0,1M ( Mg2+ / CH3COO- )
21) Pb(NO3)2 0,1M ( Pb2+ )
Konsep analisis kimia pada umumnya dibagi menjadi dua, yakni Analisis Kualitatif dan
Analisis Kuantitatif. Analisis Kualitatif merupakan suatu cara untuk menganalisis atau
menentukan jenis zat dan ion-ionnya yang terdapat didalam suatu senyawa atau larutan yang
paling efektif. Ion-ion dalam larutan membentuk kation dan anion dari reaksi penguraian ion-
ionnya. Cara menganalisis jenis zat atau ion yang terdapat dalam larutan, dapat menggunakan
bantuan alat indra seperti mata, hidung, dan lidah untuk mempermudah mengetahui jenisnya
dari sifat fisik(warna, bentuk dan bau), sifat kimia serta yang paling penting pembeda dari
dua macam zat atau senyawa yang terpisah dalam suatu larutan.
Pengidentifikasian macam-macam ion dalam suatu campuran atau larutan dapat
dilakukan dengan :
1. Pemisahan dalam reaksi-reaksi pemisah
2. Identifikasi dengan reaksi-reaksi spesifik
Namun, apabila dalam suatu larutan hanya terdapat satu ion, maka larutan tidak perlu
melewati tahap pemisahan.Larutan langsung diidentifikasi dengan reaksi-reaksi spesifik
saja.Tahap pemisahan dalam analisis kualitatif harus dilakukan secara kuantitatif. Maksudnya
dilakukan pemisahan kation secara sistematik dalam suatu golongan. Pemisahan ion suatu
campuran atau larutan dapat dilakukan dengan cara, yaitu pembentukan zat sulit larut dan
kompleks, distilasi, ekstraksi pelarut dan lain-lain.
Pemisahan untuk masing-masing golongan, harus dilakukan dengan memasukkan atau
menambahkan pereaksi spesifik.Reaksi spesifik adalah reaksi yang dapat memberikan
karakteristik tertentu pada suatu larutan.Hal ini bertujuan agar kation atau anion yang ada
dalam larutan dapat diketahui dengan mudah dan tepat. Adapun syarat reaksi spesifik
(pengenal), yaitu harus dapat dipercaya, khas/spesifik, selektif, peka, dan tidak terganggu
oleh adanya ion lain.
Tahap-tahap pengidentifikasian jenis senyawa atau kation-anion yang ada dalam suatu
larutan harus dilakukan sesuai dengan teknik analisis kualitatif yang tepat, seperti halnya
dibawah ini :
Setelah mengidentifikasi suatu zat, dalam teknik analisis kualitatif, penganalisis harus
menguji hipotesa hasil dari pengidentifikasian zat yang pertama dengan membuat
pembanding lebih dari satu.Tujuannya agar mendapatkan data yang bervariasi dan
penganalisis dapat menentukan kebenaran hasil dari pengidentifikasian beberapa zat atau
pembanding yang telah diamati sifat fisika maupun sifat kimianya. Zat–zat pembanding yang
telah diketahui sifat-sifatnya, penganalisis dapat dengan mudah menyimpulkan zat atau ion-
ion apa yang ada dalam suatu larutan.
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi basah dan kering. Bahan
dalam reaksi basah berupa larutan dan hasilnya dapat berupa endapan, gas, dan atau
perubahan warna. Sedangkan reaksi kering (bahan padat). Reaksi kering yang diuraikan
digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya modifikasi sebagian kecil. Metode yang
sering digunakan untuk uji reaksi kering adalah uji pemanasan, pipa tiup, nyala, spektroskopi,
uji manik borak dan manik fosfat.
Pemeriksaan Ion Logam (Kation ), dilakukan dengan cara pengerjaaan yaitu dengan
menambahkan reagen atau reaksi pengenal, larut tidaknya larutan atau terbentuknya endapan,
penganalisis dapat langsung menggolongkan ion logam (kation) sesuai dengan golongannya,
Penggolongan kation adalah sebagai berikut :
Gol I : Ag+, Pb2+, Hg22+
ii
IV. Hasil Pengamatan
4.1 Hasil uji pendahuluan
Golongan Kation Kation Warna Larutan Warna nyala
4.2 Hasil pengamatan dengan pereaksi spesifik
Perubahan
Kation Pereaksi
Warna larutan Warna endapan
ii
4.3 Persamaan reaksi hasil reaksi kation dengan pereaksi spesifik
V. Pembahasan
VI. Kesimpulan
VII.Saran-saran
I. Tujuan:
1) Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat mengenal sifat-sifat anion;
2) Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa terampil mengambil dan mencampurkan
pereaksi;
3) Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat menuliskan persamaan reaksi
identifikasi anion dengan pereaksi spesifik.
ii
14) (NH4)2C2O4 ( NH4+ / C2O42- )
15) NiSO4 0,1M ( Ni2+ )
16) FeCl3 0,1M ( Fe3+ )
17) KNO2 0,1M ( NO2-)
18) KI 0,1M ( K+ / I- )
19) Na2SO3 0,1M ( SO3-)
20) Mg(CH3COO)2 0,1M ( Mg2+ / CH3COO- )
21) Pb(NO3)2 0,1M ( Pb2+ )
ii
Uraian bahan
1. AgNO3 (DIRJEN POM, 1979 : 97)
Nama resmi : ARGENTII NITRAS
Nama lain : Perak Nitrat
Rumus molekul : AgNO3
Berat molekul : 169,87
Pemerian : hablur berwarna putih, tidak berbau,
menjadi gelap bila terkena sinar.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : sebagai pereaksi golongan anion.
2. CaCl2 (DIRJEN POM 1979 : 120)
Nama resmi : CALCII CHLORIDUM
Nama lain : kalsium klorida
Rumus molekul : CaCl2
Berat molekul : 219,08
Pemerian : hablur, tidak berwarna, tidak berbau,
rasa agak pahit, meleleh basa.
Kelarutan : larut dalam 0,25 bagian air, mudah
larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : sebagai pereaksi spesifik golongan III
anion.
3. HCl (DIRJEN POM 1979 : 53)
Nama resmi : ACIDUM HIDROCHLORIDUM
Nama lain : asam klorida
Rumus molekul : HCl
Berat molekul : 36,46
Pemerian : cairan tidak berwarna, berasa asam,
bau merangsang, jika diencerkan
dengan 2 bagian volume air, asap
hilang.
Kelarutan : larut dalam air dan etanol (95%) P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pereaksi spesifik golongan III
anion.
4. HNO3 (DIRJEN POM 1979 : 650)
Nama resmi : ACIDUM NITRAS
Nama lain : asam nitrat
Rumus molekul : HNO3
Berat molekul : 63
Pemerian : cairan jernih berasap, hampir tidak
berwarna sampai warna kuning.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : sebagai pereaksi golongan anion.
5. MgCl2 (DIRJEN POM 1979 : 702)
Nama lain : magnesium klorida
Rumus molekul : MgCl2
Pemerian : hablur tidak berwarna, tidak berbau,
meleleh basah.
Kelarutan : larut dalam 1 bagian air dan dalam 2
bagian etanol (95%) P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pereaksi spesifik golongan III
anion.
ii
b. 1 ml larutan cuplikan + 1 ml FeCl3 0,1 M setelah 1 menit menghasilkan endapan
coklat kemerahan. Bila ditambahkan CCl4 menghasilkan 2 fase larutan. Sebelah
bawah violet dan bagian akan tetap coklat mkemerah-merahan.
4. CNS– (sama dengan tes kation Fe3+)
1 ml larutan cuplikan + ½ ml FeCl3 0,1 M merah tua
5. S2–
½ ml larutan cuplikan + ½ ml Pb(NO3)2 0,1 M + 2 tetes HCl 2 M menghasilkan
endapan hitam.
6. NO2–
a. 1 ml larutan cuplikan + 2 tetes H2SO4 2 M + 1 ml KI 0,1 M, memberikan larutan
coklat dengan endapan hitam yang larut dalam larutan CCL4 dan menghasilkan
warna violet.
b. 1 ml larutan cuplikan + 1 ml FeSO4 (yang baru dibuat) + 3 tetes H2SO4 2 M
menghasilkan larutan coklat-kuning, setelah satu menit berubah jadi coklat tua.
7. CH3COO–
Seujung spatula cuplikan + satu spatula KHSO4
8. SO32–
a. Seujung spatula cuplikan + 5 tetes KMnO4 + 3 tetes H2SO4 2 M dan panaskan
maka warna ungu akan hilang, larutan jadi bening.
b. Seujung spatula cuplikan + 1 ml K2CrO4 0,1 M + 5 tetes H2SO4 2 M kemudian
panaskan maka warna larutan berubah jadi hijau.
9. CO32–
a. 1 ml larutan cuplikan + 1 ml CaCl2 0,1 M memberikan endapan putih yang dapat
larut dalam HCl 2 M.
b. Seujung spatula kristal cuplikan + 2 ml HCl 2 M menghasilkan gelembung-
gelembung udara.
10. PO43–
1 ml larutan cuplikan + 5 tetes NH4Cl 1 M + 5 tetes NH4OH 1 M + ½ ml MgCl2 0,1
M menghasilkan endapan putih.
11. C2O4 2–
a. 1 ml larutan cuplikan + 1 ml CaCl2 0,1 M menghasilkan endapan putih.
b. 1 ml larutan cuplikan + 1 ml H2SO4 2 M, panaskan sampai 50C - 60C + 4 tetes
KMnO4, maka warna ungu dari KMnO4 akan hilang.
12. MnO4–
a. sama dengan test oksalat (C2O4 2–) no.11.b
b. sama dengan test sulfit (SO3 2–) no.8.a
13. SO42–
1 ml cuplikan + 1 ml BaCl 0,2 M menghasilkan endapan putih yang tidak larut dalam
asam kuat.
14. CrO4 2–
a. 1 ml larutan cuplikan + 1 ml AgNO3 0,1 M menghasilkan endapan merah yang
tidak larut dalam asam asetat, tapi larut dalam asam kuat dan amonia.
b. sama dengan test sulfit (SO3 2–) no.8.b
V. Hasil Pengamatan
5.1 Hasil pengamatan dengan pereaksi spesifik
Perubahan
Anion Pereaksi
Warna larutan Warna endapan
ii
5.2 Persamaan reaksi hasil reaksi anion dengan pereaksi spesifik
VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan
VIII. Saran-saran
Keterangan:
1. Bejana logam 3.Kabel penyambung arus
2. Termometer 4. Selang gas pembakar.
ii
B. Bahan :
a. Untuk penentuan titik didih
- Etanol (C2H6O)
- Air (H2O)
- Garam
- Minyak Goreng/Parafin
b. Untuk penentuan titik nyala
- Solar
- Kerosin (Minyak tanah)
3. Prosedur Kerja
a. Untuk penentuan titik didih
- Masukkan minyak goreng/parafin kedalam gelas kimia 250 ml yang telah dibersihkan
- Tempatkan diatas hot plate
- Isi tabung reaksi dengan salah satu sampel (etanol)
- Masukkan tabung reaksi berisi etanol kedalam gelas kimia yang telah diisi minyak
goreng/parafin, usahakan agar permukaan etanol dalam tabung reaksi sejajar dengan
minyakgoreng/parafin
- Masukkan thermometer ke dalam tabung reaksi
- Panaskan dan amati sampai sampel mendidih
- Catat temperaturnya
- Ulangi prosedur diatas untuk sampel yang lain (mengganti etanol dengan air dan
air+garam).
b. Untuk penentuan titik nyala
- Sebelum percobaan dimulai Tester (peralatan)harus dibersihkn terlebih dahulu untuk
menghilangkan sisa-sisa minyak atau solvent
- Isilah bejana logam dengan sampel yang akan di tentukan titik nyalanya sampai
dengan tanda batas,lalu menutup kembali bejana tersebut dengan penutupnya dan
ii
pasanglah stirrer serta termometernya.Pada saat mengerjakan, dinding logam bagian
atas tanda batas, harus dijaga kering (jangan sampai basah).
- Pasanglah kabel penyambung arus dan hubungkan juga selang gas pembakar
- Nyalakan gas pembakar dan mengatur nyalanya sehingga diperoleh nyala yang
sesuai, kemudian nyalakan pemanas listriknya.
- Atur pemanasan (pemanas listrik) sedemekian rupa sehingga kenaikan suhu
pemanasan kira-kira 5oC/menit.Jika thermometer sudah menunjukan suhu 15oC
sebelum titik nyala yang diperkirakan,maka larutan test nyala dengan cara sebagai
berikut: putar tombol pembakar sehingga api gas masuk kedalam bagian atas bejana
logam yang berisi sampel yang sedang ditest,dan lakukan setiap selang kenaikan
suhu 10C selama kira-kira 1 detik, sampai uap zat yang sedang ditest terbakar, maka
suhu di thermometer menunjukan titik nyala zat dan catatlah
- Ulangi percobaan untuk sampel yang lain dengan langkah yang sama
- Setelah selesai maka matikan kembali alat penentu titik nyala (pemanas listrik
maupun pembakar gas) dan simpan kembali zat yang sudah di test, serta bersihkan
logam bejana hingga benar-benar bersih.
Etanol 78
Air
Air + Garam 100
-
b. Untuk penentuan titik nyala
1 Solar 40-100
38-72
2 Kerosin
5. Perhitungan:
a. Faktor koreksi dari titik didih sampel
6. Pembahasan
7. Kesimpulan
ii
8. Pertanyaan:
1. Bagaimana defenisi titik didih dan titik nyala suatu zat?
2. Jelaskan mengapa kita perlu mengetahui besarnya titik didih dan titik nyala suatu
zat?
Jabawan:
9. Daftar Pustaka
Kurniawan, 2011, Titik Didih Suatu Larutan, http://fakta7.blogspot.com/2011/08/titik-
didih-suatu-larutan.html, 30/10/2011.
I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini anda dapat menentukan sifat-sifat kristal sampel dan
menentukan besarnya titik leleh u zat padat dengan alat penentu titik leleh.
ii
Untuk penentuan titik leleh:
- Alat penentu titik leleh (Digital Melting Point M-560)
- Pipa kapiler
- Pipa gelas
- Mortar (penggerus)
- Kaca arloji
- Spatula
b. Bahan Kimia
a. Untuk Identifikasi hidrat dari :
b. K2Cr2O7
c. BaCl2.
d. Boraks
e. Reversibilitas hidrat pada :
Kristal CoCl2.xH2O
f. Deliquencence dan efflorecence dari kristal :
- Na2CO3.10H2O
- CuSO4.5H2O
- KAl(SO4)2.12H2O
- CaCl2
g. Penentuan titik leleh
- Asam Benzoat
- Asam Oksalat
ii
ii. Titik Leleh
Titik leleh dari senyawa murni adalah temperatur dimana senyawa dalam
keadaan padat dan cairan dalam keadaan kesetimbangan pada tekanan 1 atmosfir. Jika
energi panas padatan murni sebanding dengan energi kisi maka kristal-kristal diikat
membentuk unit molekul , molekul-molekul kisi-kisi kristal menjauh dari sekitarnya.
Temperatur yang diinginkan untuk perubahan dari susunan molekul dalam kisi-
kisi kristal (padatan) ke bentuk fluida (cairan) adalah ukuran dari daya tarik menarik
antar molekul-molekul. Titik leleh suatu zat yang lebih tinggi daya tarik menarik antar
molekul-molekul lebih besar. Senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul yang
sama, maka senyawa yang lebih polar dan yang mempunyai struktur molekul yang lebih
senetris yang mempunyai titik leleh lebih tinggi. Jadi titik leleh suatu zat sangat
tergantung dari struktur molekul yang merupakan salah satu dimensi fisis dari suatu zat.
Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana zat padat berubah menjadi
cairan pada tekanan satu atmosfer. Titik leleh suatu zat padat tidak mengalami
perubahan yang berarti dengan adanya perubahan tekanan, oleh karena itu tekanan
biasanya tidak dilaporkan pada penentuan titik leleh, kecuali kalau perbedaan dengan
tekanan normal terlalu besar. Pada umumnya titik leleh senyawa organik mudah diamati
sebab temperatur dimana pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan temperatur
dimana zat telah meleleh semuanya. Contohnya: suatu zat dituliskan dengan range titik
leleh 122,1o-122,4oC daripada titik lelehnya 122,3oC.
Jika zat padat yang diamati tidak murni, maka akan terjadi penyimpangan dari
titik leleh senyawa murninya. Penyimpangan itu berupa penurunan titik leleh dan
perluasan range titik leleh, misalnya: suatu asam murni diamati titik lelehnya pada
temperatur 122,1o-122,4oC penambahan 20% zat padat lain akan mengakibatkan
perubahan titik lelehnya dari temperatur 122,1o-122,4oC menjadi 115oC-119oC. Rata-
rata titik lelehnya lebih rendah 5o dan range temperatur akan berubah dari 0,3oC
menjadi 4oC.
Atom-atom unsur alkali terikat dalam struktur terjenjal oleh ikatan logam yang
lemah, karena setiap atom hanya mempunyai satu elektron ikatan dan bertambah lemah
jika jari-jari bertmbah besar. Oleh sebab itu titik leleh berkurang dari atas ke bawah
dalam satu golongan. Sedangkan pada unsur halogen yang berada dalam keadaan padat
berupa kristal terikat oleh Gaya Van Der Waals yang lemah. Gaya ini bertambah jika
jari-jari bertambah besar. Oleh karena itu titik leleh bertaambah dari atas ke bawah
dalam satu golongan. Titik leleh bergantung pada kekuatan ikatan bertambah, jadi titik
leleh bertambah. Unsur C dan Si yang mempunyai struktur kovalen yang sangat besar
mempunyai titik leleh tinggi.
Titik leleh dari gas muliaditentukan oleh besarnya nomor atom. Semakin besar
nomer atom maka titik lelehnya makin tinggi. Itu berarti iaktan Van Der Waals sangat
lemah. Sifat fisika dari karbon yaitu pada titik lelehnya adalah titik leleh dari karbon
sangant tinggi, sehingga karbon berbeda dengan non logam lainnya.
Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah wujudmenjadi zat cair
pada tekanan satu atmosfer. Dengan kata lain, titik leleh merupakan suhu ketika fase
padat dan cair sama-sama berada dalam kesetimbangan. Perubahan tekanan tidak
mempengaruhi titik leleh suatu zat mengalami perubahan yang berarti. Pengaruh ikatan
hidrogen terhadap titik leleh tidak begitu besar karena pada wujud padat jarak antar
molekul cukup berdekatan dan yang paling berperan terhadap titik leleh adalah berat
molekul zat dan bentuk simetris molekul.
Titik leleh senyawa organik mudah untuk diamati sebab temperatur
dimana pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan temperatur dimana zat telah habis
meleleh semuanya. Jika zat padat yang diamati tidak murni, maka akan
terjadi penyimpangan dari titik leleh senyawa murninya yang berupa penurunantitik
leleh dan perluasan range titik leleh. Misal suatu asam murni diamati titik lelehnya
pada temperatur 122,1 oC –122,4 oC dari titik lelehnya 122,2 oC. Penambahan 20% zat
padat lain akan mengakibatkan perubahan titik lelehnyamenjadi 115 oC -119 oC dari
122,1 o
C – 122,4 o
C (rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o
C dan range
temperaturnya berubah menjadi 4 oC dari 0,3 oC ).
Pada unsur alkali memiliki satu elektron ikatan dan bertambah lemah jika jari-
jari bertambah besar, hal ini menyebabkan titik leleh berkurang dari atas kebawah
dalam satu golongan. Unsur halogen terikat oleh gaya Van der Waals yang lemah,
gaya ini bertambah jika jari-jari bertambah besar, oleh sebab itu titik leleh
bertambah besar dari atas ke bawah dalam satu golongan. Kekuatan ikatan logam
bertambah dari kirike kanan , sehingga titik leleh bertambah dari kiri ke kanan
dalam satu periode. Gas mulia memliki ikatan Van der Waals yang sangat lemah,
sehingga titik lelehnya sangat kecil. Titik leleh pada gas mulia ditentukan oleh
besarnya nomer atom. Semakin besar nomor atom maka titik lelehnya semakin tinggi.
Sementara itu, titik leleh dari karbon sangat tinggi.
ii
Dalam menentukan titik leleh suatu zat, adapun faktor-faktor
yangmempengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut meleleh adalah :
V. Prosedur Percobaan
1. Analisis sifat-sifat kristal
Data pengamatan
Apakah
Apakah Apakah
Krista terdapat
Prosedur Warna larut mempun
l H2O
residu dalam yai air
pada
air kristal
dinding
a. Identifikasi Hidrat
1. Panaskan sejumlah
kristal 0,5 g di dalam
tabung reaksi.
2. Jika ada tetesan air di
dinding tabung setelah
didinginkan catatlah
3. Catatlah perubahan yang
terjadi (Warna dan
Sifat).
4. Setelah dingin larutkan
dalam air (amati warna
larutan). Jika perlu
panaskan.
b. Reversibilitas hidrasi
1. Panaskan ± 0,3 g kristal - Beri kesimpulan dari hasil pengamatan anda.
di dalam cawan penguapan - Apakah dehidrasi dan hidrasi CoCl2
sampai warnanya berubah reversibel ?
sempurna.
2. Larutkan residu dengan
air di dalam cawan
penguapan. - Beri kesimpulan dari hasil pengamatan anda.
3. Panaskan larutan sampai
mendidih dan kering.
4. Catat perubahan warna. - Apakah dehidrasi dan hidrasi CoCl2
5. Biarkan dan catat reversibel ?
perubahan warna
ii
2. Penentuan titik leleh
a. Sambungkan alat ke sumber listrik
b. Tekan tombol power posisi On (I)
c. Tekan OK
d. Pilih METHOD
e. Pilih OPTIONS
f. Pilih NEW untuk sampel baru
g. Tekan OK
h. Ketik nama sampel yang akan dianalisis dengan cara:
- Pilih huruf dengan memutar tombol bulat
- Tekan ENTER
- Pilih SAVE
i. Pilih EDIT:
- Ketik kisaran titik leleh sampel yang akan dianalisis
- Tekan NEXT
- Tekan SAVE
j. Tekan START
k. Masukkan sampel ID:
- Pilih huruf dengan memutar tombol bulat
- Tekan SAVE
l. Setelah ada perintah INSERT SAMPEL, masukkan sampel
m.Tekan START
n. Setelah sampel meleleh tekan SAVE
o. Setelah selesai tekan STOP
p. Tekan END
q. Alat dimatikan setelah suhu sekitar 50 0C.
VI. LEMBARAN KERJA :
1. Ringkasan :
2. Data pengamatan:
a. Identifikasi hidrat
Apakah terdapat Apakah
Apakah larut
Kristal H2O pada Warna residu mempunyai air
dalam air
dinding kristal
b. Reversibilitas hidrasi
ii
c. Deliquescence dan Efflorescence
Kristal Pengamatan Kesimpulan
VII. Kesimpulan