Anda di halaman 1dari 15

Laboratorium Kimia Organik

Semester III 2019/2020

LAPORAN PRAKTIKUM
POLIFENOL

Pembimbing : Octovianus S.R. Pasanda M.Si


Kelompok : I (Satu)
Tgl.Praktikum : 4-11 Desember 2019

Nama : Maulia Ulfa


Nim : 432 18 007
Kelas : 2 D4 Teknologi Kimia Industri

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2019
POLIFENOL

A. TUJUAN
- Dapat melakukan ekstraksi lemak dari tempe dengan pelarut n-hexan
untuk memperoleh tempe bebas lemak;
- Dapat melakukan ekstraksi isoflavonoid dari tempe bebas lemak dengan
pelarut etanol;
- Dapat melakukan pemekatan ekstrak dengan menggunakan rotavapor;
- Dapat menentukan konsentrasi isoflavonoid di dalam tempe dengan
metode spektrofotometri sinar tampak berdasarkan analisis kurva standar
menggunakan pereaksi Prussian Blue.

B. PERINCIAN KERJA
- Pemisahan lemak dari tempe
- Ekstraksi polifenol (plavonoid) dari tempe bebas lemak
- Pembuatan larutan Kurva Kalibrasi
- Analisa plavonoid

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat yang digunakan, ialah:
- Neraca analitik
- Spatula
- Pipet volumetric
- Erlenmeyer asa
- Corong kaca
- Batang pengaduk
- Gelas ukur
- Pipet tetes
- Gelas kimia
- Botol semprot
- Rotavapor
- Labu alas bulat rotavapor
- Labu peer rotavapor
- Lumpang
- Kertas saring
- Labu ukur 50 mL
- Spektrofotometer visible
- Bola hisap

 Bahan yang digunakan, ialah:


- Tempe
- n-heksan
- Etanol 96 %
- FeNH4(SO4)2
- K3Fe(CN)6
- Aquadest

D. DASAR TEORI
1. Isoflavonoid
Obesitas dengan permasalahannya telah merupakan masalah
epidemic didunia, kondisi mana juga mencuat di Indonesia. Survei
morbidilitas yang merupakan bahagian dari Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2001 di Indonesia memperlihatkan kecenderungan
kenaikan prevalensi obesitas khususnya pada wanita sejalan dengan
pertambahan usia (mencapai 41-50% pada usia di atas 55 tahun).
Studi epidemiologis oleh Indonesia Society for the Study of Obesity
(ISSO, HISOBI ) yang dilaksanakan pada tujuh kota besar di Indonesia
Termasuk Medan dan melibatkan 6318 subjek usia 20 tahun ke atas dari
berbagai suku memperlihatkan prevalensi kumulatif overwight
(menggunakan batasan IMT 23-24,9 kg/m2) rata-rata 46,45%. Sebagai
perbandingan, prevalensi kombinasi overwight dan obesitas pada orang
dewasa di Malaysia berkisar antara 26%-53% (rata-rata 39%).
Selain risiko diabetes mellitus tipe-2 dan penyakit kardiovaskular,
tingginya angka kematian pada obesitas juga dikaitkan dengan beberapa
penyakit lain. Dikemukan bahwa jaringan visera merupakan factor risiko
independent obesitas abdominal pada inti problem sindrom metabolic (MetS).
Penelitian di Eropa dan Jepang memperlihatkan bahwa salah satu factor
risiko penyebab emboli paru pada populasi wanita adalah kelompok yang
memiliki IMT ≥ 25,0 kg/m2.
Penguatan potensi terjadinya trombisit akut berpengaruh pula
terhadap meningkatnya resiko penyakit kardiovaskular, dihubungkan
dengan hiperinsulinemia dan toleransi glukosa terganggu yang dapat
berlangsung pada obesitas. Lebih lanjut dikemukakan bahwa obesitas
visera ( dalam kondisi hiperinsulinemia) berhubungan dengan penurunan
konsentrasi sex hormone binding (SHBG) dan kenaikan konsentrasi
androgen bebas.
Ditemukan leptin (suatu protein) dalam riset jaringan adiposit
khususnya pada bagian visera abdomen, membuktikan bahwa jaringan
adipose juga merupakan organ endokrin. Pada penelitian lanjut ditemukan
pula beberapa substansi protein lainnya berupa sitokin atau molekul
menyerupai sitokin yang dikelompokan sebagai adipositokin atau
adipokin. Beberapa dari protein in berperan sebagai sitokin imflamasi,
fungsi metabolisme lemak, sementara yang lainnya berperan dalam
hemostasis vascular, siste komplemen serta beberapa senyawa bioaktif lain
yang bertanggung jawab terhadap potofisiologi konsekuensi atau
kamorbid obesitas. Efek dari protein spesifik ini adalah paracrine atau
autocrine, atau bahkan di tempet jauh dari jaringan adiposa.

Tempe kedelai sebagai Bahan Makanan


Beberapa bahan makanan tradisional di Indonesia diketahui
mempunyai indeks glikemik rendah, seperti misalnya tempe sebagai
produk utama kedelai. Sejarah Jawa kuno yang ditulis oleh
Ranggasutrasno mencatat awal mula pembuatan tempe sebagai produk
fermentasi menggunakan laru tempe dan termasuk dalam pola makan
sehari-hari pada populasi di Jawa Tengah sejak tahun 1700. Kurun
waktu setelah itu tempe yang dibuat dari kacang kedelai (soybean,
glacine max, glysine soya) telah dimanfaatkan sebagai penganti atau
penambah sumber protein hewani atau nabati dalam pola makanan sehari-
hari.
Yang dimaksudkan dengan tempe kedelai adalah yang diperoleh
melalui proses penanaman mikroba dari jenis kapang pada media kedelai
sehingga terjadi fermentasi. Fermentasi dapat berlangsung lancar apabila
didukung oleh beberapa persyaratan seperti ketersediaan ragi tempe,
terdapat unsur bahan pangan yang akan difermentasi : zat tepung, gula dan
protein, adanya enzim katalisator proses fermentasi, suhu ideal antara 280C-
300C pada kondisi ruangan yang gelap, derajat keasaman media yang cukup
(pH 4-5) dan kondisi kedelai sudah cukup lunak.
Diketahui bahwa pemanfaatan kedelai sebagai bahan pangan
mengalami beberapa kendala: tekstur yang keras, adanya zat antitripsin
yang menyebabkan protein terkandung didalamnya tidak dapat dicerna secara
langsung , kandungan enzim lipoksidase yang menyebabkan timbulnya
bau dan rasa langu; kendala mana yang akan dapat diatasi dengan
proses menjadi produk olahan/awetan terlebih dahulu. Walaupun analisis
komposisi tempe kedelai menunjukkan defisit pasangan asam amino
metionin-sistin, secara menyeluruh mengandung unsur zat gisi yang cukup
tinggi: 25% protein (17 gram protein/100 gram),5% lemak,4%
karbohidrat dan 66% air,sumber vitamin B12 yang cukup tinggi;rendah
lemak jenuh,bebas kolesterol. Disamping itu diketahui pula pemanfaatan
tempe kedelai sebagai sumber makanan rendah lemak jenuh,menurunkan
kadar kolesterol,mudah dicerna,sumber utama mineral,efek antibiotik dan
stimulasi pertumbuhan,bebas toksin kimia dan dapat terjangkau dari segi
ekonomis.24,25,26,27 Kedelai sebagai bahan pangan secara alamiah
memiliki kandungan isofloavonic phyroestrogens(isoflavones,subkelas dari
flavonoid) yang cukup tinggi;mencapai 5,1-5,5 mg isoflavon total/gram
protein kedelai tergantung jenis kedelai ,area penanaman ataugeografi
dan proses penanaman.
Satu porsi hidangan makanan tradisional terbuat dari kedelai dapat
memberikan sekitar25-60 mg isoflavon.Pada tempe kedelai mentah
didapati kandungan 3,1 mg isoflavon/gram proteinnya,lebih tinggi
daripada tahu mentah (tofu) (2,1 mg/gram protein) atau susu kedelai
(soymilk) (2,0 mg/gram protein).26Komponen flavonoid sendiri memiliki
inti flavon sebagai struktur dasar,tersusun dari 2 cincin benzen (A dan B)
yang dihubungkan oleh cincin C Heterosiklik. Posisi dari cincin Benzoid
B mendasari penggolongan kelas flavonoid atas flavonoids(posisi kedua)
dan isoflavonoids (posisi ketiga).Dikenal tiga isoflavon utama dari kedelai
yaitu genistein (4’,5,7-trihidroksiisoflavon),daidzein (4’,7-
dihidroksiisoflavon) serta unsur terkait seperti ß-glikosida dan glycetin
(Gambar 1). Pada manusia, genistein akan di metabolismekan menjadi
dihidrogenistein dan 6’-hidroksi-O-desmetilangolensin.
Diantara ketiga unsur ini ternayata efek genistein telah terbukti
sebagai penghambat tirosin kinase yang kuat, enzim mana berperan pada
kaskade pembentukan thrombin serta gangguan yang ditimbulkannya. Waktu
paruh plasma dari ginistein dan daidzein pada orang dewasa adalah 7,9
jam dan mencapai kadar puncak 6-9 jam setelah pemberian komponen murni.
Sebagai konnsekuensinya, konsumsi terus menerus dari diet yang
mengandung kedelai pada akhirnya akan menghasilkan konsentrasi
isoflavon plasma yang tinggi dan menetap.
Polifenol merupakan salah satu bagian besar dari anti oksidan alami
yang penting dalam buah-buahan dan sayur-sayuran yang mempunyai efek
melindungi serta melawan penyakit kardiovaskular dan kanker. Selain itu,
polifenol dapat menangkal radikal bebas yang sangat berbahaya bagi
kesehatan. Antioksidan sangat penting bagi manusia karena berfungsi untuk
memberikan perlindungan serta menetralisasi dan melawan racun yang masuk
ke dalam tubuh. Polifenol dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaiut
phenolic acid dan Flavonoids. Polifenol telah dipelajari dan diteliti selama
beberapa decade terakhir, khususnya flavonoid seperti:
- anthoshanyn dan anthochanydun yang sebagian besar terdapat pada buah
anggur dan arbey, sayur serta bunga,
- chatecin ditemukan pada teh
- flavanol ditemukan pada bawang, apel, anggur merah, broccoli, the dan
gingko biloba,
- isoflavonos-genistein, daidzein ditemukan pada kedelai,
- proanthocyanidin terdapat pada anggur,
- prhocyanidin dan theobromine terdapat pada cokelat, tannin ditemukan
pada anggur merah, the, kacang, dll.

Panggunaan potensial dari polifenol adalah sebagai anti-inflammatory,


sistem imunisasi, anti-tumor dan anti-oksidan.
Ekstraksi polifenol ini dapat dilakukan dengan sokletasi, pelarut akan
berpenetrasi ke dalam bahan dan melarutkan polifenol yang terkandung
dalam bubuk cokelat. Selain ekstraksi secara sokletasi juga dapat dilkukan
dengan ekstraksi secara maserasi. Ekstraksi maserasi adalah sistem penyarian
yang paling aman, karena tidak menggunkan suhu tinggi dan bebas dari
cahaya sehingga memungkinkan suatu senyawa untuk terurai dan
terdegradasi secara kecil. Keuntungan penyarian dalam maserasi adalah cara
pengerjaan dan peralatan yang digunakan sangat sederhana dan mudah
diusahakan, sedang kerugiannya adalah lama dan penyaringan yang kurang
sempurna.
Ekstraksi adalah prosedur laboratorium yang sangat umum digunakan
pada waktu pemisahan dan pembersihan suatu produk kimia organic
menggunakan ekstraksi padat-cair, cair-cair dan asam-basa. Cara ekstraksi
yang tepat pada dasarnya tergantung pada susunan dan kadar air sample
(bahan tumbuhan) yang diekstraksi dan tipe bahan dasar yang sedang
dipisahkan. Pada umumnya, untuk menghindari oksidasi enzim atau hidrolisis
terjadi dan mencelupkan sampel segar ke dalam etanol yang mendidih atau
sampel secara alternatif dikeringkan sebelum diekstraksi. Kemudian bahan itu
dapat direndamkan ke dalam blender dan disaring.
Prosedur kimia secara klasik untuk memperoleh pemilih organik dari
tumbuhan mati ke dalam ekstraksi terus-menerus menjadi tepung dalam alat
yang mengatur pelarut, mulai berturut-turut dengan ester atau heksana,
kloroform (untuk memisahkan lipida, asam lemak dan terpenoid). Dan
kemudian menggunakan alkohol atau etil asetat (untuk senyawa polar yang
lebih banyak). Ekstraksi yang diperoleh diklarifikasi dengan penyaringan dan
kemuidian dikonsentrasikan dalam tempat kosong pada suhu antara 40-50 oC.
Ada prosedur ekstraksi yang singkat yang dipelajari orang dengan
praktis. Misalnya pada waktu memisahkan komponen polar, fraksi non polar
akan berpindah pada tingkatan awal, sebelum konsentrasi dengan mencuci
bahan berulang-ulang dengan minyak tanah atau heksana. Kenyataannya, jika
etanol secara langsung dikonsentrasikan hampir klorofil dan lipida tersimpan
pada sisi botol. Pada waktu menyelidiki profil phytokimia yang diberikan
spesies tumbuhan, fraksi ekstraksi kasar adalah layak agar memisahkan kelas
utama pemilih satu sama lain, yang dahulu analisa khromatography.

E. PROSEDUR KERJA
 Penghilangan Lemak
- Menimbang dengan tepat sebanyak 15 gram tempe yang telah
dihaluskan,
- Menambahkan tampe dengan n-heksan. Penambahan ini dilakukan
sebanyak 4 x 50 mL, setiap penambahan 50 ml kocok selama 5 menit
lalu diamkan selama 10 menit dan ulang sampai 90 menit.
- Menyaring campuran, filtrat ditampung dalam Erlenmeyer
(mengandung lemak)
- Menambahkan dengan 50 ml n-hekasan ke dalam ampas, dan
melakukan-nya sebanyak 4 kali. Lakukan prosedur yang sama seperti
no 2 – 3.
- Mengeringkan ampas yang terkahir (dianginkan)
 Ekstraksi Polifenol dari tempe
- Menambahkan dengan 100 ml etanol 96 % ke dalam ampas bebas
lemak, simpan selama 1 minggu,
- Menyaring ampas,
- Menambahkan ampas dengan 100 ml etanol 96 %, dan dikocok selama
15 menit kemudian saring. Filtrat ini digabung dengan filtrate di atas,
- Mempekatkan filtrat dengan evaporator refluks pada suhu + 50oC,
- Filtrat pekat ditampung untuk dianalisa.

F. ANALISIS
1. Ekstrak etanol dari tempe yang telah dipekatkan melalui rotavapor
diencerkan menjadi 50-100 mL (volume ekstrak etanol, V) dengan etanol;
2. Dipipet 0,1 mL larutan ekstrak tersebut (1) ke dalam labu takar 50 mL
dan ditambah dengan 25 mL air suling dan 3 mL FeNH4(SO4)2 0,10 M;
3. Campuran no.2 disimpan selama 20 menit pada suhu kamar kemudian
ditambahkan dengan K3Fe(CN)6 0,008 M sebanyak 0,5 mL, kemudian
diimpitkan sampai tanda batas dengan air suling dan setelah itu dikocoki
dan simpan pada suhu kamar selama 20 menit;
4. Setelah tepat 20 menit segera ukur serapannya pada panjang gelombang
720 nm, catat serapan (As).
5. Konsentrasi polifenol dalam larutan ekstrak etanol (Cs) ditentukan dengan
metode kurva standar secara ekstrapolasi atau menggunakan persamaan
garis lurus yang diperoleh dari kurva standar.

Prosedur pembuatan larutan standar


1. Disediakan larutan asam tannat dengan konsentrasi 1 g dalam 100 mL
larutan (1%);
2. Larutan no. 1 dipipet 1 mL ke dalam labu takar 50 mL dan encerkan
sampai tanda batas dengan air suling;
3. Disedian 5 buah labu takar 50 mL yang bersih, dan ke dalamnya dipipet
beruturut-turut 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 mL larutan no.2 dan masing-
masing ditambah dengan 50 mL air suling, dikocok dengan baik;
4. Ke dalam masing-masing larutan no.3 ditambahkan 3 mL FeNH4(SO4)2
0,10 M lalu dikocong dan didiamkan selama 20 menit;
5. Kemudian ditambahkan 0,5 mL larutan K3Fe(CN)6 0,008 M dan setelah itu
diimpitkan sampai tanda batas dengan air suling, didiamkan selama 20
menit baru diukur serapannya pada panjang gelombang 720 nm;
6. Catat serapannya dan buat kurva standar antara konsentrasi asam tannat
dalam larutan dengan serapannya masing-masing.

G. DATA PENGAMATAN

1) Bahan dan data fisisnya

Titik Titik Berat


Nama Rumus
NO R S Leleh Didih Molekul(g/
Bahan Bangun
(ºc) (ºc) mol)

23/24/25
1. Etanol C2H5OOH -34-40- 7-16 -114,14 78,29 46,06884
43

11-38- 2-9-16-
2. n-Heksan CH3(CH2)4CH3) 48/20- 29- - - 86,18
62 36/37
2) Hasil-hasil penimbangan
Data hasil penimbangan:
Berat tempe = 15,0000 g
Volume pengenceran ekstrak etanol = 100 mL
 Tabel absorbansi larutan standar (panjang gelombang 720 nm)

Konsentrasi Larutan Standar (ppm) Abs

2 0,116

4 0,185

6 0,220

8 0,256

10 0,368

 Nilai absorbansi sampel


Panjang gelombang 720 nm, nilai abs sampel 0,284.

H. PERHITUNGAN
A. Larutan asam tannat
Berat Zat Terlarut (mg )
ppm =
Volume Laru tan ( L)

1g 103 mg
=
100 mL 10 3 ( L)
= 10.000 ppm

B. Larutan Induk
M1 . V1 = M2 . V2
10.000 . 1 ml = M2 . 100 ml
M2 = 100 ppm
C. Larutan Standart
 Untuk 1 ml
M1 . V1 = M2 . V2
100 ppm . 1 ml = M2 . 50 ml
M2 = 2 ppm
 Untuk 2 ml
M1 . V1 = M2 . V2
100 ppm . 2 ml = M2 . 50 ml
M2 = 4 ppm
 Untuk 3 ml
M1 . V1 = M2 . V2
100 ppm . 3 ml = M2 . 50 ml
M2 = 6 ppm
 Untuk 4 ml
M1 . V1 = M2 . V2
100 ppm. 4 ml = M2 . 50 ml
M2 = 8 ppm
 Untuk 5 ml
M1 . V1 = M2 . V2
100 ppm . 5 ml = M2 . 50 ml
M2 = 10 ppm

Konsentrasi Larutan Standar (ppm) Abs

2 0,116

4 0,185

6 0,220

8 0,256

10 0,368
Grafik hubungan antara konsentrasi (ppm) Vs absorbansi

Grafik Hubungan Konsentrasi vs Absorbansi


0.4
0.35
y = 0.0288x + 0.0565
0.3 R² = 0.9491
0.25
Konsentrasi (ppm)

0.2
Series1
0.15
Linear (Series1)
0.1
0.05
0
0 2 4 6 8 10 12
Abs

Pada grafik, terlihat persamaan yaitu:


y = 0.0288x + 0.0565
Dimana:
Slope = 0,0288
y = serapan
x = konsentrasi (ppm)

maka, konsentrasi untuk sampel dengan ABS (y) = 0,284 adalah


0,284 = 0,0288 x + 0,0565
0,0288 x = 0,284 - 0,0565
0,0288 x = 0,2275
x = 7,899 ppm

Jadi konsentrasi sample pada dengan ABS 0,284 adalah 7,899 ppm.
D. Kadar Polifenol pada tempe
C polifenol ( ppm)  Ve tan ol ( L)  P
Kadar Polifenol = x 100%
Berat Tempe (mg )

7,899 𝑝𝑝𝑚 ×100 𝑚𝐿 ×0,001 𝐿


= X 100
15.000 𝑚𝑔
Kadar Polifenol = 0,005266%

I. PEMBAHASAN

J. DAFTAR PUSTAKA
- Buku petunjuk praktikum. Laboratorium Kimia Organik. Jurusan
Teknik Kimia. Politeknik Negeri Ujung Pandang. Makassar.
- https://www.scribd.com/doc/291536772/Lina-Isnawati-
131710101033-Thp-c-Laporan-Polifenol
- https://www.scribd.com/doc/284513201/laporan-flavonoid
- http://jurnalistik-aakpekalongan.blogspot.com/2016/08/contoh-
laporan-esktrak-senyawa-polifenol.html

Anda mungkin juga menyukai