Anda di halaman 1dari 132

1

SESI/PERKULIAHAN KE: 1

TIK : Pada akhir pertemuan ini diharapkan mahasiswa dapat:


1. menjelaskan tentang teknik kimia
2. menjelaskan istilah-istilah proses teknik kimia

Pokok Bahasan: Pengantar tentang Teknik Kimia

Diskripsi singkat: Dalam materi perkuliahan ini Anda akan mempelajari tentang
ilmu teknik kimia, yang meliputi definisi dan cakupan teknik kimia, masalah-
masalah dalam teknik kimia, dan uraaian proses batch, kontinyu, dan semi
kontinyu. Dengan demikian Anda akan dapat membedakan proses teknik kimia
dengan proses lain

I. Bahan Bacaan:
1. Bhatt, B.I. dan S.M. Vora. 1984. Stoichiometry. 2nd ed. New Delhi: Tata
Mc Graw Hill Pub.
2. Himmelblau David M. 1992. Basic Principle and Calculation in Chemical
Engineering. 5th ed. New Jersey: Prentice-Hall International.

II. Bacaan Tambahan:


1. Mryono, H.R. dkk. 1985. Industri Kimia I. Bandung: Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITB.

III. Pertanyaan Kunci/Tugas:


1. Jelaskan perbedaan ilmu teknik kimia dan ilmu kimia!.
2. Berikan contoh (masing-masing satu) proses batch, proses kontinyu, dan
pross semi kontinyu

IV. Tugas:
Dalam proses pemekatan suatu larutan digunakan evaporator. Buatlah diagram
proses sederhana jika dilakukan: a). proses batch dan b). proses kontinyu!.
2

BAB I
PENGANTAR

1.1 Pendahuluan
Azas Teknik kimia merupakan prinsip dan teknik dasar perhitungan yang
digunakan di bidang industri kimia, industri petrolium, dan teknik lingkungan.
Dalam industri, pada umumnya satuan operasi proses memerlukan tiga hal yaitu:
bahan baku, energi, dan informasi. Kemudian ia memproduksi bahan yang
berguna sesuai dengan kebutuhan, tetapi juga menghasilkan buangan (limbah).
Dengan adanya bahan baku, energi, dan informasi inilah kita bisa melakukan
perhitungan suatu proses.

1.2 Definisi dan Cakupan Teknik Kimia


Ilmu teknik kimia sering didefinisikan secara salah, dengan
mengatakannya sebagai ilmu/seni untuk mengubah penemuan yang dilakukan di
laboratorium kimia ke skala industri. Hal ini memang menjadi bagian dari ilmu
teknik kimia, akan tetapi cakupannya lebih banyak lagi.
Kata “teknik kimia” dikemukakan sebagai terjemahan dari chemical
engineering analog dengan ilmu/seni keteknikan lainnya seperti: teknik sipil,
teknik mesin, teknik maritim, dan sebagainya.
Menurut Institute of Chemical Engineers definisi chemical engineering adalah
sebagai berikut:
Chemical engineering is the branch of engineering which is concerned:
- with processes in which material under go a required change of
composition, energy content or physical state,
- with the means of processing,
- with the resulting products,
- and with their applications to useful ends.

Kenyataan lain dari pengertian luas teknik kimia ini adalah peranannya
yang semakin besar dalam sektor-sektor lain dari pada yang dilakukan oleh
kimianya sendiri. Pekerjaan seorang teknik kimia meliputi berbagai macam
aktivitas. Dia bisa sebagai konsultan penyelesaian masalah dalam industri,
pemerintahan, dan akademia.
3

1.3 Masalah-masalah dalam Teknik Kimia


Masalah-masalah yang dihadapi oleh seorang teknik kimia yaitu dalam hal
perencanaan, operasi, kontrol, mencari dan memecahkan kesulitan, penelitian,
lingkungan,dan ekonomi.
Insinyur teknik kimia bekerja di banyak bidang tidak hanya di industri
pengilangan minyak bumi dan industri kimia dan petrokimia karena latar
belakang dan pengalaman mereka yang sangat berguna. Anda akan mencari orang
teknik kimia untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam industri berikut.
Obat-obatan dan farmasi
Mikroelektronik
Bioteknologi
Bahan peledak
Lemak dan minyak
Pupuk dan bahan kimia untuk pertanian
Bahan makanan dan minuman
Penyamakan kulit
Kapur dan semen
Fiber
Metalurgi
Cat
Plastik, resin sintetis
Karet
Sabun
Gelas dan keramik
Kayu, pulp, dan kertas.
4

1.4 Uraian tentang Proses Batch, Kontinyu, dan Semi Kontinyu


Satuan operasi yang digunakan dalam proses, baik itu operasi
pengangkutan dan perpindahan panas, pemecahan bahan padat, fraksionasi
campuran, maupun operasi pengubahan secara kimia, dapat dilakukan secara
batch, kontinyu atau semi kontinyu.
Proses batch yaitu suatu proses yang dilakukan dengan umpan sekaligus
diumpankan dalam reaktor.
umpan umpan

Gambar 1.1 Proses Batch

Proses kontinyu yaitu suatu proses yang dilakukan dengan umpan


diumpankan secara kontinyu pada laju alir tertentu dan produknya juga keluar
secara kontinyu dengan laju alir tertentu pula.

umpan
umpan
produk

produk

Gambar 1.2a
Gambar 1.2b
Proses kontinnyu dalam
Proses kontinyu dalam reaktor
reaktor alir tangki
alir pipa (RAP)
berpengaduk (RATB)
5

Proses semi kontinyu bisa dilakukan dengan cara umpan diumpankan


secara kontinyu dengan laju alir tertentu dan tidak ada aliran produk keluar, atau
umpan diumpankan sekaligus dan produk dialirkan dengan laju alir tertentu secara
kontinyu.

umpan

produk

Gambar 1.3 Proses semi kontinyu


6

SESI/PERKULIAHAN KE: 2

TIK : Pada akhir pertemuan ini diharapkan mahasiswa dapat:


1. Menjelaskan satuan dan dimensi
2. Menggunakan satuan dan dimensi dengan tepat

Pokok Bahasan: Satuan dan Dimensi

Diskripsi singkat: Dalam materi perkuliahan ini Anda akan mempelajari tentang
satuan dan dimensi, yang meliputi definisi satuan dan dimensi, sistem satuan, dan
konversi satuan. Dengan demikian Anda akan dapat menerapkan satuan dan
dimensi dalam perhitungan proses teknik kimia. Selain itu, Anda akan dapat
merubah satuan dari satuan yang satu ke satuan yang lain pada dimensi sama.

I. Bahan Bacaan:
1. Bhatt, B.I. dan S.M. Vora. 1984. Stoichiometry. 2nd ed. New Delhi: Tata
Mc Graw Hill Pub.
2. Himmelblau David M. 1992. Basic Principle and Calculation in Chemical
Engineering. 5th ed. New Jersey: Prentice-Hall International.

III. Bacaan Tambahan:


1. Coulson, J.M. dan J.F. Richardson. 1988. Chemical Engineering. Volume
1. 3rd ed. Canada: Pergamon Press Canada Ltd.

III. Pertanyaan Kunci/Tugas:


1. Jelaskan dan sebutkan satuan dan dimensi dasar!
2. Buatlah tabel faktor konversi satuan panjang, luas, volume, massa, dan
waktu dari sistem SI ke sistem American Engineering.
7

IV. Tugas:
Orifice meter digunakan untuk mengukur laju alir dalam pipa. Laju alir
dihubungkan terhadap pressure drop dengan bentuk persamaan:

p
c

Dengan  = kecepatan cairan


p = pressure drop
 = densitas cairan
c = konstanta proporsionalitas
Tentukan satuan c dalam sistem SI!.
8

BAB II
SATUAN DAN DIMENSI

2.1 Pendahuluan
Penggunaan satuan dan dimensi tidak hanya secara esensial saja, tetapi
harus menggunakan logika. Kadang-kadang suatu perhitungan tidak bisa
diselesaikan, setelah menggunakan satuan maka perhitungan tersebut bisa
diselesaikan. Penggunaan satuan dan dimensi sangat dibutuhkan dalam
perhitungan proses kimia, karena membantu dalam mengarahkan ke akhir
penyelesaian suatu problem.

2.2 Definisi Satuan dan Dimensi


Dimensi adalah konsep dasar pengukuran suatu besaran yang dinyatakan
dengan satuan. Besaran fisik dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok..
Kelompok pertama yaitu besaran pokok yang disebut juga dimensi dan satuan
dasar meliputi: panjang , waktu, massa, dan suhu. Besaran pokok ini diberi simbol
L, , M, dan T. Kelompok kedua merupakan turunan dari besaran pokok,
misalnya: luas, gaya, tekanan, dan lain sebagainya.
Operasi penjumlahan atau pengurangan besaran dapat dilakukan jika
masing-masing besaran mempunyai dimensi dan satuan yang sama.
Misal :
5 kilogram + 3 joule
operasi penjumlahan tersebut tidak bisa dilakukan karena kedua bentuk tidak
sama dimensinya.
10 pound + 5 gram
operasi penjumlahan tersebut bisa dilakukan karena mempunyai dimensi sama
yaitu massa, tetapi sebelumnya satuan harus disamakan, misal dalam satuan
pound atau gram atau ons atau satuan massa lainnya dengan cara konversi.
Untuk operasi perkalian atau pembagian besaran dapat dilakukan dalam dimensi
sama maupun dalam dimensi yang tidak sama.
9

Misal:
10 centimeter : 4 second = 2,5 centimeter/second
tetapi kadang Anda tidak bisa melakukannya (perkalian atau pembagian) kecuali
harus merubah terlebih dahulu sistem satuan menjadi sama.
Misal:
3 m2/60 cm, pertama harus dikonversi menjadi 3 m2/0,6 m dan
kemudian sama dengan 5 m

2.3 Sistem Satuan


Sistem metrik lebih disenangi oleh para ilmuwan mulai abad sembilan
belas, karena itu sistem tersebut menjadi sistem satuan internasional yang dikenal
dengan SI (Systeme International). Tetapi sistem-sistem lama, yaitu sistem cgs,
sistem fps , sistem British engineering dan sisstem American enginnering yang
berdasarkan gravitasi masih biasa digunakan dalam pengukuran dan perhitungan.
Besaran fisik dan sistem satuan yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2.1.
Sistem satuan SI, baik untuk satuan dasar maupun satuan turunan, tercantum pada
tabel 2.2.
Sistem American engineering harus menggunakan faktor konversi, gc,
merupakan konstanta.
Hukum Newton:
F = Cm
(2.1)
dengan: F = gaya
C = suatu konstanta yang nilai dan satuannya tergantung pada F, m,
dan 
m = massa
 = percepatan
Pada sistem cgs satuan gaya didefinisikan sebagai dyne, sehingga C = 1
dyne/(g)(cm)/s2, ketika massa 1 g mempunyai percepatan 1 cm/s2.
10

1 dyne 1 g 1 cm
F =  = 1 dyne
(g)(cm)/s2 s2

Tabel 2.1 Sistem Satuan

Panjang Waktu Massa Gaya Energi Suhu

Absolute (dynamic) system:

Cgs centimeter second gram dyne erg, joule, K, oC


o
Fps foot second pound poundal calorie R, oF

SI meter second kilogram newton ft poundal K, oC

Gravitational system: joule


o
British engineering foot second slug pound weight R, oF
o
American engineering foot second, hour pound mass (lb m) pound force Btu(ft)(lbf) R, oF

(lbf) Btu, (hp)(hr)

Sumber: Himmelblau, 1992


11

Tabel 2.2 Sistem SI

Satuan SI Dasar
Kuantitas fisis Nama satuan Simbol satuan
Panjang meter m
Massa kilogram kg
Waktu detik s
Suhu kelvin K
Substansi mol mol
Satuan SI Turunan
Kuantitas fisis Nama satuan Simbol satuan Difinisi satuan
Energi joule J Kg.m2.s-2
Force newton N kg.m s-2 , J.m-1
Power watt W kg.m2 s-3 , J s-1
Frekuensi hertz Hz cycle/s
Luas meter kuadrat m2
Volume meter kubik m3
Densitas kilogram per meter kubik kg m-3
Kecepatan meter per detik m s-1
linier radian per detik rad s-1
Kecepatan meter per detik kuadrat ms-2
sudut newton per meter kuadrat, N m-2 , Pa
Percepatan pascal
Tekanan joule per (kilogram.kelvin) J kg-1 K-1

Kapasitas
panas
Satuan Alternatif
Kuantitas fisis Nama satuan Simbol satuan
Waktu menit min
jam h
hari d
tahun a
o
Suhu derajad celcius C
Volume liter (dm3) L
Massa ton (Mg) t
gram g
bar (105 Pa) bar
Sumber: Himmelblau 1992
12

Pada sistem SI satuan gaya didefinisikan sebagai newton (N), jika C = 1


N/(kg)(m)/s2, ketika massa 1 kg mempunyai percepatan 1 m/s2.
1N 1 kg 1 m
F =  = 1 N
(kg)(m)/s2 s2
Dalam sistem American engineering nilai gaya dan massa sama di permukaan
bumi. Oleh karena itu, jika massa 1 lbm mempunyai percepatan g ft/s2, dengan g
gravitasi (sekitar 32,2 ft/s2 tergantung lokasi), gaya 1 lbf dengan C:
1 lbm g ft
F = (C)  = 1 lbf (2.2)
s2
dari persamaan (2.2) akan diperoleh satuan C:
lb f
C
 ft 
lbm  2 
s 
nilai numerik konstanta C = 1/32,174, karena nilai numerik percepatan rata-rata
gravitasi 32,174 ft/s2.
 1lb f  s 2
F 
  
 1lb x g ft   1lb f
 32,174 lb  ft    m s2 
 m 

Invers dari C diberi simbol gc:

 ft lbm 
g c  32,174
s lb 
2
( 2.3)
f

Nilai lbm sama dengan lbf jika nilai g/gc = 1.

2.4 Konversi Satuan


Konversi satuan sering diperlukan untuk merubah satuan dari sistem
satuan yang satu ke sistem satuan lain yang berdimensi sama. Tabel 2.3
memberikan daftar faktor konversi.
13

Tabel 2.3 Faktor Konversi Satuan Dasar


Dimensi American SI Faktor konversi: American
engineering engineering ke SI
Panjang 12 in. = 1 ft 10 mm = 1 cm 1 in. = 2,54 cm
3 ft = 1 yd 100 cm = 1 m 3,28 ft = 1 m
5280 ft = 1 mi

Volume 1 ft3 = 7,48 gal 1000 cm3 = 1 L 35,31 ft3 = 1,00 m3

Densitas 1 ft3 H2O = 62,4 lbm 1 cm3 H2O = 1 g -


1 m3 H2O = 1000 kg

Massa 1 ton = 2000 lbm 1000 g = 1 kg 1 lb = 0,454 kg

Waktu 1 min = 60 s 1 min = 60 s -


1 hr = 60 min 1 h = 60 min
Sumber: Himmelblau, 1992

Tabel 2.4 Faktor Konversi Satuan Turunan

Besaran fisika Faktor konversi

Luas 1 km2 = 0,3861 mil2


1 ha = 10000 m2
= 2,47105 are
= 0,003861 mil2
1 m2 = 10,7639 ft2
= 1,19599 yd2
1 cm = 0,155 in2
2

Volume 1 m3 = 35,3147 ft3


= 6,2898 barel
= 1,30795 yd3
1 cm = 0,061024 in3
3

Densitas 1 g/cm3 = 62,42795 lb/ft3


= 8,345403 lb/US gal
= 10,0224 lb/UK gal
= 0,03612728 lb/in3
1 kg/L = 70156,8 g/UK gal
= 58417,82 g/US gal

Gaya 1 kgf = 2,20462 lbf


= 9,80665 N
14

Besaran fisika Faktor konversi

Tekanan 1 bar = 14,50377 lbf/in2


1 kgf/cm2 = 14,22334 lbf/in2
= 98,0665 kPa
1 atm = 14,69595 lbf/in2
1 torr (1 mm Hg) = 0,0393701 in Hg

Energi (panas, kerja) 1 J = 9,478172 x 10-4 Btu


= 0,737562 lbf.ft
1kWh = 3412,142 Btu
= 2655224 lbf.ft
1 kcal = 3,968321Btu
1 m.kgf = 7,233 ft.lbf

Power 1 kW = 1,34102 hp
1 (m.kgf)/s =7,233 (ft.lbf)/s
1 metrik hp = 0,98632 hp
= 0,7355 kW

Kapasitas panas 1 J/(kg.oC) = 2,38846 x 10-4 Btu/(lb.oF)


1 kcal/(kg.oC) = 1 Btu/(lb.oF)
Sumber: Bhatt, 1984

Tabel 2.5 SI Prefix

Faktor Prefix Simbol Faktor Prefix Simbol


1018 exa E 10-1 deci d
1015 peta P 10-2 centi c
12 -3
10 tera T 10 milli m
109 giga G 10-6 micro 
106 mega M 10-9 nano n
103 kilo k 10-12 pico p
2 -15
10 hecto h 10 femto f
1 -18
10 deca da 10 atto a
Sumber: Himmelblau, 1992
15

Contoh 2.1
Sebuah batangan baja 16 in. panjangnya mempunyai massa 6 lb 4 ons. Tentukan
massa batangan itu dalam g/cm!.
Penyelesaian:
Massa batangan 16 in.:
6 lb 454 g 4 ons 100 g
 +  = 3124 g
1 lb 1 ons
Massa batangan (g/cm):
3124 g 1 in.
 = 76,87 g/cm
16 in. 2,54 cm

Contoh 2.2:
Tekanan absolut suatu tangki berisi gas CO2 64,8 psi (lb/in2). Ubahlah satuan
tekanan tersebut ke atm!.
Penyelesaian:
64,8 psi 1 atm
Tekanan =  = 4,41 atm
14,7 psi

Contoh 2.3
Suatu silinder berdiameter 5 ft dan tinggi 6 ft 6 in diisi cairan (cairan = 50 lb/ft3)
hingga ¾ volume silinder. Hitung: (a) volume silinder (m3) dan (b) massa cairan
(kg)!.
Penyelesaian:
5 ft 1m
Diameter (d) =  = 1,5244 m
3,28 ft
6 ft 1m 6 in 0,0254 m
Tinggi (h) =  +  = 1,9817 m
3,28 ft 1 in
a). Volume silinder:
= ¼  d2 h
16

= ¼ (3,14)(1,5244 m)2(1,9817 m)
= 3,615 m3

b). Volume air = ¾ volume silinder


= ¾ (3,615 m3) = 2,7113 m3
50 lb 35,3147 ft3 0,454 kg
cairan=   = 801,6437 kg/m3
ft3 1 m3 1 lb

Massa cairan = volume cairan x cairan


= (2,7113 m3)( 801,6437 kg/m3)
= 2173,4966 kg.

Soal latihan:
1. Ubahlah kuantitas berikut ke satuan dalam tanda kurung:
a. Kecepatan cahaya 2,998 x 108 m/s (mi/hr)
b. Kecepatan suara 340,294 m/s (ft/s)
c. Kebutuhan bahan bakar mobil 25 mi/gal (km/L)
(a). 6,7x108; (b). 1116,16; (c). 10,63
2. Densitas besi tuang 7200 kg/m3. Hitunglah densitas tersebut dalam lb/ft3
449,4 lb/ft3
3. Konversikan 9x108 (lb)/(ft3)(hr) menjadi g/(s)(cm3)
4008,2 g/(s)(cm3)
4. Suatu logam dalam bentuk plat dengan penampang lingkaran yang panjang
1,38 in ,diameter 0,25 in., dan massanya 50 g. Berapa densitas logam tersebut
dalam g/cm3?.
8,16 g/cm3
4. Bilangan Reynolds:

Dv 
N Re 

17

Hitunglah NRe jika:


Besaran fisik 1 2
D 2 in. 20 ft
v 10 ft/s 10 mi/hr
 62,4 lb/ft3 1 lb/ft3
 0,3lbm/(hr)(ft) 0,14x10-4 lbm/(s)(ft)

(1). 1,2248x106 ; (2). 2,1x107


5. Kecepatan perpindahan panas ditunjukkan dengan persamaan:
Q = h A T
Dengan Q = kecepatan perpindahan panas
h = koefisien perpindahan panas
A = luas permukaan kontak transfer
T = beda suhu
Bagaimana satuan h dalam satuan SI?
J/(s)(m2)(oC)
18

SESI/PERKULIAHAN KE: 3

TIK : Pada akhir pertemuan ini diharapkan mahasiswa dapat:


1. menerapkan satuan konsentrasi
2. menghitung konsentrasi dan komposisi suatu senyawa atau campuran.

Pokok Bahasan: Konsentrasi dan Komposisi Kimia

Diskripsi singkat: Dalam materi perkuliahan ini Anda akan mempelajari tentang
konsentrasi dan komposisi, yang meliputi konsentrasi suatu larutan atau campuran
dan komposisi suatu senyawa atau campuran. Dengan demikian Anda akan dapat
menghitung konsentrasi atau komposisi dengan ekspresi yang berbeda-beda sesuai
dengan yang diinginkan.

I. Bahan Bacaan:
1. Bhatt, B.I. dan S.M. Vora. 1984. Stoichiometry. 2nd ed. New Delhi: Tata Mc
Graw Hill Pub.
2. Himmelblau David M. 1992. Basic Principle and Calculation in Chemical
Engineering. 5th ed. New Jersey: Prentice-Hall International.

IV. Bacaan Tambahan:


1. Mryono, H.R. dkk. 1985. Industri Kimia I. Bandung: Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITB.

III. Pertanyaan Kunci/Tugas:


Jelaskan konsentrasi yang dinyatakan dengan:
a. persen volume, persen berat, dan persen mol
b. molaritas, normalitas, dan molalitas
c. ppm
19

IV Tugas:
1. Asam nitrat dengan kadar 69,8 % berat HNO3 dan densitasnya 1,42 g/cm3,
hitunglah:
a. persen mol HNO3
b. molaritas, normalitas, dan molalitas asam nitrat tersebut.
2. Gas campuran dengaan komposisi (% volum) sebagai berikut:
Etilen 30,6%
Benzen 24,5%
Oksigen 1,3%
Metana 15,5%
Etana 25,0%
Nitrogen 3,1%
Hitunglah:
a. berat molekul rata-rata
b. komposisi (% berat)
c. densitas campuran (kg/m3) pada kondisi standar.
20

BAB III
KONSENTRASI DAN KOMPOSISI KIMIA

3.1 Pendahuluan
Dalam bab ini akan membicarakan bagaimana menyatakan konsentrasi
dan komposisi suatu komponen dalam larutan atau campuran. Ditinjau dari fase,
material dibagi menjadi tiga yaitu: padat, cair, dan gas. Sebagian besar unsur dan
komponen dapat dibuat menjadi 3 fase.
Unsur atau komponen dalam campurannya dalam fase padat dapat
dinyatakan dengan konsentrasi/komposisi massa dan mol. Sedangkan fase cair
dinyatakan dengan konsentrasi/komposisi massa, mol, dan volume. Dan untuk
fase gas dinyatakan dengan konsentrasi/komposisi mol dan volume.

3.2 Konsentrasi Larutan


Suatu larutan biasanya dinyatakan dengan konsentrasi dalam bentuk
densitas, molaritas, normalitas, molalitas, dan ppm.

Densitas (  ) 
massa

g / L , kg / m 3 , lb / ft 3 
volume

jumlah mol zat terlarut


Molaritas ( M )  mol / L 
1 liter laru tan

jumlah grek zat terlarut


Normalitas ( N )   grek / L 
1 liter laru tan

jumlah mol zat terlarut


Molalitas ( m )  mol / kg 
1 kg laru tan

1 mg zat terlarut 1 mL zat terlarut


part per million ( ppm )  
10 6 mg laru tan 10 6 mL laru tan
21

3.3 Komposisi Komponen dalam Campuran


Keberadaan suatu unsur atau komponen dalam campuran biasanya
dinyatakan dalam fraksi atau persen berat, mol, dan volume.

berat zat terlarut berat zat terlarut


Fraksi berat  
berat zat terlarut  berat pelarut berat total

mol zat terlarut mol zat terlarut


Fraksi mol  
mol zat terlarut  mol pelarut mol total

volume zat terlarut volume zat terlarut


Fraksi volume  
voume zat terlarut  volume pelarut volume total

berat zat terlarut


Persen berat % berat   x 100
berat total

mol zat terlarut


Persen mol % mol   x 100
mol total

volume zat terlarut


Persen volume % volume   x 100
volume total

Contoh 3.1:

NaCl 600 g dicampur dengan 200 g KCl. Hitung komposisi campuran:


a. % berat
b. % mol

Penyelesaian:
a. Komposisi campuran (% berat)

komponen Berat (g) % berat


NaCl 600 75
KCl 200 25
Total 800 100
22

b. Komposisi campuran (%mol)

komponen Berat (kg) BM gmol % mol


NaCl 600 58,5 10,26 79,23
KCl 200 74,5 2,69 20,77

Total 12,95 100,00

Contoh 3.2:
Larutan triethanolamine (TEA), N(CH2CH2OH)3, mengandung 50% berat TEA.
Hitunglah molaritas larutan jika densitasnya 1,05 g/cm3!.

Penyelesaian:
Basis: 100 g larutan 50% berat TEA
Berat TEA = 0,5 x 100 g = 50 g
BM TEA = 61 g/gmol
50 g gmol
Mol TEA =  = 0,3356 gmol
61 g

100 g 1 cm3 1L
Volume larutan =  = 0,09524 L
1,05 g 103 cm3

0,3356 gmol
molaritas larutan (M) =  = 3,524 gmol/L
0,09524 L
Contoh 3.3:
Sampel air dianalisis kesadahannya dengan titrasi diperoleh 500 ppm CaCO3.
Anggaplah kesadahannya merupakan kesadahan sementara Ca(HCO3), carilah
kadar Ca(HCO3) dalam air!.

Penyelesaian:
BM CaCO3 = 100
Berat ekivalen CaCO3 = 100 : 2 = 50
23

BM Ca(HCO3) = 162
Berat ekivalen Ca(HCO3) = 162 : 2 = 81
Kadar Ca(HCO3) dalam air
500 ppm 81 ek
=  = 810 ppm
50 ek

Soal Latihan:
1. Buatlah konversi berikut:
a. 294 g/L H2SO4 menjadi normalitas
b. 4,8 mg/mL CaCl2 menjadi normalitas
c. 5 N H3PO4 menjadi g/L
d. 54,75 g/L HCl menjadi molaritas
e. 3 M K2SO4 menjadi g/L
(a) 6 N, (b) 0,0865 N, (c) 163,35 g/L, (d) 1,5 M, dan (e) 522 g/L
2. Hitunglah berat molekul udara yang mengandung 21% O2 dan 79% N2 (%
volum)!
28,84
3. Suatu larutan jenuh metanol mengandung asam salisilat 64 g per 100 g
metanol pada suhu 25oC. Hitunglah komposisi larutan dalam: a) % berat dan
b) % mol!.
(a) 39,02% dan (b) 12,93%

4. Larutan NaOH dalam air mengandung 20% berat NaOH pada suhu 60oC.
Densitas larutan 1,196 g/cm3. Hitunglah konsentrasi larutan: a) g/L, b)
molaritas, c) normalitas, dan d) molalitas!.
(a) 1196 g/L, (b) 5,98 M, (c) 5,98 N, dan (d) 6,25 m
24

SESI/PERKULIAHAN KE: 4

TIK : Pada akhir pertemuan ini diharapkan mahasiswa dapat


menerapkan variabel-variabel proses dalam perhitungan teknik kimia.

Pokok Bahasan: Variabel-variabel Proses

Diskripsi singkat: Dalam materi perkuliahan ini Anda akan mempelajari tentang
variabel-variabel proses, yang meliputi suhu, tekanan, laju alir, dan sifat fisik dan
kimia senyawa atau campuran. Dengan demikian Anda akan dapat menerapkan
dengan tepat variabel yang digunakan dalam perhitungan proses teknik kimia.

I. Bahan Bacaan:
1. Bhatt, B.I. dan S.M. Vora. 1984. Stoichiometry. 2nd ed. New Delhi: Tata
Mc Graw Hill Pub.
2. Himmelblau David M. 1992. Basic Principle and Calculation in Chemical
Engineering. 5th ed. New Jersey: Prentice-Hall International.

II. Bacaan Tambahan:


1. Mryono, H.R. dkk. 1985. Industri Kimia I. Bandung: Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITB.

III. Pertanyaan Kunci/Tugas:


1. Apakah OC lebih besar dari pada OF?. Apakah 10OC lebih tinggi dari
pada 10oF?.
2. Tuliskan nilai dan satuan tekanan standar pada berbagai metode!
3. Laju alir bisa dinyatakan dalam satuan apa saja?.

IV. Tugas:
25

BAB IV
VARIABEL PROSES

4.1 Pendahuluan
Dalam penyelesaian suatu perhitungan proses kimia perlu diketahui
variabel apa saja yang digunakan dalam proses tersebut. Variabel yang akan
dibahas dalam bab ini suhu, tekanan, dan laju alir. Dalam kasus tertentu,
perhitungan bisa dimulai dari variabel yang telah diketahui, misalnya
perhitunngan yang melibatkan gas, kelarutan, dan sebagainya.

4.2 Suhu
Suhu secara normal diukur dengan derajat Fahrenheit atau Cekcius. Skala
umum untuk suhu adalah skala Celcius dan skala Fahrenheit yang merupakan
skala relatif. Skala absolut berdasarkan pada skala Celcius dinamakan skala
Kelvin. Sedangkan skala absolut yang berdasarkan pada skala derajat Fahrenheit
disebut dengan skala Rankine. Hubungan antara suhu relatif dan suhu absolut
digambarkan pada gambar 4.1.
Nol absolut untuk skala Rankin – 459,67oF  - 460oF, sedangkan untuk skala
Kelvin - 273,15oC  - 273oC, dan 0oC merupakan suhu standar. Beda suhu pada
skala kelvin-Celcius tidak sama dengan beda suhu pada skala Rankin-Fahrenheit.
oF = oR
(4.1)
oC = K
(4.2)
oC
 = 1,8 atau oC = 1,8oF
(4.3)
oF
K
 = 1,8 atau K = 1,8oR
(4.4)
oR
26

212 672 titik didih air pada 760 mm Hg 373 100

180 100

32 492 titik beku air 273 0


0 460 255 - 18
o o
- 40 420 C= F 233 - 40
Fahrenhei

Celcius
Rankin

Kelvin
t

- 460 0 nol absolut 0 - 273

Gambar 4.1. Skala suhu

Hubungan antara oR dan oF dan antara K dan oC dinyatakan dengan


persamaan:

 1 R 
T R  T F    460 ( 4 . 5)
 1 F 

 1 K 
TK  TC    273 ( 4 .6 )
 1  C 

Hubungan antara oF dan oC dinyatakan dengan persamaan:

 1,8   F 
T F  32  TC   ( 4 .7 )
 1  C 
27

Persamaan (4.7) diubah menjadi persamaan linier:


T F = b0 + b1 TC (4.8)
Titik beku air: 32 = b0 + b1(0) (4.9a)
Titik didih air: 212 = b0 + b1(100) (4.9b)
Dari persamaan (4.9a) dan (4.9b) diperoleh:
b0 = 32 dan b1 = 1,8
Sehingga: TF = 32 + 1,8 TC

Contoh 4.1:
Ubahlah 100oC ke (a) K, (b) oF, dan (c) oR

Penyelesaian:
1 K 1K
a). (100 + 273)oC  = 373 K atau: (100 + 273)oC  = 373 K
1 oC 1oC

1,8oF
b). (100oC)  + 32oF = 212oF
1 oC
1OR 1,8oR
c). (212 + 460)oF  = 672OR atau: (373K)  = 672OR
1oF 1K

Contoh 4.2:
Konduktivitas panas aluminium pada 32oF 117 Btu/(hr)(ft2)(oF/ft). Carilah nilai
ekivalen pada 0oC dalam bentuk Btu/(hr)(ft2)(K/ft)!.
Penyelesaian:
117 (Btu)(ft) 1,8 oF 1oC
 = 211 (Btu)/(hr)(ft2)(K/ft)
(hr)(ft2)(OF) 1 oC 1 K
28

atau
117 (Btu)(ft) 1,8oF 1oC
 = 211 (Btu)/(hr)(ft2)(K/ft)
(hr)(ft2)(OF) 1oC 1K

4.3 Tekanan
Tekanan, seperti halnya suhu, dapat dinyatakan dalam skala abbsolut atau
relatif. Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas.
Pada gambar 4.2 menggambarkan sebuah silinder
berisi air. Tekanan pada bagian atas air dari
atmosfer, dan pada bagian bawah silinder dari air.
Jika dibuat lubang pada sisi silinder, anda harus
mendesak gaya berlawanan permukaan air yang
berarti sebagai penyumbat untuk menghalangi air
keluar dari silinder melalui lubang.

Gambar 4.2
Tekanan merupakan gaya
per satuan luas
F
p =  = gh + p0 (4.10)
Vakum A
dengan:
p = tekanan fluida pada bagian dasar

50 cm Hg kolom
F = gaya
A = luas
 = densitas fluida
plat
g = percepatan gravitasi
h = tinggi fluida dalam kolom
Gambar 4.3
Tekanan dalam kolom merkuri p0 = tekanan fluida pada bagian atas
kolom
29

Andaikata luas penampang kolom merkuri 1 cm2, tinggi 50 cm, dan


densitas Hg 13,55 g/cm3, gaya yang dikenakan pada plat 1 cm2:
13,55 g 980 cm 50 cm 1 cm2 1 kg 1m 1N
F =  
cm3 s2 1000 g 100 cm 1(kg)(cm)

s2
= 6,64 N
Tekanan pada plat oleh merkuri:
2
6,64 N 100 cm N
p =  = 6,64 x 104 
1 cm2 1m m2

Jika tekanan dihitung dalam satuan sistem American Engineering:


845,5 lbm 32,2 ft 50 cm 1 in 1 ft
p =  
1 ft3 s2 2,54 cm 12 in 32,174(ft)(lbm)
 
(s2)(lbf)
= 1388 lbf/ft2

Tekanan dapat dinyatakan sebagai head (h), yaitu tinggi cairan dalam kolom,
sehinngga tekanan pada bagian dasar kolom dapat dihitung misal dalam inci Hg:

p (in Hg) = p0 (in Hg) + h (in Hg) (4.11)

dengan p0 tekanan gas pada bagian atas kolom merkuri.


Air, minyak, atau cairan lainnya dapat mengganti Hg. Contoh, jika Anda
mengukur tekanan dalam tangki air 2 ft dari permukaan 404,92 in. H2O. Berapa
tekanannya jika 4 ft dari permukaan?. Anda bisa menghitung tekanan dengan
persamaan (4.10), tetapi lebih mudah jika dihitung dengan persamaan (4.11).
30

12 in.
p = 404,92 in. H2O + 2 ft H2O x  = 428,92 in. H2O
1 ft

Tekanan relatif diukur dengan manometer terbuka, sedangkan tekanan


absolut diukur dengan manometer tertutup.
Tekanan absolut tergantung pada tekanan pengukuran sistem:
a. bila tekanan pengukuran (gauge pressure) sistem di atas tekanan atmosfer,
maka:
pabs = pgauge + patm (4.12a)
b. bila tekanan pengukuran (gauge pressure) sistem di bawah tekana atmosfer,
maka:
pabs = patm - pgauge (4.12b)

Beberapa istilah tekanan dan pengukurannya:


a. tekanan atmosferik, tekanan udara disekitar kita yang bisa berubaf dari hari ke
hari.
b. tekanan barometrik, sama dengan tekanan atmosfer, dinamakan tekanan
barometrik karena barometer digunakan untuk mengukur tekanan atmosfer
c. tekanan absolut, mengukur tekanan berdasartkan tekanan vakum atau tekanan
nol
d. tekanan pengukuran (gauge), tekanan dalam sistem tertutup
e. vakum, tekanan di bawah atmosfer
Atmosfer standar adalah tekanan (pada gravitasi standar) sama dengan 1
atm atau 760 mm Hg pada 0oC. Beberapa satuan yang menyatakan atmosfer
standar:
1,000 atm
33,91 ft H2O
14,7 pounds per square inch absolut (psia atau lb/in2)
29,92 in. Hg
760,0 mm Hg
1013 pascal (Pa), atau N/m2, atau 1,013 kPa
31

Anda dapat mengkonversi dari satuan tekanan yang satu ke satuan tekanan
yang lain. Jika tekanan diukur dengan ketinggian kolom cairan A, dengan p0 sama
untuk kolom cairan A dan B, tekanan dapat dikonversi ke ketinggian cairan B
dengan persamaan (4.10).
P0 + AghA = P0 + BghB
atau
hA pB
 = 
hB pA

Contoh 4.3:
Ubahlah tekanan 35 psia ke in Hg!.
Penyelesaian:
35 psia 29,92 in Hg
 = 71,24 in Hg
14,7 psia

Contoh 4.4:
Tekanan terukur (tekanan gauge) tangki CO2 terbaca 51,0 psi, pada saat yang
sama barometer terbaca 28,0 in Hg. Berapa tekanan absolut tangki dalam psia?.
Penyelesaian:
28,0 in.Hg 14,7 psia
Tekanan atmosfer =  = 13,76 psia
29,92 in.Hg
Tekanan absolut dalam tangki:
51,0 + 13,76 = 64,76 psia

CO2
32

Dalam beberapa hal fluida dalam manometer ketinggiannya tidak sama


(perhatikan gambar 4.4). Ketika fluida dalam kesetimbangan hubungan antara p1,
p2, dan tinggi fulida dalam kolom adalah:
p1 + 1d1g = p2 + 2d2g + 3d3g (4.13a)

d3 fluida 3, 3
fluida 1, 1 d1
d2

fluida 2, 2

Gambar 4.4 Manometer dengan Tiga Fluida

Jika 1 = 3 =  persamaan (4.13a) menjadi:


p1 - p2 = (2 - 1)gd2 (4.13b)
33

Contoh 4.5:
Pengukuran laju alir suatu fluida dalam pipa bisa dihitung dengan melihat
perbedaan tekanan melalui orifice, seperti terlihat pada gambar berikut. Hitunglah
beda tekanannya dalam Pa!.

Fluida, air orifice


 = 103kg/m3 p2
p1
32 mm
d
10 mm
fluida manometer
f = 1,1x103kg/m3

Penyelesaian:
p1 – p2 = (f - )gd
(1,1 – 1,0)103 kg 9,807 m 22x10-3m 1 (N)(s2) 1 (Pa)(m2)
= 
m3 s2 (kg)(m) 1 (N)
= 21,6 Pa

4.4 Laju Alir


Kecepatan mengalir suatu fluida biasannya disebut dengan laju alir. Satuan
yang digunakan untuk menyatakan laju alir: satuan massa per satuan waktu,
satuan mol per satuan waktu, dan satuan volume per satuan waktu. Variabel laju
alir baik untuk umpan maupun produk perlu diketahui, karena laju alir bisa
digunakan sebagai basis perhitunngan.
34

Contoh 4.6:
Suatu zat dengan berat molekul 192 diproduksi dalam bentuk larutan dengan laju
alir 10,3 L/menit. Konsentrasi zat dalam larutan 41,2% berat, dan spesifik
gravitasnya 1,025. Hitunglah laju alir produk dalam kg mol/menit.

Penyelesaian:
Basis: 10,3 L/menit zat diproduksi
zat
sp. gr. = 
H2O
zat = sp. gr. x H2O
= 1,025 x 1 kg/L = 1,025 kg/L
Massa zat dalam larutan:
41,2 10,3 L 1,025 kg
 = 4,35 kg/menit
100 menit 1L

Kecepatan produksi dalam kg mol/menit


4,35 kg 1 kgmol
 = 0,0226 kg mol/ menit
menit 192 kg

Contoh 4.7:
Laju alir kerosen dalam pipa 75 gallon per menit. Jika densitas kerosen 0,8 g/cm 3,
carilah laju alir dalam kg/jam!.

Penyelesaian:
Laju alir volume:

75 gallon 60 min 1L
 = 20457,34 L/jam
menit 1 jam 0,21997 gallon
35

Densitas:
0,8 g 1 kg 1000 cm3
 = 0,8 kg/L
cm3 1000 g 1L

Laju alir massa = laju alir volume x densitas


20457,34 L 0,8 kg
=  x  = 16365,87 kg/jam
jam L

Soal latihan:
1. Air raksa mendidih pada 675oF dan membeku pada – 38,0oF pada tekanan
atmosfer. Nyatakan suhu tersebut dalam oC!.
357,2oC dan – 38,9oC
2. Pada temperatur berapa pembacaan skala Celcius dan skala Fahrenheit
menunjukkan nilai numerik yang sama?
40o
3. Emisi suatu benda dinyataakaan dengan:
W = AT4
Dengan: W = emisi, Btu/(ft2)(hr)
A = konstanta Stefan-Boltzmann, 0,171 x 10-8 Btu/(ft2)(hr)(oR)4
T = temperatur, oR
Berapa nilai A dalam satuan J/(m2)(s)(K)4 ?.

4. Tekanan suatu tangki 10 psi. Ubahlah tekanan tersebut dalam satuan:


a. N/m2
b. kPa
c. atm
(a). 6,9 x 104 N/m2 dan (b). 69 kPa
5. Suatu manometer menggunakan kerosen sebagai fluida (sp gr 0,82).
Pembacaan pada manometer 5 in ekivalen dengan berapa mm Hg (densitas Hg
13,55 g/cm3)?
36

76,856 mm Hg
6. Tekanan terbaca (gauge) pada menara menunjukkan vakum yaitu 3,53 in.Hg.
tekanan barometer terbaca 29,31 in.Hg. Berapa tekanan absolut menara dalam
mm Hg?
7. 655 mm Hg
37

SESI / PERKULIAHAN KE : 5-6

TIK : Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat :


1. Menggunakan hukum gas iedal untuk perhitungan gas.
2. Menghitung satu variabel P,V,T atau n, dari sekumpulan nilai
tertentu untuk tiga variabel lainnya.
3. Menghitung densitas dari suatu gas yang diketahui berat jenisnya.
4. Mendefinisikan dan menggunakan volume dan tekanan parsial
dalam perhitungan gas.

Pokok Bahasan : Sifat-sifat Gas Ideal

Deskripsi Singkat :
Dalam pertemuan ini mahasiswa akan mempelajari hukum gas ideal,
aplikasi hukum gas ideal, volume dan tekanan parsial, campuran gas ideal, dan
Pokok Bahasan : Sifat-sifat Gas Ideal
densitas gas.

Bahan Bacaan :

1. Bhatt, B.I, 1984, Stoichiometry , 2nd ed, New Delhi; mc.graw Hill Pub.

2. Himmelblan, David M, 1992, Basic Principles and Calculation ini Chemical Engineering ,

5th ed, New Yersey; Prentice. Hall International.


38

BAB V
SIFAT – SIFAT GAS IDEAL

5.1. Pendahuluan
Senyawa murni pada sembarang suhu dan tekanan, dapat berwujud
sebagai gas, cairan, atau padat. Pada keadaan spesifik tertentu dari suhu (T) dan
tekanan (P), terdapat campuran fase-fase, seperti ketika air mendidih atau
membeku. Jadi suatu senyawa (atau campuran senyawa) mungkin terdiri dari satu
atau lebih fase. Fase (phase) didefinisikan sebagai keadaan materi yang sama
sekali homogen dan seragam. Air cairan ialah suatu fase; es ialah fase yang lain.
Dua cairan yang tak bercampur dalam wadah yang sama, seperti merkuri dan air,
akan memerlukan dua fase yang berbeda karena kedua cairan tersebut mempunyai
sifat-sifat yang berbeda.
Dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana hukum gas ideal (sempurna)
dapat digunakan untuk menghitung tekanan, suhu, volume, atau jumlah mol
dalam suatu kuantitas gas, dan juga akan membahas cara menghitung berat jenis
dan densitas gas.

5.2. Hukum Gas Ideal (Ideal Gas Law)


Suatu gas dapat disebut “gas ideal” apabila gas pada kondisi tertentu jarak
antara molekul-molekul dalam sebuah unsur cukup jarak sehingga mengabaikan
efek dari gaya antara molekul dan volume dari molekul-molekul itu sendiri. Lebih
tepatnya, gas ideal adalah gas imajiner yang memenuhi hubungan dari
persamaan :
pV = nRT . . . . (5.1)
di mana :
p = Tekanan absolut gas
V = Volume total yang ditempati oleh gas
n = Jumlah mol gas
R = Konstanta gas (gas constant) ideal.
39

Kadang – kadang hukum gas ideal dapat juga ditulis :


p V = RT . . . . (5.2)
dimana :
V = volume spesifik gas (volume per mol atau massa)
Sejumlah keadaan standar yang ditentukan secara sembarang (biasanya
dikenal sebagai kondisi standar atau standar kondition) dari suhu dan tekanan
telah dipilih menurut kebiasaan. Sebagai contoh lihat tabel 5.1 untuk kondisi yang
paling umum.

Tabel 5.1 Kondisi Standar Umum untuk Gas Ideal


Sistem T p V
SI 273,15 K 101,325 kPa 22,415 m3/kg mol
Universal scientific 0,0oC 760 mmHg 22,415 l/gmol
o
Universal gas alam 60,0 C 14,696 psia 379,4 ft3/lb mol
(15,0 oC) (101,325 kpa)
American Engineering 32 oF 1 atm 359,05 ft3/lb mol

Karena SI universal scientific, standari American Engineering identik,


maka digunakan nilai – nilai dalam tabel 5.1 dengan satuan – satuannya, dengan
mengubah dari satu sistem satuan ke sistem lainnya. Mengetahui kondisi standar
juga memudahkan bekerja dengan berbagai satuan dari sistem-sistem yang
berbeda.

Contoh 5.1 Penggunaan Kondisi Standar


Hitunglah volume, dalam meter kubik, yang ditempati oleh 40 kg CO2 pada
kondisi standar.

Penyelesaian
Basis : 40 kg CO2
40

1 kg mol CO 2 22, 415 m 3 CO 2


40 kg CO2 x x
44 kg CO 2 1 kg mol CO 2

= 20,4 m3 CO2 pada S.C (Standar Condition)

Perhatikan dalam soal ini bagaimana informasi bahwa 22,415 m3 pada S.C =
1 kg mol digunakan untuk mengubah jumlah mol yang di ketahui mengisi
jumlah meter kubik ekuivalen.

Persamaan (5.1) secara langsung dapat digunakan dengan memasukkan nilai


parameter untuk tiga dari empat parameter yaitu : n, p, T, dan V, dan
menyelesaikan untuk yang ke empat. Untuk mengerjakan hal itu harus
mencari atau menghitung nilai konstanta gas (R) dalam satuan yang tepat.

Contoh 5.2 Perhitungan Konstanta gas (R)


Carilah nilai untuk konstanta gas universal R, untuk kombinasi satuan
berikut ini : untuk 1 gmol gas ideal jika tekanan dalam atm, volume dalam
cm3, dan suhu dalam K.

Penyelesaian
Pada kondisi standar citra akan menggunakan nilai – nilai taksiran :
p = 1 atm
V = 22,415 cm3 / gmol
T = 273,15 K
pV = RT
pV 1 atom 22,415 cm 3
R = = x
T 273,15 K 1 gmol

(cm 3 ) ( atom)
= 82,06
( K ) ( gmol )
41

Proses yang berjalan dari keadaan awal ke keadaan akhir, dapat


menggunakan rasio dari hukum gas ideal pada tiap – tiap keadaan dan
menghilangkan R sebagai berikut berikut. (sub skrip 1 menunjukkan
keadaan awal, dan sub skrip 2 menunjukkan keadaan akhir.
p1 V 1 n1 RT1
= . . . . . . (5.3)
p2 V 2 n 2 RT2

 p1   V1  n   T1 
    =  1    . . . . . (5.4)
 p2   V 2   n2  T 2 

Persamaan (5.4) melibatkan rasio dari variable yang sama. Hasil dari
penerapan hukum gas ideal ini mempunyai ciri yang memudahkan bahwa
tekanan dapat dinyatakan dalam sistem satuan apapun yang dipilih, seperti
kpa, mHg, mmHg, atom dan sebagainya, selama satuan yang sama
digunakan untuk kedua kondisi tekanan (jangan lupa bahwa tekanan harus
tekanan absolut dalam kedua kasus). Demikian juga rasio dari suhu absolut
dan volume memberikan rasio tanpa dimensi.

Contoh 5.3. Penerapan hukum gas ideal


Hitunglah volume yang ditempati oleh 88 lb CO2 pada tekanan 32,2 ft
air dan pada 15oC.

Penyelesaian :
Untuk menggunakan persamaan (5.1 volume awal harus dihitung
seperti ditunjukkan dalam contoh 5.1 kemudian volume akhit dapat dihitung
melalui persamaan (5.4., baik R maupun n1 & n2.

p  T  n 
V2 = V1  2    =  2 
 p1  T1   n1 
42

Asumsikan bahwa tekanan yang diberikan adalah tekanan absolut.


Cara 1 :
Pada S. C (keadaan I) Pada keadaan 2
p = 33,91 ft H2O p = 32, 2 ft H2O
T = 273 K T = 273 + 15 = 288 K
pt 3
V (Volume spesifik) = 359
lb mol

Basis : 88 lb CO2

 88 lb CO 2   359 ft 3  288 33,91


  x   x x = 7 98 ft3 CO2
 44 lb / lbmoal CO 2   1 lb mol  273 32,2

(pada 32,2 ftH2O


dan 15oC)

Cara 2 :
Hasil yang sama dapat diperoleh dengan mengunakan persamaan (5.1).
Nilai R harus diperoleh dalam satuan – satuam yang sama dengan variabel –
variebel p, V , dan T.
V
R=
T
359 ( ftH 2 O ) ( ft 3 )
= (33,9) x = 44,59
273 (lb mol ) ( k )

Basis : 88 lb CO2.
nRT 88 lb CO 2 ( ftH 2 O ) ( ft 3 ) 288 K
V= = x 44,59 x
P 44 lb / lbmol CO 2 (lb mol ) ( k ) 32,2 ftH 2 O

= 798 ft3 CO2, pada 32,2 ft H2O dan 15oC.


43

5.3. Campuran Gas Ideal, Tekanan Parsial, dan Volume Parsial


Menyelesaikan perhitungan untuk campuran beberapa gas (bukan gas-gas
tunggal atau individual), dapat menggunakan hukum gas ideal. Penggunaan
hukum gas ideal untuk suatu campuran gas-gas dengan menginterpretasikan p
sebagai tekanan dari campuran, V sebagai volume yang ditempati oleh campuran,
n sebagai jumlah mol total dari semua komponen dalam campuran, dan T sebagai
suhu campuran.
Para ahli teknik menggunakan kuantitas khayalan (fictions) tetapi berguna
yang disebut tekanan parsial (partial pressure) dalam perhitungan yang
melibatkan gas – gas. Tekanan parsial dari gas ”i” yang didefinisikan oleh
Dalton, Pi, yaitu tekanan yang akan didesakkan oleh komponen tunggal dalam
suatu campuran gas jika komponen tersebut berada sendirian (satu komponen)
dalam volume yang sama, seperti yang ditempati oleh campuran tersebut dan pada
suhu yang sama dengan campuran.
pi Vtotal = ni RTtotal . . . . . . (5.5)

pi = Tekanan parsial komponen i


jika persamaan (5.5 dibagi dengan persamaan (5.1, maka akan didapat :
Pi Vtotal ni RTtotal
= . . . . . . . (5.6)
Ptotal Vtotal n total RTtotal

Atau :
nt
Pi = Pt = Pt yi . . . . . . . . (5.7)
ni

Dimana :
yi = fraksi mol komoponen i
Pt = P1 + P2 + . . . . . . . . . . . . + Pn . . . . . . .. . (5.8)

Contoh : 5.4
Gas pipa (gas buang) dengan komposisi 14,0% CO2, 6,0% O2, dan 80,0% N2,
gas tersebut berada pada suhu 400oF, dan tekanan 765,0 mmHg. Hitung
tekanan parsial dari komponen tersebut.
44

Penyelesaian :
Gunakan persamaan (5.7)
Pi = pt yi
Basis : 1,0 kg (atom lb) mol gas pipa.
Komponen kg (atom lb) mol p (mmHg)
CO2 0,140 107,1
O2 0,060 45,9
N2 0,800 612,0
Total 1,000 765,0

Pada basis 1,00 mol gas pipa, fraksi mol “y” dari setiap komponen, jika
diketahui dengan tekanan total, menghasilkan tekanan parsial dari komponen
itu.

Volume tunggal dari suatu komponen tunggal pada suhu dan tekanan yang
sama disebut volume parsial (partial volume) atau dapat juga disebut volume
komponen murni (pure component).
V1 + V2 + V3 + . . . . . . . + Vn = Vt . . . . . (5.9)
Pada suhu dan tekanan yang sama, volume parsial adalah fungsi jumlah mol
dari komponen tunggal dari campuran gas.
V1 n
= 1 . . . . . . (5.10)
V2 n2

Vt n1
= = y1 = mol fraksi . . . . . . (5.11)
Vt n2

Dimana :
V1 = Volume gas komponen 1
V2 = Volume gas komponen 2
V3 = Volume gas komponen 3
Vt = Volume gas total
n1 = Jumlah mol komponen 1
n2 = Jumlah mol komponen 2
45

5.4. Densitas dan Berat Jenis Gas


Densitas dari suatu gas (density of a gas) didefinisikan sebagai massa
persatuan volume, dan dapat dinyatakan dalam kilogram per meter kubik, lb per
kaki kubik, gram per liter, atau satuan – satuan lain. Karena massa yang
terkandung dalam satu satuan volume bervariasi dengan suhu dan tekanan, makla
harus berhati – hati untuk mencantumkan gas kondisi ini. Kecuali ditentukan lain,
densitas selalu dianggap berada pada kondisi standar.

Contoh : 5.5
Hitunglah densitas N2 pada 27oC, dan tekanan 100 kPa dalam satuan SI.

Penyelesaian :
Basis : 1 m3 N2 pada 27oC dan 100 kPa pada keadaan standar :
T1 = 273 K
P1 = 101,3 kPa.
V1 = 22,4 m3
BM N2 = 28 kg / kgmol
P2 = 100 kPa
T2 = 27oC + 273 = 300 K
V2 = 1 m3

V2 T P
 = x 1 x 2 x BM.
V1 T2 P1

 237 K   100 kPa  1 kgmol   28 kg 


 = 1 m3 x   x    3 
x  
 300 K  101,3 kPa   22,4 m  1kg mol 
 = 1,123 kg/m3 N2 pada 27oC, dan 100 kPa.

Berat jenis dari suatu gas (specific gravity of a gas), biasanya didefinisikan
sebagai rasio dari densitas gas tersebut pada suhu dan tekanan yang diinginkan
terhadap densitas udara (atom gas referensi yang ditentukan) pada suhu dan
tekanan tertentu.
46

 gas
Berat jenis (specific gravirty)
 udara , ref

Gas – gas pada suhu dan tekanan yang sama, berat jenis gas-gas tersebut adalah
rasio dari berat molekul masing-masing. Misal A adalah suatu gas dan B gas
lainnya.
1
p V = RT atau px = RT . . . . . (5.12)

A  BM A   TB 
Berat jenis =     . . . . . (5.13)
B  BM B   TA 
dimana :
A = densitas gas A
B = densitas gas B
BMA = berat molekul gas A
BMB = Berat molekul gas B
TA = Suhu gas A
TB = Suhu gas A
47

SESI / PERKULIAHAN KE : 7 - 8

TIK : Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat :


1. Menjelaskan kelembaban dan kejenuhan.
2. Menghitung kelembaban dan kejenuhan sistem udara - air
3. Menggunakan hukum Roult’s untuk perhitungan kesetimbangan
uap - cair

Pokok Bahasan : Kelembaban dan kejenuhan


Deskripsi Singkat :
Dalam pertemuan ini mahasiswa akan mempelajari tekanan uap dan
hukum Roult’s, kejenuhan absolut dan relatif serta kelembaban absolut dan
relatif.

Bahan Bacaan :

1. Bhatt, B.I, 1984, Stoichiometry , 2nd ed, New Delhi; mc.graw Hill Pub.

2. Himmelblan, David M, 1992, Basic Principles and Calculation ini Chemical Engineering ,

5th ed, New Yersey; Prentice. Hall International.


48

BAB VI
KELEMBABAN DAN KEJENUHAN

6.1. Pendahuluan
Ketika suatu gas murni (campuran gas) bersentuhan dengan suatu cairan,
gas tersebut akan memperoleh molekul – molekul dari cairan. jika kontak itu
dipertahankan untuk jangka waktu yang cukup lama, penguapan berlanjut sampai
equilibrium (kesetimbangan) tercapai, yaitu saat tekanan parsial dalam gas
tersebut akan sama dengan tekanan uap cairan tersebut pada suhu dari sistem itu.
Tanpa memperhatikan waktu kontak antara cairan dan gas dan gas tersebut, ketika
kesetimbangan tercapai, tidak ada lagi cairan yang menguap ke fase gas, maka gas
itu disebut jenuh (saturated) dengan uap tertentu pada suhu tertentu. Kondisi ini
disebut juga bahwa campuran gas tersebut berada pada titik embun. Jika uap
adalah uap air dan gas adalah udara, maka berlaku istilah khusus yaitu
kelembaban (humudity). untuk gas atau uap lainnya digunakan istilah kejenuhan
(saturated).

6.2. Tekanan Uap dan Hukum Roult’s


Istilah uap (vapor) dan gas digunakan dengan sangat longgar. suatu gas
yang berada di bawah suhu kritisnya biasanya disebut uap karena gas tersebut
dapat mengembun. Jika suatu gas murni dimanpatkan secara kontinu pada suhu
konstan, asalkan suhu tersebut dibawah suhu kritis, ketika mencapai tekanan
tertentu gas tersebut mulai mengembun menjadi cairan. Pemampatan lebih lanjut
tidak menaikan tekanan tetapi hanya menaikan fraksi gas yang mengembun.
Kebalikan dari prosedur yang baru saja diuraikan akan menyebabkan cairan
berubah menjadi keadaan gas lagi (yaitu menguap). Jadi istilah uap (vapor) akan
digunakan untuk merujuk suatu gas di bawah titik kritisnya yang proses tertentu
memungkinkan terjadi perubahan fase, sedangkan kata gas atau gas yang tidak
dapat mengembun (non condensable gas) digunakan untuk mendeskripsikan suatu
gas diatas titik kritis, atau suatu gas dalam suatu proses ketika gas tersebut tidak
dapat mengembun.
49

Jika uap dan cairan dari suatu endapan murni berada dalam kesetimbangan
(equilibrium) model tekanan kesetimbangan itu disebut ”tekanan uap”. Pada suatu
suhu tertentu hanya ada satu takanan yang fase cair dengan uap dari suatu
komponen murni mungkin berada dalam kesetimbangan (equilibrium).
konsep tekanan uap dapat dimengerti dengan cara yang paling mudah
dengan mangamati gambar 6.1, gambar tiga dimensi menunjukkan permukaan
tekanan (p), volume spesivic ( v ), dan suhu (T) untuk air. tekanan uap di
tunjukkan oleh proyeksi dua dimensi, dari sebuah kurva dari permukaan tiga
dimensi ke dalam bidang P-T. Pandangan tersebut langsung melintasi wilayah cair
– uap (sedikit pengembangan dari proyeksi di bagian kiri bawah telah dimasukkan
agar jelas).

Gambar : 6.1. Permukaan p – V – T dan proyeksi-proyeksi untuk H2O

Pengembangan tambahan dari sebuah segmen dari wilayah dalam gambar


6.1 dapat dilihat pada gambar 6.2 untuk tiap suhu pada kurva tersebut dapat
membaca tekanan yang sesuai saat uap air dan air cair berada dalam
kesetimpangan. Unsur apapun mempunyai titik didih, tetapi biasanya dikatakan
titik didih normal (normal boiling point). Titik didih normal adalah suhu saat
mendidih terjadi di bawah tekanan 1 atm (101, 3 kPa, 760 mmHg). Kecuali
tekanan ditentukan lain, tekanan selalu diasumsikan 1 atm.
50

Gambar. 6.2. Kurva tekanan uap untuk air. Kurva tekanan uap berakhir pada
titik kritis seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6.1.

Senyawa murni dapat berubah dari cair menjadi uap, atau sebaliknya,
melalui suhu konstan dan tekanan konstan. Proses penguapan atau pengembunan
pada suhu konstan digambarkan oleh garis G – H – I atau I – H – G dalam
gambar 6.2 dan gambar 6.4. Air akan menguap atau mengembun pada suhu
konstan saat tekanan mencapai titik H pada kurva tekanan uap.
Gambar 6.2 juga memperlihatkan kondisi – kondisi P – T dengan es
(dalam bentuk umumnya) dan uap air berada dalam kesetimbangan. Jika padatan
berubah secara langsung ke dalam fase uap tanpa terlebih dahulu meleleh menjadi
cairan (garis J – K berlawanan dengan garis L – M – N – O). Proses ini dikatakan
menyublim (sublime). Sebagai contoh : kristal iod meny ublim pada suhu ruang,
air menyublim hanya di bawah 0oC, seperti ketika embun beku hilang di musim
dingin pada suhu -6oC.
Istilah yang umum digunakan untuk bagian uap – cair dari kurva tekanan
uap adalah kata-kata ”jenuh” (saturated) yang sama artinya dengan uap dan cairan
dalam kesetimbangan (equilibrium) satu sama lain. jika suatu gas tepat untuk
mulai mengembunkan tetes cairan pertamanya, gas tersebut disebut gas jenuh
51

(saturated gas). Dua kondisi ini juga dikenal berturut-turut sebagai titik embun
(dew point) dan titik uap atau titik gelembung (bubble point). Daerah disebelah
kanan kurva tekanan uap dalam gamabr 6.1 disebut daerah superheated dan yang
di sebelah kiri kurva tekanan uap disebut daerah subcooled. suhu dalam daerah
superheated jika diukur sebagai selisih (O – N) antara suhu sebenarnya dari uap
superheated dan suhu kejenuhan, utnuk tekanan yang sama, disebut derajat
superheated (degree of superheated).
Sebuah piston seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6.3, dengan gaya
sebesar 101,3 kPa dapat diketahui bahwa pada 100oC air akan mendidih
(menguap) dan tekanan 101,3 kPa atau 1 atm (titik B). Jika air dipanaskan mulai
suhu 77oC dalam sebuah wadah seperti gambar 6.3 tersebut, dapat diasumsikan
bahwa uap air selalu berada dalam kesetimbangan dengan air cairan, proses terjadi
pada tekanan konstan. Selama suhu naik dan tekanan tetap konstan, tidak ada
yang terjadi yang dapat diamati secara khusus sampai suhu 100oC tercapai saat ait
mulai mendidih. jika air menguap (vaporize), uap menekan kembali piston lebih
jauh dari air akan berubah sama sekali dari cair menjadi uap. Jika air dipanaskan
pada tekanan konstan setelah air tersebut menguap semua pada titik B, maka
hukum-hukum gas dapat diterapkan dalam daerah B – C ( dan pada suhu-suhu
yang lebih tinggi ). Kebalikan dari proses ini dari suhu C akan menyebabkan uap
mengembun (condense) pada B untuk membentuk cairan. Suhu pada titik B
disebut titik embun (dew point).

Gambar. 6.3 Perubahan dari air Gambar. 6.4 Transformasi dari air
cair menjadi uap pada cair menjadi uap air
tekanan konstan 101,3 kPa pada suhu konstan.
52

Contoh 6.1
Air pada kondisi suhu dan tekanan yang terdapat di bawah ini, menyatakan
apakah air tersebut berada fase padat, fase cair (superheated) atau capuran
jenuh. Jika termasuk dalam fase yang terakhir, hitunglah fraksi massa
(kualitasnya). Gunakan tabel uap (steam table) utnuk membantu perhitungan.
Keadaan P (kpa) T (K) v (m3/kg)
1 2000 475 -
2 1000 500 0,2206
3 101,3 200 -
4 245,6 400 0,505

Penyelesaian :
Keadaan 1 : cair Keadaan 3 : Padat
Keadaan 2 : uap Keadaan 4 : uap jenuh dan cair
Pada suhu 400 K dan tekanan 245,6 kpa, volume spesifik dari campuran uap
basah 0,505 m3/kg, maka didapat dari tabel uap, dan volume spesifik dari
cairan dan uap jenuh adalah :

v e = 0,001067 m3/kg
vg = 0,7308 m3/kg.
Basis : 1 kg campuran uap basah.
Misalkan : x = fraksi massa uap.

 0,001067 m 3   x kg uap 
  x (1 – x) kg cairan + 0,7308 m3 x  
 1 kg cairan   1 kg uap 
= 0,505 m3
0,001067 – 0,001067 x + 0,7308 x = 0,505
x = 0,69
Sifat-sifat lain dari campuran basah dapat diperlakukan dengan cara yang
sama.
53

Campuran dua fase uap – cair pada kesetimbangan, suatu komponen dalam
satu fase berada dalam kesetimbanmgan dengan komponen yang sama dalam fase
lain. Hubungan kesetimbangan tergantung pada suhu, tekanan, dan kompossisi
campuran tersebut. Gambar 6.5 mengambarkan dua kasus, satu pada tekanan
konstan dan yang lain pada suhu konstan. Pada pasangan titik A dan B, dan C dan
E, masing-masing komponen murni mendesakkan tekanan maupun masing-
masing pada suhu kesetimbangan. Diantara pasangan-pasangan titik tersebut,
sebagai komposisi keseluruhan dari perubahan campuran terdapat dua fase,
masing-masing mempunyai komposisi yang berbeda untuk komponen yang sama
seperti yang ditunjukkan oleh garis putus-putus.

a. Tekanan Konstan b. Tempratur Konstan


Gambar. 6.5 Ketimbangan uap-cair untuk campuran biner.

Hukum Henry (Henrys Law), digunakan terutama utnuk komponen yang


fraksi molnya mendekati nol, seperti gas yang dilarutkan dalam cairan.
Pi = Hi Xi . . . . (6.1)
dimana :
Pi = Tekanan parsial dari komponen i dalam fase gas.
Xi = Fraksi mol fase gas
Hi = Konstanta hukum Henry (dapat ditemui dalam Perrry, atau buku –
buku literatur lain).
Catatan bahwa dalam limit dimana Xi  0, Pi  0.
54

Hukum Raoult (Raoult’s Law), digunakan terutama untuk komponen


yang fraksi molnya mendekati satu, atau untuk larutan dari komponen-komponen
yang benar-benar mirip dalam sifat kimia, seperti rantai lurus hidrocarbon.

Pi = Pi* Xi . . . . (6. 2)
dimana :
Pi = Tekanan parsial komponen i
Pi* = Tekanan uap komponen i
Xi = Fraksi mol fase cair.
Catatan bahwa limit Xi  1, Pi  Pi*. Konstanta kesetimbangan (equilibrium
constant) Ki didefinisikan menggunakan persamaan (6.2, dengan mengasumsikan
bahwa hukum Dalton berlaku untuk fase gas (Pi = Ptot . yi).
yi Pi *
Ki =  . . . . (6. 3)
Xi Ptotal

Persamaan (6.3 memberikan taksiran nilai Ki pada tekanan rendah untuk


komponen-komponen yang berada jauh dibawah suhu kritisnya, tetapi
menghasilkan nilai yang berlaku besar utnuk komponen – komponen yang berada
pada tekanan kritisnya pada tekanan tinggi dan / atau untuk kompoen-komponen
polar.

6.3. Kelembaban dan Kejenuhan Parsial


Jika uap adalah uap air dan gas adalah udara, berlaku istilah kelembaban
(humidity). Uap gas atau uap lainnya digunakan istilah kejenuhan. Kelembaban
menunjukkan massa uap air permassa udara kering (bone dry air). Untuk
menghitung data-data kelembaban dapat digunakan grafik kelembaban
(psychrometric chart).
55

Tabel 6.1 Parameter yang digunakan dalam perhitungan grafik kelembaban


Nilai American
Simbol Arti Nilai SI
Engineering
CPudara Kapasitas panas udara 1,00 kJ/kg K 0,24 BTU/ lb oF
CPuap H2O Kapasitas panas uap air 1,88 kJ/kg K 0,45 BTU/lboF
H Penguapan Panas penguapan air 4502 kJ / kg 1076 BTU/lb
o
(spesifik pada 0 C)
H udara Entalpi spesifik udara

H uap H2O Entalpi spesifik air

Parameter lain yang terlibat dalam penggunaan grafik kelembaban, adalah :


1. Panas lembab (humid heat) : adalah kapasitas panas campuran udara - uap air
yang dinyatakan dalam basis 1 lb atau 1 kg udara kering.
Cs = Cpudara + (CPnap H2O) (y) . . . . (6.4)
dimana :
Cs = Panas lembab
y = Kelembaban
Dalam satuan American Engineering :
Cs = 0,240 + 0,45 ()., BTU / of lb udara kering . . . . (6.5)
Dalam satuan 8I
Cs = 1,00 + 1,88 (), kJ/K kg udara kering . . . . (6.6)

2. Volume lembab (humid volum) :


adalah : volume 1 lb atau kg udara kering plus uap air dalam udara. Dalam
sistem British (American Engineering)
 1 y
V = (0,730 ToF + 336)    . . . . (6.7)
 29 18 

V dalam satuan ft3 / lb udara kering.


56

Dalam sistem
V = 2,83 x 10-3 T K + 4,56 x 10-3y . . . . (6.8)
V dalam satuan m3 / kg udara kering.

3. Suhu bola kering (dry bulb temprature) Td. adalah suhu udara yang
ditunjukkan oleh termometer, dalam oF atau oC (atau R atau K)
4. Suhu bola basah (wet bulb temprature) Tw, adalah suhu yang berhubungan
dengan penguapan air (atau cairan lain) dari sekitar bola (bulb) termometer,
merkuri biasa.
Proses lain yang penting, ketika pendinginan atau kelembaban adiabatik
(adiabatic cooling or humidification) terjadi antara udara dan air yang didaur
ulang seperti yang digambarkan dalam gambar 6.6. Dalam proses ini udara
didinginkan dan dilembabkan (kandungan airnya meningkat), sedangkan air yang
disirkulasikan tersebut hanya sedikit yang menguap. Pada keadaan kesetimbangan
(ekuilibrium) dan steady state suhu udara sama dengan suhu air, dan udara yang
ke luar jenuh pada suhu ini.

Gambar 6.6 Kelembaban Adiabatik dengan daur ulang air.

Suhu udara masuk untuk pendinginan adiabatic dapat dihitung dengan


persamaan :
 penyerapan H 2 O pada Ts  ( Hs  H udara )
Tudara = ( 6 .9 )
CPudara  CP H 2 Ouap H udara
57

Dimana : panas laten.


 = penyerapan H2O pada suhu udara jenuh (kesetimbangan)
Ts = suhu udara jenuh (kesetimbangan)
Hs = entalpi udara jenuh (udara keluar alat pendingin).
Grafik kelembaban (psychrometric chart), dapat dilihat pada lampiran,
dimana kerangkanya terdiri dari kumpulan koordinat kelembaban (H) dengan
suhu bola kering (Td), bersama dengan parameter-parameter (garis-garis)
tambahan :
1. Kelembaban relatif, yang ditunjukkan dalam persen.
2. Volume lembab.
3. Garis pendingin adiabatic, yang sama dengan garis bola basah (khusus
uap air).
4. Kurva kelembaban relatif 100% (identik dengan kelembaban absolut
100%) yaitu kurva udara jenuh.
Jika diketahui dua nilai (parameter), maka dapat menentukan dengan tepat
kondisi kelembaban udara pada grafik tersebut, dan menentukan semua nilai
yang terkait lainnya.

Contoh : 6.2.
Tentukan semua sifat dengan menggunakan grafik kelembaban dalam satuan
British, untuk udara basah pada suhu bola kering 90 oF dan suhu bola basah
70o F.
Penyelesaian
(a) Titik embun, ketika udara pada A
(lihat gambar : 6.7), didinginkan
pada tekanan konstan, udara tersebut
akhirnya mencapai suhu dimana air
mulai mengembun. Hal ini
ditunjukkan oleh
garis horizontal, garis kelembaban
konstan pada grafik kelembaban.
Titik embun didapat 60 oF (titik B).
Gambar : 6.7
58

(b). Kelembaban relatif.


Dengan menginterpolasi antara kelembaban () 40 % dan () 30 % dapat
ditemukan titik A berada pada kelembaban relatif 37 %.
(c) Kelembaban (y) :
Di dapat dari ordinat sebelah kanan peta kelembaban yaitu: 0,0112 lb
H2O/lb udara kering.
(d) Volume lembab:
Dengan menginterpolasi antara garis volume lembab 14,0 ft3 dan 14,5 ft3,
maka didapat volume lembab sebesar 14,097 ft3/lb udara kering
(e) Entalpi:
Nilai entalpi untuk udara jenuh dengan suhu bola basah 70oF adalah
1 H = 34,1 BTU/lb udara kering.

Contoh: 6.3
Anda diminta untuk merancang ulang menara pendingin air yang mempunyai
sebuah blower dengan kapasitas 8,30 x 106 ft3 /jam udara basah (pada 80oF
dan suhu bola basah 65oF). Suhu udara keluar 95oF dengan suhu bola basah
90oF. Berapa banyak air yang dapat didinginkan dalam lb perjam, jika air
yang akan didinginkan tidak didaur ulang, masuk menara pada 120oF, dan
meninggalkan udara pada 90oF.
Penyelesaian:

Gambar 6.8
59

Data entalpi, kelembaban, dan volume lembab untuk udara yang diambil dari
grafik kelembaban adalah sebagai berikut: (lihat gambar 6.8).
A B
 lb H 2 O  0,0098 0,0297
y (  
 lb udara ker ing 

(30,05 – 0,12) = 29,93 (55,93-0,10) = 55,83


H (BTU/lb udara
kering)

 ft 3  13,82 14,65
V  
 lb ud . ker ing 

Laju pengeluaran air pendingin dapat diperoleh dari neraca energi di dalam
proses
Basis : 8,30 x 106 ft3/jam udara basah
 8,30 x 10 6 ft 3   1 lb udarakerin g 
     6,0 x 10 5 lb udarakerin g /jam
 jam  13,82 ft 3 
Entalpi untuk air masuk (suhu ref : 32o, dan 1 atm)
H = CpH2O T = 1 (120 – 32) = 88 BTU/lb H2O
dan untuk air keluar 58 BTU/lb H2O: (Nilai dari tabel uap pada 120oF untuk
air ialah 87,92 BTU/lb H2O, sedikit berbeda karena data ini menunjukkan air
pada tekanan uapnya). Air yang hilang ke udara:

= 0,0297 – 0,0098 = 0,0199 lb H2O/lb udara kering

(1) Neraca massa untuk air:


Misalkan W = lb H2O yang masuk menara dalam arus air per lb udara
kering
Maka :
W – 0,0199 = lb H2O yang meninggalkan menara dalam aru air per lb
udara kering
60

(2) Neraca energi di sekeliling proses keseluruhan


Air &
Udara& air
+ = udara + Air keluar
dalam Air masuk dalam
udara
udara
masuk
keluar

 88 BTU   W lbH 2 O 
29,93 BTU /lb ud.kering  (6,0x 105 lb udara kering     
 6,0 x 105 lb ud . ker ing 
 lb H 2O   lb udara kering 

 58 BTU   W 0,0199 lbH 2 O 


 (55,83 BTU/lb udara kering ) (6,0x 10 5 lb udara kering     
 6,0 x 10 5 lb ud . ker ing 
 lb H 2O   lb udara kering 

29,93 + 88 W = 55,83 + 58 (w - 0,0199)


W = 0,825 lb H2O / lb udara kering
W – 0,0199 = 0,805 lb H2O / lb udara kering
Total air yang meninggalkan menara:

 0,805 lb H 2 O   6,0 x 10 5 udara kering 


    
 lb udara kering   jam 

= 4,83 x 105 lb/jam

Soal-soal :
6.1.Sebuah ruang berisi N2 kering pada 27oC dan 102,3 kPa. Air diinjeksikan ke
dalam ruang tersebut. Setelah penjenuhan N2 dengan uap air, suhu dalam
ruang adalah 27oC.
(a). Berapa tekanan di dalam ruang tersebut setelah penjenuhan?
(b). Berapa mol H2O per mol N2 berada dalam campuran jenuh?
Jawaban : (a) 104,8 kPa, (b) 0,0349
6.2.Hitunglah komposisi cairan yang berada dalam kesetimbangan dengan uap
berikut pada 66oC : etana (10,0%), propane (25,0%), iso butana (30,0%) u-
butana (25%), iso-pentana (10,0%).
Jawaban :C1 : 1,2 %, C3 : 10,2 %, Iso C4 : 28,4% nC4: 31,9%, Iso C5 : 28,6%.
61

6.3.Udara basah pada 100 Kpa, suhu bola kering 90oC, dan suhu bola basah 46oC
dimasukkan dalam wadah yang kokoh. Wadah beserta isinya didinginkan
sampai 43oC.
(a) Berapa kelembaban molar dari udara basah yang didinginkan
(b) Berapa tekanan total akhir dalam atau dalam wadah tersebut
(c) Berapa titik embun dalam oC dari udara basah yang didinginkan tersebut.
Jawaban : (a) 0,079 Egional H2o / kg mol udara, (b) 87,1 kPa, (c) 37oC
6.4.Suhu (dalam oF) yang diambil di sekitar menara pendingin “forced dragt”
adalah sebagai berikut:
Masuk Keluar
Udara 85 90
Air 102 89

Suhu bola basah udara masuk adalah 77oF. Dengan mengasumsikan bahwa
udara yang meninggalkan menara tersebut jenuh, hitunglah:
(a) Kelembaban udara yang masuk
(b) Lb udara kering yang melalui tersebut per lb air yang masuk ke dalam
menara
(c) Persentase air yang diuapkan dalam perjalanan melewati menara
tersebut
Jawaban :
(a) 0,0181 lb H2O/ lb udara kering
(b) 0,031 lb H2O/lb udara
(c) 1,14%
62

SESI/PERKULIAHAN KE: 9, 10,11, dan 12

TIK : Pada akhir pertemuan ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan prinsip
neraca massa dalam perhitungan teknik kimia.

Pokok Bahasan: Neraca Massa

Diskripsi singkat: Dalam materi perkuliahan ini Anda akan mempelajari tentang
neraca massa, yang meliputi neraca massa tanpaa reaksi kimia, neraca massa
melibatkan reaksi kimia, neraca massa melibatkan sistem recycle, bypass, dan
purge.

I. Bahan Bacaan:
1. Bhatt, B.I. dan S.M. Vora. 1984. Stoichiometry. 2nd ed. New Delhi: Tata
Mc Graw Hill Pub.
2. Himmelblau David M. 1992. Basic Principle and Calculation in Chemical
Engineering. 5th ed. New Jersey: Prentice-Hall International.

II. Bacaan Tambahan:


1. Reklaitis, G.V. 1983. Material and Energy Balances. New York: Jhon
Wiley & Sons Pub.

III. Pertanyaan Kunci/Tugas:


1. Jelaskan definisi pereaksi terbatas, pereaksi berlebih, dan konversi reaksi!.
2. Jelaskan perbedaan antara analisis gas hasil pembakaran dan analisis orsat;
basis basah dan basis kering untuk gas!.
3. Tuliskan persamaan untuk menghitung persen kelebihan udara!.
63

IV. Tugas:
Gas H2 dan CO ,yang terbentuk dalam pembakaran batu bara, setelah
dibersihkan direaksikan menjadi metanol menurut reaksi:
CO + 2 H2  CH3OH
CH4 yang terikut dalam umpan tidak ikut bereaksi (inert). Purge dilakukan
untuk mengatur konsentrasi CH4 keluar separator tidak lebih dari 3,2% mol.
Konversi CO dalam reaktor 18% per sekali alir.
Hitunglah jumlah mol recycle, CH3OH, dan purgeper mol umpan, dan hitung
juga komposisi purge!.
Prosesnya seperti pada gambar berikut.

(M)
Feed (F)
reactor Separator CH3OH
67,3% H2 100%
32,5% CO
0,2% CH4 Recycle (R)

x H2O
y CO Purge (P)
z CH4
64

BAB VII
NERACA MASSA

7.1 Pendahuluan
Desain suatu proses dimulai dengan pengembangan dari diagram alir
proses. Untuk pengembangan diagram alir proses, perhitungan neraca massa
sangat dibutuhkan. Neraca massa ini mengikuti hukum kekekalan massa atau the
law of conservation of mass, bahwa massa sebenarnya tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan begitu saja,. Artinya total massa tidak akan berubah selama proses.
Dari hukum kekekalan massa dapat dituliskan persamaan neraca massa suatu proses:

Massa masuk Massa keluar dari Massa terakumulasi

= +
dalam suatu proses suatu proses
(7.1) +
atau:
Input = Output + Accumulation (7.2)
Jika akumulasi nol, misalnya untuk proses yang steady state, persamaan neraca
massa menjadi:
Input = Output (7.3)

Neraca yang biasa dipakai adalah:


 Neraca massa total
 Neraca komponen
 Neraca atom

7.2 Metode Analisis Neraca Massa


Strategi analisis neraca massa yaitu, pertama, bagaimana persamaannya,
dan kedua, bagaimana cara menyelesaikannya. Untuk beberapa tipe problem
metode pendekatan relatif lebih mudah, tetapi untuk problem yang lainnya
mungkin menjadi lebih sulit. Pada dasarnya untuk menyelesaikan problem
destilasi, kristalisasi, evaporasi, pembakaran, pencampuran, absorpsi gas, atau
65

pengeringan tidak berbeda satu sama lainnya, tetapi harus dilihat sudut pandang
bagaimana proses penyelesaian problem tersebut.
Pada analisis neraca massa pertama-tama kita harus menentukan berapa
banyak persamaan neraca massa yang bisa ditulis, apakah melibatkan reaksi kimia
atau tidak, dan buat batasan sistem neraca massa tersebut. Jumlah persamaan tak
bebas dengan jumlah variabel yang tidak diketahui harus sama.

Komposisi:
EtOH ?
W=?
H2O ?
MeOH ?

Komposisi: Komposisi:
F =100 kg P = 60 kg
50% EtOH 80% EtOH
40% H2O 5% H2O
10% MeOH 15% MeOH
Batasan sistem

Gambar 7.1 Skema proses destilasi etanol, komposisi tidak lengkap


Sumber: Himmelblau 1992, hal.118

Dari ilustrasi pada gambar 7.1 bisa dibuat persamaan neraca massa dari
ketiga komponen yang terlibat dalam batasan sistem. Dengan asumsi prosesnya
steady state, maka persamaan (7.3) kita gunakan. Misal digunakan  sebagai
simbol fraksi massa komponen dalam aliran F, W, dan P, maka setiap persamaan
mempunyai bentuk:
I,F F = I,P P + I,W W
Neraca massa komponen:
masuk keluar
EtOH: (0,50)(100) = (0,80)(60) + EtOH,W(W) (7.4a)

H2O: (0,40)(100) = (0,05)(60) + H2O,W(W) (7.4b)


MeOH: (0,10)(100) = (0,15)(60) + MeOH,W(W) (7.4c)
66

Neraca massa total:


masuk keluar

Total: (1,00)(100) = (1,00)(60) + EtOH,W(W) + H2O,W(W) +


MeOH,W(W)
(7.4d)
Jumlah fraksi untuk setiap aliran sama dengan satu:
EtOH,W + H2O,W + MeOH,W = 1 (7.5)
Ada empat persamaan tak bebas yaitu persamaan (7.4a), (7.4b), (7.4c), dan (7.5).
Variabel yang tidak diketahui ada empat yaitu W, EtOH,W , H2O,W, dan MeOH,W.
Problem ini secara spesifikasi bisa diselesaikan karena jumlah persamaan tak
bebas sama dengan jumlah variabel yang tidak diketahui. Caranya substitusi
persamaan (7.5) ke persamaan (7.4d), maka W bisa dihitung. Selanjutnya
masukkan nilai W ke dalam persamaan (7.4a), (7.4b), dan (7.4c), maka akan
diperoleh nilai EtOH,W , H2O,W, dan MeOH,W

Ilustrasi pada gambar 7.2, ada berapa persamaan neraca massa komponen
dapat dibuat? Jawabannya adalah tiga, yaitu:

50 = 0,80P + 0,05W
40 = 0,05P + 0,925W
10 = 0,15P + 0,025W
Jumlah variabel yang tidak diketahui dua yaitu P dan W. Jelas problem ini
overspecified dan tidak mempunyai keunikan, sehingga perlu dikurangi satu
persamaan.
Komposisi:
5.0% EtOH
W=? 92,5% H2O
2,50% MeOH

Komposisi: F = 100 kg P=? Komposisi:


50% EtOH 80% EtOH
40% H2O 5% H2O
10% MeOH 15% MeOH
Batasan sistem

Gambar 7.2 Skema proses destilasi etanol, komposisi lengkap


Sumber: Himmelblau 1992, hal.119
67

F=16lb P=? CO2 = ?


CH4=100% N2 = ?
H2O = ?
O2 = ?
Batasan sistem %mol
O2 21% (64lb)
Udara = 300lb N2 79% (210lb)

Gambar 7.3 Skema proses pembakaran metana


Sumber: Himmelblau 1992, hal.120

Dari gambar 7.3 terlihat jumlah variabel yang tidak diketahui nilainya ada
empat yaitu nCO2, nN2, nH2O, dan nO2, dengan n jumlah mol setiap komponen di P,
sehingga:
P = nCO2 + nN2 + nH2O + nO2
(7.6a)
Neraca komponen dengan basis 16 lb CH4 = 1 lb mol :
300 lb udara 1 lb mol udara
 = 10,35 lb mol udara
29 lb udara
Neraca CH4 masuk udara masuk P keluar
C: 1 = nCO2 (7.6b)
H2 2 = nH2O (7.6c)
O2 10,35(0,21) = 2,17 = 0,5 nCO2 + nH2O + nO2 (7.6d)
N2 10,35(0,79) = 8,17 = nN2 (7.6e)
Persamaan reaksi kimia:
CH4 + 2O2  CO2 + 2H2O
Dengan mengasumsi reaksi pembakaran sempurna, maka nCO2 = 1 dan nH2O = 2,
persamaan neraca komponen menjadi:
C: 1(1,0) = P(xCO2) (7.7a)
H2: 1(2,0) = P(xH2O) (7.7b)
O2: 2,17 = P(0,5xCO2 + xH2O + xO2) (7.7c)
N2 8,17 = P(xN2) (7.7d)
xCO2 + xH2O + xO2 + xN2 =1 (7.7e)
68

Untuk menyelesaikan problem ini, anda bandingkan antara persamaan (7.6a) dan
(7.7e) dan apakah bila persamaan (7.7e) dikalikan dengan P menjadikan Px I =nI?
Silahkan dicoba!.

7.3 Neraca Massa tanpa Reaksi Kimia


Ada tiga cara yang umum digunakan dalam penyelesaian problem neraca
massa tanpa reaksi kimia.
(i) Tie material, yaitu material yang selama proses tidak berubah jumlahnya.
Contoh: dalam proses pemekatan larutan dengan evaporasi, padatan
terlarut jumlahnya tidak berubah selama proses.
(ii) Inert, yaitu komponen atau bahan yang tidak ikut ambil bagian dalam
operasi. Contoh: proses leaching Cu dari bijih logam tidak dipengaruhi
oleh zat pengotor, zat pengotor ini sebagai zat inert. Dalam proses
pembakaran N2 merupakan inert.
(iii) Persamaan simultan. Biasanya ada dua atau lebih komponen yang ada
dalam sistem dan jika semua komponen berpengaruh secara simultan maka
persamaan neraca massa dapat diselesaikan dengan persamaan simultan.

Contoh 7.1: Drying


Pulp basah dengan kandungan air 71%, setelah dilakukan proses pengeringan
dengan dryer diperoleh 60% air yang ada diuapkan. Hitunglah:
(a) komposisi pulp kering
(b) massa air yang diuapkan per kilogram pulp basah

Penyelesaian:
Asumsi proses steady state

W (H2O 100%)

pulp basah: F D pulp kering:


- pulp = 29% - pulp = ? xP,D
- H2O = 71% Dryer - H2O = ?
xH2O,P

batasan sistem
69

Basis: 1 kg pulp basah


H2O yang teruapkan = W = (0,6)(0,71) kg = 0,426 kg
Perlu diingat bahwa: xP,D + xH2O,P = 1
mp,D + mH2O,D = D

Neraca massa komponen dan neraca massa total


Neraca F W D
Pulp 0,29 = 0 + mp,D
H2O 0,71 = 0,426 + mH2O,D
Total 1 = 0,426 + D

Dengan neraca komponen H2O, mH2O dapat dihitung,


0,71 = 0,426 + mH2O
mH2O = 0,71 – 0,426 = 0,284 kg
a) Komposisi pulp kering:
komponen Berat, kg Komposisi, %
Pulp 0,29 50,5
H2 O 0,284 49,5
total 0,574 100,0
b) Massa air yang diuapkan per kg pulp basah = 0,426 kg

Contoh 7.2: Mixing


Suatu tangki berisi asam baterai (air aki) lemah mengandung 12,43% H2SO4. Jika
200 kg larutan 77,77% H2SO4 ditambahkan ke dalam tangki tersebut akan
dihasilkan larutan 18,63% H2SO4. Berapa kg asam baterai yang dihasilkan?
Penyelesaian:
Asam yang ditambahkan 200 kg (A)

H2SO4 77,7%
H2O 22,3%

H2SO4 12,43% H2SO4 18,63%


H2O 87,57% H2O 81,37%
Larutan awal (F) larutan akhir (P)
70

Basis: 200 kg A
Neraca massa komponen dan neraca massa total dalam kg:
Neraca Akumulasi dalam tangki A
Akhir Awal
H2SO4 P(0,1863) - F(0,1243) = 200(0,777)
H2O P(0,8137) - F(0,8757) = 200(0,223)
Total P - F = 200
Dari persamaan neraca massa total diperoleh F = P – 200
Persamaan F ini disubstitusi ke persamaan neraca komponen, maka P bisa
dihitung.
P(0,1863) – (P-200)(0,1243) = 200(0,777)

P = 2110 kg
F = 1910 kg

Contoh 7.3: Kristalisasi


Suatu tangki berisi 10.000 kg larutanjenuh NaHCO3 pada 60oC. Jika diinginkan
500 kg kristal NaHCO3 dari larutan tersebut, pada suhu berapa larutan harus
didinginkan?
Data kelarutan:
Suhu (oC) Kelarutan (g NaHCO3/100 g H2O)
60 16,4
50 14,45
40 12,7
30 11,1
20 9,6
10 8,15
71

Penyelesaian:

Larutan jenuh pada 60oC Larutan jenuh pada T?

NaHCO3 NaHCO3
F P
H2O H2O

NaHCO3 500 kg kristal


(100% NaHCO3)

Komposisi larutan jenuh NaHCO3 pada suhu 60oC:

16,4
NaHCO3 =  = 0,141
16,4 + 100

H2O = 1 - 0,141 = 0,859

Basis: 10.000 kg larutan jenuh NaHCO3 pada suhu 60oC


Neraca massa komponen dan neraca massa total dalam kg:

Akumulasi dalam tangki

Neraca Akhir (P) Awal (F) C


NaHCO3 xNaHCO3P - (0,141)(10.000) = 500
H2O xH2OP - (0,859)(10.000) = 0
Total P - 10.000 = 500
Dari persamaan neraca total diperoleh P = 9500 kg
Substitusi nilai P ke dalam persamaan neraca komponen NaHCO3 akan diperoleh
nilai
xNaHCO3 = 0,096
72

Misal NaHCO3 dalam P = y gram, maka:

yg
0,096 
 y  100 g
y  10,6 g

Dengan cara interpolasi data kelarutan antara suhu 20 dan 30oC akan diperoleh T

10,6 11,1
T C   20  30   30  26,7C
9,6 11,1

7.4 Neraca Massa dengan Reaksi Kimia


Dalam reaktor-reaktor industri hampir tidak pernah menggunakan bahan
yang stoikhiometris. Untuk mencapai reaksi yang sesuai dengan yang diinginkan
biasanya menggunakan bahan atau pereaksi berlebih.
a. Pereaksi terbatas:
Pereaksi terbatas adalah pereaksi yang jumlahnya paling sedikit menurut
stoikhiometri.
Contoh: reaksi antara 1 mol C7H16 dengan 12 mol O2
Reaksi yang terjadi:
C7H16 + 11 mol O2  7 CO2 + 8 H2O

Perbandingan
dalam umpan dalam persamaan kimia

O2 12 11
 =  = 12 >  = 11
C7H16 1 1

C2H16 merupakan perekasi terbatas


73

Contoh lain: 1,1 mol A, 3,2 mol B, dan 2,4 mol C direaksikan dalm suatu reaktor
A + 3 B + 2 C  produk

Perbandingan
dalam umpan dalam persamaan kimia
B 3,2 3
 =  = 2,91 <  = 3
A 1,1 1

C 2,4 2
 =  = 2,18 >  = 2
A 1,1 1
B merupakan pereaksi terbatas relatif terhadap A dan A merupakan pereaksi
terbatas relatif terhadap C, sehingga B adalah pereaksi terbatas pada reaksi
tersebut.
Jika ditulis dengan simbol: B < A, A < C, sehingga B < A < C.

b. Pereaksi berlebih:
Pereaksi berlebih adalah pereaksi yang jumlahnya lebih dari pereaksi
terbatas menurut stoikhiometri.

kelebihan mol
% kelebihan =  x 100
mol yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan pereaksi terbatas

c. Konversi reaksi:
Konversi reaksi adalah fraksi umpan atau komponen dalam umpan yang terkonversi
menjadi produk.

mol komponen yang bereaksi


% konversi =  x 100
mol komponen yang tersedia
74

Penyelesaian neraca massa yang melibatkan reaksi kimia menggunakan


penyelesaian persamaan simultan.

Problem yang melibatkan reaksi pembakaran, ada beberapa istilah yang umum:
a. Gas hasil pembakaran (flue gas atau stack gas) yaitu semua gas hasil dari
pembakaran termasuk uap air, dikenal dengan “basis basah” atau wet basis.
b. Analisis orsat yang dikenal dengan “basis kering” atau dry basis yaitu semua
gas hasil dari pembakaran tidak termasuk uap air.
CO2
CO Basis
kering
O2
bebas Basis kering
Basis basah N2 SO2
SO2
H2O

c. Udara teoritis (oksigen teoritis) yaitu jumlah udara (oksigen) yang dibutuhkan
untuk reaksi pembakaran sempurna.
d. Kelebihan udara (oksigen) yaitu kelebihan jumlah udara (oksigen) dari yang
dibutuhkan untuk pembakaran sempurna.

Perhitungan jumlah kelebihan udara tidak tergantung pada berapa banyak


bahan yang terbakar tetapi apa yang dibakar, misalnya C dibakar sempurna akan
menjadi CO2, tetapi jika reaksi pembakarannya tidak sempurna akan menjadi CO2
dan CO.
Kelebihan udara (oksigen) bisa dihitung dengan rumus:

kelebihan udara kelebihaan O2 /0,21


% kelebihan udara =  x 100 =  x 100
kebutuhan udara kebutuhan O2 /0,21
Atau
O2 masuk proses – kebutuhan O2
% kelebihan udara =  x 100
kebutuhan O2
75

kelebihan O2
% kelebihan udara =  x 100
O2 masuk - kebutuhan O2
O2 masuk proses = kebutuhan O2 untuk pembakaran sempurna + kelebihan O2

Contoh 7.4: Kelebihaan udara


Propana (C3H8) sebanyak 20 lb dibakar dengan 400 lb udara untuk menghasilkan
44 lb CO2 dan 12 lb CO. Berapa % kelebihan udara?
Penyelesaian:
Reaksi:

C3H8 + 5O2  3CO2 + 4H2O


Basis: 20 lb C3H8
Kebutuhan O2:
20 lb C3H8 1 lb mol C3H8 5 lb mol O2
 = 2,27 lb mol O2
44 lb C3H8 1 lb mol C3H8
O2 masuk:
400 lb udara 1 lb mol udara 21 lb mol O2
 = 2,90 lb mol O2
29 lb udara 100 lb mol udara

Persen kelebihan udara:

O2 masuk proses – kebutuhan O2


% kelebihan udara =  x 100
kebutuhan O2

2,90 lb mol O2 – 2,27 lb mol O2


=  x 100 = 28%
2,27 lb mol O2

Contoh 7.5:
Proses pembakaran gas alam (100% CH4) dalam furnace menggunakan udara
berlebih 130%. Bagaimana komposisi gas hasil pembakaran pada basis basah dan
basis kering?
76

Penyelesaian:
Udara berlebih 130%, berarti udara yang digunakan lebih 130% dari yang
dibutuhkan untuk pembakaran sempurna atau udara yang digunakan 230%.

Reaksi yang terjadi:


CH4 + 2O2  CO2 + 2H2O

Gas hasil pembakaran:


furnace
CH4 CO2
100% H2O
O2
N2

Udara (21%O2, 79%N2)


130% berlebih

Basis: 1 mol CH4


Asumsi: reaksi pembakaran berjalan sempurna.
Kebutuhan O2:
2 x 1mol = 2 mol
O2 dari udara = O2 masuk:
(1,00 + 1,30) x 2 mol = 4,6 mol

Neraca elemen disusun sebagai berikut:

Neraca Input Output


CH4 Udara Gas hasil pembakaran
C: 1 nCO2
H2 : 2 nCO2
O2 : 4,60 nO + nCO2+ nH2O
N2 : 17,32 nN2
nCO2, nH2O, dan nN2 dapat dihitung secara langsung, nO dihitung dengan neraca O2.

1mol C in 1 mol CO2 out


Neraca C:  = 1 mol CO2 out
1 mol CH4 in 1 mol C out
77

2 mol H2 in 1 mol H2O out


Neraca H2:  = 1 mol H2O out
1 mol CH4 in 2 mol H2 out

4,6 mol O2 in 0,79 mol N2


Neraca N2:  = 17,32 mol N2 out
0,21 mol O2

Neraca O2: nO2 = 4,6 – 1 – 1 = 2,6 mol O2 out.

Komposisi gas hasil pembakaran basis basah:


Komponen mol %
CO2 1 4,4
H2O 2 8,7
O2 2,6 11,3
N2 17,32 75,6
total 22,92 100,0

Komposisi gas hasil pembakaran basis kering:

Komponen mol %
CO2 1 4,8
O2 2,6 12,4
N2 17,32 82,8
total 20,92 100,0

Contoh 7.6:
Etana awalnya dicampur dengan oksigen untuk menghasilkan gas dengan
komposisi 80% C2H6 dan 20% O2 yang akan dibakar dalam mesin pembakaran
dengan udara berlebih 200%. Delapan puluh persen etana menjadi CO2, 10% CO,
dan 10% tidak terbakar. Hitunglah komposisi gas hasil pembakaran pada basis
basah!.
78

Penyelesaian:

Bahan bakar gas: Gas hasil pembakaran:


Mesin
- 80% C2H6 - CO2
Pembakaran
- 20% O2 - CO
- C2H6
- O2
- N2
Udara - H2O
200% berlebih

Basis: 100 lb mol bahan bakar gas


Reaksi:
C2H6 + 7/2O2  2CO2 + 3H2O
C + 5/2 O2  2CO + 3H2O

O2 untuk pembakaran sempurna:


80 lb mol C2H6 3,5 lb mol O2
 = 280 lb mol O2
1 lb mol C2H6

Kebutuhan O2:
(280 – 20) lb mol = 260 lb mol
O2 masuk dalam udara:
3(260 lb mol) = 780 lb mol
O2 total masuk proses:
(780 + 20) lb mol = 800 lb mol

N2 masuk dalam udara:


780 lb mol O2 79 lb mol N2
 = 2934 lb mol N2
21 lb mol O2
79

Komponen yang dihasilkan dalaam sistem:


80 lb mol C2H6 2 lb mol CO2 0,8
  = 128 lb mol CO2
1 lb mol C2H6
80 lb mol C2H6 3 lb mol H2O 0,8
  = 192 lb mol H2O
1 lb mol C2H6
80 lb mol C2H6 2 lb mol CO 0,1
  = 16 lb mol CO
1 lb mol C2H6
80 lb mol C2H6 3 lb mol H2O 0,1
  = 24 lb mol H2O
1 lb mol C2H6

untuk menghitung O2 sisa dalam gas hasil pembakaran, kita harus menghitung O2
yang bereaksi:
80 lb mol C2H6 3,5 lb mol O2 0,8
  = 224 lb mol O2 (CO2 dan H2O)
1 lb mol C2H6
80 lb mol C2H6 2,5 lb mol O2 0,1
  = 20 lb mol O2 (dalam CO)
1 lb mol C2H6

O2 yang bereaksi = (224 + 20) lb mol = 244 lb mol


Dengan neraca O2 kita akan mendapatkan:
O2 sisa = (800 – 244) lb mol = 556 lb mol O2

H2O yang terbentuk:


192 lb mol + 24 lb mol = 216 lb mol H2O

C2H6 sisa = C2H6 yang tidak terbakar:


0.1 x 80 lb mol = 8 lb mol
80

Neraca komponen:

lb mol
Komponen Bahan udara Gas hasil % dalam gas hasil
bakar pembakaran pembakaran

C2H6 80 - 8 0,21
O2 20 780 556 14,41
N2 - 2934 2934 76,05
CO2 - - 128 3,32
CO - - 16 0,41
H2O - - 216 5,60
total 100 3714 3858 100,00

Contoh 7.7:
Sulfur murni dibakar pada laju alir 1000 kg/jam. Udara disuplai pada 30 oC dan
755 mm Hg. Gas keluar burner pada 800oC dan 760 mm Hg mengandung 16,5%
SO2, 3% O2, dan sisanya N2 dalaam basis bebas SO3.
Hitunglah:
a. fraksi sulfur terbakar menjadi SO3
b. persen kelebihan udara
c. volume udara (m3/jam)
d. volume gas hasil pembakaran

Penyelesaian:

Sulfur: Gas hasil pembakaran:


Burner
1000 kg/jam (800oC, 760 mm Hg
- 16,5% SO2 basis
- 3,0% O2 bebas
- 80,5 % N2 SO3
- SO3
Udara
o
30 C, 755 mm Hg
81

Basis: 100 kg mol gas hasil pembakaran basis bebas SO3


Reaksi yang terjadi :
S + O2  SO2
S + 3/2 O2  SO3
O2 yang dibutuhkan untuk membentuk SO2:
16,5 kg mol SO2 1 kg mol O2
 = 16,5 kg mol O2
1 kg mol SO2
Total O2 masuk burner:
80,5 kg mol N2 21 kg mol O2
 = 21,4 kg mol O2
79 kg mol N2
O2 yang dibutuhkaan untuk membentuk SO3:
(21,4 – 16,5 – 3) = 1,9 kg mol
SO3 yang terbentuk:
1,9 kg mol O2 1 kg mol SO3
 = 1,27 kg mol SO3
1,5 kg mol O2
a). Menghitung fraksi S terbakar menjadi SO3:
Total S terbakar = (16,5 + 1,27) kg at = 17,77 kg at
1,27
Fraksi S menjadi SO3 =  = 0,07
17,77

b). Menghitung % kelebihan udara:

Kebutuhan O2 untuk pembakaran sempurna (semua S terbakar menjadi


SO2):

17,77 kg at S 1 kg mol O2
 = 17,77 kg mol O2
1 kg at S

O2 masuk – kebutuhan O2
% kelebihan udara =  x 100
kebutuhan O2
82

21,4 – 17,77
=  x 100 = 20,4%
17,77
c). Menghitung volume udara yang disuplai ke burner pada 30oC dan 755 mm Hg
1000 kg/jam
S yang dibakar =  = 31,25 kg at/jam
32 kg/kg at
Udara yang disuplai:
31,25 kg at/jam S 21,4 kg mol O2 100 kg mol udara

17,77 kg at S 21 kg mol O2
= 179,2 kg mol/jam udara
Volume udara yang disuplai:
179,2 kg mol/jam udara 22,4 m3 303 K 755 mm Hg

1 kg mol 273 K 760 mm Hg


= 4.425,9 m3 /jam udara
d) Menghitung volumee gas hasil pembakaran pada 800oC dan 760 mm Hg:
Untuk 100 kg mol gas hasil pembakaran basis SO3:
Total gas = (100 + 1,27) = 101,27 kg mol
Untuk 31,25 kg at/jam S yang dibakar:
31,25 kg at/jam S 101,27 kg mol
Total gas =  = 178,1 kg mol/jam
17,77 kg at S
Volume gas hasil pembakaran:
178,1 kg mol/jam gas 22,4 m3 1073 K 760 mm Hg

1 kg mol 273 K 760 mm Hg


3
= 15.680,1 m /jam udara

Contoh 7.8:
Dalam Deacon process untuk memproduksi gas khlor, gas asam khlorida
dioksidasi dengan udara. Reaksi yang terjadi: 4 HCl + O2  2 Cl2 + 2 H2O.
Jika udara yang digunakan berlebih 30% dari teoritis, dan jika reaksi oksidasi
berjalan 80%, hitunglah komposisi gas kering meninggalkan reaktor!.
83

Penyelesaian:

HCl Gas keluar reaktor:


Reaktor
- HCl
- Cl2
- O2
- N2
- H2O
Udara 30% berlebih
Basis: 4 kg mol gas HCl
Reaksi oksidasi yang terjadi:
4 HCl + O2  2 Cl2 + 2 H2O
Kebutuhan O2 untuk reaksi oksidasi sempurna:
4 kg mol HCL 1 kg mol O2
 = 1 kg mol O2
4 kg mol HCl
O2 masuk proses = 1,3 x 1 kg mol = 1,3 kg mol
N2 masuk proses:
1,3 kg mol O2 0,79 kg mol N2
 = 4,89 kg mol N2
0,21 kg mol O2

Neraca mol:

Neraca HCl masuk Udara masuk Gas keluar


Cl2 2 - nHCl + nCl2
H2 2 - nH2O
O2 - 1,3 nH2O + nO2
N2 - 4,89 nN2

Cl2 yang terbentuk:


4 kg mol HCl 2 kg mol Cl2 0,8
 = 1,6 kg mol Cl2
4 kg mol HCl
84

H2O yang terbentuk:


4 kg mol HCl 2 kg mol H2 0,8
 = 1,6 kg mol H2O
4 kg mol HCl
O2 sisa = {1,3 – ½(1,6)} kg mol = 0,5 kg mol
HCl sisa = 0,2 x 4 kg mol = 0,8 kg mol
Komposisi gas kering:

komponen kg mol % mol


HCl 0,8 10,27
Cl2 1,6 20,54
O2 0,5 6,42
N2 4,89 62,77
total 7,79 100,00

7.5 Neraca Massa melibatkan Sistem Recycle, Bypass, dan Purge:


Sistem recycle adalah suatu sistem yang mana sebagian dari produk
dikembalikan ke proses, biasanya bertujuan untuk mendapatkan konversi yang
lebih tinnggi.
Recycle

Fresh feed Product


Process

Mixed feed

Sistem bypass adalah suatu sistem yang mana sebagian dari umpan (feed)
langsung dicampur dengan produk tidak melalui proses, biasanya bertujuan untuk
mengurangi beban proses.
Bypass

Fresh feed Product


Process
85

Sistem purge adalah suatu sistem yang mana sebagian dari recycle
dibuang, tujuannya untuk mengurangi bahan yang keberadaannya pada batas
tertentu akan mengganggu proses.
Recycle
purge

Fresh feed Process Product

Contoh-contoh soal sistem recycle tanpa reaksi kimia.


Contoh 7.8:.
Suatu kolom destilasi memisahkan 10.000 kg/jam campuran 50% benzen –
50% toluen. Produk D dari kondensor dibagian atas kolom mengandung 95%
benzen, produk bawah W mengandung 96% toluen. Aliran uap V masuk ke
kondensor dari bagian atas kolom dengan kecepatan 8000 kg/jam.
Sebagian produk dikembalikan ke kolom sebagai refluks, dan sebagian lagi
diambil sebagai produk D. Dengan asumsi komposisi di V, R, dan D sama,
hitunglah perbandingan antara R terhadap D!.

Penyelesaian:
8000 kg/jam batasan sistem (II)

V D
kondensor - 0,95 Bz
- 0,05 Tol
K
O
L R
O
M
batasan sistem
D
(I)
E
F = 10.000 kg/jam S
T
- 0,5 Bz I
- 0,5 Tol L
A
S
I

W
- 0,04 Bz
- 0,96 Tol
86

Neraca massa total (batasan sistem I):


F = D + W

10.000 = D + W (a)
Neraca komponen benzen:
F (F) = D(D) + W(W)
10.000(0,5) = D(0,95) + W(0,04) (b)
Selesaikan persamaan (a) dan (b) bersamaan, maka diperoleh:
500 = (0,95) (10.000 – W) + 0,04W
W = 4950 kg/jam
D = 5050 kg/jam
Neraca massa di sekitar kondensor (batasan sistem II):
V = D + R
8000 = 5050 + R
R = 2950 kg/jam
R 2950
 =  = 0,58
D 5050

Contoh 7.9:
Suatu bijih logam mengandung 7% tembaga (Cu) akan diekstraksi dengan asam
sulfat. Semua tembaga yang ada dalam bijih dipindahkan ke fase asam, dan
kemudian diekstraksi dengan pelarut organik. Pelarut keluar ekstraktor
mengandung 20% Cu (ini meupakan keseluruhan Cu yang ada). Cu ini kemudian
diambil dari larutannya, sedangkan pelarut organik didaur ulang (recycle) jika zat
pengikut dalam bijih logam keluar proses sebanyak 800 to/hari, berapa pelarut
yang didaur ulang (recycle)?
87

Penyelesaian:
H2SO4

Bijih logam:
Acid Leach Zat pengikut
- 7% Cu
800 ton/hari
- 93% zat
pengikut

Solvent
Asam buangan
Extraction

Recycle
80% solvent
solvent
20% Cu

Copper
recovery

Cu

Zat pengikut masuk = zat pengikut keluar


0,93 F = 800
F = 860,2 ton/hari
Cu = 0,07(860,2) = 60,2 ton/hari
Recycle solvent = (80/20)(60,2)
= 240,8 ton/hari
88

Contoh-contoh soal sistem recycle dengan reaksi kimia.


Contoh 7.10:
Campuran H2 - N2 (3:1) pada umpan unit amonia dipanaskan sampai temperatur
reaksi, kemudian dimasukkan ke fixed bed reactori. Di sini 20% dari pereaksi
terkonversi menjadi amoniak (NH3) per sekali alir. Setelah keluar reaktor,
campuran tersebut didinginkan dan NH3 diambil dengan kondensasi. Campuran
H2 - N2 yang tidak bereaksi di daur ulang dan dicampur dengan umpan segar.
Tentukan produk dan recycle per 100 kg mol/jam umpan segar (fresh feed)!.

Penyelesaian:

recycle

Fresh feed
Heater Reactor Condenser
H2 : N2 =
3 : 1

batasan sistem untuk NH3


neraca massa

Basis:100 kg mol fresh feed


Reaksi: N2 + 3H2  2NH3
Neraca massa total pada steady state:
Fresh feed = produk (NH3)
NH3 yang diproduksi:
100 kg mol feed 2 kg mol NH3
 = 50 kg mol/jam NH3
4 kg mol feed

Neraca NH3: 50 = 0,2(100 + R)(2/4)


R = 400 kg mol/jam
89

Contoh 7.11:
Isomer glukose digunakan sebagai katalis pada pembuatan fruktose dari glukose
dalam fixed bed reactor. Sistem ditunjukkan pada gambar berikut, berapa persen
konversi per sekali alir ketika perbandingan produk terhadap recycle 8,33?.
Reaksi: C6H12O6  C6H12O6
d-glukose d-fruktose
recycle

feed produk
Fixed – Bed Reactor
40% glukose 4% fruktose
dalam air

Penyelesaian:

Basis: F = 100 lb

R,G
R,F
R,W

F = 100 lb F’ P
Reactor
0,40 F,G 1 F”,G 2 P,G
0,60 F,W F’,F P,F
F’,W P,W
1,00
batasan sistem
neraca massa total

Neraca massa total: 100 = P

100
Sehingga: R =  = 12,0 lb
8,33
90

tidak ada air yang terbentuk maupun yang bereaksi


air = 100(0,60) = P(P,W) = 100P,W
P,W = 0,60
Neraca massa di sekitar titik 1:
Total: 100 + 12 = F’ = 112
Glukosa: 100(0,40) + 12((P,G) = 112((F’,G)
Fruktosa: 0 + 12((R,F) = 112(0,04), atau R,F = 0,373
Karena R,G + R,F + R,W = 1, maka:
R,G = 1 – 0,373 – 0,600 = 0,027
Dari neraca massa glukosa:
F’,G = 0,360
Neraca massa di reaktor plus titik 2:
Total: F’ = 12 + 100 = 112
Glukosa: Input – output – consumed = 0
F’F’,G – (R + P) R,G – xF’F’,G = 0
112(0,360) – 112(0,027) – x(112)(0,360) = 0
x = 0,93

Contoh-contoh soal sistem bypass dan purge:


Contoh 7.12:
Suatu prroses pengolahan air dilakukan seperti pada gambar berikut.

bypass = y ?

x
F = 90 m3/jam P
Process
0,02 ppm SiO2 1 2
0,005 ppm SiO2

0,0005 ppm SiO2


91

Penyelesaian:
Misal: bagian yang masuk proses x , dan bypass y.
Neraca massa total:
F = P = 90 m3/jam
Neraca massa di titik 1:
90 = x + y (a)
Neraca massa di tittik 2:
(0,0005)x = (0,02)y + (0,005)P (b)
persamaan (a) dan (b) diselesaikan bersamaan, maka :
(0,0005)(90 – y) = 0,02y + (0,005)(90)
y = 20,77 m3/jam
x = 69,23 m3/jam

Contoh 7.13:
Pada umpan unit amonia, setiap 100 mol H2-N2 (3:1) mengandung 0,31 mol Ar,
dimana secara bertahap akan terakumulasi dalam aliran recycle sehingga
mengganggu jalannya proses. Telah ditentukan bahwa keberadaan Ar dalam
reaktor bisa ditolerir jika tidak lebih dari 4 mol per 100 mol H2-N2.
Jika konversi reaksi per sekali alir 20%, hitunglah recycle, purge, dan produk
setiap 100 mol fresh feed (umpan segar)!.
Penyelesaian:

Recycle

H2, N2, Ar Purge

H2, N2, Ar
Fresh feed
Converter Condenser
H2: 75 mol
N2: 25 mol 1
Ar: 0,31 mol
Mixed feed
NH3
92

Reaksi: N2 + 3 H2  2 NH3 (konversi 20%)


Misal jumlah N2 dalam mixed feed x mol
Neraca mol di converter pada steady state:
Neraca Masuk yang bereaksi Keluar
N2 x 0,2x 0,8x
H2 3x (0,2)(3x) = 0,6x (0,8)(3x) = 2,4x
Ar (0,04)(4x) = 0,16x - 0,16x
NH3 - - (2/4)(0,2)(4x) = 0,4x
Misal bagian purge f, sehingga recycle (1 – f)
Neraca mol di titik 1:
N2: 25 + (1 – f)(0,8x) = x (a)
H2: 75 + (1 – f)(2,4x) = 3x (b)
Ar: 0,31 + (1 – f)(0,16x) = 0,16x (c)
Ketiga persamaan tersebut dikerjakan secara bersama, maka akan diperoleh:
x = 117,25 mol
f = 0,0165
sehingga NH3 yang dihasilkan = (0,4)(117,25) = 416,9 mol.

Soal latihan
1. Suatu evaporator digunakan untuk memekatkan larutan 4% NaOH. Larutan
yang telah dipekatkan mengandung 25% NaOH. Hitunglah jumlah air yang
diuapkan per 100 kg umpan.
84 kg
2. Suspensi dengan kandungan 25% berat padatan diumpankan ke filter. Filter
cake mengandung 90% padatan dan filtratnya mengandung 1% padatan.
a. Buatlah neraca massa jika laju alir umpan 2000 kg/jam!
b. Dengan laju alir tersebut, berapa laju alir filtrat dan cake (kg/jam)?
b) laju alir filtrat = 1460,7 kg/jam, filter cake = 539,3 kg/jam
3. Larutan etanol 35% didestilasi dengan kolom destilasi, hasil atas (destilat)
mengandung etanol 85% dan hasil bawah mengandung etanol 5%. Hitunglah:
93

a. kg destilat per kg umpan


b. kg destilat per kg hasil bawah
a) 0,375 kg, b) 0,6 kg
4. Asam buangan dalam proses nitrasi berisi 23% HNO3, 57% H2SO4, dan 20%
H2O (persen berat). Asam tersebut akan dipekatkan sehingga diperoleh hasil
dengan komposisi 27% HNO3, 60% H2SO4, dan 13% H2O dengan jalan
menambahkan asam sufat 97% dan asam nitrat 90%. Berapa kg masing-
masing asam harus ditambahkan untuk memperoleh 1000 kg hasil?.
519,35 kg asam buangan, 313,37 kg asam sulfat, 167,28 kg asam nitrat
5. Karbon murni dibakar dengan oksigen. Analisis gas hasil pembakaran: 75%
CO2, 14% CO, 11% O2 (%mol). Berapa persen kelebihan oksigen?
4,5%
6. Bagaimana komposisi gas yang dihasilkan oleh pembakaran pirit murni (FeS 2)
dengan udara berlebih 60%.

Asumsikan bahwa reaksi yang terjadi sebagai berikut:


4 FeS2 + 11 O2  2 Fe2O3 + 8 SO2
9,90% SO2, 8,17% O2, 81,93% N2.
7. Analisis sintesa gas: 6,4% CO2, 0,2% O2, 40% CO, 50,8% H2, dan sisanya N2,
gas tersebut dibakar dengan udara 40% berlebih. Tentukan komposisi gas hasil
pembakaran!.
13% CO2, 14,3% H2O, 67,6% N2, 5,1% O2.
8 Larutan NaOH 24%, yang dibutuhkan dalam indusstri tekstil, dibuat dengan
melarutkaan NaOH padat dengan air. Untuk mengurangi panas yang
ditimbulkan oleh pelarutan NaOH, maka proses pembuatan dilakukan dua
tahap.
Pertama, NaOH padat dilarutkan dengan air dalam tangki pelarutan hingga
diperoleh larutan NaOH 50%. Setelah pelarutan sempurna dan dingin, larutan
ini diencerkan denngan air dalam tangki pengenceran hingga diperoleh larutan
NaOH 24%.
94

Bypass (y)

NaOH padat

Air x
Tangki Larutan Tangki Larutan
pelarutan pengenceran
NaOH 50% NaOH 24%

Asumsi tidak ada penguapan, berapa perbandingan atara x terhadap y?.


0,462
9. Gula murni (sukrosa) dapat diubah menjadi glukosa dan fruktosa dengan
proses inversi.
C12H22O11 + H2O  C6H12O6 + C6H12O6
d-Glukosa d-Fruktosa

Gabungan glukosa/fruktosa disebut dengan gula invers. Jika konversi 90% per
sekali alir, berapa aliran recycle per 100 lb laruta sukrosa masuk proses seperti
yang digambarkan di bawah?. Berapa konsentrasi gula invers (I) dalam
recycle?.

Konsentrasi komponen dalam recycle dan produk sama.

Recycle

Feed produk
Reaktor Separator
Sukrosa30% 50%
Air 70% gula invers
R = 20,9 lb, I,R = I,RP = 0,279
95

SESI / PERKULIAHAN KE : 13 - 16

TIK : Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat :


1. Menghitung perubahan entalpi (dan energi internal) dari persamaan
kapasitas panas, grafik dan gambar, tabel, dengan diberikan
keadaan awal dan akhir.
2. Memilih sistem yang sesuai untuk memecahkan masalah, baik
tertutup maupun terbuka untuk keadaan steady state, dan
menetapkan batasan sistem.
3. Menggunakan prinsip neraca massa dan energi secara sistematis
dalam perhitungan proses kimia.

Pokok Bahasan : Neraca Energi

Deskripsi Singkat :
Dalam pertemuan ini mahasiswa akan mempelajari perubahan entalpi
reaksi kimia dan fase transisi, prinsip neraca energi, dan perhitungan secara
simultan neraca massa dan energi dalam suatu proses kimia.

Bahan Bacaan :

1. Bhatt, B.I, 1984, Stoichiometry , 2nd ed, New Delhi; mc.graw Hill Pub.

2. Himmelblan, David M, 1992, Basic Principles and Calculation ini Chemical Engineering ,

5th ed, New Yersey; Prentice. Hall International.


96

BAB VIII

NERACA ENERGI

8.1. Pendahuluan
Bab ini akan membahas topik yang berkaitan dengan neraca energi
(energi balance). Untuk memberikan konversi dari sumber daya menjadi
energi yang dapat diterima secara umum, efektif dan juga ekonomis dan
untuk menggunakan energi yang dihasilkan dengan benar, harus memahami
prinsip dasar yang mendasari generasi, penggunaan, dan transformasi energi
dalam bentuknya yang berbeda-beda. Penggunaan neraca energi, harus
dinyatakan sebagai persamaan. Setiap istilah dari neraca (kesetimbangan)
energi harus ditulis dalam simbol matematis sehingga dapat
menyederhanakan persamaan tersebut dengan tepat, dan kemudian dapat
diselesaikan.

Neraca energi adalah prinsip fisis yang sangat mendasar bahwa kita
menciptakan golongan-golongan energi baru untuk memastikan bahwa
persamaan tersebut benar-benar seimbang. Persamaan (8.1. seperti yang
ditulis di bawah ini adalah generalisasi dari banyak hasil percobaan pada
kasus-kasus yang relatif sederhana.Konsep neraca energi yang makroskopik
mirip dengan konsep neraca energi mikroskopik.

Akumulasi Perpindahan energi Perpindahan energi


energi dalam ke dalam sistem ke luar dari sistem
sistem = melalui batasan - melalui batasan
sistem sistem

Generasi energi Konsumsi


+ dalam sistem - Energi .. (8.1)
Dalam sistem
97

8.2. Jenis-jenis Energi


“Energi kinetik” (kinetic energi) adalah energi yang dimiliki oleh
suatu sistem karena kecepatannya relatif terhadap sekitarnya. Energi kinetik
dapat dihitung dari hubungan:
Ek = 1
2
Mv 2 …… (8.2)

Atau
Ek = 1
2
v2 …… (8.3)

Dimana : M = massa V = kecepatan


Persamaan (8.2, adalah menunjukkan energi persatuan massa, bukan energi
kinetik total (Pers. 8.1).

Contoh 8.1.
Air di pompa dari sebuah tangki penyimpanan melalui pipa berdiameter
dalam 3,0 cm. Pada laju 0,001 m3 /det. Hitung energi kinetik spesifik
(persatuan massa)

Penyelesaian:
Basis : 0,001 m3 /det air.
Asumsi bahwa :  = 1000 kg/m3

Jari-jari pipa (r) = 1 (3,0 cm)  1,5 cm  0,015 m


2
3
V = 0,01 m / det
 (0,015 m)2

= 1,415 m/det

Ek = 1 V 2
2

 


1N 

  
   1 (kg ) (m)   1 J 
=  1  (1,415 m / det) 2





 
2
  
 det 2 



1 Nm 
 
 
 

= 1,0 J/kg
98

“Energi potensial” (potential energy) adalah energi yang dimiliki oleh


suatu sistem karena gaya yang didesakkan pada massanya oleh medan
gravitasi atau eleketromagnetik relatif terhadap permukaan referensi.
Energi potensial untuk medan gravitasi dapat dihitung dengan persamaan:
Ep = m.g.h ….. (8.4)
Atau energi potensial persatuan massa:
Ep = g.h ….. (8.5)
Dimana:
Ep = Energi potensial
g = Gravitasi
h = Ketinggian benda atau jarak dari permukaan referensi

Contoh 8.2.
Air dipompa dari sebuah reservoir ke tangki lainnya sejauh 300 ft.
Permukaan air dalam tangki adalah 40 ft, di atas permukaan air dari
reservoir pertama. Hitung kenaikan energi potensial spesifik (persatuan
massa) dari air tersebut dalam BTU/Lbm

Penyelesaian:

40 ft

300 ft

Misalkan permukaan air dalam reservoir pertama adalah permukaan


referensi, maka h = 40 ft
Ep = gh
 
 
 
 
 1 BTU 
= (32,2 ft/det2) (40 ft) 


1 


 778,2 ft lbf 
 32,2 lbm ft   
 


lbf det 2 

= 0,0514 BTU/lbm
99

“Energi dalam” (internal energi) adalah pengukuran makroskopik dari


energi molekuler, atomic, dan subatomic, yang semuanya mengikuti
kaidah konservasi makroskopik tertentu. Karena tidak ada peralatan untuk
mengukur energi dalam secara langsung pada skala makroskopik, energi
dalam harus dihitung dari variabel tertentu lainnya yang dapat diukur
secara makroskopik, seperti tekanan, volume, suhu, dan komposisi.
Jika energi dalam (U) adalah fungsi dari suhu (T) dan volume (V):
U = Uf (T, V)
Dengan mengambil turunan total:

 dU   dU 
dU =   dt    dv …..
 dT  v  dv  T

(8.6)

Berdasarkan definisi (dU/dT), adalah kapasitas panas pada volume


konstan, yang diberi simbol khusus Cv, dan suku (dU/dV)T sangat kecil.
Sehingga suku kedua pada ruas kanan dari persamaan (8.5 tersebut dapat
diabaikan. Maka perubahan energi dalam (U) dapat dihitung dengan
mengintegralkan persamaan (8.5).
T
2
U = U2 – U1 =  CvdT …… (8.7)
T
1

dimana :
U1 = perubahan energi dalam awal
U2 = perubahan energi dalam akhir
T1 = Suhu awal
T2 = Suhu akhir
Cv = kapasitas panas pada volume konstan
“Entalpi” (entalphy) : variabel ini didefinisikan sebagai kombinasi dari dua
variabel yang sering digunakan dalam neraca energi.
H = U + PV …… (8.8)
100

dimana :
H = entalpi
U = energi dalam
P = tekanan
V = volume
Menghitung entalpi persatuan massa, dapat digunakan sifat bahwa entalpi
adalah juga sebuah differensial yang pasti. Untuk unsur murni, entalpi
untuk fase tunggal dapat dinyatakan dari segi suku dan tekanan:
H = H (T, P)
dengan mengambil turunan total dari H, didapat persamaan:

 dH   dH 
dH =   dt     dp ….
 dT  P  dp T
(8.9)
 dH 
Berdasarkan definisi   adalah kapasitas panas (Cp) pada tekanan
 dT  P
 
 
konstan. Untuk  dH  sangat kecil pada tekanan sedang, sehingga suku
 dp 
 T

ke dua pada ruas akan persamaan (8.8) dapat diabaikan. Perubahan entalpi
(H) dapat dihitung dengan mengintegralkan persamaan (8.8, sehingga
didapat:

T2

 H = H2 - H1 =  Cpdt ……… (8.10)


T1

Proses-proses yang beroperasi pada tekanan tinggi, suku kedua pada ruas
kanan persamaan (8.8 tersebut tidak dapat begitu saja diabaikan, tetapi
harus dievaluasi dari data percobaan. Seperti halnya energi dalam, entalpi
tidak mempunyai nilai absolut, hanya perubahan entalpi yang dapat
dihitung. Dalam menghitung perubahan entalpi, kondisi referensi
(standar) dapat dilihat yang berikut ini:
Keadaan awal sistem : entalpi = H1 - Href
Keadaan akhir sistem : entalpi = H2 - Href
101

Maka perubahan entalpi :


(H2 - Href) - (H1 - Href) = H2 - H1

“Kerja”(work) : adalah suatu bentuk energi yang menunjukkan


perpindahan (transfer) antara sistem dan sekitarnya. Kerja tidak dapat
disimpan. Kerja positif jika dikerjakan pada sistem. Untuk terjadinya
kerja karena gaya mekanis batasan dalam suatu sistem harus bergerak.
2
W =  F.ds ………… (8.11)
1

dimana :
W = Kerja
F = Gaya eksternal dalam arah S
S = Jarak
1 = Keadaan awal
2 = Keadaan akhir
Kerja disebut juga fungsi lintasan (fath function) dan nilai W tergantung
pada keadaan awal dan keadaan akhir dari sistem.

Contoh : 8.3.
Andaikan suatu gas ideal pada 300 K dan 200 kPa berada dalam
sebuah silinder yang ditutup oleh sebuah piston tanpa gesekan,
dan gas tersebut menekan piston secara perlahan sehingga volume
gas mengembang dari 0,1 menjadi 0,2 m3. Hitung kerja yang
dilakukan oleh gas pada piston (satu-satunya bagian dari batasan
yang bergerak) jika dua lintasan yang berbeda digunakan untuk
pindah dari keadaan awal ke keadaan akhir.
Lintasan A : Pengembangan terjadi pada tekanan konstan (P =
200 kPa)
102

Lintasan B : Pengembangan terjadi pada suhu konstan (T = 300


K)

Gambar 8.1a

Penyelesaian :
Kerja mekanis yang dikerjakan oleh sistem pada piston adalah:
V
2F 2
W = -  . A ds    p dV
1A V
1
(Catatan : kerja yang dilakukan oleh sistem adalah negatif)

Lintasan (Path) A:

2
W    dV   p ( V  V )
2 1
1
 N   3 
1 2  1 
= - (200 x 10 Pa)  m
3  (0,1 m 3 )  m 
 1 Pa  1 N 
   
   
= -20 kJ

Lintasan (Path) B
V 
V2
nRT
W = - 
V1 V
dv   nR ln  2
 V1


103

 1   kg mol k 
n = - (200 kPa) (0,1 m3)    3 

 300 k   8,314 ( kPa ( m ) 
= 0,00802 kg mol
 8,314 kJ 
W = - (0,00802 kg mol)   300 K  (ln 2)
 ( kg ) ( mol ) ( K ) 
= - 20 ln 2
= -13,86 kJ

Gambar : 8.1b. Kedua integral tersebut sebagai luas dalam bidang p – v

“Panas” (heat):biasanya didefinisikan sebagai bagian dari aliran energi


total yang mengalir melintasi batasan sistem yang disebabkan oleh
perbedaan suhu antara sistem dan sekitarnya. Panas (kalor) positif jika
dipindahkan ke sistem. Panas dapat dipindahkan dengan konduksi,
konveksi dan radiasi. Panas seperti halnya kerja adalah fungsi lintasan.
Rumus empiris untuk menaksir perpindahan panas:
Q = UA  T ………. (8.12)
Dimana :
Q = Laju perpindahan panas
U = Koefisien, empiris (dari data)
A = Luas penampang lintasan
T = Perubahan suhu antara sistem dan sekitarnya
104

8.3. Perubahan Entalpi dan Fase Transisi


Bagian ini akan menjelaskan bagaimana mencari dan/atau menghitung
perubahan entalpi untuk digunakan dalam neraca energi.
Fase transisi (phase transition) terjadi dari fase padat ke cari dan fase
cair ke gas, dan sebaliknya. Selama transisi ini, terjadi perubahan besar
dalam nilai entalpi untuk suatu unsur yang harus dihitung dengan akurat
(juga disebut perubahan panas laten (latent heat). Untuk fase tunggal
(murni) entalpi bervariasi sebagai fungsi dari suhu, seperti yang
digambarkan dalam gambar 8.2. Perubahan entalpi yang terjadi dalam fase
tunggal sering disebut perubahan panas sensible (sensible heat).
Perubahan entalpi untuk fase transisi diistilahkan panas peleburan
(heat of fusion) untuk pelelehan, dan panas penguapan (heat of vaporization)
untuk penguapan. Panas pengembunan (heat of condersation) adalah
negatif dari panas penguapan, dan panas penyubliman (heat of sublimation)
adalah perubahan entalpi dari padat langsung ke uap.

Gambar 8.2. Perubahan entalpi untuk unsur tunggal (murni) sebagai


fungsi dari suhu. Garis vertikal menunjukkan “perubahan
laten” yang terjadi selama fase transisi.
105

“Kapasitas panas””

Entalpi untuk suatu unsur dalam fase tunggal (tidak untuk fase
transisi) dapat dihitung menggunakan kapasitas panas (heat capacity) dari
persamaan:
T2

H =  Cp dt
T1

Kapasitas panas (Cp) adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk


menaikkan suhu suatu unsur sebesar satu derajat, energi yang mungkin
diberikan oleh perpindahan panas dalam proses khusus tertentu, tetapi
dapat juga diberikan dengan cara lain. Dalam topik ini hanya dibahas Cp
(kapasitas panas pada tekanan konstan), karena Cv (pasitas panas pada
volume konstan) jarang digunakan. Dari definisi kapasitas panas maka
satuannya adalah (energi)/ (massa atau mol) (perbedaan suhu).
Campuran gas ideal, kapasitas panas (permol) campuran adalah rata-
rata berbobot mol dari kapasitas panas komponen-komponennya.
n

Cp rata-rata =  xiCpi
i  1
……..(8.13)

Dimana :
Cpi = kapasitas panas komponen I
Xi = fraksi massa atau mol komponen i
n = jumlah komponen
Campuran non ideal, khususnya cairan, harus merujuk pada data
percobaan. Kebanyakan persamaan untuk kapasitas panas padatan, cairan,
dan gas adalah empiris. Kapasitas panas biasanya dinyatakan pada tekanan
konstan (Cp) sebagai fungsi suhu dalam suatu deret pangkat, dengan
konstanta a, b, c dan seterusnya.
Cp = a + bT + cT2 .….(8.14)
Menghitung perubahan entalpi persatuan mol atau massa dengan
mengintegralkan persamaan kapasitas panas dari segi suhu, di dapat:
106

T2

H =  (a 
T1
bT  cT 2 )

b c
(T2  T1 )  (T2 3  T1 )
2 2 3
= a (T2 - T1) +
2 3
…(8.15)

Contoh: 8.4
Studi kelayakan ekonomi menunjukkan bahwa sampah padat
perkotaan dapat dibakar menjadi gas dengan komposisi sebagai berikut
(pada basis kering)
CO2 = 9,2%
CO = 1,5%
O2 = 7,3 %
N2 = 82,0%
100,0%
Hitung perbedaan entalpi (menggunakan persamaan kapasitas panas) per
mol antara bagian atas bawah cerobong, jika suhu bagian bawah
cerobong adalah 550 F dan suhu bagian atasnya 200oF uap air dalam
o

gas, dan efek energi yang dihasilkan dari pencampuran komponen-


komponen gas tersebut diabaikan.

Penyelesaian:
Persamaan kapasitas panas (T dalam oF, Cp = BTU/lb mol oF)
(data dari tabel lampiran)
N2 = Cp = 6,895 + 0,7624 x 10-3T – 0,7009 x 10-7 T2
O2 = Cp = 7,104 + 0,7851 + 10-3T – 0,5528 x 10-7T2
CO2 = Cp = 8,448+5,757 x 10-3T – 21,59 x 10-7T2 + 3,059 x 10-10T3
CO = Cp = 6,865 + 0,8024 x 10-3T – 0,7367 x 10-7 T2

Basis : 1 lb mol gas


Dengan mengalikan persamaan-persamaan di atas dengan masing-masing
fraksi mol dari tiap komponen, dan menjumlahkan semuanya bersama-
107

sama, maka dapat menghemat waktu untuk pengitegralan, tetapi


persamaan-persamaan tersebut dapat diintegralkan secara terpisah.
N2 = 0,82 (6,895 + 0,7624 x 10-3T – 0,7009 x 10-7 T2)
O2 = 0,073 (7,104 + 0,7851 x 10-3T – 0,5528 x 10-7T2)
CO2 = 0,092 (8,448 + 5,757 x 10-3T2 – 21,59 x10-7T2 x 3,059 x 10-
10 3
T)
CO = 0,015 (6,865 + 0,8024 x 10-3T – 0,7367 x 10-7 T2)
Sehingga:
Cp = 7,053 + 1,2242 x 10-3 T – 2,6124 x 10-7 T2 + 0,2814 x 10-10 T3)
200

H =  (7,053  1,2242 x 10  3 T  2,6124 x 10  7 T 2  0,2814 x 10 10 T 3 ) dt


550

1,2242 x 10 3
= 7,053 [{200 – 550)]+ [( 200) 2  (550) 2 ]
2
2,6124 x 10 7 0,2814 x 10 10
- [( 200) 3  (500) 3 ]  [( 200) 4  (550) 4 ]
3 4
= - 2468,6 - 160,7 + 13,8 - 0,633
H = - 2616 BTU/lb mol gas

Contoh 8.5
Hitung perubahan entalpi 1 kg mol gas N2 yang dipanaskan pada
tekanan konstan 100 kPa dari 18oC C ke 1100oC (gunakan nilai-nilai
entalpi pada tabel).
Penyelesaian:
Karena 100 kPa pada dasarnya 1 atm, maka dari tabel sifat-sifat fisis zat
organik dan anorganik dapat dipakai untuk menghitung perubahan entalpi
tersebut (yang digunakan hanya tabel entalpi nitrogen dan beberapa
oksidanya).
Pada 1100oC (1373K) : H = 34,715 kJ/kg mol (dengan interpolasi)
Pada 18oC (291 K) : H = 524 kJ/kg mol
H = 34,715 – 524 = 34.191 kJ/kg mol
108

Contoh 8.6
Hitung perubahan entalpi (H), volume spesifik (V), dan perubahan suhu
(T) untuk 1 lb uap jenuh n-butana berubah dari 2 atm menjadi 20 atm
(jenuh).
Penyelesaian:
Gunakan grafik tekanan entalpi untuk butana; di dapat data-data:
H (BTU/lb) V (ft3/lb) T (oF)

Uap jenuh pada 2 atm 179 3,0 72

Uap jenuh pada 20 atm 233 0,3 239

Sehingga:
H = 233 – 179 = 54 BTU/lb
V = 3,0 – 0,3 = 2,7 ft3/lb
T = 239 – 72 = 167oF

8.4. Penerapan neraca energi tanpa terjadi reaksi kimia


Beberapa proses khusus yang berhubungan dengan masalah neraca
energi:
(1) Isotermal (isothermal) (dT = 0) : proses berlangsung pada suhu konstan
(2) Isobarik (isobaric) (dP = 0) : proses berlangsung pada tekanan konstan
(3) Isometrik (isometric) atau isovolume (dV = 0) : proses berlangsung
pada volume konstan.
(4) Adiabatik (adiabatic) (dQ = 0); tidak ada perpindahan panas antara
sistem dan lingkungan (sistem terisolasi). Keadaan dimana sebuah
proses dapat disebut adiabatic salah satu dari yang berikut ini sangat
mungkin terjadi:
(a) Sistem tersebut diisolasi
(b) Panas (Q) sangat kecil dalam persamaan energi dan mungkin
diabaikan
109

(c) Proses terjadi dengan sangat cepat sehingga tidak ada waktu
terjadi perpindahan panas.

Langkah-langkah atau strategi untuk menganalisis masalah neraca


energi sama halnya untuk penyelesaian masalah neraca massa. Adapun
langkah-langkah atau strategi untuk menganalisis masalah tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Membaca masalah dan menjelaskan apa yang akan dikerjakan
2. Menggambar sketsa proses (blok diagram), mendefinisikan sistem dengan
batas.
3. Memberi simbol aliran dari setiap arus dan komposisi yang berhubungan
dan informasi lain yang tidak diketahui
4. Menulis semua nilai komposisi dan aliran arus yang diketahui pada
gambar didekat setiap aliran, menghitung komposisi dan aliran tambahan
dari data yang diberikan jika perlu.
5. Memilih sebuah basis
6. Membuat sebuah daftar menurut simbol untuk setiap nilai yang tidak
diketahui dari aliran arus dan komposisi.
7. Menulis nama-nama dari kumpulan kesetimbangan (neraca) yang tepat
yang akan diselesaikan, tulis masing-masing kesetimbangan dengan jenis
kesetimbangan tertulis didekatnya. Jangan lupa kesetimbangan implisit
untuk fraksi massa atau mol.
8. Menghitung jumlah kesetimbangan independen yang dapat ditulis,
pastikan bahwa sebuah pemecahan mungkin dilakukan jika tidak, cari
informasi selanjutnya atau periksa kembali asumsi-asumsi.
9. Menyelesaikan persamaan-persamaan tersebut. Setiap perhitungan harus
dibuat pada basis yang konsisten.
10. Memeriksa jawaban-jawaban yang telah didapat apakah jawaban itu
masuk akal. Masukkan jawaban tersebut dalam persamaan kesetimbangan
total, apakah hasil dari persamaan tersebut dipenuhi?
110

Sistem yang digunakan untuk mengamati beberapa penerapan neraca


energi, pertama sistem tertutup dan kedua sistem terbuka. Sistem tertutup
dimana tidak ada massa yang mengalir masuk dan ke luar dari sistem,
sedangkan sistem terbuka terdapat massa mengalir masuk dan ke luar dari
sistem.

Contoh 8.7 (Sistem Tertutup)


Gas argon dalam wadah terisolasi, volume 2 liter akan dipanaskan
dengan pemanas tahanan elektris. Pada kondisi awal gas ideal pada tekanan
1,5 Pa dan 300 K. Pemanas 1000 ohm menarik arus pada 40 V selama 5
menit (yaitu 480 joule kerja oleh lingkungan). Berapa suhu dan tekanan gas
akhir pada ekuilibrium? Massa pemanas 12 g dan kapasitas panasnya 0,35
J/gK. Asumsi bahwa perpindahan panas ke wadah tersebut dari gas pada
tekanan rendah dan dalam jangka waktu yang pendek dapat diabaikan.

Penyelesaian:
Dalam sistem tidak ada terjadi perpindahan massa, dan tidak terjadi reaksi
kimia.
Energi total = energi dalam + energi potential + energi kinetik
= panas + kerja
E = U + Ep + Ek = Q + W
Pada sistem tersebut : Ek = Ep = O
Q = O
W = 480 J (kerja dikerjakan pada sistem) dalam 5 menit
Basis : 5 menit
Untuk gas ideal : pV = nRT
pV
n =
RT
 10 3 m 3   1 (g mol ) K   1 
n = (1,5 Pa) (2 l) (    3 
  
 1l   8,314 ( Pa ) ( m )   300 K 
-6
= 1,203 x 10 gmol
111

Massa pemanas dan kapasitas panas gas (Cv):


5
Cv = Cp - R, karena Cp = R , maka :
2
5 3
Cv = R  R  R
2 2
Asumsikan bahwa kapasitas panas alat pemanas yang diberikan adalah
Cv juga
T

 U = n n  Cv dt  n Cv (T  300)
300

U = Q + W = O + W
U = W
U = 480 J = (12) (0,35) (T – 300) + (2,302 x 10-6) (3/2) (8,314) (T-300)
pemanas gas
Sehingga: T = 414,3 K
Tekanan akhir
P2 V2 n 2 RT 2

P1 V1 n 1 RT1

T   414,3 
P2 = P1  2   1,5    2,07 Pa
 T1   300 

Contoh 8.8 (Sistem terbuka)


Air di pompa dari dasar sebuah sumur dengan kedalaman 15 ft pada
laju 200 gal/jam, ke dalam sebuah tangki penyimpanan, permukaan air
dalam tangki pada 165 ft di atas permukaan tanah. Untuk mencegah
pembekuan di musim dingin, sebuah pemanas kecil memasok 30.000
BTU/jam ke dalam air selama perpindahannya dari sumur ke tangki. Panas
hilang dari sistem ke seluruhannnya pada laju konstan sebesar 25.000
BTU/Jam. Hitung suhu air ketika air tersebut masuk ke tangki
penyimpanan, dengan asumsi suhu air sumur 35oF. sebuah pompa dengan
daya 2 hp digunakan untuk memompa air tersebut. Sekitar 55% dari daya
112

tersebut berubah menjadi kerja pemompaan dan sisanya hilang sebagai


panas ke atmosfer.

Penyelesaian
Misalkan sistem terdiri dari saluran masuk
sumur, pipa pompa, dan saluran ke luar
pada tangki prnyimpanan. Asumsi proses
tersebut steady state (tunak) dengan massa
secara kontinyu masuk dan ke luar dari
sistem.
Basis : 1 jam operasi
Gambar 8.3

Massa masuk 200 gal dan ke luar 200 gal dalam 1 jam operasi
Neraca energi:
E = Q + W -  [(H + Ek + Ep) m]
Persamaan tersebut dapat disederhanakan:
1. Proses dalam keadaan steady, sehingga E = 0
2. m = m1 = m2
3. Ek = 0, karena V1 = V2 = 0
Maka :
O = Q + W -  [(H + Ep) m]
Nilai  H pada bagian puncak tangki tidak diketahui, tetapi dapat dihitung
dari kesetimbangan energi.
T2

H = M  Cp dt  mCp
35 o F
(T2  35)

Jika Cp diasumsikan konstan, maka masalah ini mempunyai satu


pemecahan yang unik.
113

Massa air total yang dipompa:

 gal   8,333 lb 
 200     1,666 lb / jam
 hal   1 gal 

Perubahan energi potensial:


 Ep = mgh
 
   1 BTU 
1
 Ep = (1666 lbm) (32,2 ft/det2) (180 ft)    
 32,2 ft lbm   778 ft lbf 
 
 det 2 lbf 
 Ep = 385,5 BTU
Panas yang dihilangkan oleh sistem adalah 25.000 BTU, sedangkan
pemanas, memasok 30.000 BTU ke dalam sistem, maka perubahan
panas:
Q = 30.000 – 25.000 = 5.000 BTU
Laju kerja yang dikerjakan pada air oleh pompa:
 33.00 ft lb   60 menit   1 BTU 
W = (2 hp) 0,55)      
 ( menit ) ( hp )   1 jam   778 ft lb 
= 2800 BTU/jam.
 dapat di hitung dari : Q + W =  + Ep
5000 + 2800 = H + 386
H = 7414 BTU.
Karena kisaran suhu diperkirakan kecil, kapasitas air cair dapat
diasumsikan konstan = 1,0 BTU / lboF, jadi :
7414 = H = mCpT
= 1666 (1,0) (T)
T = 4,5 oF (kenaikan suhu)
maka T = 39,5 oF.
114

8.5. Neraca Energi yang memperhitungkan reaksi kimia


Perpindahan panas yang diamati yang terjadi dalam sistemtertutup
(dengan kerja nol) sebagai akibat dari suatu reaksi menunjukkan energi
yang berkaitan dengan penyusunan kembali ikatan-ikatan yang menyatukan
atom-atom dari molekul-molekul yang bereaksi. Untuk reaksi eksotermik
(exothermic reaction), energi lebih kecil dari pada yang dibutuhkan untuk
menyatukan reaktan, sedangkan reaksi endotermik (endothermic reaction)
adalah sebaliknya.
Berikut ini akan dibahas secara spesifik penggunaan panas
(kalor) pembentukan dalam neraca energi untuk menjawab pertanyaan
seperti:
(1) Berapa suhu dari suatu arus masuk atau ke luar?
(2) Berapa banyak massa yang harus dimasukkan ke dalam suatu arus
masuk untuk menyediakan sejumlah tertentu perpindahan panas?

Gambar : 8.3 Proses dengan reaksi kimia

Proses yang digambarkan dalam gambar 8.3, reaksinya adalah:


aA + bB  cC + dD

Jumlah nonstoikiometri dari reaktan dan produk, masing-masing memasuki


dan meninggalkan sistem tersebut. Pada suhu yang berbeda. Dalam
penyelesaian masalah harus selalu pertama-tama memilih keadaan referensi
untuk entalpi yang pada keadaan ini panas pembentukan diketahui, yaitu
25oC dan 1 atm. Jika tidak ada reaksi yang terjadi, keadaan referensi dapat
berupa keadaan arus masuk atau arus ke luar.
Entalpi dari tiap arus (stream) yang masuk dan ke luar dihitung relatif
terhadap keadaan referensi yang dipilih, dan meliputi :
115

(1) Panas pembentukan standar dari komponen-komponennya


(2) Panas sensible dari komponen-komponen tersebut
(3) Perubahan fase dari komponen-komponen itu

Entalpi adalah fungsi keadaan, maka dapat dipilih lintasan apapun yang
diinginkan untuk melaksanakan perhitungan perubahan entalpi keseluruhan
dalam suatu proses selama mulai dan berhenti masing-masing pada keadaan
awal dan akhir yang ditentukan. Gambar 8.4 menggambarkan gagasan
tersebut.

Gambar : 8.4 : Perhitungan perubahan entalpi untuk setiap komponen


dalam suatu proses pada 25oC dan 1 atm sebagai keadaan
referensi.

Keadaan referensi dipilih 25oC dan 1 atm, keadaan dimana panas


pembentukan standar (Hf) diketahui. Gambar 8.4, suhu Tc = Td. Efek
tekanan dapat dimasukkan bersama dengan efek suhu pada entalpi, tetapi
dalam pembahasan ini akan menghilangkan pertimbangan efek tekanan
kecuali untuk masalah yang data entalpinya diambil dari tabel (seperti tabel
uap).
Gambar 8.5 (menunjukkan aliran informasi untuk perhitungan dalam
neraca energi dengan mengasumsikan proses keadaan tunak atau steady
116

(E = O), tidak ada perubahan energi kinetik atau potensial, dan W = 0,
sehingga persamaan neraca energi umum menjadi:
Q = H = Hproduk - Hreaktan …. (8.16)

Gambar : 8.5 : Diagram alir informasi yang menunjukkan bagaimana


menghitung entalpi dari komponen yang masuk dan
meninggalkan reaktor.

Contoh : 8.9.
Suatu biji besi pyrite yang mengandung 85,0% FeS2 dan 15,0% gangue
(kotoran, inert, batu, dll) dibakar dengan sejumlah udara dengan 100%
kelebihan udara, reaksi:
4 FeS2 + 11O2  Fe2O3 + 8 SO2

Untuk menghasilkan SO2, semua gangue plus Fe2O3 berakhir dalam


produk buangan padat (cinder), dan hasil analisis 4,0% FeS. Hitung
perpindahan panas per kg biji untuk menjaga arus produk pada suhu 25oC,
jika suhu arus masuk berada pada 25oC.
117

Penyelesaian:
Proses ini adalah proses keadaan tunak (steady state) dengan reaksi kimia
BM : Fe 55,85, Fe2O3 = 159,70, FeS2 = 120,0
Basis : 100 kg bijih pyrite

Kelebihan udara:
85,0
Mol FeS2 =  0,7083 kg mol
120,0
O2 yang dibutuhkan = 0,7083 (11/4) = 1,9479 kg mol
Kelebihan O2 = 1,9479 (2,0) = 3,8958 kg mol
Total O2 masuk = 1,9479 Kmol + 3,8958 kg mol
= 5,8437 kg mol
Total N2 masuk = 5,8437 (79/21) = 21,983 kg mol

Neraca massa komponen:


Masuk Ke luar
Gaunge (kg) 15,0 = x1
N2 (Kg mol) 21,983 = x6
S (Kg mol) 2 (85/120) = x4 + (x3/120) (2)
Fe (Kg mol) 1 (85/120) = (x2/159,70) 2 + (x3 /120)(1)
O2 (Kg mol) 5,8437 = x4 + x2 + (x2 /159,70) (1,5)
X3
 0,04
x1  x 2  x 3
118

Penyelesaian untuk persamaan-persamaan ini adalah:

Masuk Ke luar
SO2 = 1,368 kg mol Gaunge = 15,0 kg
O2 = 3,938 Fe2O3 = 54,63  0,342 kg mol
N2 = 21,983 FeS2 = 2,90  0,0242 kg mol

Selanjutnya gunakan neraca energi untuk menentukan perpindahan panas,


neraca energi umum berkurang menjadi:
(E = 0, Ep = 0, Ek = 0, W = 0) Q = H. karena semua reaktan dan
produk berada pada 25oC dan 1 atm, maka semua panas sensible menjadi nol
sehingga:
Q = ni Hoi - ni Hoi
Produk Reaktan

Produk Reaktan
H f Hof
-3 o o -3
10 X niH f 10 X niHof

Komp. (g mol) (kJ/gmol) (kJ) (gmol) (kJ/gmol) (kJ)


FeS2 0,0242 -177,9 -4,305 0,7083 -177,9 -126,007
Fe2O3 0,342 -822,156 -281,156 0 -822,156 0
N2 21,9983 0 0 21,983 0 0
O2 3,938 0 0 5,8437 0 0
SO2 1,368 -296,90 -406,159 0 -296,90 0
Total -691,641 -126,007

Q = [ -691,641 – (-126,007) ] (103) = -565,634 x 103 kJ/100 kg biji


Atau Q = -5,656 x 103 kJ/kg bijih
Tanda negatif menunjukkan panas dikeluarkan dari proses tersebut

8.6. Perhitungan secara simultan neraca massa dan energi dalam suatu
proses kimia
Pengalaman dalam penyelesaian masalah neraca energi pada
pembahasan sebelumnya, kini saatnya menerapkan pengetahuan ini pada
119

masalah yang lebih rumit yang melibatkan neraca massa maupun neraca
energi. Pada bagian ini kita harus mengamati bagaimana memastikan
bahwa suatu masalah dispesifikasikan dengan tepat dan lengkap. Gambar
8.6 menggambarkan suatu sistem atau sebuah peralatan dalam keadaan
tunak (steady state).

Kerja W

A. lb C. lb

B. lb D. lb

Panas Q

Gambar : 8.6. Aliran proses dengan reaksi kimia

Neraca massa total dan komponen dapat ditulis:

Masuk Ke luar
Total =A + B =C+D
Komponen 1 = A XA1 + BXB1 = CXC1 + DX D1
Komponen 2 = AXA2 + BXB2 = CXC2 + DX D2
Dst

Neraca energi keseluruhan (over all) dapat ditulis:


Q - W = (C Hc + D HD) - (AHA + BHB)
Dimana:
Xi = fraksi berat tiap komponen
Hi = entalpi per satuan massa tiap komponen
Keadaan yang lebih komplek, dari gabungan beberapa alat, dapat dilihat
pada gambar 8.7.
120

Gambar 8.7. Proses yang terdiri dari beberapa alat

Neraca Masuk Keluar


Over all:

Total : F = D - W
Komponen : FXF1 = DXD + WXw
Energi : QII + QIII + FHF = DHD + WHW

Proses I
Total : F + R + Y = V + L
Komponen : FXF + RXR + Y Xy = VXv + Lxu
Energi : FHF + RHR + YHy = VHV + LHu

Proses II
Total : V= R+ D
Komponen : VXv = RXR + DXD
Energi : QII + VHV = RHR + DHD
Proses III
Total : L =Y + W
Komponen : LXL = YXy + WXW
Energi : QIII + LHL = YHY + WHW

Contoh : 8.10
Sebuah kolom distilasi memisahkan 10.000 lb/jam larutan dengan
komposisi 40% benzena dan 60% chlorobenzena. Produk cair dari puncak
kolom terdiri dari 99,5% benzena, produk bawah mengandung 1%
121

benzena. Air pendingin masuk kondenser pada suhu 60oF dan keluar pada
suhu 140oF, pemanas reboiler menggunakan steam jenuh pada suhu 280oF.
Reflux rasio (rasio cairan kembali ke kolom dan cairan produk atas) adalah
6 : 1. Asumsi kondenser dan reboiler beroperasi pada tekanan 1 atm,
perhitungan suhu untuk kondenser 178oF dan reboiler 268oF, dan fraksi
benzena fasa uap dari reboiler adalah 3,9% berat (5,5% mol).
Hitunglah:
a. Produk atas (destilat) dan produk bawah (lb/jam)
b. Cairan masuk reboiler dan uap reboiler (dalam lb/jam)
c. Steam dan air pendingin yang digunakan (dalam lb/jam)

Penyelesaian:

Gambar : 8.8 Kolom Distilasi

Basis : 100 lb produk bawah (B)

Komponen Lb BM Lb mol Mol fraksi

Benzena 1 78,1 0,0128 0,014

Chlorobenzena 99 112,6 0,88 0,986

0,8928 1,00
122

Data kapasitas panas benzena cair (Bz) dan chlorobenzena (Cl) adalah

sebagai berikut:

Cp (BTU/(lb) (oF) Huap (BTU/lb)


Suhu (oF) Cl Bz Cl Bz
70 0,31 0,405 - -
90 0,32 0,415 - -
120 0,335 0,43 - -
150 0,345 0,45 - -
180 0,360 0,47 140 170
210 0,375 0,485 135 166
240 0,39 0,50 130 160
270 0,40 0,52 126 154

Basis : 10.000 lb feed/jam


Neraca massa total keseluruhan:
F =P+ B
10.000 = P + B

Neraca keseluruhan benzena :


FXF = P Xp + BXB
10.000 (0,40) = P (0,995) + B (0,01)
10.000 (0,40) = P (0,995) + (10.000 – P) (0,01)
Sehingga:
a. Produk atas : P = 3960 lb/jam
Produk bawah : B = 6040 lb/jam
b. Neraca massa sekitar kondenser
R
 6 atau R = 6 P = 6 (3960) = 23.760 lb/jam
p

V = R + p = 23.700 + 3960 = 27.720 lb/jam

Neraca massa sekitar reboiler


Total : L = B + Vb
123

Benzena : L XL = BXB + VbXVb


L = 6040 + Vb
LXL = 6040 (0,01) + Vb (0,039)
Karena ada tiga variabel yang tidak diketahui, sedangkan persamaan
independen hanya ada dua, maka untuk penyelesaiannya harus dilakukan
dahulu penyelesaian neraca energi.
Neraca energi keseluruhan (overl all):
Ambil suhu referensi 70oF, tidak ada energi potensial dan energi kinetik
178 268 70

Qsteam + Qkondensat = p  Cpp dt  B  C PB dt  F  CpF dt


70 70 70

Hp HB HF = 0

Neraca energi pada kondenser

Suhu referensi diambil 178oF, asumsi produk pada suhu jenuh dalam

kondenser pada suhu 178oF.

Sistem ( kondenser ) Lingkungan (air )


H Condenser  Q kondenser H air  Q air

Sehingga : Qsistem = - Qlingkungan Hkondenser = - Hair

V = (-H penguapan) = - WCpH2O (t2 – t1)

27,720 [170 (0,995) + Kw (0,005)] = W (1) (140 – 60) = Qair = -Qkondenser


Qc = - 4,71 x 106 BTU/jam

d. Air yang digunakan = 5,89 x 104 lb H2O / Jam


Menghitung steam yang digunakan :
BTU lb BTU
Qsteam = 3960 lb/jam (46,9 ) + 6040 (68,3 ) + 4,71 x
lb jam lb

106BTU/jam
178 268

Hp =  Cpp dt BTU / lb H B 


70
 Cp
70
B
dt BTU / lb
124

BZ Cl rata 2 Bz Cl rata 2
47,0 36,2 46,9 88,1 6,0 68,3
Asumsi stream P adalah benzena murni dan stream B adalah
chlorobenzena murni
Q steam = 5,31 x 106 BTU/jam
Dari steam tabel, Huap pada 280oF adalah 923 BTU/jam dan asumsi
steam pada suhu jenuh.
Jadi jumlah steam yang digunakan:
5,31 x 10 6 BTU / jam

923 BTU / lb
= 5760 lb/jam
Neraca energi sekitar reboiler:
Qsteam + L (HL) = Vb (Hvb) + B (HB)
Suhu reference : 268oF
Neraca energi:
BTU
5,31 x 106 BTU/jam + (L,lb) [0,39 o
] ( 20 o F) 
(lb)( F)
Vb (0,99) (126) + (0,01) (154) + B (0)

dimana:
Qsteam = 5,31 x 106 BTU/jam
Asumsi suhu stream L masuk reboiler tidak lebih dari 20oF di bawah suhu
reboiler 268oF.
Neraca massa:
L = 6040 + Vb
5,31 x 106 - (6040 + Vb) (7,8) = 126,3 Vb
5,31 x 106 – 0,047 x 106 = 126,3 Vb + 7,8 Vb

Sehingga :
C. Cairan yang masuk ke reboiler:
5,26 x 10 6
VD =  39.300 lb / jam
134
L = VD + B = 39.300 + 6040 = 45.340 lb/jam
5,31 x 10 6
Uap dari reboiler : Vb =  42,100 lb / jam
126,3
125

Soal-soal :
8.1. Batu kapur (CaCo3) dikonversi menjadi CaO dalam kilu vertikal kontinyu.
Panas untuk pembakaran digunakan gas alam (CH4) dengan kontak
langsujng dengan batu kapur dan menggunakan udara berlebih 50%. Hitung
CaCO3 yang dapat diproses per kilogram gas alam. Kapasitas panas rata-
rata:
Cpm CaCO3 = 234 J/(g mol) (oC)
Cpm CaO = 111 J/(g mol) (oC)
CaCO3
Jawab : 20,2 KG CaCO3/kg CH4

8.2. Larutan NaCl akan dipekatkan dari 7% berat menjadi 40% berat dalam
evaparator. Umpan masuk evporator 16.000 lb/jam.Umpan masuk
evaporator dipanaskan mencapai suhu 180oC. Uap air dari larutan dan
larutan pekat pada suhu 180oC. Laju steam masuk 15.00 lb/jam, pada suhu
230oF dan kondensat 230oF. Hitunglah
a. Suhu umpan masuk evaparator
b. Berat produk larutan
Pekat 40% NaCl/jam
Data-data lain : Cp rata-rata
Cp 7% NaCl = 0,92 BTU/lboC
Cp 40% NaCl : 0,85 BTU/lboF
H penguapan H2O pada 180oF : 990 BTU/lb
H penguapan H2O pada 230oF : 959 BTU/lb

Jawab: (b) 2800 lb/jam


126

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Bhatt, B.I dan S.M. Vora, 1984, Stoichiometry, 2nd ed, New Delhi, Mc Graw
Hill Pub.

2. Coulson, J.M. dan JF Richardson, 1988, Chemical Engineering, Volume 1,


3rd ed, Canada, Pergamon Press Canada Ltd.

3. Himmelblau, David, M, 1992, Basic Principle and Calculation in Chemical


Engineering, 5th ed, New Jersey, Prentice Hall International.

4. Maryono, H.R. dkk, 1985, Industri Kimia I, Bandung, Jurusan Teknik Kimia,
FTI, ITB.

5. Reklaitis, GV, 1983, Material and Energi Balances, New York, John Willey &
Sons Pub.
127

AZAS TEKNIK KIMIA

Penyusun :

Ir. Hastami Murdiningsih, MT


Ir. Zulmanwardi, M.Si.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TAHUN 2005
128

HALAMAN PENGESAHAN

AZAS TEKNIK KIMIA


TK : 207 213

Penyusun

Ir. Hastami Murdiningsih, MT


Ir. Zulmanwardi, M.Si.

Makassar, Agustus 2005

Mengetahui,
Pembantu Direktur I Ketua Jurusan Teknik Kimia

Ir. Zulmanwardi, M.Si DR. Firman A.P, M.Si


NIP. 131 964 668 NIP. 131 835 736

i
129

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENGANTAR.................................................................................... 2
1.1. Pendahuluan .............................................................................. 2
1.2. Definisi dan Cakupan Teknik Kimia ........................................ 2
1.3. Masalah-masalah dalam Teknik Kimia .................................... 3
1.4. Uraian tentang Proses Batch, Kontinyu, dan Semi Kontinyu .... 4

BAB II SATUAN DAN DIMENSI ................................................................ 8


2.1. Pendahuluan ............................................................................. 8
2.2. Definisi Satuan dan Dimensi .................................................... 8
2.3. Sistem Satuan ........................................................................... 9
2.4. Konversi Satuan ....................................................................... 12

BAB III KONSENTRASI DAN KOMPOSISI KIMIA ................................. 20


3.1. Pendahuluan ............................................................................. 20
3.2. Konsentrasi Larutan ................................................................. 20
3.3. Komposisi Komponen dan Campuran ..................................... 21

BAB IV VARIABEL PROSES ...................................................................... 25


4.1. Pendahuluan ............................................................................. 25
4.2. Suhu ......................................................................................... 25
4.3. Tekanan .................................................................................... 28
4.4. Laju Alir ................................................................................... 33

BAB V SIFAT-SIFAT GAS IDEAL ............................................................. 38


5.1. Pendahuluan .............................................................................. 38
5.2. Hukum Gas Ideal ...................................................................... 38
5.3. Campuran gas ideal, tekanan parsial dan volume parsial .......... 43
5.4. Densitas dan berat jenis gas ...................................................... 45

iii
130

BAB VI KELEMBABAN DAN KEJENUHAN ............................................. 48


6.1. Pendahuluan .............................................................................. 48
6.2. Tekanan Uap dan Hukum Roults .............................................. 48
6.3. Kelembaban dan Kejenuhan Parsial ......................................... 54

BAB VII NERACA MASSA .......................................................................... 64


7.1. Pendahuluan ............................................................................ 64
7.2. Metode Analisis Neraca Massa ............................................... 64
7.3. Neraca Massa Tanpa Reaksi Kimia ........................................ 68
7.4. Neraca Massa dengan reaksi kimia ......................................... 72
7.5. Neraca massa melibatkan sistem recycle, by pass dan purge .. 84

BAB VIII NERACA ENERGI......................................................................... 96


8.1. Pendahuluan ............................................................................ 96
8.2. Jenis-jenis Energi ..................................................................... 97
8.3. Perubahan Entalpi dan Fase Transisi ...................................... 104
8.4. Penerapan Neraca Energi Tanpa Terjadi Reaksi Kimia ......... 108
8.5. Neraca Energi yang Memperhitungkan Reaksi Kimia ........... 114
8.6. Perhitungan secara Simultan Neraca Massa dan Energi dalam
suatu Proses Kimia .................................................................. 118
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 126
LAMPIRAN .................................................................................................... 127

iv
131
132

Anda mungkin juga menyukai