LAPORAN PRAKTIKUM
TITRASI ASAM BASA
I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :
- Melakukan standarisasi suatu asam kuat dan basa kuat.
- Melakukan titrasi untuk suatu larutan yang tidak diketahui
konsentrasinya
- Menjelaskan prinsip titrasi campuran karbonat-bikarbonat
- Menghitung konsentrasi masing-masing di dalam campuran
2. Bahan
-Boraks p.a.
-Asam Benzoate p.a.
-Indikator phenolphthalein
-Indikator metil orange
-Larutan NaOH 0,1 N
-Larutan HCl 0,1 N
-Larutan Na2C03-NaHCO3
-Aquadest
Untuk dapat mengerti apa yang terjadi pada suatu titrasi, maka
perlu dipahami terlebih dahulu persamaan reaksinya, mol, derajat
keasaman, mupun kebasaan, dan ekivalen.
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat
yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan
dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah
tercapainya titik akhir titrasi (Brady,1999:217-218).
V. Prosedur Kerja
4. Penentuan NaOH
- Memipet NaOH 1 ml + 25 ml aquadest dengan menggunakan
pipet ukur
- Memasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml
- Menambahkan 5 tetes indicator Phenolpthalein
- Menitrasi dengan larutan baku sekunder HCl sampai terjadi
perubahan warna
- Mengulangi Percobaan tersebut
- Menghitung konsentrasi larutan
C. Penentuan CH3COOH
Titrasi I Titrasi II
Volume zat 1 ml 1 ml
CH3COOH CH3COOH
+ 25 ml + 25 ml
aquadest aquadest
Zat penitrasi yang dibutuhkan 0,7 ml 0,8 ml
Hasil (konsentrasi zat yang 0,05876 M 0,06708 M
ditentukan)
D. Penentuan NaOH
Titrasi I Titrasi II
Volume zat 1 ml NaOH 1 ml NaOH
+ 25 ml + 25 ml
aquadest aquadest
Zat penitrasi yang dibutuhkan 0,95 ml 0,9 ml
Hasil (konsentrasi zat yang 0,0036 M 0,0035 M
ditentukan)
VII. Perhitungan
M = (gr:Mr)×(1000:25)
= (0,1094 gr: 381,97 gr/mol)×(1000:25)
= 0,0114 M
Konsentrasi HCl
pada titrasi I
M1×V1=M2×V2
0,0114M×25 ml
=M2×3,8 ml
M2= 0,075 M
M = (gr:Mr)×(1000:25)
= (0,1048 gr: 381,97 gr/mol)×(1000:25)
= 0,0109 M
M = (gr:Mr)×(1000:25)
= (0,1001 gr)×(1000)
(122,12 gr/mol)×(25)
= 0,0327 M
C. Penentuan CH3COOH
Rata-rata konsentrasi larutan sekunder NaOH
X= (0,084 M + 0,0841 M)
2
= 0,08405 M
Pada Titrasi I
M1V1=M2V2
M1= (0,08405 M)(0,7 ml)
26 mL
M1= 0,00226 M
M1V1=M2V2
M2= (0,00226 M)(26 ml)
1 ml
M2= 0,0587 M
Pada Titrasi II
M1V1=M2V2
M1= (0,08405 M)(0,8 ml)
26 mL
M1= 0,00258 M
M1V1=M2V2
M2= (0,00258 M)(26 ml)
1 ml
M2= 0,06708 M
D. Penentuan NaOH
Pada titrasi I
M1V1=M2V2
(0,1 N)(0,95 ml)=M2(25 ml)
M2 = 0,036 M
Pada titrasi II
M1V1=M2V2
(0,1 N)(0,9 ml)=M2(25 ml)
M2 = 0,035 M
VIII. Pembahasan
IX. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
- Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana titrasi dihentikan dengan
melihat perubahan warna yang terjadi pada indikator
- Titik ekivalen adalah titik diamana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa yang ditambahkan dengan jumlah asam yang
disertai perubahan warna dan perbedaan indikator.
X. Saran
Pada saat melakukan praktikum, sebaiknya praktikan :
1. Mengikuti tahap demi tahap dari prosedur kerja.
2. Melakukan pencucian dengan sempurna.
3. Proses titrasi dilakukan dengan teliti untuk hasil yang maksimal
XI. Daftar Pustaka
- Harjadi, W. 1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta
- Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press:
Jakarta
- Day, Underwood. 1986. Analisa Kualitatif. Jakarta : Erlangga.
- Vogel, A. 1987. Textbook of Quantitative Inorganic Analysis.
Longman Scientific and Technical.
- A.J. Vogel. Quantitative Inorganic Analysis, Longman, New
York.
- D.A., Day. Quantitative Analysis, Prentire Hall of India, New
Delhi.