Anda di halaman 1dari 15

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Menjelaskan prinsip konduktometri
Melakukan titrasi konduktometri
Mencari hantaran (konduktivitas) dari beberapa konsentrasi larutan

II.

PERINCIAN KERJA
Kalibrasi konduktometri
Titrasi asam-basa
Hubungan antara konduktivitas dengan konsentrasi

III.

ALAT YANG DIGUNAKAN


Konduktometer 660 dan Dosimat 665
Elektroda immersion cell dengan K= 0,79 cm-1
Resisten thermometer Pt-100
Gelas kimia 50 ml, 100 ml, 250 ml
Pipet seukuran 10 ml, 1 ml
Labu takar 50 ml, 500 ml
Labu semprot dan Bola isap

IV. BAHAN YANG DIGUNAKAN


KCl ( khusus untuk immersion cell )
NaOH 1N
HCl 1N

Aquadest dan Es

V.

DASAR TEORI
Konduktometri merupakan salah satu cara elektroanalisa, yang mengukur
konduktivitas larutan dengan elektroda khusus. Konduktivitas berbanding terbalik terbalik
tahanan listrik dalam larutan, yaitu semakin besar tahanan listrik, semakin kecil
konduktivitas.
Konduktivitas mempunyai siemens per cm. konduktivitas larutan kimia lazimnya
berkisar antara 0,1-2000 mili siemens per cm (ms/cm). kalau dua elektroda direndam dalam
larutan yang mengandung ion-ion, maka akan mengalir arus listrik antara kedua elektroda
tersebut, apabila terdapat beda tegangan listrik antara kedua elektroda tersebut.
Arus mengalir dari katoda yang bermuatan negative ke anoda yang bermuatan positif.
Sebagai pebawa arus adalah ion-ion dalam larutan. Selisih potensial antara kedua elektroda
tersebut tidak boleh terlalu besar agar tidak terjadi elektrolisa.
Besarnya arus yang mengalir ditentukan oleh parameter-parameter sebagai berikut :

Beda tegangan antara kedua elektroda.


Konsentrasi ion-ion.
Sifat ion seperti besarnya muatan, derajat disosiasi, besarnya ion, kompleksasi dengan
molekul lain dan sebagainya.

Suhu larutan.
Luas permukaan masing-masing elektroda.
Jarak antara katoda dan anoda.
Semakin besar arus makin besar pula konduktivitas K. Luas permukaan elektroda dan
jarak antara katoda dan anoda merupakan parameter yang tetap, karena parameter-parameter
tersebut bergantung pada rancangan elektroda. Oleh karena itu setiap elektroda mempunyai
factor tersendiri yang dimasukkan dalam perhitungan konduktivitas ( cell constant K/cm ).
Pada permukaan elektroda dapat terjadi tegangan lebih ( over voltage ) yang tidak
sebanding lagi dengan arus dan konsentrasi ion. Untuk mencegah tegangan lebih tersebut
perbukaan elektroda dilapis dengan lapisan platinum yang halus dan aktif. Pelapisan
elektroda dengan platinum disebut platinizing.

Parameter harus dipertahankan tetap sama selama pengukuran konduktivitas adalah


suhu larutan. Sebaiknya digunakan wadah titrasi yang dindingnya berlapis dua, sehingga
dalam dinding tersebut dapat dialirkan air pada suhu tertentu dari thermostat.
Perubahan konduktivitas terhadap suhu berbeda-beda untuk setiap senyawa. Setiap
senyawa mempunyai koefisien suhu. Hubungan antara konduktivitas K pada suhu 20 oC
dengan konduktivitas K pada suhu noC dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut :
x 20

x
20
1
100

Koefisien suhu

Untuk menghitung koefisien suhu digunakan rumus :


a

100 dx
% K 1

x 20 d

x k 20
100
X
x 20
20

Koefisien suhu bergantung pula pada konsentrasi zat. Koefisien suhu dapat ditentukan
sendiri dengan mengukur konduktivitas pada suhu 20 oC dan pada suhu yang lain ( misalnya
30 C ).
Konduktometer metrohm mengukur konduktivitas dengan arus AC ( alternative current
) untuk mencegah terjadinya polarisasi lektrida. Oleh karena itu frekuensi dari arus tersebut
perlu diatur sesuai dengan konduktivitas sampel. Terdapat dua pilihan frekuensi sebagai
berikut :

Tombol FREQ tidak ditekan : Frekuensi 2000 Hertz ( 2 kHz ). Frekuensi tinggi dipakai
untuk cuplikan yang mempunyai konduktivitas yang tinggi ( lebih dari 100 S/cm ),
selain itu untuk titrasi konduktometri.

Tombol FREQ ditekan : Frekuensi 300 Hertz ( 300 Hz ) untuk konduktivitas dibawah 1
mS/cm.

Jenis elektroda konduktometri ( measurung cell ) harus dipilih sesuai dengan


konduktivitas dari cuplikan. Elekttroda yang mempunyai tetapan rendah sesuai untuk
pengukuran konduktivitas yang rendah, sebaliknya elektroda dengan tetapan tinggi sesuai
untuk konduktivitas yang tinggi.
Suhu dikompensasikan secara otomatis dengan sensor Pt-100 atau oleh operatornya
dengan menekan tombol TEMP, lalu mengatur suhu cuplikan, serta koefisien suhu cuplikan.
Daerah pengukuran (measuring range) diatur oleh alat secara otomatis, kecuali bila tombol
RANGE ditekan.
Apabila kita ingin membaca harga yang konduktivitas secara teliti, tetapi harga
konduktivitas sering berubah, sehingga keluar dari daerah yang telah diatur, maka kita
menaikkan harga konduktivitas tersebut hingga berada dipertengahan daerah pengukuran.

Titrasi Konduktometri
Titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk menentukan kadar ion, dengan syarat ion
tersebut terlibat dalam reaksi kimia sehingga terjadi penggantian satu jenis ion dengan yang
lain yang berarti terjadi perubahan konduktivitas. Misalnya titrasi HCl dengan NaOH
berdasarkan persamaan sebagai berikut :
H+ + Cl- + OH- + Na+

H2O + Cl- + Na+

Sebelum ditambah NaOH, didalam larutan terdapat ion H + dan Cl- yang masing-masing
mempunyai harga konduktivitas molar ( 25 C ) sebesar 349,8 cm 2/mol dan 76,3 cm2/mol.
Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H + dengan OH- membentuk H2O, sehingga
jumlah H+ didalam larutan berkurang sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na+ mempunyai
harga konduktivitas molar 50,1 S cm-1/mol yang jauh lebih kecil dari H+ sehingga harga
konduktivitas total dari larutan turun. Pada titik akhir titrasi, H+ dalam larutan telah bereaksi
seluruhnya dengan OH-, sehingga penambahan NaOH lebih lanjut akan menaikkan harga
konduktivitas total larutan, karena terdapat OH- dengan konduktivitas molar 198,3 S cm1

/mol.
Titik akhir dapat ditentukan dalam grafik titrasi sebagai berikut :

Titrasi konduktometri sangat sesuai untuk asam atau basa lemah, karena penggunaan
potensiograph / titroprocessor dengan elektroda kaca menghasilkan titik akhir yang kurang
jelas. Namun titrasi konduktometri tidak dapat dilakukan dalam cuplikan yang mengandung
konsentrasi ion lain yang tinggi, karena titik akhir menjadi kurang tajam. Titrasi
konduktometri sangat berguna untuk melakukan titrasi pengendapan. Keuntungan titrasi
konduktometri adalah grafik titrasi seluruhnya digunakan untuk menentukan titik akhir
sedangkan pada kurva titrasi potensiometri titik akhir ditentukan dari bentuk grafik dekat
titik akhir saja. Kepekaan cara konduktometri jauh lebih baik. Titrasi konduktometri masih
memberi titik akhir yang jelas untuk asam atau basa lemah dalam konsentrasi encer,
sedangkan dengan potensiometri titik akhir tidak jelas lagi.

Pemeliharaan Elektroda
Elektroda yang kering sebelum dipakai direndam sebentar dalam etanol lalu dibilas
dengan air. Sehabis dipakai elektroda dibilas lagi dengan air lalu disimpan lagi dalam air.
Elektroda yang akan disimpan untuk jangka waktu yang panjang harus dikeringkan lalu
disimpan kering. Sekali-sekali elektroda perlu dilapis ulang dengan platinum (platinizing)
sesuai dingin procedure dalam manual.
Secara berkala dan sehabis setiap kali platinizing elektroda perlu dikalibrasi ulang
dengan larutan kalibrasi yang telah disediakan oleh metrohm, lasimnya dengan larutan
kalibrasi KCl. Tetapan elektroda distel pada 1,0 x 1 di konduktometer, lalu koefisien suhu
2,0 untuk KCl 1 mol/liter. Tetapan elektroda dihitung dengan rumus :

VI.

xtabel
xterukur

PROSEDUR KERJA

Kalibrasi Konduktometri
Memasang sel konduktivitas dengan konstanta sel tertentu pada socket warna hitam (A1
dan B2) dan resistan thermometer Pt-100 pada socket warna merah (A3 dan B4).
Memasukkan harga konstanta sel pada konduktometer. Untuk sel dengan konstanta 0,79
cm-1 maka kita memasukkan angka 7,9 kemudian menekan tombol (x 0,1) yang ada
pada deretan diatasnya sebagai factor pengali sehingga nilai konstanta sel menjadi 0,79
cm-1 ( 7,9 x 0,1 = 0,79).
Memasukkan temperatur larutan pada temp dan menekan tombol temp. Kemudian
memilih (set) temperatur pengukuran (0,099,9C) yaitu 150C.

Kita tidak

menggunakan Pt-100, maka kita menekan tombol temp karena kita menggunakan
titrasi manual dan bukan otomatis.
Mengatur koefisien temperatur pada harga (1,0..3,9) sesuai dengan tabel dibawah ini,
untuk zat yang tidak tercantum dalam tabel ini memasukkan harga 2,0. Karena kita
menggunakan KCl dengan koefisien suhu 1,95 maka kita membulatkannya senilai 2,0.
Tabel koefisien temperatur dari beberapa zat
Zat 1 M ( 18C )
HNO3

Koefisien Suhu ( )
1,47

KNO3

2,05

NH3 H2O

2,38

NH4Cl

1,98

KCl

1,95

NaCl
2,17
Menggunakan frekuensi pengukuran 2 kHz. Tombol tidak ditekan ke bawah.
Menggunakan range pengukuran pada auto. Tombol tidak ditekan kebawah.

Mencelupkan sel konduktometer ke dalam larutan KCl dengan konsentrasi tertentu yaitu
0,1 N sebanyak 50 ml.
Mengatur (mengkondisikan) larutan KCl pada salah satu temperatur sesuai tabel dibawah
ini :
Tabel konduktivitas larutan KCl 0,1M untuk kalibrasi
Suhu ( C )
0

Konduktivitas KCl 0,1M ( mS / cm )


7,15

10

9,73

15

10,48

20

11,67

25

12,88

Dengan melihat tabel konduktivitas diatas maka memutar tombol coars sampai angka
pada display menunjukkan sama dengan nilai konduktivitas yang ada pada tabel diatas.
Untuk pengaturan yang lebih halus, memutar tombol fine lalu menekan tombol stand
by.
Kalibrasi telah selesai dan jangan memutar kembali tombol coars dan fine.
Jika harga pada table diatas tidak dapat tercapai maka tetapan sel dihitung dari

Kh

ktabel
k pengukur

persamaan
Nilai Kh (hasil perhitungan) dikalikan dengan tetapan yang tertera pada cell, dan nilai
tersebut dimasukkan kedalam konduktometer.

Mencari Hantaran (Konduktivitas = G) Dari beberapa Konsentrasi Larutan Asam Atau


Basa
Membuat larutan asam atau basa yaitu larutan HCl dan larutan NaOH dengan konsentrasi
sebagai berikut : 1M; 0,5M; 0,1M; 0,05M; dan 0,01M kedalam labu takar 50 ml dan
menambahkan aquadest sampai tanda batas labu.
Mencelupkan sel konduktometer kedalam larutan 1M dan mengaduknya dengan
magnetic stirrer.

Menekan tombol cond pada konduktometer dan mencatat nilai konduktivitas pada
display.
Menekan tombol stand by.
Mengangkat sel konduktometer dari larutan 1M dan membilasnya dengan aquadest lalu
mengeringkannya dengan tissue.
Melakukan hal yang sama untuk konsentrasi larutan 0,5M; 0,1M; 0,05M; dan 0,01M.
Membuat grafik hubungan antara konsentrasi vs konduktivitas.

Titrasi Larutan HCl dengan NaOH


Memipet larutan sampel HCl 0,1M sebanyak 20 ml dan memasukkan ke dalam gelas
kimia 100 ml.
Mencelupkan sel konduktometer kedalam larutan HCl 0,1M dan menambahkan aquadest
hingga sel tercelup kemudian mengaduknya dengan magnetic stirrer.
Memasukkan ujung mikroburet (HCl adalah larutan asam, karena itu larutan peniternya
adalah larutan basa yaitu NaOH) ke dalam gelas kimia yang berisi larutan sampel
HCl.0,1M.
Menekan tombol cond pada konduktometer dan mencatat nilai konduktivitas pada
display (volume penitar = 0 ml).
Menekan tombol stand by setiap selesai pembacaan pada display.
Mengalirkan penitar dengan menekan tombol Go pada dosimat sampai volume tertentu
atau yang diinginkan.
Menekan tombol cond pada konduktometer dan mencatat nilai konduktivitas pada
display.
Melakukan dua point diatas sampai melewati titik akhir (konduktivitas makin besar) lalu
menekan tombol stand by. Bila titrasi melewati titik ekuivalen, maka volume penitar
yang ditambahkan diperkecil.
Mengangkat sel konduktometer dari dalam larutan dan membilasnya dengan aquadest
lalu mengeringkannya dengan tissue.

VII. DATA PENGAMATAN

Kalibrasi konduktometri
Zat 1 M (18oC)
KCl
Suhu (oC)

Koefisien ()
0,77
Konduktifitas
KCl 0,1 M
(ms/cm)
9,88

20 C

Mencari Hantaran (Konduktivitas = G) dari beberapa konsentrasi larutan asam atau basa
Konsentrasi (M)
0,01

Konduktifitas (ms/cm)
1,075

0,05

9,09

0,1

26,2

0,3

38,5

0,5

55,8

Titrasi HCl dengan NaOH untuk penentuan konduktivitas


Volume HCl (ml)
0

Konduktivitas (ms/cm)
10,10

9,33

8,95

12

7,73

16

6,76

20

5,88

24

4,83

28

4,39

32

4,05

36

4,27

40

4,50

44

4,96

48

5,73

52

10,10

VIII. HASIL DAN PEMBAHASAN


A.

Hasil
Perhitungan

Pembuatan larutan HCl 0,01 M


V1 . M1

= V2 . M2

100ml . 0,01M

= V2 . 1M

V2 =

1ml

Pembuatan larutan HCL 0,05 M


V1 . M1

= V2 . M2

100ml . 0,05M

= V2 . 1M

V2 =

5 ml

Pembuatan larutan HCl 0,1 M


V1 .M1

= V2 . M2

100ml . 0,1M

= V2 . 1M

V2 =

10 ml

Pembuatan larutan HCl 0,3 M


V1 . M1

= V2 . M2

100ml . 0,3M

= V2 . 1M

V2 =

30 ml

Pembuatan larutan HCl 0,5 M


V1 . M1

= V2 . M2

100ml . 0,5M

= V2 . 1M

V2 =

50 ml

Grafik
1. Grafik Konsentrasi vs Konduktivitas

konduktivitas (ms/cm)
60
50
konduktivitas (ms/cm)

40

Linear (konduktivitas
(ms/cm))

30
20
10
0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

2. Grafik volume HCl vs Konduktivitas

12
10
8
Axis Title

konduktivitas (ms/cm)
Linear (konduktivitas
(ms/cm))

4
2
0
0 10 20 30 40 50 60
Axis Title

B. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui daya hantar listrik suatu larutan.
Konduktivitas suatu larutan elektrolit bergantung pada ion-ion yang ada dalam
konsentrasinya. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek2 antar ionik
untuk elektrolit2 kuat dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit
lemah (Bassett, J. dkk., 1994).
Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel,
yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan suatu larutan yang
konduktivitasnya diketahui dengan tepat, misal, suatu larutan kalium klorida standar.
Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan resistansnya
diukur (Bassett, J. dkk., 1994).
Konduktivitas berbanding terbalik terbalik tahanan listrik dalam larutan, yaitu
semakin besar tahanan listrik, semakin kecil konduktivitas.
Konduktivitas mempunyai satuan siemens per cm. Konduktivitas larutan
kimia lazimnya berkisar antara 0,1-2000 mili siemens per cm (ms/cm). Kalau dua
elektroda direndam dalam larutan yang mengandung ion-ion, maka akan mengalir
arus listrik antara kedua elektroda tersebut, apabila terdapat beda tegangan listrik
antara kedua elektroda tersebut.

Besarnya arus yang mengalir ditentukan oleh parameter-parameter sebagai


berikut :

Beda tegangan antara kedua elektroda.


Konsentrasi ion-ion.
Sifat ion seperti besarnya muatan, derajat disosiasi, besarnya ion, kompleksasi
dengan molekul lain dan sebagainya.
Suhu larutan.
Luas permukaan masing-masing elektroda.
Jarak antara katoda dan anoda.
Semakin besar arus makin besar pula konduktivitas K. Luas permukaan
elektroda dan jarak antara katoda dan anoda merupakan parameter yang tetap, karena
parameter-parameter tersebut bergantung pada rancangan elektroda.
Titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk menentukan kadar ion, dengan
syarat ion tersebut terlibat dalam reaksi kimia sehingga terjadi penggantian satu jenis
ion dengan yang lain yang berarti terjadi perubahan konduktivitas. Misalnya titrasi
HCl dengan NaOH berdasarkan persamaan sebagai berikut :
H+ + Cl- + OH- + Na+

H2O + Cl- + Na+

Sebelum ditambah NaOH, didalam larutan terdapat ion H + dan Cl- yang masingmasing mempunyai harga konduktivitas molar ( 25 C ) sebesar 349,8 cm 2/mol dan
76,3 cm2/mol. Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H + dengan
OH- membentuk H2O, sehingga jumlah H+ didalam larutan berkurang sedangkan
jumlah NaOH bertambah. Na+ mempunyai harga konduktivitas molar 50,1 S cm1

/mol yang jauh lebih kecil dari H+ sehingga harga konduktivitas total dari larutan

turun. Pada titik akhir titrasi, H+ dalam larutan telah bereaksi seluruhnya dengan
OH-, sehingga penambahan NaOH lebih lanjut akan menaikkan harga konduktivitas
total larutan, karena terdapat OH- dengan konduktivitas molar 198,3 S cm-1/mol.
Dalam titrasi konduktometri ini juga sangat berhubungan dengan konsentrasi
dan temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantarnya. Sehingga kita
harus menjaga temperatur larutan agar berada dalam keadaan konstan, sehingga kita
dapat memebedakan perbedaan dari daya hantar larutan hanya berdasarkan
perbedaan konsentrasi saja. Jika temperatur berubah-ubah maka bisa saja konsentrasi
yang besar seharusnya memilki daya hantar yang besar malah memiliki daya hantar

yang kecil karena suhunya menurun. Sehingga ion-ion dalam larutan tidak dapat
begerak dengan bebas.
Pada percobaan ini, dilakukan penentuan titik ekuivalen antara larutan HCl dan
larutan NaOH dimana kedua larutan ini, merupakan penghantar listrik yang baik.
Titik ekivalen dapat kita ketahui dari daya hantar dari larutan yang kita ukur, jika
daya hantar sudah konstan berarti titrasi sudah mencapai ekivalen.
Setiap proses titrasi, (penambahan NaOH 1 mL) dilakukan proses pengadukan
dengan magnetik stirer. Hal ini dilakukan agar dapat mengoptimalkan kemampuan
daya hantar listriksehingga ionnya dapat menyebar merata.
Dari hasil percobaan dapat di lihat nilai konduktivitas dari NaOH berbanding
lurus dengan konsentrasi NaOH. Hal ini dapat terjadi karena konduktivitas suatu
larutan elektrolit pada setiap temperature hanya bergantung pada ion-ion yang ada
dan konsentrasi ion-ion tersebut. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektroda
yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan,
konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini disebabkan oleh berkurangnya
efek-efek antar ionik untuk elektrolit-elektrolit lemah.

IX. KESIMPULAN
Konduktivitas HCl pada titik ekivalen titrasi adalah 4,5 ms/cm pada volume 32 ml.
Nilai konduktivitas suatu zat berbanding lurus dengan konsentrasi yang dimiliki.

X. DAFTAR PUSTAKA
Buku Penuntun Praktikum Kimia Analisis Insrumen
http://navanafaa.blogspot.com/2012/10/laporan-titrasi-konduktometri.html
http://syamsumarlinjepoters.blogspot.com/2013/02/laporan-praktikumkonduktometri.html

Anda mungkin juga menyukai