Anda di halaman 1dari 17

Laporan Titrasi Konduktometri

KONDUKTOMETRI
A.TUJUAN PERCOBAAN
¥ Menjelaskan prinsip konduktometri
¥ Melakukan titrasi konduktometri
¥ Mencari hantaran (konduktivitas) dari beberapa konsentrasi larutan

B.PERINCIAN KERJA
¥ Kalibrasi konduktometri
¥ Titrasi asam-basa
¥ Hubungan antara konduktivitas dengan konsentrasi

C. ALAT YANG DIGUNAKAN


¥ Konduktometer 660  dan Dosimat 665
¥ Elektroda immersion cell dengan K= 0,79 cm-1
¥ Resisten thermometer Pt-100
¥ Gelas kimia 50 ml, 100 ml, 250 ml
¥ Pipet seukuran 10 ml, 1 ml
¥ Labu takar 50 ml, 500 ml
¥ Labu semprot dan Bola isap

D.              BAHAN YANG DIGUNAKAN


¥ KCl ( khusus untuk immersion cell )
¥ NaOH 1N
¥ HCl 1N
¥ Aquadest dan Es

E. DASAR TEORI
Titrasi konduktometri merupakan salah satu dari sekian banyak macam-
macam titrasi. Didalam titrasi konduktometri ini tidak terlalu berbeda jauh dari
titrasi-titrasi yang lainya, yang membedakan biasanya hanya terdapat bagaimana
cara untuk mengetahui titik ekivalen dari larutan itu. Kalau kita menggunakan
titrasi volumetri yang biasa kita praktikan sebelumnya titik ekivalen diketahui ketika
terjadi perubahan warna, zat itu akan mengalami peruban warna bila zat itu dalam
keadaan setimbang. Untuk mempermudah kita untuk melihat zat itu sudah
mencapai ekivalen maka digunakan indikator. Tetapi banyak sekali para praktikan
yang merasa kesulitan untuk menentukan dengan tepat titik ekivalen dengan
menggunkan titrasi volumetri ini. Titrasi konduktometri ini lebih mudah jika
dibandingkan dengan titrasi lainya, walaupun ada kelemahan tetapi juga ada
kelebihanya. Titik ekivalen dapat kita ketahui dari daya hantar dari larutan yang
kita ukur, jika daya hantar sudah konstan berarti titrasi sudah mencapai ekivalen.
Titrasi ini juga tidak perlu menggunakan indikator, untuk lebih jelasnya akan
dijelaskan dalam bab selanjutnya.
Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah
prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi
jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan
reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut
jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada
temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak
berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi 
Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya
bergantung pada ion2 yang ada, dan konsentrasi ion2 tersebut. Ini sebagian
besar disebabkan oleh berkurangnya efek2 antar ionik untuk elektrolit2 kuat
dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah (Bassett,
J. dkk., 1994).
Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam
sebuah sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan
suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui dengan tepat, misal, suatu
larutan kalium klorida standar. Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian
jembatan Wheatstone dan resistansnya diukur (Bassett, J. dkk., 1994).
Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus dikalikan
faktor 1000. nilai d/a=S  merupakan faktor geometri selnya dan nilainya
konstan untuk suatu sel tertentu sehingga disebut tetapan sel (Khopkar,
2003). Metode konduktometri memiliki aplikasi yang jauh lebih terbatas
ketimbang prosedur-prosedur visual, potensiometri ataupun amperometri
(Bassett, J. dkk., 1994).
Hipotesis
1.      Karena titrasi konduktometri lebih efisien dan lebeh efeketif dalam
pengguanaan zat, selain itu juga, kita tidak perlu menggunakan indikator
untuk mengethaui titik ekivalen dari titrasi.
2.      Karena titik ekivalen dapat diketahui dari daya hantar larutan yang
terukur pada konduktometer, yaitu dengan konstannya nilai daya hantar.
3.      Karena didalam titrasi konduktometer ini yang berperan penting
yaitu konsentrasi dari suatu larutan.
Konduktometri merupakan salah satu cara elektroanalisa, yang mengukur
konduktivitas larutan dengan elektroda khusus. Konduktivitas berbanding terbalik
terbalik tahanan listrik dalam larutan, yaitu semakin besar tahanan listrik, semakin
kecil konduktivitas.
Konduktivitas mempunyai siemens per cm. konduktivitas larutan kimia
lazimnya berkisar antara 0,1-2000 mili siemens per cm (ms/cm). kalau dua
elektroda direndam dalam larutan yang mengandung ion-ion, maka akan mengalir
arus listrik antara kedua elektroda tersebut, apabila terdapat beda tegangan listrik
antara kedua elektroda tersebut.
Arus mengalir dari katoda yang bermuatan negative ke anoda yang
bermuatan positif. Sebagai pebawa arus adalah ion-ion dalam larutan. Selisih
potensial antara kedua elektroda tersebut tidak boleh terlalu besar agar tidak
terjadi elektrolisa.
Besarnya arus yang mengalir ditentukan oleh parameter-parameter
sebagai berikut :
? Beda tegangan antara kedua elektroda.
? Konsentrasi ion-ion.
? Sifat ion seperti besarnya muatan, derajat disosiasi, besarnya ion, kompleksasi
dengan molekul lain dan sebagainya.
? Suhu larutan.
? Luas permukaan masing-masing elektroda.
? Jarak antara katoda dan anoda.
Semakin besar arus makin besar pula konduktivitas K. Luas permukaan
elektroda dan jarak antara katoda dan anoda merupakan parameter yang tetap,
karena parameter-parameter tersebut bergantung pada rancangan elektroda. Oleh
karena itu setiap elektroda mempunyai factor tersendiri yang dimasukkan dalam
perhitungan konduktivitas ( cell constant K/cm ).
Pada permukaan elektroda dapat terjadi tegangan lebih ( over voltage ) yang
tidak sebanding lagi dengan arus dan konsentrasi ion. Untuk mencegah tegangan
lebih tersebut perbukaan elektroda dilapis dengan lapisan platinum yang halus dan
aktif. Pelapisan elektroda dengan platinum disebut “platinizing”.
Parameter harus dipertahankan tetap sama selama pengukuran konduktivitas
adalah suhu larutan. Sebaiknya digunakan wadah titrasi yang dindingnya berlapis
dua, sehingga dalam dinding tersebut dapat dialirkan air pada suhu tertentu dari
thermostat.
Perubahan konduktivitas terhadap suhu berbeda-beda untuk setiap
senyawa. Setiap senyawa mempunyai koefisien suhu. Hubungan antara
konduktivitas K pada suhu 20 oC dengan konduktivitas K pada
suhu noC dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut :
Untuk menghitung koefisien suhu digunakan rumus :
Koefisien suhu bergantung pula pada konsentrasi zat. Koefisien suhu
dapat ditentukan sendiri dengan mengukur konduktivitas pada suhu 20 oC
dan pada suhu yang lain ( misalnya 30 °C ).
Konduktometer metrohm mengukur konduktivitas dengan arus AC ( alternative
current ) untuk mencegah terjadinya polarisasi lektrida. Oleh karena itu frekuensi
dari arus tersebut perlu diatur sesuai dengan konduktivitas sampel. Terdapat dua
pilihan frekuensi sebagai berikut :
? Tombol FREQ tidak ditekan : Frekuensi 2000 Hertz ( 2 kHz ). Frekuensi tinggi
dipakai untuk cuplikan yang mempunyai konduktivitas yang tinggi ( lebih
dari 100 μS/cm ), selain itu untuk titrasi konduktometri.
? Tombol FREQ ditekan : Frekuensi 300 Hertz ( 300 Hz ) untuk konduktivitas
dibawah 1 mS/cm.
Jenis elektroda konduktometri ( measurung cell ) harus dipilih sesuai
dengan konduktivitas dari cuplikan. Elekttroda yang mempunyai tetapan
rendah sesuai untuk pengukuran konduktivitas yang rendah, sebaliknya
elektroda dengan tetapan tinggi sesuai untuk konduktivitas yang tinggi.
Suhu dikompensasikan secara otomatis dengan sensor Pt-100 atau oleh
operatornya dengan menekan tombol TEMP, lalu mengatur suhu cuplikan,
serta koefisien suhu cuplikan. Daerah pengukuran (measuring range) diatur
oleh alat secara otomatis, kecuali bila tombol RANGE ditekan.
Apabila kita ingin membaca harga yang konduktivitas secara teliti, tetapi
harga konduktivitas sering berubah, sehingga keluar dari daerah yang telah
diatur, maka kita menaikkan harga konduktivitas tersebut hingga berada
dipertengahan daerah pengukuran.

Titrasi Konduktometri
Titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk menentukan kadar ion,
dengan syarat ion tersebut terlibat dalam reaksi kimia sehingga terjadi
penggantian satu jenis ion dengan yang lain yang berarti terjadi perubahan
konduktivitas. Misalnya titrasi HCl dengan NaOH berdasarkan persamaan
sebagai berikut :
H+  +  Cl-  +  OH-  +  Na+             H2O  +  Cl-  +  Na+
Sebelum ditambah NaOH, didalam larutan terdapat ion H + dan Cl- yang
masing-masing mempunyai harga konduktivitas molar ( 25 °C ) sebesar
349,8 cm2/mol dan 76,3 cm2/mol. Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi
antara H+ dengan OH- membentuk H2O, sehingga jumlah H+ didalam larutan
berkurang sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na + mempunyai harga
konduktivitas molar 50,1 S cm-1/mol yang jauh lebih kecil dari H+ sehingga
harga konduktivitas total dari larutan turun. Pada titik akhir titrasi, H + dalam
larutan telah bereaksi seluruhnya dengan OH -, sehingga penambahan NaOH
lebih lanjut akan menaikkan harga konduktivitas total larutan, karena
terdapat OH- dengan konduktivitas molar 198,3 S cm-1/mol.
Titik akhir dapat ditentukan dalam grafik titrasi sebagai berikut :
Titrasi konduktometri sangat sesuai untuk asam atau basa lemah,
karena penggunaan potensiograph / titroprocessor dengan elektroda kaca
menghasilkan titik akhir yang kurang jelas. Namun titrasi konduktometri
tidak dapat dilakukan dalam cuplikan yang mengandung konsentrasi ion lain
yang tinggi, karena titik akhir menjadi kurang tajam. Titrasi konduktometri
sangat berguna untuk melakukan titrasi pengendapan. Keuntungan titrasi
konduktometri adalah grafik titrasi seluruhnya digunakan untuk menentukan
titik akhir sedangkan pada kurva titrasi potensiometri titik akhir ditentukan
dari bentuk grafik dekat titik akhir saja. Kepekaan cara konduktometri jauh
lebih baik. Titrasi konduktometri masih memberi titik akhir yang jelas untuk
asam atau basa lemah dalam konsentrasi encer, sedangkan
dengan  potensiometri titik akhir tidak jelas lagi.

Pemeliharaan Elektroda
Elektroda yang kering sebelum dipakai direndam sebentar dalam etanol
lalu dibilas dengan air. Sehabis dipakai elektroda dibilas lagi dengan air lalu
disimpan lagi dalam air. Elektroda yang akan disimpan untuk jangka waktu
yang panjang harus dikeringkan lalu disimpan kering. Sekali-sekali elektroda
perlu dilapis ulang dengan platinum (platinizing) sesuai dingin procedure
dalam manual.
Secara berkala dan sehabis setiap kali platinizing elektroda perlu
dikalibrasi ulang dengan larutan kalibrasi  yang telah disediakan oleh
metrohm, lasimnya dengan larutan kalibrasi KCl. Tetapan elektroda distel
pada 1,0 x 1 di konduktometer, lalu koefisien suhu 2,0 untuk KCl 1 mol/liter.
Tetapan elektroda dihitung dengan rumus :
Hal-hal berikut harus selalu diingat-ingat ketika melakukan titrasi :
1.    Penyesuaian pH. Untuk banyak titrasi EDTA, pH larutan sangatt menentukan
sekali; seringkali harus dicapai  batas-batas dari 1 satuan pH dan sering
batas-batas dari 0,5 satuan pH harus dicapai, agar suatu titrasi yang sukses
dapat dilakukan. Untuk mencapai batas-batas kontrol yang begitu sempit,
perlu digunakan sebuah pH-meter sewaktu menyesuaikan nilai pH larutan,
dan bahkan untuk kasus di mana batas  pH adalah sedemikian sehingga
kertas uji pH boleh digunakan untuk mengontrol penyesuain pH, hanyalah
kertas dari jenis dengan jangkau yang sempit boleh digunakan.
2.    Pemekatan ion logam yang akan dititrasi.Kebanyakan titrasi berhasil
dengan baik dengan 0,25 mmol ion logam yang bersangkutan dalam volume
50-150 cm3 larutan. Jika konsentrasi ion logam itu terlalu tinggi; maka titik
akhir mungkin akan sangat sulit untuk dibedakan, dan jika kita mengalami
kesulitan dengan titik akhir, maka sebaiknya mulailah lagi dengan satu porsi
larutan uji yang lebih sedikit, dan encerkan ini sampai 100-150 cm 3 sebelum
menambahkan medium pembufer dan indikator, lalu diulangi titrasi itu.
3.    Banyaknya indicator. Penambahan indicator yang terlalu banyak merupakan
kesalahan yang harus kita hindarkan. Dalam banyak kasus, warna yang
ditimbulakan oleh indicator sanagt sekali bertambah kuat selama jalannya
titrasi, dan labih jauh, banayak indicator memperlihatkan dikroisme, yaitu
terjadi suatu perubahan warna peralihan pada satu dua tetes sebelum tiik
akhir yang sebenarnya.
4.    Pencapaian titik-akhir. Dalam banyak titrasi EDTA, perubahan warna
disekitar titik akhir, mungkin lambat. Dalam banyak hal-hal demikian,
sebaiknya titran ditambahkan dengan hati-hati sambil larutan terus menerus
diaduk; dianjurkan untuk memakai pengaduk magnetic. Sering, titik akhir
yang lebih tajam dapat dicapai jika larutan diapnaskan samapi sekitar kira-
kira 40OC. Titrasi dengan CDTA selalu lebih lambat dalam daerah titik akhir
divbanding dengan titrasi EDTA padanan.
5.    Deteksi perubahan warna. Dengan semua indicator ion logam yang
digunakan pada titrasi kompleksometri, deteksi titik akhir dan titrasi
bergantung pada pengenalan suatu perubahan warna yang tertentu; bagi
banyak pengamat, ini dapat merupakan tugas yang sulit, dsan bagi yang
menderita buta warna, bolehlah dikata mustahil. Kesulitan-kesulitan ini
dapat diatasi dengan menggantikan mata dengan suatu fotosel yang jauh
lebih peka, dan meniadakan unsurt manusiawi. Untuk melakukan operasi
yang dituntut, perlu tersedia sebuah kolorimeter atau spektrofotometer
dalam mana kompartemen kuvetnya adaalh cukup besar untuk memuat
bejana titrasi (labu Erlenmeyer atau piala berbentuk tinggi)
Spektrofotometer Unicam SP 500 merupakan contoh dari instrumen yang
sesuai untuk tujuan ini, dan sejumlah fototitrator tersedia secara komersial.
6.    Metode lain untuk mendeeksi titik akhir. Disamping deteksi secara
visualdan secara spektrofotometri dari titik akhir dalam titrasi EDTA denagn
bantuan indicator ion logam, metode berikut ini juga tersedia untuk deteksi
titik akhir.
a.    Titrasi potensiometer dengan memakai sebuah electrode merkurium
b.    Titrasi potensiometer dengan memakai sebuah electrode ion selektif
yang berespons terhadap ion yang sedang dititrasi.
c.    Titrasi potensiometri dengan memekai sebuah system electrode
platinum mengkilat kalomel jenuh, ini dapat dipakai bila reaksi melibatkan
dua keadaan oksidasi berlainan (dari) suatu logam tertentu
d.    Dengan titarasi titrasi konduktometri
e.    Dengan titrasi amperometri
f.     Dengan titrasi entalpimetri

Aplikasi Titrasi Konduktometri


Dasar Analisis Tablet Aspirin dengan Metode Titrasi Konduktometri
Menurut hukum Ohm I = E/R; di mana: I = arus dalam ampere, E =
tegangan dalam volt, R = tahanan dalam ohm. Hukum di atas berlaku bila
difusi dan reaksi elektroda tidak terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan
sebagai kebalikan dari tahanan sehingga I = EL. Satuan dari hantaran
(konduktansi) adalah mho. Hantaran L suatu larutan berbanding lurus pada
luas permukaan elektroda a, konsentrasi ion persatuan volume larutan Ci,
pada hantaran ekivalen ionik S1, tetapi berbanding terbalik dengan jarak
elektroda d, sehingga:
L = a/d  x S Ci S1
Tanda S menyatakan bahwa sumbangan berbagai ion terhadap
konduktansi bersifat aditif. Karena a, dan d dalam satuan cm, maka
konsentrasi C tentunya dalam ml. Bila konsentrasi dinyatakan dalam
normalitas, maka harus dikalikan faktor 1000. nilai d/a = S merupakan faktor
geometri selnya dan nilainya konstan untuk suatu sel tertentu sehingga
disebut tetapan sel. Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan
ditaruh dalam sebuah sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan
kalibrasi dengan suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui dengan
tepat, misal, suatu larutan kalium klorida standar. Sel ditaruh dalam satu
lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan resistansnya diukur.
Pengaliran arus melalui larutan suatu elektrolit dapat menghasilkan
perubahan-perubahan dalam komposisi larutan di dekat sekali dengan
lektrode-elektrode, begitulah potensial-potensial dapat timbul pada
elektrode-elektrode, dengan akibat terbawanya sesatan-sesatan serius
dalam pengukuran-pengukuran konduktivitas, kecuali kalau efek-efek
polarisasi demikian dapat dikurangi sampai proporsi yang terabaikan.
Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya
bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila
larutan suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih
sedikit ion berada per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan
itu ditaruh antara dua elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan
cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik selagi
larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-
efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit kuat dan oleh kenaikan derajat
disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah.
Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit lain pada
kondisi-kondisi yang tak menghasilkan perubahan volume yang berarti akan
mempengaruhi konduktans (hantaran) larutan, tergantung apakah ada
tidaknya terjadi reaksi-reaksi ionik. Jika tak terjadi reaksi ionik, seperti pada
penambahan satu garam sederhana kepada garam sederhana lain (misal,
kalium klorida kepada natrium nitrat), konduktans hanya akan naik semata-
mata. Jika terjadi reaksi ionik, konduktans dapat naik atau turn; begitulah
pada penambahan suatu basa kepada suatu asam kuat, hantaran turun
disebabkan oleh penggantian ion hidrogen yang konduktivitasnya tinggi oleh
kation lain yang konduktivitasnya lebih rendah. Ini adalah prinsip yang
mendasari titrasi-titrasi konduktometri yaitu, substitusi ion-ion dengan suatu
konduktivitas oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain.
Biasanya konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan
konduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan
untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup
besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus
diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda
harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada
temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak
berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi. Hendaknya diperhatikan
pentingnya pengendalian temperatur dalam pengukuran-pengukuran
konduktans. Sementara penggunaan termostat tidaklah sangat penting
dalam titrasi konduktometri, kekonstanan dalam temperatur dituntut, tetapi
biasanya kita hanya perlu menaruh sel konduktivitas itu dalam bejana besar
penuh air pada temperatur laboratorium. Penambahan relatif (dari)
konduktivitas larutan selama reaksi dan pada penambahan reagensia
dengan berlebih, sangat menentukan ketepatan titrasi; pada kondisi
optimum kira-kira 0,5 persen. Elektrolit asing dalam jumlah besar, yang tak
ambil bagian dalam reaksi, tak boleh ada, karena zat-zat ini mempunyai efek
yang besar sekali pada ketepatan. Akibatnya, metode konduktometri
memiliki aplikasi yang jauh lebih terbatas ketimbang prosedur-prosedur
visual, potensiometri ataupun amperometri.
Asam salisilat adalah golongan khusus dari asam hidroksi. Penggunaan
utama dari asam salisilat adalah dalam pembuatan aspirin. Reaksi dengan
anhidrida asetat mengubah gugus hidroksil fenolik dari asam salisilat
menjadi ester asetil, yaitu aspirin :

Kelebihan titrasi konduktometer


a.        titrasi tidak menggunakan indikator, karena pada titik keivalen sudah
dapat  ditentukan dengan  daya hantar dari larutan tersebut.
b.       Dapat digunkan untuk titrasi yang berwarna
c.        Dapat digunakan untuk titrasi yang dapat menimbulkan
pengendapatan
d.       Lebih praktis
e.        Lebih cepat atau waktu yang diperlukan lebih sedikit
f.        Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi
volumetri
kekurangan titrasi konduktometer
a.       Hanya dapat diterapkan pada larutan elektrolit saja
b.      Sangat dipengaruhi temperatur
c.       Dapat ditunjukka dengan tidak langsung
d.      Peralatan cukup mahal
e.       Jika tidak hati – hati maka akan cepat rusak
f.       Tidak bisa digunakan pada larutan yang sangat asam atau basa karena
akan meleleh.

F. PROSEDUR PERCOBAAN
*  Kalibrasi Konduktometri
-  Memasang sel konduktivitas dengan konstanta sel tertentu pada socket warna hitam
(A1 dan B2) dan resistan thermometer Pt-100 pada socket warna merah (A 3 dan B4).
-  Memasukkan harga konstanta sel pada konduktometer. Untuk sel dengan konstanta
0,79 cm-1 maka kita memasukkan angka 7,9 kemudian menekan tombol (x 0,1)
yang ada pada deretan diatasnya sebagai factor pengali sehingga nilai konstanta
sel menjadi 0,79 cm-1 ( 7,9 x 0,1 = 0,79).
-  Memasukkan temperatur larutan pada “temp” dan menekan tombol “temp”.
Kemudian memilih (set) temperatur pengukuran (0,0……99,9ºC) yaitu 150ºC.  Kita
tidak menggunakan Pt-100, maka kita menekan tombol “temp” karena kita
menggunakan titrasi manual dan bukan otomatis.
-  Mengatur koefisien temperatur pada harga (1,0…..3,9) sesuai dengan tabel dibawah
ini, untuk zat yang tidak tercantum dalam tabel ini memasukkan harga 2,0. Karena
kita menggunakan KCl dengan koefisien suhu 1,95 maka kita membulatkannya
senilai 2,0.
-  Tabel koefisien temperatur dari beberapa zat

Zat 1 M ( 18ºC ) Koefisien Suhu ( α )


HNO3 1,47
KNO3 2,05
NH3 H2O 2,38
NH4Cl 1,98
KCl 1,95
NaCl 2,17

-  Menggunakan frekuensi pengukuran 2 kHz. Tombol tidak ditekan ke bawah.


-  Menggunakan range pengukuran pada “auto”. Tombol tidak ditekan kebawah.
-  Mencelupkan sel konduktometer ke dalam larutan KCl dengan konsentrasi tertentu
yaitu 0,1 N sebanyak 50 ml.
-  Mengatur (mengkondisikan) larutan KCl pada salah satu temperatur sesuai tabel
dibawah ini :

-  Tabel konduktivitas larutan KCl 0,1M untuk kalibrasi


Suhu ( ºC ) Konduktivitas KCl 0,1M ( mS / cm )
0 7,15
10 9,73
15 10,48
20 11,67
25 12,88

-  Dengan melihat tabel konduktivitas diatas maka memutar tombol “coars” sampai
angka pada display menunjukkan sama dengan nilai konduktivitas yang ada pada
tabel diatas.
-  Untuk pengaturan yang lebih halus, memutar tombol “fine” lalu menekan tombol
“stand by”.
-  Kalibrasi telah selesai dan jangan memutar kembali tombol “coars” dan “fine”.
-  Jika harga pada table diatas tidak dapat tercapai maka tetapan sel dihitung
dari persamaan  
-  Nilai Kh (hasil perhitungan) dikalikan dengan tetapan yang tertera pada cell,
dan nilai tersebut dimasukkan kedalam konduktometer.

* Mencari Hantaran (Konduktivitas = G) Dari beberapa Konsentrasi Larutan Asam Atau


Basa
-  Membuat larutan asam atau basa yaitu larutan HCl dan larutan NaOH dengan
konsentrasi sebagai berikut : 1M; 0,5M; 0,1M; 0,05M; dan 0,01M kedalam labu takar
50 ml dan menambahkan aquadest sampai tanda batas labu. 
-  Mencelupkan sel konduktometer kedalam larutan 1M dan mengaduknya dengan
magnetic stirrer.
-  Menekan tombol “cond” pada konduktometer dan mencatat nilai konduktivitas pada
display.
-  Menekan tombol “stand by”.
-  Mengangkat sel konduktometer dari larutan 1M dan membilasnya dengan aquadest
lalu mengeringkannya dengan tissue.
-  Melakukan hal yang sama untuk konsentrasi larutan 0,5M; 0,1M; 0,05M; dan 0,01M.
-  Membuat grafik hubungan antara konsentrasi vs konduktivitas.

* Titrasi Larutan HCl dengan NaOH


-  Memipet larutan sampel HCl 0,1M sebanyak 20 ml dan memasukkan ke dalam gelas
kimia 100 ml.
-  Mencelupkan sel konduktometer kedalam larutan HCl 0,1M dan menambahkan
aquadest hingga sel tercelup kemudian mengaduknya dengan magnetic stirrer.
-  Memasukkan ujung mikroburet (HCl adalah larutan asam, karena itu larutan
peniternya adalah larutan basa yaitu NaOH) ke dalam gelas kimia yang berisi
larutan sampel HCl.0,1M.
-  Menekan tombol “cond” pada konduktometer dan mencatat nilai konduktivitas pada
display (volume penitar = 0 ml).
-  Menekan tombol “stand by” setiap selesai pembacaan pada display.
-  Mengalirkan penitar dengan menekan tombol “Go” pada dosimat sampai volume
tertentu atau yang diinginkan.
-  Menekan tombol “cond” pada konduktometer dan mencatat nilai konduktivitas pada
display.
-  Melakukan dua point diatas sampai melewati titik akhir (konduktivitas makin besar)
lalu menekan tombol “stand by”. Bila titrasi melewati titik ekuivalen, maka volume
penitar yang ditambahkan diperkecil.
-  Mengangkat sel konduktometer dari dalam larutan dan membilasnya dengan
aquadest lalu mengeringkannya dengan tissue.
G.DATA PENGAMATAN
Kalibrasi konduktometer
Elektroda yang digunakan 0,77 cm
Konduktivitas KCl 0,1M suhu 20oC pada tabel = 11,67 mS/cm
Konduktivitas KCl 0,1M suhu 20oC yang terukur = 10,09 mS/cm

Hubungan antara konduktivitas dan konsentrasi


Konsentrasi Konduktivitas
NO
HCl (M) Larutan
1 1 199,9
2 0,5 152,6
3 0,1 33,2
4 0,05 17,43
5 0,01 3,61

Sampel HCL xN 10 ml
Titrasi HCl dengan NaOH 0,1 M untuk penentuan konduktivitas
Konduktivitas
NO. Volume NaOH ( ml )
 ( mS/cm)
1 0 2,11
2 1 1,84
3 2 1,628
4 3 1,466
5 4 1,222
6 5 0,919
7 6 0,802
8 7 0,644
9 8 0,688
10 9 0,764
11 10 0,874
12 11 0,885
13 12 1,112
14 13 1,230
15 14 1,351
16 15 1,474
17 16 1,592
18 17 1,710
19 18 1,834
20 19 1,934
21 20 2,08
22    21 2,19
  
H.              PERHITUNGAN
a.    Kalibrasi konduktometer
K =  . konstanta sel yang digunakan
K =  . 0,77 cm-1
K = 0,891 cm-1
Artinya kita harus memasukkan angka 8,9 kemudian menekan tombol (x 0,1)
sebagai factor pengali sehingga nilai konstanta sel menjadi 0,89 cm-1 (8,9 x 0,1 =
0,84)

b.    Pembuatan larutan

·      Pembuatan larutan NaOH 1M
    V1    .    N1    =  V2 . N2
100 mL  .   1M    =  V2 · 1M
                 V2     =  100 ml

·      Pembuatan larutan NaOH 0,5M


    V1    .    N1    =  V2 . N2
100 mL  . 0,5M   =  V2 · 1M
                 V2     =  50 ml

·      Pembuatan larutan NaOH 0,1M
    V1    .    N1    =  V2 . N2
100 mL  . 0,1M   =  V2 · 1M
                 V2     =  10 ml

·      Pembuatan larutan NaOH 0,05M
    V1    .    N1    =  V2 . N2
100 mL  . 0,05M =  V2 · 1M
                 V2     = 5 ml

·      Pembuatan larutan NaOH 0,01M
    V1    .    N1    =  V2 . N2
100 mL  . 0,01M =  V2 · 1M
                 V2     =  1 ml

c.    Penentuan konsentrasi NaOH pada titrasi konduktometri


Dik    :    VHCl      =   10 ml
              NNaOH       =   0,1M
              VNaOH        =   5,2 ml (end point pada grafik)
Dit    :    NHCl ……….?
Penyelesaian
               V1 N1       =  V2 N2
VHCl · NHCl                =  VNaOH · NNaOH
10 ml  · NHCl       =  5,2 ml · 0,1 N
              NHCl          = 0,052  N

I.    PEMBAHASAN

Didalam titrasi konduktometri kita akan mendapatkan beberapa kemudahan


yang mungkin tidak kita dapatkan jika kita menggunkan dengan titrasi lainya, misal
tidak menggunakan indikator, karena dalam titrasi konduktometri ini kita hanya
mengukur daya hantar larutan. Jadi dalam titrasi konduktometri ini kita tidak perlu
mencari titik ekivalen dengan melihat adanya perubahan warna. Walaupun
demikian masih banyak kelemahan-kelamahan dalam titrasi konduktometri ini.
Karena kita tahu bahwa dalam titrasi konduktometri hanya terbatas untuk larutan
yang tergolong kedalam larutan elektrolit saja. Sedangkan untuk larutan non
elektrolit tidak dapat menggunakan titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri ini
sangat berhubungan dengan daya hantar listrik, jadi juga akan berhubungan
dengan adanya ion – ion dalam larutan yang berperan untuk menghantarkan arus
listrik dalam larutan. Arus listrik ini tidak akan bisa melewati larutan yang tidak
terdapat ion-ion, sehingga larutan non elektrolit tidak bisa menghantarkan arus
listrik.

Dalam titrasi konduktometri ini juga sangat berhubungan dengan konsentrasi


dan temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantarnya. Sehingga kita
harus menjaga temperatur larutan agar berada dalam keadaan konstan, sehingga
kita dapat memebedakan perbedaan dari daya hantar larutan hanya berdasarkan
perbedaan konsentrasi saja. Jika temperatur berubah-ubah maka bisa saja
konsentrasi yang besar seharusnya memilki daya hantar yang besar malah memiliki
daya hantar yang kecil karena suhunya menurun. Sehingga ion-ion dalam larutan
tidak dapat begeraka dengan bebas.

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui daya hantar listrik suatu


larutan. Konduktivitas suatu larutan elektrolit bergantung pada ion-ion yang
ada dalam konsentrasinya. Pada percobaan ini, sel konduktansi dibilas
dengan aquades agar alat yang digunakan bebas dari ion-ion yang
mengganggu serta untuk menetralkan alat sehingga tidak dipengaruhi oleh
pengukuran sebelumnya.
Pada percobaan ini, dilakukan penentuan titik ekuivalen antara larutan
HCl dan larutan NaOH dimana kedua larutan ini, merupakan penghantar
listrik yang baik.
Setiap proses titrasi, (penambahan NaOH 1 mL) dilakukan proses
pengadukan dengan magnetik stirer. Hal ini dilakukan agar dapat
mengoptimalkan kemampuan daya hantar listriksehingga ionnya dapat
menyebar merata.

Dari hasil percobaan dapat di lihat nilai konduktivitas dari NaOH


berbanding lurus dengan konsentrasi NaOH. Hal ini dapat terjadi
karena Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperature hanya
bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila
larutan elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit
ion pada per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu
ditaruh antara dua elektroda yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup
besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik selagi larutan
diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek
antar ionic untuk elektrolit-elektrolit lemah
Perbandingan lurus ini juga dikarenakan konduktivitas larutan
kimia yang lazimnya berkisar antara 0,1-2000 mili siemens per cm (ms/cm). Kalau
dua elektroda direndam dalam larutan yang mengandung ion-ion, maka akan
mengalir arus listrik antara kedua elektroda tersebut.
Arus mengalir dari katoda yang bermuatan negative ke anoda yang
bermuatan positif. Sebagai pembawa arus adalah ion-ion dalam larutan. Selisih
potensial antara kedua elektroda tersebut tidak boleh terlalu besar agar tidak
terjadi elektrolisa.
Sehingga semakin besar arus dan konsentrasi ion-ion didalam larutan maka
semakin besar pula konduktivitasnya. Oleh karena itu setiap elektroda mempunyai
factor tersendiri yang dimasukkan dalam perhitungan konduktivitas (cell constant
K/cm).

 
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa “Volume HCl vs Konduktivitas
Larutan”, bentuk grafiknya turun naik. Dimana, semakin mendekati titik ekivalen
maka grafiknya menurun. Namun, jika melewati titik ekivalen maka grafiknya naik
kembali.  Hal ini terjadi karena  semakin banyak volume peniter yang digunakan
maka konduktivitas larutan akan semakin menurun, namun penambahan volume
peniter secara terus menerus akan mengakibatkan konduktivitas larutan semakin
naik karena volume peniter akan semakin jenuh di dalam larutan.
Jika membandingkan konsentrasi yang didapatkan dari HCl yang dipakai
sebagai peniter, maka didapatkan konsentrasinya yaitu
sebesar 0,052 N,  konsentrasi ini berbeda dengan konsentrasi yang tertera pada
label yaitu 0,1N, ini berarti hasil yang didapatkan itu boleh
dikatakan tidak sempurna. Hal ini terjadi karena mungkin pada saat memipet dan
pada saat pembuatan larutan terjadi kesalahan atau ketidaktelitian  sehingga
kkonsentrasi yang didapatkan berbeda.

II.         KESIMPULAN
Konsentrasi HCl pada akhir titrasi adalah 0,052N dan nilai konduktivitasnya
sebesar 0,52 mS.
Sedangkan nilai konduktivitas suatu zat berbanding lurus dengan
konsentrasi yang  dimiliki.

III.      DAFTAR PUSTAKA
·         Buku Panduan Praktikum Analisis Instrumentasi, Politeknik Negeri Ujung Pandang
Tahun 2004 dari File PEDC Bandung.
·         http: www. Laporan konduktometri. Blogspot.com
·         Catatan Kecil:KONDUKTOMETRI.htm
·         Zona Trio Etena:KONDUKTOMETRI.htm
·         Rehma:Titrasi Konduktometri.htm

Anda mungkin juga menyukai