Anda di halaman 1dari 26

1.Laporan Titrasi Konduktometri KONDUKTOMETRI A.TUJUAN PERCOBAAN B.

PERINCIAN KERJA
Titrasi asam-basa C. ALAT YANG DIGUNAKAN ran 10 ml, 1 ml D. BAHAN YANG DIGUNAKAN E.
DASAR TEORI

2 Titrasi konduktometri merupakan salah satu dari sekian banyak macam-macam titrasi. Didalam titrasi
konduktometri ini tidak terlalu berbeda jauh dari titrasi-titrasi yang lainya, yang membedakan biasanya
hanya terdapat bagaimana cara untuk mengetahui titik ekivalen dari larutan itu. Kalau kita
menggunakan titrasi volumetri yang biasa kita praktikan sebelumnya titik ekivalen diketahui ketika
terjadi perubahan warna, zat itu akan mengalami peruban warna bila zat itu dalam keadaan setimbang.
Untuk mempermudah kita untuk melihat zat itu sudah mencapai ekivalen maka digunakan indikator.
Tetapi banyak sekali para praktikan yang merasa kesulitan untuk menentukan dengan tepat titik
ekivalen dengan menggunkan titrasi volumetri ini. Titrasi konduktometri ini lebih mudah jika
dibandingkan dengan titrasi lainya, walaupun ada kelemahan tetapi juga ada kelebihanya. Titik ekivalen
dapat kita ketahui dari daya hantar dari larutan yang kita ukur, jika daya hantar sudah konstan berarti
titrasi sudah mencapai ekivalen. Titrasi ini juga tidak perlu menggunakan indikator, untuk lebih jelasnya
akan dijelaskan dalam bab selanjutnya. Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan
konduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi
titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen.
Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap.
Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran akan
menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi Konduktivitas suatu
larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya bergantung pada ion2 yang ada, dan konsentrasi ion2
tersebut. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek2 antar ionik untuk elektrolit2 kuat dan
oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah (Bassett, J. dkk., 1994). Untuk mengukur
konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan
dengan kalibrasi dengan suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui dengan tepat, misal, suatu
larutan kalium klorida standar. Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan
resistansnya diukur (Bassett, J. dkk., 1994). Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus
dikalikan faktor nilai d/a=s merupakan faktor geometri selnya dan nilainya konstan untuk suatu sel
tertentu sehingga disebut tetapan sel (Khopkar, 2003). Metode konduktometri memiliki aplikasi yang
jauh lebih terbatas ketimbang prosedur-prosedur visual, potensiometri ataupun amperometri (Bassett,
J. dkk., 1994). Hipotesis 1. Karena titrasi konduktometri lebih efisien dan lebeh efeketif dalam
pengguanaan zat, selain itu juga, kita tidak perlu menggunakan indikator untuk mengethaui titik ekivalen
dari titrasi. 2. Karena titik ekivalen dapat diketahui dari daya hantar larutan yang terukur pada
konduktometer, yaitu dengan konstannya nilai daya hantar. 3. Karena didalam titrasi konduktometer ini
yang berperan penting yaitu konsentrasi dari suatu larutan. Konduktometri merupakan salah satu cara
elektroanalisa, yang mengukur konduktivitas larutan dengan elektroda khusus. Konduktivitas
berbanding terbalik terbalik tahanan listrik dalam larutan, yaitu semakin besar tahanan listrik, semakin
kecil konduktivitas.

3 Konduktivitas mempunyai siemens per cm. konduktivitas larutan kimia lazimnya berkisar antara 0,
mili siemens per cm (ms/cm). kalau dua elektroda direndam dalam larutan yang mengandung ion-ion,
maka akan mengalir arus listrik antara kedua elektroda tersebut, apabila terdapat beda tegangan listrik
antara kedua elektroda tersebut. Arus mengalir dari katoda yang bermuatan negative ke anoda yang
bermuatan positif. Sebagai pebawa arus adalah ion-ion dalam larutan. Selisih potensial antara kedua
elektroda tersebut tidak boleh terlalu besar agar tidak terjadi elektrolisa. Besarnya arus yang mengalir
ditentukan oleh parameter-parameter sebagai berikut : -ion. seperti besarnya muatan, derajat disosiasi,
besarnya ion, kompleksasi dengan molekul lain dan sebagainya. -masing elektroda. Semakin besar
arus makin besar pula konduktivitas K. Luas permukaan elektroda dan jarak antara katoda dan anoda
merupakan parameter yang tetap, karena parameter-parameter tersebut bergantung pada rancangan
elektroda. Oleh karena itu setiap elektroda mempunyai factor tersendiri yang dimasukkan dalam
perhitungan konduktivitas ( cell constant K/cm ). Pada permukaan elektroda dapat terjadi tegangan
lebih ( over voltage ) yang tidak sebanding lagi dengan arus dan konsentrasi ion. Untuk mencegah
tegangan lebih tersebut perbukaan elektroda dilapis dengan lapisan platinum yang halus dan aktif.
Pelapisan elektroda dengan platinum disebut platinizing. Parameter harus dipertahankan tetap sama
selama pengukuran konduktivitas adalah suhu larutan. Sebaiknya digunakan wadah titrasi yang
dindingnya berlapis dua, sehingga dalam dinding tersebut dapat dialirkan air pada suhu tertentu dari
thermostat. Perubahan konduktivitas terhadap suhu berbeda-beda untuk setiap senyawa. Setiap
senyawa mempunyai koefisien suhu. Hubungan antara konduktivitas K pada suhu 20 oc dengan
konduktivitas K pada suhu noc dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut : Untuk menghitung
koefisien suhu digunakan rumus : Koefisien suhu bergantung pula pada konsentrasi zat. Koefisien suhu
dapat ditentukan sendiri dengan mengukur konduktivitas pada suhu 20 oc dan pada suhu yang lain (
misalnya 30 C ). Konduktometer metrohm mengukur konduktivitas dengan arus AC ( alternative current
) untuk mencegah terjadinya polarisasi lektrida. Oleh karena itu frekuensi dari arus tersebut perlu diatur
sesuai dengan konduktivitas sampel. Terdapat dua pilihan frekuensi sebagai berikut : yang mempunyai
konduktivitas yang tinggi ( lebih dari 100 μs/cm ), selain itu untuk titrasi konduktometri.

4 Jenis elektroda konduktometri ( measurung cell ) harus dipilih sesuai dengan konduktivitas dari
cuplikan. Elekttroda yang mempunyai tetapan rendah sesuai untuk pengukuran konduktivitas yang
rendah, sebaliknya elektroda dengan tetapan tinggi sesuai untuk konduktivitas yang tinggi. Suhu
dikompensasikan secara otomatis dengan sensor Pt-100 atau oleh operatornya dengan menekan
tombol TEMP, lalu mengatur suhu cuplikan, serta koefisien suhu cuplikan. Daerah pengukuran
(measuring range) diatur oleh alat secara otomatis, kecuali bila tombol RANGE ditekan. Apabila kita
ingin membaca harga yang konduktivitas secara teliti, tetapi harga konduktivitas sering berubah,
sehingga keluar dari daerah yang telah diatur, maka kita menaikkan harga konduktivitas tersebut
hingga berada dipertengahan daerah pengukuran. Titrasi Konduktometri Titrasi konduktometri dapat
dilakukan untuk menentukan kadar ion, dengan syarat ion tersebut terlibat dalam reaksi kimia sehingga
terjadi penggantian satu jenis ion dengan yang lain yang berarti terjadi perubahan konduktivitas.
Misalnya titrasi HCl dengan NaOH berdasarkan persamaan sebagai berikut : H+ + Cl- + OH- + Na+
H2O + Cl- + Na+ Sebelum ditambah NaOH, didalam larutan terdapat ion H + dan Cl- yang masing-
masing mempunyai harga konduktivitas molar ( 25 C ) sebesar 349,8 cm2/mol dan 76,3 cm2/mol. Pada
penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H+ dengan OH- membentuk H2O, sehingga jumlah H+
didalam larutan berkurang sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na+ mempunyai harga konduktivitas
molar 50,1 S cm-1/mol yang jauh lebih kecil dari H+ sehingga harga konduktivitas total dari larutan
turun. Pada titik akhir titrasi, H+ dalam larutan telah bereaksi seluruhnya dengan OH-, sehingga
penambahan NaOH lebih lanjut akan menaikkan harga konduktivitas total larutan, karena terdapat OH-
dengan konduktivitas molar 198,3 S cm-1/mol. Titik akhir dapat ditentukan dalam grafik titrasi sebagai
berikut : Titrasi konduktometri sangat sesuai untuk asam atau basa lemah, karena penggunaan
potensiograph / titroprocessor dengan elektroda kaca menghasilkan titik akhir yang kurang jelas.
Namun titrasi konduktometri tidak dapat dilakukan dalam cuplikan yang mengandung konsentrasi ion
lain yang tinggi, karena titik akhir menjadi kurang tajam. Titrasi konduktometri sangat berguna untuk
melakukan titrasi pengendapan. Keuntungan titrasi konduktometri adalah grafik titrasi seluruhnya
digunakan untuk menentukan titik akhir sedangkan pada kurva titrasi potensiometri titik akhir ditentukan
dari bentuk grafik dekat titik akhir saja. Kepekaan cara konduktometri jauh lebih baik. Titrasi
konduktometri masih memberi titik akhir yang jelas untuk asam atau basa lemah dalam konsentrasi
encer, sedangkan dengan potensiometri titik akhir tidak jelas lagi. Pemeliharaan Elektroda Elektroda
yang kering sebelum dipakai direndam sebentar dalam etanol lalu dibilas dengan air. Sehabis dipakai
elektroda dibilas lagi dengan air lalu disimpan lagi dalam air. Elektroda yang akan disimpan untuk
jangka waktu yang panjang harus dikeringkan lalu disimpan kering. Sekali-sekali elektroda perlu dilapis
ulang dengan platinum (platinizing) sesuai dingin procedure dalam manual.

5 Secara berkala dan sehabis setiap kali platinizing elektroda perlu dikalibrasi ulang dengan larutan
kalibrasi yang telah disediakan oleh metrohm, lasimnya dengan larutan kalibrasi KCl. Tetapan elektroda
distel pada 1,0 x 1 di konduktometer, lalu koefisien suhu 2,0 untuk KCl 1 mol/liter. Tetapan elektroda
dihitung dengan rumus : Hal-hal berikut harus selalu diingat-ingat ketika melakukan titrasi : 1.
Penyesuaian ph. Untuk banyak titrasi EDTA, ph larutan sangatt menentukan sekali; seringkali harus
dicapai batas-batas dari 1 satuan ph dan sering batas-batas dari 0,5 satuan ph harus dicapai, agar
suatu titrasi yang sukses dapat dilakukan. Untuk mencapai batas-batas kontrol yang begitu sempit,
perlu digunakan sebuah ph-meter sewaktu menyesuaikan nilai ph larutan, dan bahkan untuk kasus di
mana batas ph adalah sedemikian sehingga kertas uji ph boleh digunakan untuk mengontrol
penyesuain ph, hanyalah kertas dari jenis dengan jangkau yang sempit boleh digunakan. 2. Pemekatan
ion logam yang akan dititrasi.kebanyakan titrasi berhasil dengan baik dengan 0,25 mmol ion logam
yang bersangkutan dalam volume cm3 larutan. Jika konsentrasi ion logam itu terlalu tinggi; maka titik
akhir mungkin akan sangat sulit untuk dibedakan, dan jika kita mengalami kesulitan dengan titik akhir,
maka sebaiknya mulailah lagi dengan satu porsi larutan uji yang lebih sedikit, dan encerkan ini sampai
cm3 sebelum menambahkan medium pembufer dan indikator, lalu diulangi titrasi itu. 3. Banyaknya
indicator. Penambahan indicator yang terlalu banyak merupakan kesalahan yang harus kita hindarkan.
Dalam banyak kasus, warna yang ditimbulakan oleh indicator sanagt sekali bertambah kuat selama
jalannya titrasi, dan labih jauh, banayak indicator memperlihatkan dikroisme, yaitu terjadi suatu
perubahan warna peralihan pada satu dua tetes sebelum tiik akhir yang sebenarnya. 4. Pencapaian
titik-akhir. Dalam banyak titrasi EDTA, perubahan warna disekitar titik akhir, mungkin lambat. Dalam
banyak hal-hal demikian, sebaiknya titran ditambahkan dengan hati-hati sambil larutan terus menerus
diaduk; dianjurkan untuk memakai pengaduk magnetic. Sering, titik akhir yang lebih tajam dapat dicapai
jika larutan diapnaskan samapi sekitar kira-kira 40OC. Titrasi dengan CDTA selalu lebih lambat dalam
daerah titik akhir divbanding dengan titrasi EDTA padanan. 5. Deteksi perubahan warna. Dengan
semua indicator ion logam yang digunakan pada titrasi kompleksometri, deteksi titik akhir dan titrasi
bergantung pada pengenalan suatu perubahan warna yang tertentu; bagi banyak pengamat, ini dapat
merupakan tugas yang sulit, dsan bagi yang menderita buta warna, bolehlah dikata mustahil. Kesulitan-
kesulitan ini dapat diatasi dengan menggantikan mata dengan suatu fotosel yang jauh lebih peka, dan
meniadakan unsurt manusiawi. Untuk melakukan operasi yang dituntut, perlu tersedia sebuah
kolorimeter atau spektrofotometer dalam mana kompartemen kuvetnya adaalh cukup besar untuk
memuat bejana titrasi (labu Erlenmeyer atau piala berbentuk tinggi) Spektrofotometer Unicam SP 500
merupakan contoh dari instrumen yang sesuai untuk tujuan ini, dan sejumlah fototitrator tersedia secara
komersial. 6. Metode lain untuk mendeeksi titik akhir. Disamping deteksi secara visualdan secara
spektrofotometri dari titik akhir dalam titrasi EDTA denagn bantuan indicator ion logam, metode berikut
ini juga tersedia untuk deteksi titik akhir. a. Titrasi potensiometer dengan memakai sebuah electrode
merkurium b. Titrasi potensiometer dengan memakai sebuah electrode ion selektif yang berespons
terhadap ion yang sedang dititrasi.

6 c. Titrasi potensiometri dengan memekai sebuah system electrode platinum mengkilat kalomel jenuh,
ini dapat dipakai bila reaksi melibatkan dua keadaan oksidasi berlainan (dari) suatu logam tertentu d.
Dengan titarasi titrasi konduktometri e. Dengan titrasi amperometri f. Dengan titrasi entalpimetri Aplikasi
Titrasi Konduktometri Dasar Analisis Tablet Aspirin dengan Metode Titrasi Konduktometri Menurut
hukum Ohm I = E/R; di mana: I = arus dalam ampere, E = tegangan dalam volt, R = tahanan dalam
ohm. Hukum di atas berlaku bila difusi dan reaksi elektroda tidak terjadi. Konduktansi sendiri
didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan sehingga I = EL. Satuan dari hantaran (konduktansi)
adalah mho. Hantaran L suatu larutan berbanding lurus pada luas permukaan elektroda a, konsentrasi
ion persatuan volume larutan Ci, pada hantaran ekivalen ionik S1, tetapi berbanding terbalik dengan
jarak elektroda d, sehingga: L = a/d x S Ci S1 Tanda S menyatakan bahwa sumbangan berbagai ion
terhadap konduktansi bersifat aditif. Karena a, dan d dalam satuan cm, maka konsentrasi C tentunya
dalam ml. Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus dikalikan faktor nilai d/a = S
merupakan faktor geometri selnya dan nilainya konstan untuk suatu sel tertentu sehingga disebut
tetapan sel. Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel, yang
tetapan selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui
dengan tepat, misal, suatu larutan kalium klorida standar. Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian
jembatan Wheatstone dan resistansnya diukur. Pengaliran arus melalui larutan suatu elektrolit dapat
menghasilkan perubahan-perubahan dalam komposisi larutan di dekat sekali dengan lektrode-
elektrode, begitulah potensial-potensial dapat timbul pada elektrode-elektrode, dengan akibat
terbawanya sesatansesatan serius dalam pengukuran-pengukuran konduktivitas, kecuali kalau efek-
efek polarisasi demikian dapat dikurangi sampai proporsi yang terabaikan. Konduktivitas suatu larutan
elektrolit, pada setiap temperatur hanya bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion
tersebut. Bila larutan suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion
berada per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode yang
terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik
selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk
elektrolit-elektrolit kuat dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah.
Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit lain pada kondisi-kondisi yang tak
menghasilkan perubahan volume yang berarti akan mempengaruhi konduktans (hantaran) larutan,
tergantung apakah ada tidaknya terjadi reaksi-reaksi ionik. Jika tak terjadi reaksi ionik, seperti pada
penambahan satu garam sederhana kepada garam sederhana lain (misal, kalium klorida kepada
natrium nitrat), konduktans hanya akan naik semata-mata. Jika terjadi reaksi ionik, konduktans dapat
naik atau turn; begitulah pada penambahan suatu basa kepada suatu asam kuat, hantaran turun
disebabkan oleh penggantian ion hidrogen yang konduktivitasnya tinggi oleh kation lain yang

7 konduktivitasnya lebih rendah. Ini adalah prinsip yang mendasari titrasi-titrasi konduktometri yaitu,
substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain. Biasanya
konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode
konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup
besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama
pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi
larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi
secara linear lagi dengan konsentrasi. Hendaknya diperhatikan pentingnya pengendalian temperatur
dalam pengukuran-pengukuran konduktans. Sementara penggunaan termostat tidaklah sangat penting
dalam titrasi konduktometri, kekonstanan dalam temperatur dituntut, tetapi biasanya kita hanya perlu
menaruh sel konduktivitas itu dalam bejana besar penuh air pada temperatur laboratorium.
Penambahan relatif (dari) konduktivitas larutan selama reaksi dan pada penambahan reagensia
dengan berlebih, sangat menentukan ketepatan titrasi; pada kondisi optimum kira-kira 0,5 persen.
Elektrolit asing dalam jumlah besar, yang tak ambil bagian dalam reaksi, tak boleh ada, karena zat-zat
ini mempunyai efek yang besar sekali pada ketepatan. Akibatnya, metode konduktometri memiliki
aplikasi yang jauh lebih terbatas ketimbang prosedur-prosedur visual, potensiometri ataupun
amperometri. Asam salisilat adalah golongan khusus dari asam hidroksi. Penggunaan utama dari asam
salisilat adalah dalam pembuatan aspirin. Reaksi dengan anhidrida asetat mengubah gugus hidroksil
fenolik dari asam salisilat menjadi ester asetil, yaitu aspirin : Kelebihan titrasi konduktometer a. titrasi
tidak menggunakan indikator, karena pada titik keivalen sudah dapat ditentukan dengan daya hantar
dari larutan tersebut. b. Dapat digunkan untuk titrasi yang berwarna c. Dapat digunakan untuk titrasi
yang dapat menimbulkan pengendapatan d. Lebih praktis e. Lebih cepat atau waktu yang diperlukan
lebih sedikit f. Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi volumetri
kekurangan titrasi konduktometer a. Hanya dapat diterapkan pada larutan elektrolit saja b. Sangat
dipengaruhi temperatur c. Dapat ditunjukka dengan tidak langsung d. Peralatan cukup mahal e. Jika
tidak hati hati maka akan cepat rusak f. Tidak bisa digunakan pada larutan yang sangat asam atau
basa karena akan meleleh.

8 F. PROSEDUR PERCOBAAN dan resistan thermometer Pt-100 pada socket warna merah (A3 dan
B4). hitam (A1 dan B2) -1 maka kita memasukkan angka 7,9 kemudian menekan tombol (x 0,1) yang
ada pada deretan diatasnya sebagai factor pengali sehingga nilai konstanta sel menjadi 0,79 cm-1 (
7,9 x 0,1 = 0,79). (set) temperatur pengukuran (0,0 99,9ºC) yaitu 150ºC. Kita tidak menggunakan Pt-
100, maka kita menekan tombol temp karena kita menggunakan titrasi manual dan bukan otomatis.
yang tidak tercantum dalam tabel ini memasukkan harga 2,0. Karena kita menggunakan KCl dengan
koefisien suhu 1,95 maka kita membulatkannya senilai 2,0. Zat 1 M ( 18ºC ) Koefisien Suhu ( α ) HNO3
KNO3 NH3 H2O NH4Cl KCl NaCl 1,47 2,05 2,38 1,98 1,95 2,17

9 sebanyak 50 ml. Suhu ( ºC ) Konduktivitas KCl 0,1M ( ms / cm ) ,15 9,73 10,48 11,67 12,88 display
menunjukkan sama dengan nilai konduktivitas yang ada pada tabel diatas. nd by. dimasukkan kedalam
konduktometer. ada cell, dan nilai tersebut * Mencari Hantaran (Konduktivitas = G) Dari beberapa
Konsentrasi Larutan Asam Atau Basa berikut : 1M; 0,5M; 0,1M; 0,05M; dan 0,01M kedalam labu takar
50 ml dan menambahkan aquadest atat nilai konduktivitas pada display.

10 mengeringkannya dengan tissue. dan 0,01M. * Titrasi Larutan HCl dengan NaOH HCl 0,1M dan
menambahkan aquadest hingga sel tercelup kemudian mengaduknya dengan magnetic stirrer. larutan
basa yaitu NaOH) ke dalam gelas kimia yang berisi larutan sampel HCl.0,1M. (volume penitar = 0 ml).
yang diinginkan. da dosimat sampai volume tertentu atau tombol stand by. Bila titrasi melewati titik
ekuivalen, maka volume penitar yang ditambahkan diperkecil. mengeringkannya dengan tissue.
G.DATA PENGAMATAN

11 Kalibrasi konduktometer Elektroda yang digunakan 0,77 cm Konduktivitas KCl 0,1M suhu 20oC
pada tabel = 11,67 ms/cm Konduktivitas KCl 0,1M suhu 20oC yang terukur = 10,09 ms/cm Hubungan
antara konduktivitas dan konsentrasi NO Konsentrasi HCl (M) Konduktivitas Larutan ,5 0,1 0,05 0,01
199,9 152,6 33,2 17,43 3,61 Sampel HCL xn 10 ml Titrasi HCl dengan NaOH 0,1 M untuk penentuan
konduktivitas NO. Volume NaOH ( ml ) Konduktivitas ( ms/cm)

12

13 ,11 1,84 1,628 1,466 1,222 0,919 0,802 0,644 0,688 0,764 0,874 0,885 1,112 1,230 1,351 1,474
1,592 1,710 1,834 1,934 2,08 2,19

14 H. PERHITUNGAN a. Kalibrasi konduktometer K =. konstanta sel yang digunakan K =. 0,77 cm-1 K


= 0,891 cm-1 Artinya kita harus memasukkan angka 8,9 kemudian menekan tombol (x 0,1) sebagai
factor pengali sehingga nilai konstanta sel menjadi 0,89 cm-1 (8,9 x 0,1 = 0,84) b. Pembuatan larutan
Pembuatan larutan NaOH 1M V1. N1 = V2. N2 100 ml. 1M = V2 1M V2 = 100 ml Pembuatan larutan
NaOH 0,5M V1. N1 = V2. N2 100 ml. 0,5M = V2 1M V2 = 50 ml Pembuatan larutan NaOH 0,1M V1. N1
= V2. N2 100 ml. 0,1M = V2 1M V2 = 10 ml Pembuatan larutan NaOH 0,05M

15 V1. N1 = V2. N2 100 ml. 0,05M = V2 1M V2 = 5 ml Pembuatan larutan NaOH 0,01M V1. N1 = V2.
N2 100 ml. 0,01M = V2 1M V2 = 1 ml c. Penentuan konsentrasi NaOH pada titrasi konduktometri Dik :
VHCl = 10 ml NNaOH = 0,1M VNaOH = 5,2 ml (end point pada grafik) Dit : NHCl.? Penyelesaian V1
N1 VHCl N HCl = V2 N2 = VNaOH NNaOH 10 ml NHCl = 5,2 ml 0,1 N NHCl = 0,052 N I. PEMBAHASAN
Didalam titrasi konduktometri kita akan mendapatkan beberapa kemudahan yang mungkin tidak kita
dapatkan jika kita menggunkan dengan titrasi lainya, misal tidak menggunakan indikator, karena dalam
titrasi konduktometri ini kita hanya mengukur daya hantar larutan. Jadi dalam titrasi konduktometri ini
kita tidak perlu mencari titik ekivalen dengan melihat adanya perubahan warna. Walaupun demikian
masih banyak kelemahan-kelamahan dalam titrasi konduktometri ini. Karena kita tahu bahwa dalam
titrasi konduktometri hanya terbatas untuk larutan yang tergolong kedalam larutan elektrolit saja.
Sedangkan untuk larutan non elektrolit tidak dapat menggunakan titrasikonduktometri. Titrasi
konduktometri ini sangat berhubungan dengan daya hantar listrik, jadi juga akan berhubungan dengan
adanya ion ion dalam larutan yang berperan untuk menghantarkan

16 arus listrik dalam larutan. Arus listrik ini tidak akan bisa melewati larutan yang tidak terdapat ion-ion,
sehingga larutan non elektrolit tidak bisa menghantarkan arus listrik. Dalam titrasi konduktometri ini
juga sangat berhubungan dengan konsentrasi dan temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya
hantarnya. Sehingga kita harus menjaga temperatur larutan agar berada dalam keadaan konstan,
sehingga kita dapat memebedakan perbedaan dari daya hantar larutan hanya berdasarkan perbedaan
konsentrasi saja. Jika temperatur berubah-ubah maka bisa saja konsentrasi yang besar seharusnya
memilki daya hantar yang besar malah memiliki daya hantar yang kecil karena suhunya menurun.
Sehingga ion-ion dalam larutan tidak dapat begeraka dengan bebas. Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui daya hantar listrik suatu larutan. Konduktivitas suatu larutan elektrolit bergantung pada ion-
ion yang ada dalam konsentrasinya. Pada percobaan ini, sel konduktansi dibilas dengan aquades agar
alat yang digunakan bebas dari ion-ion yang mengganggu serta untuk menetralkan alat sehingga tidak
dipengaruhi oleh pengukuran sebelumnya. Pada percobaan ini, dilakukan penentuan titik ekuivalen
antara larutan HCl dan larutan NaOH dimana kedua larutan ini, merupakan penghantar listrik yang baik.
Setiap proses titrasi, (penambahan NaOH 1 ml) dilakukan proses pengadukan dengan magnetik stirer.
Hal ini dilakukan agar dapat mengoptimalkan kemampuan daya hantar listriksehingga ionnya dapat
menyebar merata. Dari hasil percobaan dapat di lihat nilai konduktivitas dari NaOH berbanding lurus
dengan konsentrasi NaOH. Hal ini dapat terjadi karena Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap
temperature hanya bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan
elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion pada per cm3 larutan untuk
membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektroda yang terpisah 1 cm satu sama lain
dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini
sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar ionic untuk elektrolitelektrolit lemah
Perbandingan lurus ini juga dikarenakan konduktivitas larutan kimia yang lazimnya berkisar antara 0,
mili siemens per cm (ms/cm). Kalau dua elektroda direndam dalam larutan yang mengandung ion-ion,
maka akan mengalir arus listrik antara kedua elektroda tersebut. Arus mengalir dari katoda yang
bermuatan negative ke anoda yang bermuatan positif. Sebagai pembawa arus adalah ion-ion dalam
larutan. Selisih potensial antara kedua elektroda tersebut tidak boleh terlalu besar agar tidak terjadi
elektrolisa. Sehingga semakin besar arus dan konsentrasi ion-ion didalam larutan maka semakin besar
pula konduktivitasnya. Oleh karena itu setiap elektroda mempunyai factor tersendiri yang dimasukkan
dalam perhitungan konduktivitas (cell constant K/cm).

17 Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa Volume HCl vs Konduktivitas Larutan, bentuk grafiknya turun
naik. Dimana, semakin mendekati titik ekivalen maka grafiknya menurun. Namun, jika melewati titik
ekivalen maka grafiknya naik kembali. Hal ini terjadi karena semakin banyak volume peniter yang
digunakan maka konduktivitas larutan akan semakin menurun, namun penambahan volume peniter
secara terus menerus akan mengakibatkan konduktivitas larutan semakin naik karena volume peniter
akan semakin jenuh di dalam larutan. Jika membandingkan konsentrasi yang didapatkan dari HCl yang
dipakai sebagai peniter, maka didapatkan konsentrasinya yaitu sebesar 0,052 N, konsentrasi ini
berbeda dengan konsentrasiyang tertera pada label yaitu 0,1N, ini berarti hasil yang didapatkan itu
boleh dikatakan tidaksempurna. Hal ini terjadi karena mungkin pada saat memipet dan pada saat
pembuatan larutan terjadi kesalahan atau ketidaktelitian sehingga kkonsentrasi yang didapatkan
berbeda. II. KESIMPULAN Konsentrasi HCl pada akhir titrasi adalah 0,052N dan nilai konduktivitasnya
sebesar 0,52 ms. Sedangkan nilai konduktivitas suatu zat berbanding lurus dengan konsentrasi yang
dimiliki. III. DAFTAR PUSTAKA Buku Panduan Praktikum Analisis Instrumentasi, Politeknik Negeri
Ujung Pandang Tahun 2004 dari File PEDC Bandung. http: www. Laporan konduktometri.
Blogspot.com Catatan Kecil:KONDUKTOMETRI.htm Zona Trio Etena:KONDUKTOMETRI.htm
Rehma:Titrasi Konduktometri.htm

18 KONDUKTOMETRI I. TUJUAN a. Menentukan titik ekivalen dari titrasi dengan cara mengukur daya
hantar listrik suatu larutan elektrolit. b. Untuk mengetahui hubungan antara penambahan pentiter
terhadap daya hantar listrik secara konduktometri. c. Mengetahui cara menghitung konsentrasi larutan
Cx berdasarkan kurva larutan standar. II. TEORI DASAR Prinsip kerja dari konduktometri ini adalah sel
hantaran dicelupkan kedalam larutan ion positif dan negative yang ada dalam larutan menuju sel
hantaran menghasilkan sinyal listrik berupa hambatan listrik larutan. Hambatan listrik dikonversikan
oleh alat menjadi hantaran listrik larutan. Konduktometri adalah suatu metoda analisi yang berdasarkan
kepada pengukuran daya hantar listrik yang dihasilkan oleh sepasang elektroda inert yang mempunyai
luas penampang (A) dan jarak tertentu (d). Daya hantar listrik tersebut merupakan fungsi konsentrasi
dari larutan elektrolit yang di ukur. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di
dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik
(G) merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1. Bila
arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G)
berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua
elektroda (l). G = l/r = k (A / l) dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm -1 cm -1 Daya
Hantar Ekivalen (Equivalen Conductance) Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus
listrik disebut daya hantar ekivalen (^) yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat
terlarut di antara dua elektroda dengan jarak kedua electroda 1cm. Yang dimaksud dengan berat
ekuivalen adalah berat molekul dibagi jumlah muatan positif atau negatif. Contoh berat ekivalen BaCl2
adalah BM BaCl2 dibagi dua. Volume larutan (cm3) yang mengandung satu gram ekivalen zat terlarut
diberikan oleh, V = 100 / C dengan C adalah konsentrasi (ekivalen per cm-3), bilangan 1000
menunjukkan 1 liter = 1000 cm3. Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali luas (A) dan jarak
kedua elektroda (1). V= l A Dengan l sama dengan 1 cm, V = A = 100 / C

19 Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan G diperoleh, G = 1/R = 1000k/C Daya hantar ekivalen
(^) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1 gram ekivalen larutan terdapat di antara dua
elektroda dengan jarak 1 cm. ^ = 1000k/C Daya hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol yang
harganya tertentu untuk setiap ion. Pengukuran Daya Hantar Listrik Pengukuran daya hantar
memerlukan sumber listrik, sel untuk menyimpan larutan dan jembatan (rangkaian elektronik) untuk
mengukur tahanan larutan. 1. Sumber listrik Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari batrei)
melalui larutan merupakan proses faradai, yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua elektroda.
Sedangkan arus AC tidak memerlukan reaksi elektro kimia pada elektroda- elektrodanya, dalam hal ini
aliran arus listrik bukan akibat proses faradai. Perubahan karena proses faradai dapat merubah sifat
listrik sel, maka pengukuran konduktometri didasarkan pada arus nonparaday atau arus AC. 2.
Tahanan Jembatan Jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang digunakan untuk pengukuran
daya hantar. 3. Sel Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang elektroda
yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa logam yang dilapisi logam platina untuk
menambah efektifitas permukaan elektroda. III. PROSEDUR KERJA 3.1 Alat Seperangkat alat
konduktometer : mengukur DHL dari larutan Buret : sebagai tempat zat, baik yang digunakan sebagai
sampel atau penitar Labu ukur : membuat larutan sampel dan Cx dengan volume yang teliti Gelas piala
: wadah larutan sampel atau cx pada saat pengukuran DHL Pipet tetes: untuk memipet aquades pada
saat menepatkan larutan

20 Pipet takar : untuk memipet zat 3.2 Bahan Asam sulfat (H2SO4) 0,1 N : sebagai sampel Natrium
hidroksida (NaOH) 0,1N : sebagai larutan penitar Aquadest: sebagai penetral konduktometer,
mengencerkan larutan dan membilas alat.\ 3.3 Cara kerja A. Pengukuran Daya Hantar Listrik 1. Pasang
dengan peralatan konduktometer dan celupkan system elektroda ini pada larutan akuades. 2. Hidupka
alat dengan memutar tombol function dari posisi off ke line. Biarkan alat stabil selama lebih kurang 5
menit. 3. Minimumkan tombol sensitivity amati indicator alat, atur range selector sampai didapatkan
posisi paling jarak terjauh pada bayangan system indicator. 4. Sensitivity dimaksimumkan lalu atur
tombol drive sedemikian rupa sampai didapat posisi maksimum pengamatan bayangan pada system
indicator. 5. Baca dan catat nilai skala yang ditunjukkan. Nilai DHL merupakan nilai skala dikalikan
dengan nilai factor pada range yang terpilih. 6. Siapkan dengan memipet 10 ml H2SO4 masukkan
kedalam beker gelas, tambahkan akuades sampai volumenya menjadi 50 ml. 7. Celupkan elektroda
dan lakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N dengan tahapan penambahan pentiter tiap 0,5 ml sampai
didapatkan kenaikan nilai DHL, dalam hal ini dibutuhkan minimal 5 data kenaikan sebelum titrasi
dihentikan. 8. Daya hantar terkoreksi didapat dengan memasukkan factor pengenceran pada tiap
tahapan titrasi yakni : DHL terkoreksi = DHL terbaca x V0 + y / V0 9. Buat kurva titrasi antara DHL
terkoreksi Vs volume pentiter. Didapatkan dua pola garis percobaan DHL sebelum dan sesudah titik
ekivalensi dimana garis ini akan berpotongan pada satu titik, titik inilah merupakan titik ekivalensi titrasi.
10. Lakukan hal yang sama dengan larutan Asam Sulfat dan selanjutnya larutan tugas Cx yang
diberikan. 3.4 Skema kerja NaOH

21 dengan konduktometer Ukur DHL (daya hantar listrik) sampai dicapai angka optimum Sampel Asam
Sulfat Larutan Cx IV. HASIL PENGAMATAN Tabel. Hasil pengamatan untuk sampel dan Cx Volume
NaOH DHL (Sampel) DHL (Cx)

22 Kurva Titrasi Sampel

23 Konsentrasi asam sulfat : Vas.sulfat. Nas.sulfat = VNaOH. NNaOH 10 ml x N = 9 ml x 0,1 N = 0,9 :


10 Nas.sulfat = 0,09N Kurva Titrasi Cx Volume Asam sulfat : Vas.sulfat. Nas.sulfat = VNaOH. NNaOH
V x 0,09 = 6,5 ml x 0,1 V = 0,65 : 0,09 Vas.sulfat = 7,222 ml V. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini
yaitu uji daya hantar listrik suatu larutan dengan metode konduktometri, digunakan larutan asam sulfat
sebagai sampel yang akan diukur dan natrium hidroksida sebagai pentitarnya. Perlakuannya adalah
larutan asam sulfat dipipet 10 ml ke Erlenmeyer, kemudian dititar dengan NaOH 0,1 N. Volume NaOH
pertama 0,5 N, lalu ukur DHL asam sulfat tersebut. Setelah itu tambahkan NaOH lagi sebanyak 0,5 ml,
lalu ukur DHL, begitu seterusnya. Dengan catatan, penambahan NaOH harus rangenya 0,5 ml sampai
didapatkan titik akhir yang ditandai dengan naiknya angka DHL setelah turun. Data yang didapatkan
harus dibuat dalam bentuk grafik supaya titik akhir bisa dibaca dan diketahui.

24 Asam sulfat yang digunakan belum diketahui konsentrasinya, maka perlu dihitung dengan
menggunakan rumus (V.N)1 = (V.N)2. Setelah didapatkan nilai konsentrasi dari asam sulfat maka
ditentukan nilai Cx dari analis. Konsentrasi asam sulfat yang digunakan setelah dilakukan perhitungan
adalah 0,09 N. Dan nilai untuk Cx yaitu berapa volume asam sulfat yang dipakai dapat diketahui setelah
didapatkan nilai konsentrasinya. Volume asam sulfat yang digunakan untuk Cx adalah 7,222 ml. VI.
KESIMPULAN Dari hasil pengamatan dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa : a. Titik
ekivalen untuk sampel adalah pada penambahan NaOH 9 ml, sedangkan titik ekivalen untuk Cx adalah
pada penambahan NaOH 6,5 ml. b. Konsentrasi asam sulfat yang didapatkan adalah 0,09 N c.
Konduktometri digunakan untuk mengukur daya hantar listrik suatu larutan dengan metode titrasi dan
diukur dengan konduktometer. DAFTAR PUSTAKA ü Hafnimardiyanti dan Martalius.2011.Modul
praktikum instrument analisis II. ATIP:Padang ü diakses pada tanggal 14 Januari

25 konduktometri Konduktometri adalah salah satu metoda analisa kimia kuantitatif berdasarkan daya
hantar listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi
ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan
ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Kelebihan ini meliputi biaya yang
rendah. Voltmeter dan elektroda jauh lebih murah dibandingkan dengan instrumen-instrumen ilmiah
yang paling modern (Basset, 1994:615). Gambar I.3 Alat konduktometri (Sulaeman, Suparto, Eviati,
2005) Berdasarkan hukum Ohm bahwa arus listrik I (ampere) yang mengalir dalam sebuah konduktor
berbanding lurus dengan gaya gerak listrik E (volt) dan berbanding terbalik dengan hambatan R (ohm)
dari konduktor(basset, 1994:615). I=E/R (1) Sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1.
Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan yang mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik
(G) berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua
elektroda (I) (Basset, 1994:615). G = l/r = k (A / l) (2) Kemampuan suatu zat terlarut untuk mengantarkan
arus listrik disebut daya hantar ekivalen (^) yang didefinisikan sebagai daya hantar suatu gram ekivalen
zat terlarut di antara dua elektroda dengan jarak kedua elektroda adalah 1 cm. yang dimaksud dengan
berat ekivalen adalah berat molekul dibagi jumlah muatan negatif atau positif. Volume larutan (cm3)
yang mengandung satu gram ekivalen zat terlarut diberikan oleh (Basset, 1994:616); V=1000/C (3)
Dengan C adalah konsentasi (ekivalen per cm3), bilangan 1000 menunjukan 1 liter = 1000 cm3. Volume
juga dapat dinyatakan sebagai kali luas (A) dan jarak kedua elektroda (1) (Basset, 1994:616). V=I A (4)
Dengan I sama dengan 1 cm; V=A=1000/C (5) Subtitusi persamaan ini ke dalam persamaan G
diperoleh; G=1/R=1000k/C (6) Daya hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol yang harganya
tertentu untuk setiap ion (Basset, 1994:616). Dalam pengukuran daya hantar listrik diperlukan sumber
listrik, sel untuk meyimpan larutan dan jembatan (rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan
larutan. Berikut adalah penjelasan hal-hal yang diperlukan dalam pengukuran daya hantar listrik
(Basset, 1994:617); 1) Sumber listrik Hantaran arus DC (Direct Current) melalui larutan merupakan
proses Faraday, yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua elektroda. Sedangkan arus AC
(Alternating Current) tidak memerlukan arus elektro kimia pada elektroda-elektrodanya. Dalam hal ini,
aliran arus listrik bukan akibat proses Faraday. Perubahan karena proses Faraday dapat merubah sifat
listrik sel, maka pengukuran konduktometri didasarkan pada arus non Faraday atau arus AC. 2)
Tahanan jembatan Jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang digunakan untuk pengukuran
daya hantar. 3) Sel Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang elektroda
yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa logam yang dilapisi logam platina untuk
menambah efektifitas permukaan elektroda.

PERCOBAAN KIMIA FISIKA 2


PERCOBAAN 1
DAYA HANTAR LISTRIK
Tujuan Percobaan:
1. Mengukur daya hantar listrik berbagai senyawa
2. Mempelajari pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan elektrolit

Alat dan Bahan


Alat:
1. Multimeter 5. Beaker gelas 100ml, 250ml
2. Elektroda platina 6. Pipet volume 5ml
3. Baterai 7. Botol semprot
4. Labu takar 50ml

Bahan:
1. Aquadest 5. Larutan NaCl 9. NaBr
2. Minyak tanah 6. NH4OH 10. NH4Cl
3. Asam asetat 7. HCL 11. NaI
4. Kristal NaCl 8. NaOH

Cara Kerja:
1. Buatlah masing-masing 50ml larutan dibawah ini dengan konsentrasi 0,001 M; 0,005M ;
0,01M ; 0,05M
Kelompok I : CH3COOH, NH4OH, HCl, NaOH
Kelompok II : NaCl, NaBr, NaI
2. Mencuci elektroda (Cucilah NaOH dengan HNO3 (1:1) kemudian bilas dengan aquadest
dan bilas lagi dengan aseton, keringkan dengan kertas tissu atau alat pengering)
3. Celupkan elektroda kedalam larutan tersebut
4. Amati suhu permukaan
5. Ukurlah daya hantar masing-masing laruitan. Pengukuran selalu dimulai dari larutan
yang paling encer.
6. Mencuci elektroda (langkah 2), bila elektroda tidak digunakan lagi rendamlah dengan
aquadest.

POINT PENTING:

 Proses Terjadinya Daya Hantar Listrik kristal NaCl


Penjelasan:
NaCl (s) + air → Na+(aq) + Cl-(aq)
Kristal NaCl terdiri atas ion-ion Na+ dan ion-ion Cl-. Jika kristal NaCl itu dilarutkan dalam
air, maka ikatan antara ion positif dan ion negatif terputus dan ion-ion itu akan tersebar dan
bergerak bebas di dalam larutan. Terjadinya hantaran listrik pada larutan NaCl disebabkan
ion Na+ menangkap elektron pada katoda. Sedangkan ion-ion Cl- melepaskan elektron pada
anoda dengan menghasilkan gas klorin (Cl2).

 Macam – Macam Larutan Elektrolit


1. Larutan Elektrolit Kuat
Larutan yang memiliki daya hantar arus listrik yang kuat, karena ion-ion dalam elektrolit
semuanya terionisasi sempurna dengan harga derajat ionisasi 1 (α = 1)
Asam Kuat : HCL, HBr, HI, H2SO4, HNO3, HCLO3, HCLO4
Basa kuat : NaOH, KOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, Ba(OH)2, LiOH, RbOH, Sr(OH)2
Garam dengan kelarutan tinggi : NaCl, KCl, KI, Al2(SO4)3, Mg(NO3)2

2. Larutan elektrolit lemah


Larutan yang memiliki daya hantar listrik yang lemah, tidak mengalami ionisasi sempurna,
dengan harga derajat ionisasi lebih dari 0 kurang dari 1 (0 < α < 1)
Asam lemah : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S, HNO2, H3PO4
Basa lemah : NH4OH, Ni(OH)2, Al(OH)3, Fe(OH)3
Garam yang sukar larut: AgCl, CaCrO4, PbI2

3. Larutan Non elektrolit


Larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik karena tidak terjadi proses ionisasi. Lampu
tidak menyala dan tidak ada gelembung gas
Contoh: Larutan gula (C12H22O11),larutan urea (CO(NH2)2 , larutan alkohol C2H5OH
(etanol)
larutan glukosa (C6H12O6)

 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Daya Hantar Listrik Penjelasan :


Besarnya daya hantar listrik larutan salah satunya di pengaruhi oleh jumlah ion dalam larutan.
Pada larutan yang memiliki konsentrasi besar, jumlah ion dalam larutan lebih
banyak. Kekuatan daya hantar listrik larutan berbanding lurus dengan jumlah ion-ion yang
terdapat di dalamnya. Larutan yang memiliki konsentrasi besar memiliki daya hantar listrik
kuat (elektrolit kuat) karena didalam larutan tersebut terdapat banyak ion. Dalam elektrolit
kuat, zat elektrolit akan terdisosiasi sempurna. Ion akan terdisosiasi sempurna dengan derajat
ionisasi = 1. Sedangkan pada elektrolit lemah, ion hanya terdisosiasi sebagian dengan derajat
ionisasi lebih dari 0 kurang dari 1.

 Ion-Ion Dalam Larutan Elektrolit Dapat Dihasilkan Dengan Dua Cara:


1. Zat terlarut memang senyawa ion, misalnya NaCl. Kristal NaCl terdiri atas ion-ion
Na+ dan ion-ion Cl-. Jika kristal NaCl itu dilarutkan dalam air, maka ikatan antara ion
positif dan ion negatif terputus dan ion-ion itu akan tersebar dan bergerak bebas di dalam
larutan.
NaCl (s) + air → Na+(aq) + Cl-(aq)
1. Zat terlarut bukan senyawa ion, tetapi jika dilarutkan dalam air, zat itu menghasilkan
ion-ion, misalnya HCl, CH3COOH dan NH3.
HCl(g) + air → H+(aq) + Cl-(aq)
CH3COOH + air → CH3COO-(aq) + H+(aq)
NH3(g) + air → NH4+(aq) + OH-(aq)
NH3 cair dan CH3COOH cair tidak dapat menghantarkan listrik, karena tidak terionisasi
tetapi tetap dalam bentuk molekul-molekulnya. HCl juga larut dalam benzena, tetapi
larutannya tidak dapat menghantarkan listrik. Berarti dalam benzena HCl tetap sebagai
molekul.

 Prinsip Kerja Konduktometer


Penjelasan :
Prinsip kerja konduktometer adalah bagian konduktor (elektroda) dimasukkan ke dalam larutan
akan menerima rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor, lalu
hasilnya akan diproses dan sebagai outputnya berupa angka konduktansi. Semakin banyak
konsentrasi suatu ion dalam larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin
banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan
maka semakin besar nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada
lingkungan yang suhunya semakin bertambah maka pertikel tersebut secara tidak lansung akan
mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel
semakin tinggi (gerakan molekul semakin cepat).

 Mengapa pengukuran dimulai dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi


Penjelasan :
Pengukuran dilakukan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi untuk memperkecil
persentase kesalahan pengukuran. Karena jika dilakukan dari konsentrasi tinggi,
dikhawatirkan sisa larutan dari konsentrasi tersebut masih menempel pada konduktometer,
sehingga mempengaruhi hasil pengukuran.

 Mengapa elektroda di celupkan di aquadest sebelum digunakan untuk mengukur


larutan yang lain
Penjelasan:
Pada percobaan ini, sel konduktansi dibilas dengan aquades agar alat yang digunakan bebas
dari ion-ion yang mengganggu (sisa dari larutan sebelumnya) serta untuk menetralkan alat
(PH aquadest = 7 (netral)) sehingga tidak dipengaruhi oleh pengukuran sebelumnya.

 Elektroda yang telah digunakan dibilas dengan aseton


Penjelasan:
Aseton merupakan salah satu Pelarut organik, yang bersifat mudah menguap. Fungsi aseton
disini untuk melarutkan berbagai macam senyawa. Sehingga ia umumnya digunakan untuk
membilas peralatan di laboratorium.

KESIMPULAN
1. Semakin besar konsentrasi larutan semakin besar daya hantar listrik larutan
Alasan:
Besarnya daya hantar listrik larutan salah satunya di pengaruhi oleh jumlah ion dalam larutan.
Pada larutan yang memiliki konsentrasi besar, jumlah ion dalam larutan lebih
banyak. Kekuatan daya hantar listrik larutan berbanding lurus dengan jumlah ion-ion yang
terdapat di dalamnya. Larutan yang daya hantar listriknya lemah (elektrolit lemah)
menunjukkan bahwa jumlah ion-ion di dalam larutan sedikit, sedangkan larutan yang daya
hantar listriknya kuat (elektrolit kuat) menunjukkan bahwa di dalam larutan terdapat banyak
ion-ionnya.
2. Larutan elektrolit kuat memiliki konduktivitas lebih tinggi daripada larutan elektrolit
lemah.

Alasan:
Karena dalam elektrolit kuat, zat elektrolit akan terdisosiasi sempurna. Ion akan terdisosiasi
sempurna dengan derajat ionisasi α = 1. Sedangkan pada elektrolit lemah, ion hanya
terdisosiasi sebagian dengan derajat ionisasi lebih dari 0 kurang dari 1.

PERCOBAAN 2
TITRASI KONDUKTOMETRI
Tujuan Percobaan:
1. Penggunaan metode konduktometri dalam volumetri
2. Menentukan konsentrasi HCL dengan metode titrasi konduktometri

Alat dan Bahan:


Alat :
1. Konduktometer 4. Labu takar 100ml, 50ml
2. Gelas piala 250ml 5. Pipet volume 10ml, 25ml
3. Erlenmeyer 250ml 6. Botol semprot
Bahan :
1. HCl 0,1 M 4. CH3COONa 0,1 M
2. NaOH 0,1 M 5. NH4OH
3. CH3COOH 0,1 M

Cara Kerja :
1. Buatlah larutan HCL 100 ml 0,001 M dan NaOH 100ml 0,05 M
2. Larutan HCl 0,001 M ditempatkan dalam erlenmeyer / gelas piala 250 ml
3. Isilah mikroburet dengan NaOH 0,05 M
4. Sel konduktometer yang telah bersih di celupkan dalam erlenmeyer / gelas piala yang
berisi larutan HCL 0,001 M
5. Jagalah agar suhu larutan tetap konstan selama percobaan dan catatlah suhu percobaan
tersebut.
6. Ukurlah daya hantar setiap penambahan NaOH mulai 0 ml sampai melewati titik
ekivalen. Usahakan setiap penambahan NaOH volumenya berkisar antara 1-2 ml.
7. Ulangi percobaan di atas untuk titrasi berikut:
a. 100 ml CH3COOH 0,001 M vs NaOH 0,05M
b. 100ml CH3COONa 0,001 M vs HCl 0,05 M
c. 100 ml NH4OH 0,001 M vs HCl 0,05 M
d. 50 ml HCL 0,001 M + 50 ml CH3COOH 0,001 M vs NaOH 0,05 M

POINT PENTING:

 Penambahan volume titran ke analit dilakukan secara bertahap.


Penjelasan :
Penambahan 2 ml titran dimaksudkan untuk memudahkan dalam pembuatan grafik titrasi.
Setelah penambahan titran larutan dihomogenkan (dengan cara di kocok). Hal tersebut
dilakukan untuk mempercepat terjadinya reaksi pada larutan sehingga semua titran yang
ditambahkan benar-benar sudah bereaksi dan konduktansinya yang terukur sudah
representatif atau mewakili konduktansi disetiap bagian larutan. Selanjutnya elektroda dari
konduktometer dicelupkan ke dalam larutan untuk mengukur konduktansinya.

 Titrasi yang pertama adalah titrasi asam kuat dengan basa kuat antara HCl dan
NaOH. Reaksi yang terjadi dalam titrasi ini adalah :

HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)

 Fungsi penggunaan NaOH dan HCL sebagai titran dalam percobaan ini
Penjelasan :
Untuk membandingkan konduktansi (daya hantar) dari berbagai zat terlarut, maka sangat
dianjurkan untuk menggunakan zat terlarut dalam jumlah standar yang terionisasi sempurna,
yang akan menghasilkan jumlah muatan positif dan muatan negatif yang sama banyak, yang
sering digunakan adalah larutan NaOH sebagai larutan standar.

 Mengapa suhu larutan harus tetap konstan selama percobaan


Penjelasan :
Dalam titrasi konduktometri penentuan daya hantar listrik sangat berhubungan dengan
konsentrasi dan temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantar listriknya. Sehingga
kita harus menjaga temperatur larutan agar berada dalam keadaan konstan. Suhu lingkungan
mempengaruhi daya hantar listrik larutan, semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin
besar nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada lingkungan yang
suhunya semakin bertambah maka partikel tersebut secara tidak langsung akan mendapat
tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel semakin
tinggi (gerakan molekil semakin cepat).
Jika temperatur berubah – ubah maka bisa saja konsentrasi yang besar seharusnya
memilki daya hantar yang besar tetapi malah sebaliknya yaitu memiliki daya hantar listrik yang
kecil karena pengaruh dari turunnya suhu. Sehingga ion –ion dalam larutan tidak dapat
bergerak dengan bebas.

 Prinsip kerja konduktometer


Penjelasan :
Prinsip kerja konduktometer adalah bagian konduktor (elektroda) dimasukkan ke dalam larutan
akan menerima rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor, lalu
hasilnya akan diproses dan sebagai outputnya berupa angka konduktansi. Semakin banyak
konsentrasi suatu ion dalam larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin
banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan
maka semakin besar nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada
lingkungan yang suhunya semakin bertambah maka pertikel tersebut secara tidak lansung akan
mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel
semakin tinggi (gerakan molekul semakin cepat).

 Mengapa tidak perlu indikator PP


Penjelasan :
Pada percobaan ini praktikan hanya mengukur daya hantar listrik larutan yang telah
ditambahkan sebanyak 2ml titran kedalam analit. Jadi dalam titrasi konduktometri ini kita
tidak perlu mencari titik ekivalen dengan melihat adanya perubahan warna

KESIMPULAN:
1. Semakin besar konsentrasi larutan, semakin besar daya hantar listrik larutan.

Alasan :
Semakin banyak konsentrasi suatu ion dalam larutan maka semakin besar nilai daya
hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh konduktor.
Daya hantar jenis listrik suatu larutan dipengaruhi oleh konsentrasi larutannya. Penurunan
nilai konduktivitas ini terjadi karena jumlah ion persatuan luas semakin sedikit. Akan tetapi
kemampuan ion pada larutan akan semakin besar karena tidak adanya hambatan antar ion
pada larutan encer.
2. Pada asam kuat dan basa kuat (Percobaan A)(HCL vs NaOH), memiliki daya hantar
listrik paling besar.

Alasan:
Pada asam kuat (HCL) dan Basa kuat (NaOH), gaya tarik-menarik antar ion-ionnya cukup
besar bila dibandingkan dengan gaya tarik menarik antar ion-ion asam lemah (CH3COOH,
CH3COONa) atau basa lemah (NH4OH). Hal inilah yang menyebabkan daya hantar listrik
pada asam kuat atau basa kuat akan semakin besar dan larutan yang merupakan asam lemah
atau basa lemah akan semakin kecil.

PERCOBAAN 3
REAKSI ETIL ASETAT DENGAN OH- SECARA KONDUKTOMETRI
Tujuan Percobaan :
Penggunaan metode konduktometri untuk menentukan orde reaksi dan konstanta kecepatan
reaksi penyabunan etil asetat.
Alat dan Bahan :
Alat :
1. Konduktometer 5. Pipet ukur
2. Termometer 6. Pipet tetes
3. Buret 50 ml 7. Labu takar
4. Pengaduk magnit 8. Erlenmeyer 250 ml

Bahan :
1. Etil asetat 0,1 M 4. Indikator PP
2. NaOH 0,1 M 5. Aquadest
3. CH3COONa 0,1 M 6. Aseton

Cara Kerja :
1. Buatlah larutan etil asetat 0,02 M, NaOH 0,02 M sebanyak 50 ml.
2. Masukkan 50 ml 0,02 M etil asetat dan 50 ml NaOH 0,02 M ke dalam erlenmeyer / beker
gelas 250 ml
3. Celupkan sel konduktometer ke dalam erlenmeyer / beker gelas yang berisi sampel
tersebut.
4. Untuk menjaga agar temperatur konstan gunakanlah termometer dan catatlah suhu
percobaan.
5. Amati perubahan daya hantar setiap selang waktu 5 menit sampai kurang lebih 1 jam.
6. Untuk mengamati Ko ( daya hantar pada waktu awal = to) dengan cara mencelupkan sel
konduktometer ke dalam 50 ml NaOH 0,02 M. Setelah suhu percobaan sama dengan
langkah (4), bacalah skala daya hantarnya.
7. Untuk mengamati/menentukan K∞ (daya hantar pada saat reaksi sempurna) caranya sama
seperti percobaan (6) tetapi larutan NaOH diganti dengan CH3COONa atau dapat juga
dengan cara titrasi 50ml CH3COOH 0,02 M dengan NaOH 0,02 M dan amati daya
hantarnya pada saat titik ekivalen.
POINT PENTING:

 Campuran etil asetat dan NaOH (rx penyabunan = rx antara seny. Ester + basa)
CH3COOC2H5 + NaOH → CH3COONa + C2H5OH

 Suhu larutan dalam erlenmeyer harus dijaga konstan dengan cara ditutup dengan
tissu
Penjelasan :
Untuk menjaga agar larutan tidak menguap (Etil asetat bersifat volatil). Selain itu jika suhu
tidak dijaga, maka akan mempengaruhi nilai daya hantarnya, karena jika suhu lingkungan
tinggi maka tumbukan antar partikel menjadi lebih cepat, sehingga kecepatan reaksi menjadi
bertambah, dan juga sebaliknya. Suhu juga merupakan salah 1 faktor yg mempengaruhi nilai
daya hantar larutan (faktor lain: jenis larutan, konsentrasi ion larutan)

 Setelah digunakan konduktometer harus di cuci dengan aquadest dan dibilas


dengan aseton
Penjelasan :
Aseton merupakan salah satu Pelarut organik, yang bersifat mudah menguap. ia melarutkan
berbagai macam senyawa. Sehingga ia umumnya digunakan sebagai untuk membilas
peralatan gelas laboratorium

KESIMPULAN:
1. Senyawa yang memiliki nilai daya hantar besar adalah senyawa golongan elektrolit kuat
seperti asam kuat, basa kuat (NaOH), dan garam

Alasan :
Larutan yang memiliki daya hantar arus listrik yang kuat, karena ion-ion dalam elektrolit
semuanya terionisasi sempurna dengan harga derajat ionisasi 1 (α = 1)

2. Sebelum reaksi, nilai daya hantar CH3COONa kecil, setelah reaksi nilai daya hantarnya
bertambah, ini karena NaOH yang telah tercampur adalah golongan basa kuat (elektrolit
kuat)

3. Suhu suatu larutan mempengaruhi nilai daya hantarnya

Alasan :
Suhu lingkungan mempengaruhi daya hantar listrik larutan, semakin tinggi suhu suatu larutan
maka semakin besar nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada
lingkungan yang suhunya semakin bertambah maka partikel tersebut secara tidak langsung
akan mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu
partikel semakin tinggi (gerakan molekil semakin cepat).

4. Molaritas / konsentrasi larutan mempengaruhi daya hantar listriknya.

Alasan :
Besarnya daya hantar listrik larutan salah satunya di pengaruhi oleh jumlah ion dalam larutan.
Pada larutan yang memiliki konsentrasi besar, jumlah ion dalam larutan lebih
banyak. Kekuatan daya hantar listrik larutan berbanding lurus dengan jumlah ion-ion yang
terdapat di dalamnya. Semakin banyak konsentrasi suatu ion dalam larutan maka semakin
besar nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh
konduktor.

PERCOBAAN 4
KONSTANTA KECEPATAN LAJU REAKSI
Tujuan Percobaan:
Mempelajari kecepatan reaksi hidrolisa sukrosa terhadap pengaruh H+ sebagai katalisator dan
menentukan konstanta kecepatan reaksinya dengan menggunkan polarimeter.

Alat dan Bahan:


Alat
1. Satu set polarimeter
2. Dua tabung polarimeter
3. Stopwatch / jam
4. Labu takar 100 ml
5. Beker gelas 100 ml
6. Gelas arloji

Bahan
1. Sukrosa murni
2. HCl 4 M
3. Asam asetat 4 M

Cara Kerja :
Pembuatan sampel
1. Menimbang 10 gram sukrosa, dilarutkan dalam 50 ml aquadest lalu disaring kemudian
encerkan dengan aquadest hingga 100 ml.
2. Ambil 20 ml JCl 4 M campurkan dengan 20 ml larutan sukrosa dengan cepat diisikan ke
dalam tabung polarimeter dan baca sudut putarnya interval waktu 10 menit selama 2 jam.
3. Sudut putaran akhir, ditunggu sampai satu hari (24jam)
4. Percobaan tersebut diulang dengan mengganti HCL 4 M sengan asam asetat 4 M.

Pengukuran sudut putar


1. Hubungkan polarimeter dengan listrik 220 volt.
2. Biarkan selama ± 10 menit untuk pemanasan alat tunggu sampai lampu biru berubah
menjadi kuning.
3. Tabung polarimeter diisi dengan larutan sukrosa hingga penuh dan tidak boleh ada
gelembung udara didalamnya.
4. Tabung tersebut kemudian dimasukkan kedalam polarimeter untuk diamati sudut
putarnya.
5. Pengamatan pembacaan skala polarimeter urutan posisi sebagai berikut (kumpulan
percobaan sederhana kimia fisika II)

POINT PENTING :

 Fungsi polarimeter
Penjelasan :
Alat polarimeter disini berfungsi untuk mempolarisasi cahaya dan mengukur besar sudut
putar jenis larutan optic aktif.

 Ketika mengisi larutan ke dalam tabung polarimeter jangan sampai ada


gelembung udara dalam tabung
Penjelasan :
Karena apabila ada gelembung udara dalam tabung polarimeter, maka dapat mengganggu
pada saat membaca sudut putar, karena kemungkinan tidak ada bagian atau sisi yang gelap,
karena terhalang gelembung udara. Hal ini juga dapat merusak tabung pada polarimeter
akibat tekanan fluktuasi (terjadi akibat ketidaktetapan atau guncangan)

 Mengapa menggunakan larutan gula untuk menentukan konstanta kecepatan


reaksi
Penjelasan :
Penggunaan larutan gula (sukrosa) karena larutan ini merupakan larutan optis aktif
(menggambarkan sifat cahaya tampak dan interaksi cahaya dengan materi), yang berfungsi
membelokkan cahaya yang telah melalui polarisator. Untuk itulah percobaan ini
menggunakan analisator (tabung polarimeter) yang sudutnya dapat diubah-ubah, untuk dapat
menemukan sinar yang telah di belokkan oleh larutan sukrosa.

 Setiap larutan memiliki sudut putar yang berbeda-beda tergantung pada


konsentrasi dan jenis larutannya.

KESIMPULAN :
1. Pada saat konsentrasi gula semakin tinggi, maka cahaya yang terlihat di polarimeter
menjadi lebih redup.
2. Konsentrasi dan jenis larutan akan mempengaruhi sudut putar, tergantung dari besarnya
sudut putar jenis larutan tersebut.
3. Semakin lama waktu pengamatan, semakin kecil pula nilai sudut putarnya.
4. Digunakan larutan gula (sukrosa), karena larutan ini merupakan optic aktif yang
berfungsi membelokkan cahaya yang telah melalui polarisator.
5. Adanya gelembung udara pada polarisator dapat mempengaruhi nilai sudut putar
larutannya.

PERCOBAAN 5
PENENTUAN VOLUME MOLAR PARSIAL
Tujuan Percobaan
Menentukan volume molar parsial larutan natrium klorida sebagai fungsi rapat massa.

Alat dan Bahan:


Alat :
1. Piknometer 1 buah
2. Labu takar 5 buah
3. Gelas kimia 100 ml 5 buah
4. Gelas kimia 1000 ml 1 buah
5. Pipet ukur 1 ml 1 buah
6. Pipet ukur 5 ml 1 buah
7. Pipet volum 5 ml 3 buah
8. Pipet volum 10 ml 3 buah
9. Batrang pengaduk 1 buah
10. Botol semprot 250 ml 1 buah
11. Pipet tetes 1 buah

Bahan :
Air suling (aquadest) dan larutan NaCl 3 M

Cara Kerja :
1. Buatlah 5 macam konsentrasi larutan NaCl dari larutan yang telah disediakan.
2. Timbanglah piknometer kosong
3. Isi piknometer sampai penuh dengan larutan yang kan diukur rapat massanya, jangan ada
udara di dalam piknometer.
4. Gantungkan piknometer didalam termostat pada suhu 30oC, posisikan agar seluruh
bagian piknometer berada dibawah permukaan air selama ± 15 menit. Hati-hati jangan
sampai air dalam termostat masuk ke dalam piknometer
5. Amati permukaan didalam piknometer harus masih tetap penuh, jika berkurang
tambahkan larutan selama piknometer masih didalam termostat.
6. Keluarkan piknometer dari dalam termostat dan cepat keringkan dengan kertas tissue.
Kemudian timbang termostat tersebut dengan menggunkan neraca analitik.
7. Lakukan pengerjaan 2 s/d 6 di atas untuk penentuan rapat massa air dan larutan NaCl
yang telah dibuat pada pengerjaan 1.

POINT PENTING:
 Penggunaan larutan NaCl dalam percobaan menentukan volume molar parsial
Penjelasan :
Larutan NaCl digunakan pada praktikum ini karena merupakan salah satu contoh larutan
elektrolit kuat. NaCl akan terurai menjadi ion Na+ dan Cl-
Rx : NaCl (s) + air → Na+(aq) + Cl-(aq)
Bila dilarutkan di dalam air, ion Na+ dan Cl- yang terurai akan mampu menyerap air tanpa
adanya penambahan volume suatu larutan sehingga disebut dengan volume molar parsial
semu.

 Mengapa air dalam thermostat jangan sampai masuk piknometer


Penjelasan :
Karena hal ini dapat mengubah massa jenis larutan dalam piknometer tersebut sehingga nilai
massa jenis larutan tidak sesuai dengan keadaan semula.

 Pengukuran dilakukan dari konsentrasi kecil ke konsentrasi besar


Penjelasan :
Hal ini dilakukan agar nantinya berat yang ditimbang untuk larutan yang konsentrasinya
kecil, tidak dipengaruhi oleh larutan yang konsentrasinya besar, karena ditakutkan sisa
larutan konsentrasi tadi masih menempel pada alat. Konsentrasi larutan yang besar dapat
mempengaruhi konsentrasi yang kecil menjadi agak besar pula walaupun tidak sama.

KESIMPULAN:
1. Semakin kecil konsentrasi larutan, maka akan semakin kecil juga berat jenis larutan
tersebut.
2. Semakin tinggi konsentrasi larutan, menunjukkan jumlah partikel dalam larutan tersebut
semakin banyak.
3. Proses pengenceran dilakukan untuk mengamati seberapa besar penambahan volume
larutan yang terjadi pada berbagai konsentrasi larutan.
4. NaCl berfungsi sebagai zat terlarut dan aquadest sebagai zat pelarut.
5. Massa jenis larutan NaCl lebih besar daripada massa jenis aquadest.
6. Adanya rongga udara di dalam piknometer setelah dikeluarkan dari termostat disebabkan
adanya perengangan ikatan natrium klorida.
7. NaCl merupakan solut yang gaya tariknya begitu kuat,sehingga memerlukan solven(air)
yang bersifat polar.

PERCOBAAN 6
MENENTUKAN TETAPAN HIDROLISA SECARA POTENSIOMETRI
Tujuan percobaan :
Menentukan tetapan hidrolisa (Kh) garam-garam elektrolit pada suhu kamar.

Alat dan Bahan


Alat

pH meter
1. PH meter 5. Botol pencuci
2. Labu takar 10 ml 6. Termometer
3. Pipet volum 10 ml, 20 ml 7. Kertas tissue
4. Beker gelas 250 ml 8. Pengaduk magnet

Bahan
1. Aquadest 5. Larutan NaCl 9. NaBr
2. Minyak tanah 6. NH4OH 10. NH4Cl
3. Asam asetat 7. HCL 11. NaI
4. Kristal NaCL 8. NaOH

Cara kerja :
1. Buatlah sari larutan Pb(NO3)2 sebanyak 100 ml dengan konsentrasi 1 x 10-1 M;
2 x 10-2 M; 4 x 10-3 M; 8 x 10-4 M; 16 x 10-5 M; 32 x 10-5 M dan 64 x 10-6 M
2. Hidupkan alat PH meter dan biarkan selama 5 s.d 10 menit, cuci elektrodanya dengan
aquadest dan keringkan dengan kertas tissue.
3. Stanbdarisasi PH meter (baca petunjuk) pengoperasian PH meter ( amati seri larutan
Pb(NO3)2)
4. Ukurlah PH larutan Pb(NO3)2 pada temperatur percobaan, dimulai dari konsentrasi yang
rendah lebih dulu.
5. Cucilah elektroda PH meter dengan aquadest dan keringkan dengan kertas tissue.
6. Opercobaan yan g sama dilakukan dengan percobaan berikut: NH4NO3; CH3COONa;
Na2SO4 dan CH3COONH4.

POINT PENTING:

 Menentukan pH larutan
Penjelasan :
pH suatu larutan dapat diketahui dengan beberapa cara, antara lain dengan jalan menitrasi
larutan dengan asam dengan indikator, yang kedua yang lebih teliti lagi dengan pH meter. PH
air disebut basa (alkaline) bila lebih dari 7 dan asam apabila kurang dari 7.

 Prinsip kerja PH (pangkat hidrogen atau power of hydrogen ) meter


Penjelasan :
Cara kerja alat ini adalah dengan cara mencelupkan kedalam air yang akan diukur (kira-kira
kedalaman 5cm) dan secara otomatis alat bekerja mengukur.
Pada saat pertama dicelupkan angka yang ditunjukkan oleh display masih berubah-ubah,
tunggulah kira-kira 2 sampai 3 menit sampai angka digital stabil.

 Pengukuran larutan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi


Penjelasan :
Pengukuran dilakukan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi untuk memperkecil
persentase kesalahan pengukuran. Karena jika dilakukan dari konsentrasi tinggi, ditakutkan
sisa larutan dari konsentrasi tersebut masih menempel pada konduktometer, sehingga
mempengaruhi hasil pengukuran. Manfaat lainnya yaitu bertujuan menghemat waktu, karena
dengan mengukur dari konsentrasi rendah ke tinggi, kita tidak perlu mencuci PH meter
selama proses pengukuran konsentrasi.

 Pencucian elektroda pH meter dengan aquadest


Penjelasan :
Pada percobaan ini, sel konduktansi dibilas dengan aquades agar alat yang digunakan bebas
dari ion-ion yang mengganggu (sisa dari larutan sebelumnya) serta untuk menetralkan alat
(pH aquadest = 7 (netral)).

 Mengapa dilakukan proses pengenceran secara bertingkat


Penyelesaian:
Konsentrasi larutan-larutan yang akan di ukur sangat kecil. Apabila menggunakan proses
pengenceran biasa, maka akan ditemukan kesulitan yaitu pada volume yang di dapat tidak
tepat di ukur karena menunjukkan jumlah volume yang sangat kecil. Oleh karena itu proses
pengenceran digunakan secara bertingkat, untuk mempermudah.

KESIMPULAN:
1. CH3COONH4 merupakan larutan garam yang berasal dari ASAM LEMAH dan BASA
LEMAH, sehingga larutan tersebut dapat menghasilkan larutan garam yang terhidrolisis
sempurna.
2. CH3COONa merupakan larutan garam yang berasal dari ASAM LEMAH (CH3COOH)
dan BASA KUAT (NaOH). Larutan ini terhidrolisis sebagian (parsial)
3. Semakin besar konsentrasi larutan, semakin besar PH (derajat keasaman) larutan.

PERCOBAAN 7
KELARUTAN TIMBAL BALIK
Tujuan percobaan :
Mempelajari kelarutan timbal balik antara dua cairan. Menggambarkan hubungan kelarutan
suhu dalam suatu diagram fase.

Alat dan Bahan:


Alat
1. Tabung reaksi sedang 6. Botol timbang
2. Tabung reaksi besar 7. Pembakar bumsen
3. Pengaduk lingkar 8. Kaki tiga
4. Termometer 9. Kawat kasa
5. Klem manice 10. Gelas kimia 1000 ml

Bahan
1. Fenol 20 gram
2. Larutan NaCl 1% 6 ml
3. Larutan CH3OH 1% 6 ml
4. Air (aquadest)

Cara kerja :
1. Siapkan campuran fenol dan air didalam tabung reaksi sedang dengan komposisi masing-
masing sebagi berikut:
2. Panaskan tiap campuran tersebut dengan penangas air (gambar kumpulan percobaan
sederhana kimia fisika II). Aduklah campuran dengan pelan, catat suhu pada saat
campuran berubah dari keruh menjadi bening. Keluarkan tabung reaksi besar dari air
biarkan campuran (larutan) menjadi dingin dan catat suhu pada saat campuran keruh
kembali.
3. Bila penimbangan fenol pada pengerjaan (1) kurang teliti tentukan konsentrasi fenol
dalam kedua fase dari tiap-tiap campuran secara volumetrik dengan menggunakan larutan
brom yang telah dibakukan.
4. Buatlah dalam tabung reaksi sedang yang bersih campuran 4gram fenol dengan 6ml
larutan CH3OH 1%. Tebtukan suhu pada saat campuran berubah menjadi jernih dan
menjadi keruh kembali. Lakukan hal yang sama untuk campuran 4 gram fenol dan 6 ml
larutan NaCl 1%

POINT PENTING:

 Pada campuran fenol – air, terbentuk 2 fase.


Penjelasan :
Pada campuran fenol-air, diperoleh larutan yang tidak saling bercampur yang membentuk 2
fase, fase atas yaitu air dan fase bawah yaitu fenol. Larutan tidak bercampur homogen, hal ini
disebabkan karena perbedaan densitas fenol dan air. Massa jenis air lebih rendah daripada
fenol.

 Faktor yang mempengaruhi kelarutan


Penjelasan :
Temperatur, konsentrasi, tekanan, jenis solven, ion asing, ion senama, pengadukan, dan luas
permukaan. Semakin besar konsentrasi semakin lambat kelarutannya. Bila didalam larutan
terdapat ion asing maka akan semakin cepat kelarutan. solut yang bersifat nonpolar akan
semakin cepat kelarutannya dalam pelarut nonpolar.sedangkan apabilaterdapat ion senama,
kelarutan akan semakin lambat.

 Sifat fenol
Penjelasan :
Korosif, sifat fenol yaitu mengandung gugus OH, terikat pada sp2-hibrida, titik didih yang
sangat tinggi yaitu 181,9C. Larut dalam pelarut organik, berupa padatan (kristal), dan tidak
berwarna.

 Perubahan warna yang terjadi dari KERUH – BENING.


Penjelasan :
Perubahan warna diakibatkan karena zat tersebut mengalami perubahan kelarutan yang
dipengaruhi oleh perubahan suhu. Perubahan suhu bergantung pada komposisi atau fraksi
mol kedua zat tersebut.

 Faktor yang mempengaruhi kelarutan


Penjelasan :
1. Temperatur
Semakin tinggi temperatur semakin cepat kelarutannya, dan sebaliknya semakin rendah
tempetur semakin kecil kelarutannya
2. Konsentrasi
Semakin besar konsentrasi semakin lambat kelarutannya, semakin kecil konsentrasi semakin
besar kelarutan.
3. Tekanan
semakin besar tekanan semakin cepat kelarutannya, dan sebaliknya semakin rendah tekanan
semakin kecil kelarutannya
4. Jenis-jenis zat pelarut
Dalam larutan zat terlarut yang bersifat polar akan semakin cepat kelarutan dalam pelarut
polar dan sebaliknya zat terlarut yang bersifat non polar akan semakin cepat kelarutannya
dalam pelarut yang non polar.
5. ion asing dan ion senama
Bila didalam sebuah larutan terdapat ion asing maka kelarutan akan semakin cepat.
Sedangkan bila dalam larutan tersebut terdapat ion senama maka kelarutan akan semakin
lambat.
6. Luas permukaan
Luas permukaan semakin besar kelarutan semakin cepat dan sebaliknya luas pemukaan
semakin sempit kelarutan akan semakin kecil.
7. Pengadukan
Bila terjadi pengadukan dalam suatu larutan maka kelarutan akan semakin cepat.

KESIMPULAN:
1. Fenol yang ditambahkan kedalam air dengan perbandingan jumlah volume fenol yang
tetap dan volume air yang berbeda-beda, temperatur yang dihasilkan semakin tinggi pada
larutan yang jumlah volume airnya paling banyak.
2. Ekperimen perubahan fase yang terjadi antara fenol – air, yaitu perubahan warna larutan
KERUH – BENING, dan BENING – KERUH. Fenol dan air kelarutannya akan berubah
apabila kedalam campuran itu ditambahkan dengan salah satu komponen penyusunnya
yaitu fenol dan air.
3. Yang mempengaruhi keadaan dari keruh menjadi benig dan sebaliknya dari bening
menjadi keruh yaitu perubahan temperatur.
4. Fenol –air tidak dapat bercampur secara homogen karena memilik massa jenis yang
berbeda.
5. Keadaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan warna larutan, termasuk salah satu
contoh kelarutan timbal-balik.

PERCOBAAN 8
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR
Tujuan percobaan :
Menentukan pengaruh temperatur terhadap kelarutan suatu zat dan menghitung panas
pelarutannya.

Alat dan Bahan :


Alat
1. Termostat 0 – 50o C 5. Beker gelas 250 ml
2. Termometer 50o C 6. Pengaduk gelas
3. Buret 50 ml 7. Pipet volume
4. Erlenmeyer 250 ml 8. Tabung reaksi 250 ml

Bahan
1. Asam oksalat 4. Larutan NaOH 0,5 M
2. Asam benzoat 5. Indikator PP
3. Asam borak 6. Es batu dan garam
Cara kerja :
1. Pada temperatur kamar ( T = 25o C) kristal asam oksalat dilarutkan dalam 100 ml aquadest
sedikit demi sedikit sampai terbentuk larutan jenuh.
2. Larutan jenuh tersebut masukkan dalam tabung reaksi besar yang dilengkapi termometer.
3. Tabung reaksi yang berisi larutan jenuh dimasukkan dalam tabung D yang dilengkapi
dengan pengaduk es dan garam dapur. Tabung reaksi yang berisi es lalu diaduk supaya
temperatur menjadi homogen.
4. Sesudah mencapai kesetimbangan (±30 detik), larutan dalam tabung C di ambil 10ml
(kristal asam oksalat tidak ikut terbawa). Kemudian titrasi denga larutan NaOH 0,5 M.
5. Langkah (4) diulangi 2 kali untuk setiap temperatur percobaan (25o C; 20o C; 15o C; 10o C;
5o C; 0o C

POINT PENTING:

 Hubungan antara garam dengan es batu


Penjelasan :
Apabila es ditaburi dengan garam akan menimbulkan reaksi kimia antara garam dan es. Pada
permukaan es batu ada selaput atau lapisan yang sangat tipis. Lapisan ini akan mencair bila
ditaburi garam sehingga akan terbentuk lapisan garam dan air. Titik beku air garam lebih
rendah dari pada titik beku air pada umumnya. Benda yang mempunyai titik beku rendah
akan mudah membeku sehingga lapisan air garam akan segera membeku kembali

 Pengaruh garam terhadap es batu


Penjelasan :
Fungsi penambahan garam pada es batu adalah untuk menjaga suhu disekitar tabung dan
memperlambat proses pencairan es batu di dalam tabung. Hal ini disebut sebagi teknik
pendinginan.

 Asam oksalat (H2C2O4)


Penjelasan :
Merupakan asam organik yang kuat yang digunakan sebagai pereduktor.

 Fungsi NaOH sebagai titran


Penjelasan :
Fungsi NaOH sebagai penyerap karbon dioksida dari udara bebas, NaOH sangat larut dalam
air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan.

 Penambahan indikator PP
Penjelasan :
Penambahan indikator pp adalah untuk mengetahui apakah reaksi sudah mencapai titik
ekivalen atau belum dengan melihat perubahan warna yang terjadi.

 Setelah mencapai suhu yang diinginkan larutan asam oksalat harus segera di titrasi
Penjelasan :
Selanjutnya dilakukan pengambilan 10ml larutan asam oksalat, larutan tersebut harus segera
di titrasi karena dengan tujuan agar suhu tersebut tidak berubah naik karena terjadi
perpindahan panas akibat adanya perbedaan suhu lingkungan dengan suhu sistem

KESIMPULAN:
1. Semakin rendah suhu semakin kecil volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi. Setiap
penurunan suhu, maka tingkat kelarutan larutan akan semakin
rendah, sehingga jumlah NaOH yang dibutuhkan juga semakin sedikit.
2. Titrasi berfungsi menentukan titik ekivalen dari suatu larutan
3. Larutan jenuh antara asam oksalat dan aquadest terjadi ketika kesetimbangan antara zat
terlarut dengan zat yang tidak terlarut.
4. Pecahan es batu bertujuan untuk mendinginkan atau menurunkan suhu larutan
5. Penambahan garam bertujuan untuk menjaga temperatur suhu batu es lebih stabil terhadap
perpindahan panas lingkungan.
6. Semakin tinggi temperatur semakin cepat kelarutannya, dan sebaliknya semakin rendah
tempetur semakin kecil kelarutannya

Anda mungkin juga menyukai