Anda di halaman 1dari 17

Laporan PTK2

Instrumen

NAMA

: Andri Wiyoga

NIM

: {2010430002}

JURUSAN

: Teknik Kimia

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


JAKARTA

Laporan PTK 2

Instrumen
I.

Prinsip

II.

Maksud Dan Tujuan

III.

Teori Percobaan
Potensiometri adalah suatu cara analisis berdasarkan pengukuran beda potensial

sel dari suatu sel alektrokimia. Pada potensiometri mempelajari hubungan antara konsentrasi
dengan potensial. Metode ini digunakan untuk mengukur potensial, pH suatu larutan,
menentukan titik akhir titrasi dan menentukan konsentrasi ion-ion tertentu dengan
menggunakan elektroda selektif ion. Susunan alat pada potensiometri meliputi elektroda
pembanding (reference electrode), elektroda indikator (indicator electrode), dan alat
pengukur potensial.
Elektroda Pembanding
Elektroda pembanding adalah suatu elektroda yang mempunyai harga potensial
tetap atau harga setengah selnya dapat diketahui, konstan, dan tidak peka terhadap
komposisi larutan yang diselidiki. Terdapat dua jenis elektroda pembanding, yaitu :
1. Elektroda pembanding primer
Contoh dari elektroda jenis ini adalah elektroda hidrogen standar. Dimana
elektroda ini terbuat dari platina yang dilapisi platina hitam dengan maksud agar
absorpsi gas hidrogen pada permukaan elektroda dapat berlangsung sempurna,
sehingga reaksinya :
H2 2 H+ + 2e
Dapat berlangsung cepat dan reversibel. Potensial setengah sel dari elektroda
pembanding primer adalah nol Volt. Notasi setengah sel dari elektroda hidrogen
adalah :
Pt/H2 (atm), H+ (M)

atau

H+ (M), H2 (atm) / Pt

2. Elektroda pembanding sekuder


Beberapa contoh elektroda pembanding yang sering digunakan untuk
pengukuran secara potensiometri adalah :
a) Elektroda kalomel (calomel electrode)
b) Elektroda perak-perak klorida.

Elektroda Indikator
Sedangkan elektroda indikator (indicator electrode) adalah elektroda yang
potensialnya tergantung pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki. Elektroda ini
merupakan pasangan dari elektroda pembanding dan terbagi dalam dua kelompok, yaitu :
1. Elektroda logam
Elektroda logam terbagi dalam empat kelompok diantaranya elektroda jenis
pertama, elektroda jenis kedua, elektroda jenis ketiga, dan elektroda untuk jenis
sistem redoks.
2. Elektroda membran
Elektroda membran digunakan untuk menunjukkan ion tertentu. Elektroda ini
biasanya disebut dengan elektroda selektif ion (ionic selective electrode, ISE).
Elektroda digunakan untuk penentuan pH dengan mengukur perbedaan potensial
antara larutan pembanding yang keasamannya tetap dan larutan yang dianalisis.
Elektroda membran dibagi menjadi empat kelompok, yaitu :
a)

Elektroda membran kaca

b)

Elektroda membran cairan

c)

Elektroda padatan

d)

Elektroda penunjuk gas


Dalam titrasi potensiometri titik akhir dideteksi dengan menetapkan volume pada

saat terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Berbagai reaksi
titrasi dapat diikuti dengan pengukuran potensiometri, reaksi meliputi penambahan atau
pengurangan beberapa ion yang sesuai dengan jenis elektrodanya. Potensial diukur sesudah
penambahan sedikit volume titran secara kontinue. Salah satu reaksi yang dapat diterjadi

pada titrasi potensiometri adalah reaksi netralisasi, yaitu reaksi asam basa. Sedangkan titran
pada umumnya adalah larutan standar dari elektrolit kuat yaitu NaOH dan HCl.
Pada percobaan di laboratorium, elektroda-elektroda acuan lebih praktis
digunakan untuk mengukur potensial-potensial dari setengah sel lainnya. Elektroda acuan
yang umum digunakan adalah elektroda kalomel. Potensial dapat diketahui melalui
persamaan redoks sederhana yaitu:
Hg2+ + 2e

Hg

Menurut persamaan Nerst, potensial dinyatakan sebagai berikut :

E E

0,0592
1
log
2
2
Hg 2

..................................... (1)

Karena Hg22+ terlibat dalam kesetimbangan lain . Hg2Cl2 (garam yang sedikit
larut) sehingga dapat ditulis sebuah konstanta hasil kali kelarutan (Ksp)

Ksp Hg 2

Cl

Hg ClKsp

..........................................(2)

Substitusi dari persamaan 2 ke 1 menghasilkan :

0,0592
Cl
EE
log
2
Ksp

Dikarenakan E0 dan Ksp adalah konstanta, terlihat bahwa konsentrasi dari Cl -.


Pada umumnya larutan tersebut dijenuhkan dengan KCl. Elektrodanya dengan demikian
disebut elektroda kalomel jenuh atau SCE dan potensiat elektroda tunggalnya adalah +0,2458
V pada 25oC.

Elektroda gelas merupakan elektroda penunjuk pH. Elektroda ini terdiri dari suatu
bola gelas yang didalamnya berisi HCl dengan konsentrasi tertentu, sebagai elektroda
pembanding dipakai elektroda Ag-AgCl dan elektroda kalomel. Elektroda gelas dapat ditulis
sebagai berikut: elektroda pembanding; larutan dengan pH tertentu; gelas; larutan dengan pH
tidak diketahui. Sel yang disusun dengan elektroda kalomel dapat ditulis sebagai berikut: Ag,
AgCl; larutan dengan pH tertentu; gelas, larutan pH tidak diketahui, KCl: Hg 2Cl2, Hg. Dari
sel ini maka yang berubah-ubah hanya pH larutan. Sehingga E sel hanya bergantung pada pH
larutan:
E sel = EoSCE + RT/nF Ln H+
Pada 25oC, E sel = EoSCE + 0,0592 pH
Dalam hal ini ESCE termasuk elektroda kalomel, elektroda larutan, dan pH tertentu dengan
dinding gelas, denagn larutan dengan pH yang tidak diketahui dan E Ag-AgCl elektroda
gelas. Dapat dipakai dalam larutan yang berupa oksidator kuat, dapat dipakai dalam larutab
bukan buffer dapat dipakai dengan larutan yang hanya sedikit punya gelas tertentu dapat
diukur pH larutan dengan internal 0 9 bahkan 0 12.
Kesukaran yang timbul adalah tekanan gelas dari gelas yang besar, hingga tidak
dapat dipakai potensiometri biasa. Untuk itu perlu dipakai potensiometri tabung vakum.
Selain cara kurva dan penambahan standar, hal penting lainnya dari elektroda tertentu bagi
analisis secara kuantitatif adalah sebagai penunjuk titik akhir titrasi. Apabila elektroda
tersebut digunakan sebagai penunjuk elektroda selama di dalam larutan selama
berlangsungnya titrasi, maka cara analisis itu disebut dengan titrasi potensiometri,
digunakannya elektroda tertentu karena tidak semua elektroda dapat digunakan sebagai
indikator titik akhir titrasi. Pada dasarnya titrasi potensiometri adalah suatu titrasi dimana
titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan menggunakan indikator, melainkan ditentukan
dengan mengukur perubahan potensial elektroda atau perubahan pH larutan selama titrasi
berlangsung. Beberapa reaksi yang dapat ditetapkan secara potensiometri adalah reaksi
penetralan, redoks, pengendapan, dan reaksi kompleksometri. Sebagai contohnya adalah
titrasi asam basa dengan menggunakan elektroda yang peka terhadap perubahan pH,
misalnya elektroda membran kaca yang sensitif terhadap ion H+.

Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume pada
mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Penentuan titik
akhir titrasi dengan cara potensiometri akan memberikan hasil yang lebih teliti daripada
dengan menggunakan indikator. Pada umumnya, titrasi dengan menggunakan indikator
tergantung pada pengamatan dan ketelitian seseorang dalam mengamati perubahan yang
terjadi. Dengan menggunakan titrasi potensiometri pengamatan titik akhir titrasi tidak
diganggu oleh perubahan warna larutan dan kekeruhan. Pada dasarnya tujuan dari titrasi
potensiometri adalah untuk menentukan letak titik ekivalen. Dalam menentukan titik
ekivalen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain, yaitu turunan pertama
E / V atau Ph / V vs volume titran (V x), kemudian dari grafik yang diperoleh dicari
harga maksimum atau minimumnya. Cara lainnya adalah dari turunan keduanya, yaitu 2E /
V2 atau 2pH /V2 vs volume titran (VY), kemudian dari grafik yang diperoleh dicari titik
nolnya. Perhitungan pada turunan pertama dan kedua adalah :
Perhitungan pada turunan pertama,
pH
V

pH 2 pH1
V

dan

V1 = V2 - V1

Keterangan :
V1 adalah selisih volume pada turunan pertama
V1 adalah volume pada pengukuran pertama
V2 adalah volume pada pengukuran kedua
Perhitungan pada turunan kedua,

2 pH
V 2
Keterangan :

pH

pH

V2

dan V2 = Vx2 Vx1

V2 adalah selisih volume pada turunan kedua


Vx1 adalah volume turunan pertama pada data pertama
V2 adalah volume turunan pertama pada data kedua
V
V VX 1

VX V2 1 VY VX 2 VX 1 X 2
2
2

Gambar 1.1 Kurva Titrasi Potensiometri

E
V

E. volt

Titik akhir

Titik akhir
V,mililiter

Titik akhir

E 2
V 2

V, milliliter

V,mililiter

IV.

Alat Dan Bahan


Bahan :

HCl 0,1N
NaOH 0,1N
Aquades
Tissue

Alat :

pH meter
Pengaduk magnet
Buret 50mL
Beaker glass 250mL
Klem dan Statif
Pipet gondok 250 mL
Propipet
Botol semprot

V.

Prosedur Kerja

a. Menyalakan alat pH meter selama 15 menit untuk pemanasan


b. Menstandarisasi alat pH meter dengan pH 4,3 dan 9,4
c. Mencuci elektroda dengan botol semprot dan mengeringkan
dengan tissue
d. Mengambil

larutan

NaOH

0,1N

sebanyak

25mL

dan

memasukkannya dalam beaker glass setelah itu memasukkan


elektroda, melakukan standarisasi. Mencatat pH dan mL HCl 0,1N
standart yang ditambahkan. Volume penambahan dapat diukur

sampai dengan 30mL. Menentukan Veq HCl dan normalitas


NaOH.
e. Menggunakan NaOH standart yang telah diketahui normalitasnya
untuk menentukan 25 mL sampai HCl secara potensiometer.
f. Membuat grafik E Vs V mL NaOH
E
V

vs V;

V
E

vs V;

2E
V 2

g. Tentukan Veq dan mg NaOH dalam sampel

VI.

Data Pengamatan
2E/V
vol HCl

pH

E/V

Vx

Vy

11.9
2

0.9516
64

-0.04

0.5

0.03

-25

11.8
8

0.9492
96

-0.01

1.5

0.01

-100

11.8
7

0.9487
04

2.5

-0.03

#DIV/0!

33.3333
33

11.8
7

0.9487
04

-0.03

3.5

V/E

11.8
4

0.9469
28

-0.03

4.5

-0.01

33.3333
33

11.8
1

0.9451
52

-0.04

5.5

0.03

-25

11.7
7

0.9427
84

-0.01

6.5

0.01

-100

11.7
6

0.9421
92

7.5

-0.06

#DIV/0!

11.7
6

0.9421
92

-0.06

8.5

0.01

16.6666

67
9

11.7

0.9386
4

10

11.6
5

0.9356
8

11

11.5
8

0.9315
36

-0.03

11.5

12

11.5
5

0.9297
6

-0.05

12.5

-0.05

-0.07

9.5

10.5

10

-0.02

-20

0.04

14.2857
14

12

-0.02

33.3333
33

13

-0.04

-20

11

13

11.5

0.9268

-0.09

13.5

14

0.01

11.1111
11

14

11.4
1

0.9214
72

-0.08

14.5

15

-0.07

-12.5

-0.03

6.66666
67

-0.16

5.55555
56

-0.07

2.94117
65

-0.02

2.43902
44

0.08

2.32558
14
2.85714
29

15

16

11.3
3
11.1
8

0.9167
36
0.9078
56

17

11

0.8972

18

10.6
6

0.8770
72

19

10.2
5

20

9.82

21

9.47

0.8528
0.8273
44
0.8066
24

-0.15

-0.18

-0.34

-0.41

-0.43

15.5

16.5

17.5

18.5

19.5

16

17

18

19

20

-0.35

20.5

21

-0.13

-0.48

21.5

22

-0.84

2.08333

33

22

23

24

25

26

27

28

29
30

8.99

7.67

0.7782
08
0.7000
64

6.5

0.6308

6.06

0.6047
52

5.61

0.5781
12

4.73

2.66

0.5260
16
0.4034
72

2.37

0.3863
04

2.24

0.3786
08

-1.32

-1.17

-0.44

-0.45

-0.88

-2.07

-0.29

-0.13

22.5

23.5

24.5

25.5

26.5

27.5

28.5

29.5

23

24

25

26

27

28

29

0.15

0.75757
58

0.73

0.85470
09

-0.01

2.27272
73

-0.43

2.22222
22

-1.19

1.13636
36

1.78

0.48309
18

0.16

3.44827
59
7.69230
77

Kurva Titrasi Potensiometri antara pH dengan V.HCl


14
12
10

f(x) = - 0.3x + 14.04


R = 0.74

8
pH

6
4
2
0
0

10

15

20

25

30

Volume HCl

Reaksi yang terjadi = NaOH + HCl Na+ + Cl- + H2O


Volume NaOH

= 25 mL

Normalitas HCl (dari standardisasi) = 0.1 N


Volume HCl

= Titik ekuivalen pada kurva titrasi


Kurva Turunan Pertama

35

Reaksi yang terjadi = NaOH + HCl Na+ + Cl- + H2O


Volume NaOH

= 25 mL

Normalitas HCl (dari standardisasi) = 0.1 N


Volume HCl

= Titik ekuivalen pada kurva titrasi


Kurva Turunan Pertama

Kurva Titrasi Potensiometri antar E/V dengan V. HCl


12
10
8

E/V

6
4
2
0
0 f(x) =5
R = 0

10

15

20

Volume HCl

25

30

35

Kurva Turunan Pertama

Kurva Titrasi Potensiometri antar E/V dengan Vx


0
0
-0.5
E/V

5 f(x) 10
15 + 0.19
20
= - 0.03x
R = 0.41

-1
-1.5
-2
-2.5
Vx

25

30

35

Kurva Titrasi Potensiometri antar 2E/V2 dengan Vol. HCl


12
10
8
2E/V2

6
4
2
0
0 f(x) =5
R = 0

10

15

20

25

30

35

Volume HCl
Kurva Turunan Kedua

Titik ekuivalen titrasi pertama dan kedua adalah saat volume HCl yang
ditambahkan 27 mL dan 28 ml
Kurva Turunan Kedua

Kurva Titrasi Potensiometri antara V/E dengan Vol. HCl


15
10

V/E

5
0
0 f(x) =5
R = 0

10

15

20

Volume HCl

25

30

35

VII.
VIII.
IX.

Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai