Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

POTENSIOMETRI

Disusun oleh :

Khisba Diniyah 16030234054

KB 2016

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PROGRAM STUDI KIMIA
2019
I. JUDUL PERCOBAAN : Titrasi Potensiometri
II. TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 23 April 2019 Pukul 09.30-12.00 WIB
III. TUJUAN : Menentukan titik akhir titrasi asam basa secara
potensiometri
IV. DASAR TEORI
A. Pengertian dan Prinsip Potensiometri
Potensiometri adalah metode analisa kimia untuk menentukan potensial
listrik dengan menggunakan elektroda dan alat yang digunakan dalam
potensiometri ini adalah potensiometer. Potensiometer merupakan aplikasi
langsung dari perasaan Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda
tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Potensiometri merupakan salah satu cara
pemeriksaan dengan potensiometri dengan menggunakan peralatan listrik untuk
mengukur potensial elektroda indikator dan besarnya potensial elektroda indikator,
dan besarnya potensial elektroda indikator ini bergantung pada kepekatan ion-ion
tertentu dalam larutan. Karena itu, dengan memakai persamaan Nerst, kepekatan
ion dalam larutan dapat dihitung langsung dari harga potensial yang diukur itu
(Rivai, 1995).
Proses titrasi potensiometri juga dapat dilakukan dengan bantuan elektroda
indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi
yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter
yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan.
Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Elektroda indikator adalah
elektroda yang potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan
dan dipilih berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan. Sedangkan
elektroda pembanding adalah elektroda yang potensialnya diketahui dan selama
pengukuran tetap konstan. Elektroda pembanding yang banyak digunakan adalah
elektroda kalomel karena konstannya potensial yang dihasilkan. Antara elekroda
pengukur (elektroda indikator) dan elektroda pembanding terdapat jembatan arus
atau garam dengan larutan elektrolit yang di dalamnya terdapat transport ion arus
(Widjaja dkk., 2008). Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator
yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh
atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik
akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Potensiometri pada dasarnya bersifat nondestruktif terhadap sampel, dalam
pengertian bahwa penyisipan elektroda tidak megubah komposisi larutan uji
(kecuali untuk sedikit kebocoran elektrolit dari elektroda acuan) (Khopkar, 1990).
Metode potensiometri merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk
menentukan kandungan ion-ion tertentu dalam suatu larutan, titrasi terhadap
vitamin c (bersifat asam) mungkin juga bersifat basa. Selain itu, metode
potensiometri dapat juga digunakan dalam penetapan nikel dan kobal dengan
pengkomlekskan denga sianida, penetapan flourida dengan metode titik nol,
penetapan besi (III) dengan EDTA dan standarisasi larutan kalium permanganate
dengan kalium iodide (Svehla, 1979).
B. Titrasi Potensiometri
Titrasi potensiometri menyangkut perbedaan potensial antara suatu
elektroda indikator dan suatu elektroda pembanding sewaktu titrasi. Perbedaan
potensial dapat diukur dengan potensial (potensiometri) atau pH meter. Pada
umumnya pengukuran-pengukuran teliti dari perbedaan potensial dilakukan
dengan potensiometri. Akan tetapi, untuk ketelitian yang diperlukan dalam titrasi,
pH meter memberikan hasil-hasil yang memuaskan dan lebih sesuai untuk
menggunakannya (Day dan Underwood, 1999).
Pada titrasi potensiometri diperlukan elektroda petunjuk dan pembanding.
Sebagai elektroda petunjuk dapat digunakan elektroda platina. Jenis elektroda ion
bersifat inert, yaitu tidak ikut terlibat aktif dalam reaksi redoks yang sedang
diamati. Sebagai elektroda pembanding digunakan elektroda kalomel. Hubungan
antara konsentrasi (aktivitas) ion dan potensial oksidasi-reduksi dapat dinyatakan
oleh persamaan Nernst sebagai :
RT a RT [Ox]
E  Eo  ln ox  E o  ln (Svehla, 1979).
nF a Re d nF [Re d ]
Umumnya pada titrasi potensiometri yang melibatkan ion H+ dalam larutan,
alat ukur yang digunakan adalah pH meter. pH meter merupakan alatpengukur pH
yang menggunakan elektrode membran sebagai elektrode indikator. Alat ini
dilengkapi pula dengan elektrode pembanding gelas atau kalomel atau kombinasi
kedua elektrode tersebut, di mana keduanya tercelup ke dalam larutan yang diukur.
pH meter merupakan alat ukur tidak langsung untuk pengukuran potensial suatu
reaksi dalam sel elektrokimia. pH meter dilengkapi dengan elektrode kalomel jenuh
dan elektrode membran gelas sebagai elektrode pembanding. Hubungan antara pH
dengan potensial larutan dinyatakan oleh rumus: E L v pH 0,059   , di mana Ev
adalah potensial sel, L adalah tetapan yang tergantung dari potensial elektrode
pembanding dan potensial yang berasal dari permukaan membran.

Pada praktiknya, kita tidak perlu melakukan konversi pH menjadi potensial.


Kita dapat melakukan hal yang sama, seperti terhadap data potensial untuk data pH
yang diperoleh dari percobaan. Nilai pH dari setiap penambahan mL titran dapat
langsung diplot ke dalam kurva pH vs mL titran. Demikian pula untuk mendapatkan
titikekuivalen yang lebih teliti, dapat dilakukan dengan membuat kurva turunan
pertama ΔpH/ΔV vs mL titran, atau turunan keduanya, Δ2 pH/ΔV2 vs mL titran.
Bila kita menggunakan instrumen untuk pengukuran maka hal yang harus kita
jamin adalah bahwa alat tersebut layak digunakan, dalam arti dapat mengukur
dengan benar apa yang akan diukur. Untuk itu perlu dilakukan kalibrasi terlebih
dahulu. Kalibrasi alat pH meter untuk keperluan titrasi potensiometer dapat
dilakukan dengan mudah. Kalibrasi pH meter perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah respons elektrode terhadap perubahan pH sudah benar dan dapat terekam
dengan benar.

Titrasi asam basa merupakan salah satu jenis titrasi yang dapat dilakukan
dengan metode potensiometri. Pada penetapan asam-asam digunakan basa sebagai
titran, demikian pula sebaliknya. NaOH adalah basa kuat yang dapat digunakan
sebagai standar sekunder untuk titrasi asam basa. NaOH termasuk standar sekunder
karena sukar diperoleh dalam keadaan murni, mudah berubah dalam keadaan
padatnya karena higroskopis. Karena sifatnya sebagai standar sekunder, maka
untuk penggunaannya perlu distandarisasi konsentrasinya dalam larutan dengan
cara titrasi menggunakan standar primer asam. Salah satu standar primer asam yang
paling sering digunakan adalah asam oksalat, (COOH) 2. 2H2O. Asam oksalat
termasuk standar primer karena mudah diperoleh dalam keadaan murni dan stabil
dalam waktu relatif lama, baik sebagai padatannya maupun dalam bentuk
larutannya. (Skoog dkk., 1998).
Titrasi dapat dihentikan bila penambahan titran tidak lagi menyebabkan
perubahan potensial atau pH dari larutan yang dititrasi. Tetapi ini bukan merupakan
titik akhir titrasi atau titik ekuivalen, seperti yang kita yakini pada titrasi dengan
cara konvensional (titik akhir titrasi/titik ekuivalen terjadi saat terjadi perubahan
warna indikator). Titik ekuivalen dalam titrasi potensiometri terjadi saat terjadi
lonjakan potensial atau pH terhadap penambahan titran. Titik ekuivalen titrasi
sangat sulit ditentukan berdasarkan data pengamatan pH atau potensial saja. Titik
ekuivalen titrasi dapat dengan mudah ditentukan melalui pembuatan kurva titrasi.
Kurva titrasi dapat dibuat dengan dua cara, yaitu melalui kurva potensial vs mL
titran atau pH vs mL titran. Kurva pH terhadap mL titran hampir mirip bentuknya
dengan kurva E vs mL titran.
C. Kurva Titrasi
Ada beberapa kurva titrasi dalam potensiometri, antara lain:

Kadang-kadang kita mengalami kesulitan untuk menentukan titik ekuivalen


titrasi dari kurva di atas. Untuk mempermudahnya maka dibuat kurva turunan
pertama dari data potensial dan mL titran sehingga diperoleh kurva ΔE/ΔV terhadap
mL titran.
Cara lain yang lebih mudah dalam menentukan titik ekuivalen titrasi adalah
dengan membuat kurva turunan kedua potensial, Δ2E/ΔV2 terhadap mL titran.

D. Kelebihan
Keuntungan dari metode potensiometri adalah biayanya yang relatif murah
dan sederhana. Voltameter dan elektroda jauh lebih murah daripada instrumen
saintifik yang paling modern. Selain itu kelebihan dari metode potensiometri yaitu
pada saat potensial sel dibaca tidak ada arus yang mengalir dalam larutan (arus
residual tatanan sel dan efek polarisasi dapat diabaikan). Manfaat potensiometri
juga untuk menetapkan tetapan kesetimbangan. Potensial-potensial yang stabil
sering diperoleh dengan cukup cepat dan tegangan yang mudah dicatat sebagai
fungsi waktu, sehingga potensiometri kadang juga bermanfaat untuk pemantauan
yang kontinyu dan tidak diawasi (Skoog dkk., 1998).

V. ALAT DAN BAHAN


 ALAT : Jumlah
1. pH meter 1 buah
2. Pengaduk Magnet 1 buah
3. Buret 50 mL 1 buah
4. Beaker Glass 250 mL 4 buah
5. Kelm Dan Statif 1 buah
6. Pipet Gondok 25 mL 1 buah
7. Propipet 1 buah
8. Botol Semprot 1 buah

 BAHAN : Jumlah
1. HCl 0,1 N 25 mL
2. Natrium hidroksida 25 mL
3. Aquades secukupnya
4. Tissu secukupnya
VI. ALUR PERCOBAAN
1. Penentuan Konsentrasi HCl 0,1 N
50 mL HCl 0,1 N

- Dimasukkan kedalam gelas kimia 50


mL yang telah berisi magnetic stirer
- Diletakkan gelas diatas stirer
- Dicelupkan elektroda pH meter
kedalamnya
- Dinyalakan stirer dan pH meter
- Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
- Dicatat pH setiap penambahan 0,5
mL NaOH sampai pH 2

pH larutan

- Dicatat pH setiap penambahan 0,1


mL NaOH sampai pH 8

pH larutan
- Dicatat pH larutan setelah
penambahan 0,5 mL NaOH sampai
pH konstan

pH larutan
2. Penentuan Konsentrasi HCl x N
50 mL HCl x N

- Dimasukkan kedalam gelas kimia 50


mL yang telah berisi magnetic stirer
- Diletakkan gelas diatas stirer
- Dicelupkan elektroda pH meter
kedalamnya
- Dinyalakan stirer dan pH meter
- Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
- Dicatat pH setiap penambahan 0,5
mL NaOH sampai pH 2

pH larutan

- Dicatat pH setiap penambahan 0,1


mL NaOH sampai pH 8

pH larutan
- Dicatat pH larutan setelah
penambahan 0,5 mL NaOH sampai
pH konstan

pH larutan
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keempat.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gandjar, I.G., dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Khopkar, S. M.2003.Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rivai Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI Press.
Skoog, D. A., F. J. Holler and T. A. Nieman.1998. Principles of Instrumental
Analysis,5th edition.USA: Saunders College Publishing.
Svehla, G., 1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro, Jilid 1, Edisi Kelima. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.
Tim Dosen Kimia Analisis Instrumen. 2018. Petunuk Praktikum Kimia Analisis
Instrumen. Surabaya: Kimia UNESA.
Underwood, A. L dan R. A. Day.1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga.
Widjaja, I N.K., K.W. Astuti, N.M.P. Susanti, dan I M.A.G. Wirasuta. 2008.Buku Ajar
Analisis Farmasi Fisiko Kimia. Jimbaran: Jurusan Farmasi FMIPA UNUD.
Widjaja, I N.K. Dan N.P.L. Laksmiani. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis.
Jimbaran: Jurusan Farmasi FMIPA UNUD.

Anda mungkin juga menyukai