DISUSUN OLEH:
Azizah nurul latifah
Dewi latifah
Fenni yuliani
Friskarina febriyanti
Najwa fauzia
Putri wulan sari
Riska maelani
1
2
2
2
1. Sejarah potensiometri
Pertama potensiometer materi slide-kawat yang dibuat oleh Johann Christian Poggendorff
(17961877) di 1841.Leeds dan Northrup model tipe K adalah perangkat standar di sebagian besar
perguruan tinggi dan universitas laboratorium pengukuran listrik untuk paruh pertama abad ke-20.
Pengertian potensiometer umum dapat didefinisikan sebagai resistensi tiga terminal geser
kontak yang membentuk pembagi tegangan set. Jika hanya dua terminal yang digunakan (satu sisi
dan wiper) bertindak sebagai resistor variabel atau rheostat. Potensiometer biasanya digunakan
untuk mengontrol perangkat listrik seperti volume pada peralatan audio. Mekanisme
potensiometer kontrol yang dapat digunakan sebagai sensor posisi, misalnya, joystick.
Dalam pembangunan dengan potensiometer, yang terdiri dari unsur-unsur terbentuk
dalam busur lingkaran, dan salah satu kontak geser (wiper) naik haluan. Elemen resistor
dengan link pada satu atau kedua belah pihak, yang datar atau miring, dan biasanya
terbuat dari grafit, meskipun bahan lainnya dapat digunakan, tapi pisau adalah melalui
kontak geser final lain.sedangkan panel potensiometer terminal wiper biasanya pusat tiga.
Untuk jalur wiper potensiometer turn-tunggal biasanya sedikit kurang dari satu revolusi di
sekitar saklar “multi-turn” potensiometer juga ada, dimana elemen resistensi dapat
dimiringkan dan wiper 10, 20 atau lebih putaran lengkap bergerak saat leg multiturn saat
berjalan biasanya terbuat dari konvensional squeegee dapat bertarung dengan roda cacing.
Selain bahan grafit dengan resistansi elemen kawat resistansi, partikel-partikel karbon
yang terbuat dari plastik, dan campuran keramik / logam yang disebut cermet.
2. Pengertian potensiometri
Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan fisikokimia yang
menggunakan peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda indikator. Besarnya
potensial elektroda indikator ini tergantung pada konsentrasi ion-ion tertentu dalam larutan.
Pada dasarnya semua titrasi (baik titrasi asam basa, titrasi kompleksometri, titrasi
pengendapan, dan titrasi redoks) dapat diikuti secara potensiometri dengan bantuan
elektroda indikator dan elektroda pembanding. Dengan demikian, kurva titrasi yang
diperoleh dengan menghubungkan antara potensial terhadap volume titran yang
ditambahkan akan mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik ekivalen.[3]
3
3
3
pH
V V
(a) (b)
(a)
4
4
4
∆2E+
E
∆2V
V
(c) V
(d)
Untuk reaksi jenis itu titik tengah bagian curam kurva dalam gambar 1.6.1.(a)
berpadanan dengan titik kesetaraan. Serupa pula puncak dalam kurva gambar 1.6.1.(b) dan
nilai nol turunan kedua dalam gambar 1.6.1.(c) terjadi pada titik kesetaraan.
Untuk reaksi nonsimetris seperti
2Ag+ + CrO42- → Ag2CrO4(s)
Sn2+ + 2Ce4+ → Sn4+ + 2Ce3+
Titik kesetaraannya tidak terjadi pada titik tengah kurva gambar 1.6.1.(d). Potensial
pada titik kesetraan dalam titrasi ion timah (II) (Eo1) dengan serium (IV) (Eo2) adalah
(2Eo1+Eo2)/3. Serupa pula nilai maksimal ΔE/ΔV untuk reaksi non simetrik tidak berimpit
dengan eksak dengan titik kesetaraan. Meskipun demikian maksimum biasanya diambil
sebagai titik akhir titrasi. Galat yang diambil dengan prosedur ini sangatlah kecil.[1]
Elektroda indikator merupakan bagian penting dari peralatan potensiometri,
karenanya elektroda indikator harus memenuhi persyaratan yang salah satunya adalah
bahwa responnya terhadap bentuk teroksidasi dan bentuk tereduksi harus sedekat mungkin
dengan persamaan Nersnt. Elektroda indikator untuk pengukuran potensiometri terdiri atas
tiga jenis yaitu:
˗ Elektroda ion logam-logam
Salah satu elektroda indikator yang memenuhi persyaratan adalah elektroda logam
perak. Reaksi elektroda ini adalah sebagai berikut:
Ag+ + e ↔ Ag
Potensial elektroda ini mengikuti hokum Nersnt sebagai berikut:
EAg+/Ag = EoAg+/Ag + 0,059 log
[Ag+]
penting adalah terkait dengan potensial elektrodanya yang mengikuti hukum Nersnt
sebagai berikut
Ege = + 0,059 log [aH+]
Dalam pemeriksaan yang sesungguhnya, aktifitas ion hydrogen ini dapat diganti dengan
konsentrasi sehingga persamaan diatas dapat diubah menjadi:
Ege = + 0,059 log
[H+]
Beberapa elektroda yang dapat digunakan sebagai elektroda pembanding, yakni:
˗ Elektroda hidrogen baku
Elektroda hidrogen baku (EHB) yang disebut juga dengan elektroda hidrogen normal
(EHN) telah diterima secara internasional sebagai baku untuk membandingkan potensial
elektroda lainnya. Potensial elektroda hidrogen baku ditetapkan sebesar 0,000 V.
˗ Elektroda kalomel
Pada dasarnya, elektroda hidrogen baku merupakan elektroda pembanding yang utama
karena harga potensial elektroda ini dianggap nol. Akan tetapi, elektroda ini banyak
mempunyai kelemahan yang menyebabkan tidak mudah dipakai dalam pemeriksaan
kimia yang sesungguhnya. Kelemahan itu antara lain potensial elektrodanya mudah
diganggu oleh beberapa senyawa lain misalnya senyawa-senyawa reduktor, oksidator,
koloid, ion sulfida, dan sebagainya, diperlukan gas hidrogen yang sangat murni (bebas
dari oksigen) dan sulit dipertahankan dalam keadaan baku. Oleh karena itu, elektroda
hidrogen baku ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan yang sangat teliti.
˗ Elektroda perak-perak klorida
Elektroda ini mungkin suatu elektroda indikator yang digunakan secara luas untuk
pemeriksaan kimia setelah elektroda kalomel jenuh. Elektroda ini terdiri atas kawat
perak atau kawat platina yang dilapisi perak yang disalut secara elektrolisis dengan
lapisan tipis perak klorida. Kawat ini tercelup ke dalam larutan kalium klorida yang
konsentrasinya diketahui.[3]
Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda
dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Dengan pengukuran potensial
reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen
dapat dilakukan. Jika dua elektroda yang sama diletakkan pada silinder berisi larutan yang
sama, (tetapi berbeda konsentrasinya) serta dihubungkan dengan suatu jembatan garam,
maka potensial di antara dua elektroda sesuai dengan perbandingan kedua konsentrasinya
tersebut. Ini dikenal sebagai sel konsentrasi.[2]
Persamaan nerst:
0,0591 (oks)
E=E + log
n (red )
E = potensial pada satu sel
7
7
7
dengan mendefinisikan EoH2,H+ = 0 dan pH = -log a H+, maka lebih lanjut sangat
memungkinkan secara eksperimental mengatur pH2 (tekanan H2) sama dengan 1 atm.
Persamaan diatas pada suhu 25oC dapat disederhanakan menjadi:
Esel – Epembanding = 0,059pH
atau
Esel= Epembanding + 0,059pH.[3]
Penggunaan titrasi potensiometri
˗ Menentukan konsentrasi ion-ion
Potensial elektroda bergabung pada aktivitas ion dan bahkan konsentrasi ion-ion
elektroda
kalsium ion-ion selektif
E = k . 0,059/2 log Ca2+γ
E = k . 0,059/2 logγCa2+ [Ca2+ ]
E = k . 0,059/2 logγCa2+ + 0,059/2 log [Ca2+]
Jika kekuatan ion dibuat tetap, koefisien aktivitas Ca2+ tetap untuk Semua konsentrasi
ion kalsium, suhu kedua di sebelah kanan persamaan Adalah tetap maka E= k + 0,059/2
log Ca2+
˗ Pembentukan kompleks
Suatu contoh reaksi yang menghasilkan kompleks total antara ion-ion Perak dengan
sianida
Ag+ + 2CN- →Ag(CN)2
˗ Pengendapan
Ag+ + x- →Agx Dan x bisa Cl-,I-, Br-, dan CN-
˗ Redoks
Fe2+ + Sn4+ → Fe3+ + Sn2+
Pengoksidasi lain sebagai titran adalah KMnO4
5Fe2+ + MnO4- → 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
˗ Asam Basa
8
8
8
Jika HA asam kuat yang akan ditentukan dan BOH adalah basanya, maka:
HA + OH- → A- + H2O
BOH + H3O+ → Ba+ + 2H2O.[28]
Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran potensiometri.
Reaksinya harus meliputi penambahan atau pengurangan beberapa ion yang sesuai dengan
jenis elektrodanya. Potensial diukur setelah penambahan sejumlah kecil volume titran
secara berturut-turut atau secara kontinyu dengan perangkat automatik. Presisi dapat
dipertinggi dengan sel konsentrasi.
˗ Reaksi netralisasi: titrasi asam-basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya
elektroda gelas.
˗ Titrasi asam-basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan
ionisasinya harus kurang dari 10-8.[2]
˗ Titrasi asam-basa dengan mengunakan pHmeter merupakan contoh aplikasi elektroda
membran yang berguna untuk mengukuran pH larutan. pH meter dapat juga digunakan
untuk menentukan titik akhir titrasi asam basa sebagai penganti indikator. Alat ini
dilengkapi dengan elektroda gelas dan elektroda kalomel atau gabungan dari keduanya.
[30]
3) Menentukan titik akhir reaksi netralisasi larutan natrium fosfat dengan larutan asam
klorida secara potensiometri
˗ Menghidupkan alat pH meter, setelah ± 15 menit atur jarum petunjuk
menggunakan larutan buffer dengan pH 10 sehingga pada pH meter menunjukkan
skala 10
˗ Memipet 10 mL larutan natrium fosfat dan masukkan ke dalam beakerglass 250
mL
˗ Menambahkan aquadest pada beakerglass sehingga volume larutan ± ½ volume
beakerglass dan mengaduk menggunakan magnetic stirrer hingga homogen
˗ Memasukkan kedua elektroda ke dalam larutan tersebut
˗ Menentukan pH dan potensial larutan tersebut
˗ Menambahkan larutan asam klorida sebanyak 1 mL melalui buret dan setelah
beberapa menit ukur kembali pH dan potensialnya
˗ Menambahkan 1 mL asam klorida melalui buret ke dalam larutan tersebut sampai
didapat pH larutan ± 14,0.
e. Data pengamatan
Keterangan I II III IV
Volume larutan yang
10 10 10 10
dititrasi (mL)
Volume larutan peniter
0,9 1,0 1,2 1,3
(mL)
VHCl E E E 2 E
No. pH
(mL) (Volt) V V 2 V
1. 0 0,695 - -0,3251 -0,2956 7
2. 1 0,3699 0,3699 -0,0295 -0,0117 2,1
11
11
11
f. Persamaan Reaksi
Na3PO4 + 3HCl → 3NaCl + H3PO4
(natrium fosfat) (asam klorida) (natrium klorida) (asam fosfat)
g. Grafik
h. Pembahasan
1) Penentuan titik akhir reaksi netralisasi secara indikator.
˗ Reaksi netralisasi secara indikator, bertujuan untuk menentukan titik akhir titrasi
dengan ditandai perubahan warna.
˗ Pada netralisasi larutan natrium fosfat dengan larutan asam klorida.
Phenolptaleinmempunyai rentang pH 8,3-10 dan metil merah digunakan sebagai
indikator karena indikator yang digunakan mempunyai rentang pH 4,4-6,2.
˗ Titik akhir reaksi netralisasi dengan menggunakan indikator phenoptalein
menimbulkan indikasi perubahan warna merah dan menggunakan indikator metil
merah menimbulkan indikasi perubahan warna kuning.
2) Penentuan titik akhir reaksi netralisasi secara potensiometri.
˗ Reaksi netralisasi secara potensiometri digunakan apabila tidak ada indikator yang
sesuai untuk menentukan titik akhir titrasi (misalkan ketika sampel yang akan
dititrasikeruh/ berwarna) dan apabila ketika daerah titik ekivalen sangat pendek
sehingga tidak ada indikator yang cocok.
˗ pHmeter distandardisasi terlebih dahulu dengan larutan buffer pH 7 dan pH 4,
sehingga apabila digunakan netralisasi larutan akan terdeteksi dengan tingkat
kesalahan pH yang kecil.
˗ Penggunaan magnetic starner berfungsi untuk menghomogenkan larutan.
14
14
14
˗ Melakukan standardisasi larutan asam klorida dengan natrium fosfat dengan cara
menambahan tiap 1mL larutan asam klorida dengan tujuan untuk mengetahui
perbandingan antara volume asam klorida dengan pH yang didapatkan.
˗ Penentuan titik akhir reaksi netralisasi dapat ditentukan dengan menggambarkan
grafik volume HCl dengan pH, volume HCl dengan E (Volt), volume HCl dengan
∆E/∆V untuk memperoleh nilai maksimum pada grafik dan volume HCl dengan
∆2E/∆2V untuk memperoleh nilai nol pada grafik.
˗ Hasil yang didapat tidak sesuai dikarenakan terdapat kesalahan terhadap
pembacaan pH meter dan terdapat kesalahan dalam pembacaan pada volume
titran.
i. Kesimpulan
Dapat menentuan titik akhir reaksi netralisasi dapat ditentukan secara
potensiometri dan dengan indikator.