KIMIA ORGANIK
DI SUSUN OLEH:
XI ANALIS KIMIA
FENNI YULIANI
SRI WAHYUNI
Http://www.smkbsj.sch.id
“REAKSI UJI TERHADAP LIPID”
A. TUJUAN
Mengidentifikasi lemak dengan metode analisis kualitatif dan kuantitatif pada sampel
minyak kelapa.
Mengidentifikasi sampel minyak kelapa dengan salting out atau pemisahan asam
lemak.
Melakukan pemisahan kolesterol pada sampel minyak kelapa metode salkowski.
Standarisasi NaOH dengan larutan Asam oksalat dan HCl dengan Natrium tetraborat.
Melakukan penentuan asam lemak bebas, angka asam % FFA dari sampel minyak
kelapa dengan metode titrasi asam basa.
Penentuan bilangan penyabunan pada sampel minyak kelapa.
B. PRINSIP DASAR
1.Uji Kelarutan
Uji kelarutan adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui kelarutan lipid
dalm senyawa lain. Uji kelarutan ini juga sering disebut dengan pengenceran. Dimana
pengenceran sendiri merupakan proses pencampuran larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan menambah suatu pelarut,sehingga diperoleh volume akhir yang lebih besardengan
konsentrasi yang lebih besar dengan konsentrasi larutan yang lebih rendah dimana pada
proses ini volume dan kemolaran dari larutan tersebut ikut berubah. tapi jumlah mol zat
terlarutnya tidak berubah. Pada uji kelarucuma pada uji kelarutan lemak lebih ke perubahan
yang terlihat dari pencampuran lipid dengan larutan lainnya.
2. Uji penyabunan
Lemak atau minyak dapat terhidrolisis lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol. Proses
hidrolisis yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan basa kuat seperti NaOH dan
KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan sabun. Porses hidrolisis minyak
oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau saponifikasi. Lemak atau minyak merupakan asam
karboksilat atay asam alkanoat jenis alifatis( tidak terdapat ikatan rangkap C=C dalam rantai
alkilnya, rantai lurus, panjang tak bercabang) dengan gugus utama -COOH dalam bentuk
ester atau gliserida yaitu sesuai jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan
gliserol suhu tinggi
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai
trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya
bergabung dengan lemak netral.
Banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu lemak atauminyak dinyatakan
dengan bilangan asam. Bilangan asam merupakan jumlahmiligram KOH yang diperlukan
untuk menetralkan asam lemak bebas yangterdapat dalam satu gram lemak atau minyak.
Penetapan bilangan asam dilakukan dengan cara melarutkan ekstrak lemak dalam alkohol
netral panas danditambahkan beberapa tetes fenolftalein sebagai indikator. Alkohol netral
panasdigunakan sebagai pelarut netral supaya tidak mempengaruhi pH karena titrasi
inimerupakan titrasi asam basa. Alkohol dipanaskan untuk meningkatkan kelarutanasam
lemak. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam dengan basa yang menghasilkan garam.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
(kolesterol)
Angka penyabunan
%FFA
V NaOH × [ NaOH ] × BMasamlemak
×100%
m sampel ×1000
Angka Asam
BM NaOH
×%FFA
BMasamlemak /10
C. ALAT DAN BAHAN
D. PROSEDUR
1.Preparasi sampel
Lemak
Lemak cair
2.Identifikasi Lemak
1ml lemak
tidak larut
-aduk
-saring
(+) 25 ml aquades,aduk
- larutan dibagi 2
Residu 1 residu 2
Hasil
4. pemisah kolestrol
Filtrat
-saring
Filtrat
-kisatkan
(+)aquades
bagi 2
Filtrat 1 Filtrat 2
(+)H2SO4 pekat
Hasil
(+)indicator MM
Hasil
6.Blanko
-Refluks 30 menit
+ind. MM
Hasil
-kocok
Hasil
E. HASIL DATA PENGAMATAN
9. Identifikasi lemak
13. Blanko
F. PERHITUNGAN
Angka penyabunan
%FFA
V NaOH × [ NaOH ] × BMasamlemak
×100%
m sampel ×1000
00,50 mL ×0.1 N × 269
¿ ×100 %
0.2 gr ×1000
13,45
= 200 ×100 % = 6,725%
Angka Asam
BM NaOH
×%FFA
BMasamlemak /10
39,997
¿ ×6,72 %
269/10
¿1,486×6,72 %=¿ 9,993%
G. PERSAMAAN REAKSI
Reaksi sponifikasi
H. PEMBAHASAN
1. FENNI YULIANI
Mula-mula pada praktikan kali ini yaitu “Reaksi Uji Terhadap Lipid” menggunakan sampel
minyak kelapa kemudian dilarutkan dengan air dan semua sampel menunjukan dua fasa,
karena minyak kelapa tidak larut dalam air, selanjutnya ditambahkan pelarut NaOH 10%
dalam methanol dan semua sampel masih menunjukan hasil yang sama dengan sebelumnya.
Hal ini menunjuka bahwa ketiga sampel (lemak) dan minyak tidak termasuk senyawa polar.
Selanjutnya semua sampel dipanaskan hingga menjadi padatan, pemanasan dilakukan selama
30 menit dimaksudkan untuk melihat hasil proses saponifikasi. Dan menghasilkan padatan.
Selanjunya diuji dengan pelarut kloroform yang diketahui merupakan senyawa organic non
polar. Selain itu penambahan NaOH adalah sebagai proses saponifikasi adalah untuk
hidrolisis asam lemak dengan adanya basa lemah seperti NaOH dan hasilnya adalah gliserol.
Dan reaksi positifnya adalah penggumpalan sampel minyak kelapa saat dipanaskan, sampel
minyak kelapa menyatakan hasil positif. Reaksinya sebgai berikut:
Pada identifikasi salting out. Salting out merupakan proses penambahan larutan elektrolit
ke dalam fase air yang mengandung senyawa organik, penambahan larutan elektrolit ini
difungsikan agar kelarutan senyawa organik dalam air bisa menurun dan juga konsentrasi
senyawa organik dalam fase organik akan lebih besar dari pada dalam fase air. Penggunaan
larutan NaCl dimaksudkan untuk membantu memisahkan antara gliserol dan sabun. Dimana
gliserol akan terbawa oleh larutan garam sedangkan sabunnya akan mengendap. Proses
saponifikasi dihentikan jika telah terjadi pemisahan antara sabun dengan gliserol, yang
ditandai dengan terbentuknya endapan sabun. Pada semua sampel minyak kelapa setelah
ditambahkan larutan garam dan menghasilkan koagulan atau gumpalan berwarna kuning
yang menunjukan endapan sabun.
Selanjutnya adalah pemisahan asam lemak. Lipid memiliki dua jenis wujud yang berbeda
pada suhu ruang. Dua wujud lipida yang sering kita temukan adalah lemak dan minyak.
Pemisahan asam lemak bertujuan untuk mengambil asam-asam lemak dari sampel sehingga
dihasilkan campuran sabun dan gliserol yang mudah larut dalam air dan alcohol pada tahap
pemisahan kolesterol. Umumnya asam lemak ditemukan sebagai ester didalam lemak dan
minyak, namun juga ditemukan dalam bentuk tidak teresterefikasi sebagai asam lemak bebas.
Pemisahan asam lemak dialakukan dengan cara melarutkan semua sampel pada air dan
pengecekan pH pertama menghasilkan pH sangat basa yakni 13 maka penambahan asam
sulfat guna memberikan suasana asam sehingga dapat mencapai pH netral. Pada minyak
bersih hanya dibutuhkan 15 tetes larutan asam sulfat untuk mencapai pH netral.
Setelah itu pada uji salkowski, namun sebelumnya dilakukan pemisahan kolesterol dengan
menggunakan akohol sebab akohol adalah pelarut lemak yang baik. Maka uji salkowski dapat
dilakukan yakni dengan melarutkan endapan kolesterol dengan kloroform. Sebab kloroform
adalah pelarut organic non polar. Sifat non polar kloroform disebabkan karena pelarut
kloroform memiliki ikatan berbentuk simetri yang menyebabkan jarak pasangan elektronnya
akan sama, sehingga arah momen dipolnya saling berlawanan sehingga nilainya saling
meniadakan. Dengan tidak adanya momen dipol pada senyawa tersebut, menyebabkan
senyawanya bersifat nonpolar. Ketika penambahan kloroform, pada sampel minyak kelapa
hanya menjadi larutan berwarna kuning. Setelah ditambahkan asam sulfat minyak kelapa
menjadi larutan berwarna kuning pucat. Penambahan asam sulfat setelah koroform adalah
untuk membentuk senyawa kompleks yang akan berflouresen berwarna hijau saat dikenakan
cahaya. Walaupun dalam hasil percobaan tidak ada yang menunjukan larutan yang
berflouresensi hijau namun semuanya menunjukan endapan kuning yang menyatakan hasil
positif untuk tes salkowsski yang ditujukan untuk mengetahui keberadaan kolesterol dalam
sampel. Maka menghasilkan persamaan reaksi seperti berikut:
Penentuan angka penyabunan bertujuan untuk menentukan berat molekul (BM) pada
minyak atau sampel. Prinsip yang digunakan dalam penentuan angka penyabunan yaitu
hidrolisis lemak. Metode yang digunakan adalah reaksi netralisasi. Angka penyabunan adalah
jumlah miligram NaOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1gr lemak atau minyak.
Tujuan dari perbedaan prosentase antara etanol dan eter adalah untuk melarutkan lemak dan
mengikat NaOH, karena alcohol (etanol) lebih bersifat polar sehingga prosentasenya dibuat
lebih besar dibandingkan eter. Pada saat penambahan NaOH bertujuan untuk menyabunkan
minyak yaitu menghidrolisis lemak sehingga menghasilkan gliserol dan garam asam lemak
atau sabun. Reaksinya seperti berikut:
Proses hidrolisis dengan menggunakan basa, inilah yang disebut dengan proses penyabunan.
Dilakukannya pemanasan diatas penangas air bertujuannya ketika temperatur naik, maka
partikel-partikel molekul yang terdapat dalam larutan bergerak dengan cepat sehingga reaksi
dalam larutan tersebut juga cepat.
Ditambahkan indikator PP yang
berfungsi sebagai indikator
sehingga dapat menentukan titik akhir
titrasi terjadi perubahan warna yaitu
merah muda. Indikator PP merupakan
asam diprotik dan tidak berwarna.
Indikator ini terurai dahulu dari tidak
berwarna dan kemudian hilangnya
proton kedua menjadi ion dengan
sistem terkonjugat
menghasilkan warna merah dan
penambahan proton menghasilkan kation berwarna merah muda.
Percobaan Uji Kolesterol ini bertujuan untuk mengetahui adanya kolesterol didalam lipid.
Metode yang digunakan adalah pengendapan dan prinsip yang digunakan adalah pemutusan
ikatan ester.
Kolesterol menurut Cedar et al (2000) merupakan alkohol steroid yang berbentuk pada suhu
tubuh, berbentuk kristal putih dengan titik lebur 145-1500C yang tidak larut dalam air tetapi
larut dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, benzena, dan aseton. Struktur Kolesterol
menurut Cedar et al (2000) seperti berikut ini :
Uji ini memakai sampel yaitu minyak kelapa. Sampel dilarutkan dengan kloroform, fungsi
dari kloroform adalah untuk melarutkan lemak karena sifat dari lemak atau lipid adalah non
polar. Sesuai dengan prinsip “like dissolves like” maka senyawa non polar akan larut pada
pelarut non polar. Kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat (H2SO4). Fungsi
H2SO4 untuk memutuskan ikatan ester pada lemak. Jika ada kolesterol akan terbentuk
lapisan merah pada permukaan larutan dan H2SO4 berwarna kuning.
Hasil yang diperoleh ialah pada sampel minyak kelapa baru terbentuk larutan kuning ini
menandakan pada uji kalesterol sampel minyak kelapa menghasilkan hasil yang positif
dengan menandakan larutan berwarna kuning.
Selanjutnya setelah kita ketahui bahwa sampel minyak kelapa mengandung kolesterol maka
dilakukan uji kuantitatif untuk menentukan kadar kolesterol dalam sampel dengan metode
titrasi menggunakan HCl yang telah distandarisasi oleh NaOH, dan NaOH yang telah
distandarisasi lebih awal oleh asam oksalat. Hal ini dilakukan untuk memastikan keakuratan
konsentrasi NaOH yang nantinya akan digunakan sebagai larutan standar, dan untuk
menunjukkan apakah larutan NaOH ini dapat bereaksi sempurna baik dengan asam lemah
maupun kuat. Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan asam oksalat menghasilkan garam
yang bersifat basa. Maka indikator yang digunakan adalah indikator phenoftaein. Dan
selanjutnya pada standarisasi HCl dengan Natrium tetraborat yang akan menghasilkan garam
yang dideteksi oleh indikator phenoftalein. Sebelum dilakukan titrasi sampel terlebih dahulu
dilarutkan dengan NaOH dalam alcohol, sebab akohol adalah pelarut yang baik bagi lemak,
dimana NaOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul NaOH bereaksi dengan
satu molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi
menggunakan HCl sehingga NaOH yang bereaksi dapat diketahui. Sebab jumlah NaOH yang
dititrasi berbanding lurus dengan jumlah kolesterol dalam sampel. Dan penambahan
indicator phenoftalein untuk menunjukan titik ahir titrasi. Setelah penambahan indicator
phenoftalein semua sampel tidak menunjukan perubahan warna, namun setelah titrasi semua
menjadi larutan berwarna merah muda. Dengan volume titran untuk sampel minyak kelapa
adalah 09,00 ml. volume hasil titrasi selanjutnya dihitung untuk menentukan angka
penyabunan. Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar.
Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat
molekul yang relatif kecil dan akan mempunyai angka penyabunan yang besar. Sebaliknya
bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan relatif kecil.
Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Angka penyabunan didapatkan untuk sampel
minyak kelapa 130,8 mgNaOH/g. Dan pada hasil %FFA pada sampel minyak kelapa sebesar
6,725%. Dari hasil percobaan ini dilakukan nya standarisasi NaOH dengan asam oksalat 0,5N
dapat menghasilkan sebesar 0,5208N dan pada hasil standarisasi HCI dengan Natrium
tetraborat sebesar 0,4347N.
Uji lipid dilakukan dengan satu sampel yaitu minyak kelapa, ada beberapa uji yang dilakukan
yaitu uji kualitatif yakni uji kelarutan lipid sedangkan uji kuantitatif untuk penentuan
bilangan penyabunan yang menunjukan jumlah kandungan kolesterol pada sampel. Air dan
NaOH adalah pelarut yang paling polar sedangkan kloroform adalah pelarut non polar. Maka
menggunakan dua pelarut yang berbeda menunjukkan sifat kepolaran sampel berdasarkan
prinsip like dissolve like. Mula-mula sampel dilarutkan dengan air selanjutnya ditambahkan
pelarut NaOH 10% dalam etanol dan semua sampel menunjukkan hasil yang sama dengan
sebelumnya
Hal ini menunjukkan bahwa sampel termasuk senyawa polar, selanjutnya sampel dipanaskan
hingga menjadi padatan selama 30 menit dimaksudkan untuk melihat hasil proses
saponifikasi,dan menghasilkan padatan.selanjutnya diuji dengan pelarut kloroform yang
merupakan senyawa organik non polar. Dan menghasilkan reaksi sedikit gelembung dan
berwarna kuning pucat
Selanjutnya identifikasi salting out dan pemisahan asam lemak.salting out yaitu proses
penambahan larutan elektrolit kedalam fase air yang mengandung senyawa organik,
penambahan larutan ini berfungsi agar kelarutan senyawa organik dalam air bisa menurut dan
menaik konsentrasinya.penggunaan NaCl dimaksud untuk membantu memisahkan antara
gliserol dan sabun. Dimana gliserol akan terbawa oleh larutan garam sedangkan sabunnya
mengendap.
Selanjutnya pemisahan asam lemak, asam lemak merupakan asam karboksilat dengan rantai
alifatik panjang baik jenuh maupun tidak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan
tunggal diantara atom dan karbon penyusunnya sedangkan tak jenuh memiliki paling sedikit
satu ikatan rangkap diantara atom dan karbonnya. Pemisahan asam lemak dilakukan dengan
cara melarutkan semua sampel pada air dan pengecekan PH pertama menghasilkan PH sangat
basa yakni 13 maka penambahan asam sulfat gunanya untuk memberikan suasana asam
sehingga didapat PH netral.
Selanjutnya setelah kita mengetahui sampel mengandung kolesterol dilakukan uji kuantitatif
untuk menentukan kadar kolesterol dalam sampel dengan metode titrasi menggunakan HCl
yang distandarisasi oleh NaOH, dan NaOH yang telah distandarisasi oleh asam oksalat. Hal
ini dilakukan untuk memastikan keakuratan konsentrasi NaOH dan HCl yang nantinya
digunakan sebagai larutan standar.
3. SRI WAHYUNI
Uji lipid dilakukan pada minyak kelapa sawit Ada beberapa uji yang dilakukan dalam
percobaan kali ini yaitu beberapanya adalah uji kualitatif yakni, uji kelarutan lipid dengan
prinsip like dissolve like uji pembentukan emulsi, uji kejenuhan sampel, uji keasaman
minyak, titrasi sebagai uji kuantitatif untuk menentukan bilangan penyabunan yang
menunjukan jumlah kandungan kolesterol pada sampel. Air dan NaOH adalah pelarut yang
paling polar, sedangkan klorofrom adalah pelarut non polar. Maka penggunaan dua pelarut
dengan beda kepolaran ini akan menunjukan sifat kepolaran sampel berdasarkan prinsip like
dissolve like. Mula-mula sampel dilarutkan dengan air dan semua sampel menunjukan dua
fasa, selanjutnya ditambahkan pelarut NaOH 10% dalam methanol dan semua sampel masih
menunjukan hasil yang sama dengan sebelumnya. Hal ini menunjuka bahwa sampel (lemak)
dan minyak tidak termasuk senyawa polar. Selanjutnya semua sampel dipanaskan hingga
menjadi padatan, pemanasan dilakukan selama 30 menit dimaksudkan untuk melihat hasil
proses saponifikasi. Dan menghasilkan padatan. Selanjunya diuji dengan pelarut kloroform
yang diketahui merupakan senyawa organic non polar.
Selain itu penambahan NaOH adalah sebagai proses saponifikasi adalah untuk hidrolisis
asam lemak dengan adanya basa lemah seperti NaOH dan hasilnya adalah gliserol. Dan
reaksi positifnya adalah penggumpalan sampel saat dipanaskan, sampel menyatakan hasil
positif. Selanjutnya adalah identifikasi salting out dan pemisahan asam lemak. Salting out
merupakan proses penambahan larutan elektrolit ke dalam fase air yang mengandung
senyawa organik, penambahan larutan elektrolit ini difungsikan agar kelarutan senyawa
organik dalam air bisa menurun dan juga konsentrasi senyawa organik dalam fase organik
akan lebih besar dari pada dalam fase air. Penggunaan larutan NaCl dimaksudkan untuk
membantu memisahkan antara gliserol dan sabun. Dimana gliserol akan terbawa oleh larutan
garam sedangkan sabunnya akan mengendap. Proses saponifikasi dihentikan jika telah terjadi
pemisahan antara sabun dengan gliserol, yang ditandai dengan terbentuknya endapan sabun.
Pada sampel setelah ditambahkan larutan garam dan menghasilkan koagulan atau gumpalan
berwarna kuning yang menunjukan endapan sabun. Selanjutnya adalah pemisahan asam
lemak.
Asam lemak adalah asam karboksilat dengan rantai alifatik panjang, baik jenuh maupun tak
jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon
penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan rangkap
diantara atom-atom karbonnya. Keberadaan ikatan rangkap dan panjang inilah yang
menyebabkan asam lemak penyusun lipid memiliki dua jenis wujud yang berbeda pada suhu
ruang. Dua wujud lipida yang sering kita temukan adalah lemak dan minyak. Lemak pada
suhu ruang berwujud padat sedangkan minyak pada suhu ruang berwujud cair. Sabun hasil
saponifikasi termasuk asam lemak. Pemisahan asam lemak bertujuan untuk mengambil asam-
asam lemak dari sampel sehingga dihasilkan campuran sabun dan gliserol yang mudah larut
dalam air dan alcohol pada tahap pemisahan kolesterol. Umumnya asam lemak ditemukan
sebagai ester didalam lemak dan minyak, namun uga ditemukan dalam bentuk tidak
teresterefikasi sebagai asam lemak bebas. Pemisahan asam lemak dialakukan dengan cara
melarutkan semua sampel pada air dan pengecekan pH pertama menghasilkan pH sangat basa
yakni 13 maka penambahan asam sulfat guna memberikan suasana asam sehingga dapat
mencapai pH netral. Pada minyak bersih hanya dibutuhkan 5 tetes larutan asam sulfat dan
pada lemak sapi hanya dibutuhkan 6 tetes saja asam sulfat untuk mencapai pH netral. Akan
tetapi minyak jelantah membutukan 12 tetes asam sulfat. Hal ini menandakan bahwa jelantah
memang memiliki kejenuhan yang paling tinggi sehingga sulit untuk dinetralkan.
Uji selanjutnya adalah uji salkowski, namun sebelumnya dilakukan pemisahan kolesterol
dengan menggunakan akohol sebab akohol adalah pelarut lemak yang baik. Maka uji
salkowski dapat dilakukan yakni dengan melarutkan endapan kolesterol dengan kloroform.
Sebab kloroform adalah pelarut organic non polar. Sifat non polar kloroform disebabkan
karena pelarut kloroform memiliki ikatan berbentuk simetri yang menyebabkan jarak
pasangan elektronnya akan sama, sehingga arah momen dipolnya saling berlawanan sehingga
nilainya saling meniadakan. Dengan tidak adanya momen dipol pada senyawa tersebut,
menyebabkan senyawanya bersifat nonpolar. Ketika penambahan kloroform, hanya sampel
sampel minyak bersih hanya menjadi larutan berwarna kuning dan lemak sapi membentuk
endapan berwarna kuning dan larutan berwarna putih keruh. Barulah setelah ditambahkan
asam sulfat pada minyak bersih menjadi larutan berwarna kuning pucat dan untuk lemak sapi
menjadi endapan berwarna kuning dan larutan putih keruh. Penambahan asam sulfat setelah
koroform adalah untuk membentuk senyawa kompleks yang akan berflouresen berwarna
hijau saat dikenakan cahaya. Walaupun dalam hasil percobaan tidak ada yang menunjukan
larutan yang berflouresensi hijau namun semuanya menunjukan endapan kuning yang
menyatakan hasil positif untuk tes salkowsski yang ditujukan untuk mengetahui keberadaan
kolesterol dalam sampel.
Fungsi penambahan Alkohol
Minyak kelapa tidak larut dalam air sehingga dibutuhkan alkohol untuk melarutkannya,
karena alkohol adalah pelarut untuk bahan organik. Penambahan alkohol pada minyak kelapa
yang ingin ditentukan kadar asam lemak bebasnya bertujuan untuk melarutkan minyak
kelapa saat proses pemanasan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Anonim (2012i) yaitu fungsi
penambahan alkohol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar dapat
bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang digunakan adalah untuk melarutkan
minyak, sehingga alkohol (etanol) yang digunakan konsentrasinya berada di kisaran 95-96%,
karena etanol 95 % merupakan pelarut lemak yang baik (Anonim, 2012i).
Pemberian tiga tetes indikator pp pada praktikum ini adalah sebagai indikator pembuktian
bahwa bahan tersebut bersifat asam atau basa. Pada praktikum ini, setelah dititrasi dengan
NaOH, larutan alkohol dan Minyak kelapa yang telah ditetesi indikator pp berubah warna
menjadi merah muda. Hal ini membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat basa. Hal ini
diperkuat oleh Anonim (2011b) yaitu jika pada percobaan larutan NaOH diberi fenoftalen,
lalu warnanya berubah menjadi merah lembayung, maka trayek pH-nya sekitar 9-10 (basa).
Penggunaan NaOH saat proses titrasi adalah untuk menentukan kadar asam lemak bebas yang
terkandung dalam minyak kelapa. Jumlah volume yang digunakan untuk menitrasi larutan
minyak kelapa dan alkohol digunakan dalam proses penentuan asam lemak bebas. Hal ini
sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Anonim (2011) yaitu volume yang
diperoleh dari proses titrasi digunakan dalam perhitungan penentuan kadar asam lemak bebas
yang tergantung pada suatu bahan pangan.
I. KESIMPULAN
Metode salting out menunjukan hasil positif dengan tanda pada filtrat yang tidak
berwarna setelah disaring dan residu berwarna putih, dengan menggunakan sampel
minyak kelapa.
Sampel minyak kelapa menunjukan hasil positif pada metode salkowski, sebab
membentuknya 2 fasa pada bagian larutan yang diatas berwarna putih dan bawah
berwarna kuning pucat. Pada saat ditambahkannya larutan asal sulfat pekat.
Dari hasil percobaan ini menggunakan sampel minyak kelapa dapat diperoleh angka
penyabunan sebesar 130,8 mg NaOH/g, % FFA sebesar 6,725%, dan pada angka
asam sebesar 9,993%.
Pada hasil Standarisari NaOH dengan asam oksalat 0,5N dapat menghasilkan sebesar
0,5208 N dan pada hasil standarisasi HCl dengan natrium tetraborat sebesar 0,4347N.
DAFTAR PUSTAKA
http://najihullah.blogspot.com/2015/04/percobaan-i-lipid-analisa-kuantitatif.html?m=1
https://id.scribd.com/document/363225953/Laporan-Lipid
https://kumalasarievhy.wordpress.com/2012/12/17/laporan-praktiku-uji-asam-lemak-bebas/