Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK

“REAKSI UJI TERHADAP LIPID”

DI SUSUN OLEH:

XI ANALIS KIMIA

FENNI YULIANI

PUTRI WULAN SARI

SRI WAHYUNI

SMK BHAKTI SEJAHTERA JATINANGOR


2019-2020
Jl. Bandung – Sumedang Km 20,5 Tlp./Fax.(022)7781926

Http://www.smkbsj.sch.id
“REAKSI UJI TERHADAP LIPID”

A. TUJUAN

 Mengidentifikasi lemak dengan metode analisis kualitatif dan kuantitatif pada sampel
minyak kelapa.
 Mengidentifikasi sampel minyak kelapa dengan salting out atau pemisahan asam
lemak.
 Melakukan pemisahan kolesterol pada sampel minyak kelapa metode salkowski.
 Standarisasi NaOH dengan larutan Asam oksalat dan HCl dengan Natrium tetraborat.
 Melakukan penentuan asam lemak bebas, angka asam % FFA dari sampel minyak
kelapa dengan metode titrasi asam basa.
 Penentuan bilangan penyabunan pada sampel minyak kelapa.

B. PRINSIP DASAR

1.Uji Kelarutan

Uji kelarutan adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui kelarutan lipid
dalm senyawa lain. Uji kelarutan ini juga sering disebut dengan pengenceran. Dimana
pengenceran sendiri merupakan proses pencampuran larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan menambah suatu pelarut,sehingga diperoleh volume akhir yang lebih besardengan
konsentrasi yang lebih besar dengan konsentrasi larutan yang lebih rendah dimana pada
proses ini volume dan kemolaran dari larutan tersebut ikut berubah. tapi jumlah mol zat
terlarutnya tidak berubah. Pada uji kelarucuma pada uji kelarutan lemak lebih ke perubahan
yang terlihat dari pencampuran lipid dengan larutan lainnya.

2. Uji penyabunan

Lemak atau minyak dapat terhidrolisis lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol. Proses
hidrolisis yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan basa kuat seperti NaOH dan
KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan sabun. Porses hidrolisis minyak
oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau saponifikasi. Lemak atau minyak merupakan asam
karboksilat atay asam alkanoat jenis alifatis( tidak terdapat ikatan rangkap C=C dalam rantai
alkilnya, rantai lurus, panjang tak bercabang) dengan gugus utama -COOH dalam bentuk
ester atau gliserida yaitu sesuai jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan
gliserol suhu tinggi

3.Uji penentuan kadar % FFA & Angka asam

Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai
trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya
bergabung dengan lemak netral.

Banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu lemak atauminyak dinyatakan
dengan bilangan asam. Bilangan asam merupakan jumlahmiligram KOH yang diperlukan
untuk menetralkan asam lemak bebas yangterdapat dalam satu gram lemak atau minyak.
Penetapan bilangan asam dilakukan dengan cara melarutkan ekstrak lemak dalam alkohol
netral panas danditambahkan beberapa tetes fenolftalein sebagai indikator. Alkohol netral
panasdigunakan sebagai pelarut netral supaya tidak mempengaruhi pH karena titrasi
inimerupakan titrasi asam basa. Alkohol dipanaskan untuk meningkatkan kelarutanasam
lemak. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam dengan basa yang menghasilkan garam.
Reaksinya adalah sebagai berikut:

C17H29COOH + KOH --> C17H29COOK + H2O

(kolesterol)

Rumus perhitungan sebagai berikut:

 Angka penyabunan

(V blanko−V sampel ). [HCI ]. Mr NaOH


Wlemak

 %FFA
V NaOH × [ NaOH ] × BMasamlemak
×100%
m sampel ×1000
 Angka Asam
BM NaOH
×%FFA
BMasamlemak /10
C. ALAT DAN BAHAN

No Nama Bahan Satuan Jumlah


1. Minyak kelapa (sampel) 16 mL
2. Etanol 96% 10 mL
3. NaOH dalam metanol 10% 15 mL
4. NaOH dalam aquadest 0.5 N 100 mL
5. Kloroform 5 mL
6. H₂SO₄ 1 mL
7. NaCl jenuh 10 mL
8. Kertas saring 2
9. Indikator PP 3 mL
10. Indikator MM 9 tetes
11. HCI 0.5 N secukupnya
12. Aquadest Secukupnya
13 Kertas lakmus Secukupnya
14. Alkohol panas 50 mL
15. Natrium tetraborat 0.5 N 50 mL
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1. Gelas Kimia 50 mL 1 buah
2. Batang Pengaduk 1 buah
3. Pipet tetes 3 buah
4. Kaki tiga 1 buah
5. Tabung reaksi 1 buah
6. Bunsen 1 buah
7. Botol semprot 1 buah
8. Corong 3 buah
9. Gelas kimia 100 mL 2 buah
10. Buret 50 mL 1 buah
11. Statif 1 buah
12. Bolt pipet 1 buah
13 Gelas ukur 50 mL 1 buah
14. Pipet gondok 10 mL 1 buah
15. Pipet ukur 10 mL 1 buah
16. Labu erlenmeyer 250 mL 3 buah

D. PROSEDUR

1.Preparasi sampel

Lemak

-masukan pada penangas air panas,15 menit

-saring (bila ada residu)

Lemak cair
2.Identifikasi Lemak

1ml lemak

-larutan dengan air

tidak larut

10 ml lemak pada gelas kimia

+15 ml NaOH 10% dalam methanol

-panaskan 30 menit sampai terjadi padatan

-aduk

-saring

Filtrat dan residu

3.identifikasi dengan salting out dan pemisahan asam lemak

Residu pada gelas kimia

(+) 25 ml aquades,aduk

- larutan dibagi 2

Residu 1 residu 2

- 10ml Nacl jenuh -15ml air panas


- Diamkan (+)H2sO4
- Pisahkan - panaskan
Hasil - pisahkan dengan corong pisah

Hasil
4. pemisah kolestrol

Filtrat

- uapkan pada penangas air

(+)10ml alkohol 98%

-saring

Filtrat

-kisatkan

(+)aquades

bagi 2

Filtrat 1 Filtrat 2

-endapan kolestrol -amati pada mikroskop

(+)2ml kloroform Hasil

(+)H2SO4 pekat

Hasil

5.Titrasi lemak (penyabunan)

5gr lemak pada Erlenmeyer

(+50)ml NaOH 0,5N dalam alcohol

-refluks 30 menit di air mendidih

(+)indicator MM

-titrasi dengan HCl 0,5 N

Hasil
6.Blanko

50ml NaOH dalam alcohol 0,5 N

-Refluks 30 menit

+ind. MM

-titrasi dengan HCl 0,5N

Hasil

7. %FFA dan angka asam

0,2 gr sampel lemak

(+)50 ml alcohol panas

(+) 2ml ind. Pp

-kocok

-titrasi dengan NaOH 0,1N

Hasil
E. HASIL DATA PENGAMATAN

1. Pembuatan larutan HCL 0,5 N

No. Perlakuan Sebelum Sesudah


1. Dipipet 10,4 ml HCL pekat HCL : Larutan tidak Larutan tidak
berwarna,konsentrasi berwarna,konsentrasi
pekat,didalam botol pekat dan 10,4 ml
reagen. HCL berada dalam
gelas kimia.
2. Ditambahkan Aquadest sedikit,di tutup Aquadest : Larutan Larutan sedikit
dengan kaca arloji tidak berwarna keruh,berada didalam
HCL : Larutan tidak gelas kimia dan
berwarna homogen dengan
Aquadest.
3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 Aquadest : Larutan Larutan menjadi
ml dan ditambahkan aquadest hingga tidak berwarna tidak berwarna
tanda batas. HCL : Larutan dengan volume 250
sedikit keruh. ml,berada didalam
labu ukur.

2. Pembuatan Larutan H 2 C 2 O 4 0,1 N

No Perlakuan Sebelum Sesudah


.
1. Ditimbang H 2 C 2 O 4 dengan kaca arloji Massa H 2 C 2 O 4 H 2 C 2 O 4 kristal putih
belum dengan massa
diketahui,berupa sebesar 1 gram pada
kristal putih. kaca arloji.
2. Dilarutkan dengan sedikit Aquadest H 2 C 2 O 4 : kristal Larutan tidak
dalam gelas kimia. putih berwarna berada
Aquadest : Larutan dalma gelas kimia,
tidak berwarna H 2 C 2 O 4 menjadi
homogen dengan
Aquadest.
3. Dimasukkan kedalam kabu ukur dan H 2 C 2 O 4 : larutan Larutan tidak
ditambahkan Aquadest tidak berwarna berwarna berada
Aquadest : Larutan dalam labu ukur
tidak berwarna dengan vokume 250
ml.
3. Pembuatan larutan Na2 B4 O7 0,5 N dalam Aquadest

No Perlakuan Sebelum Sesudah


.
1. Ditimbang Na2 B4 O7 pada kaca arloji Massa Na2 B4 O7 Na2 B4 O7 kristal
belum putih dengan massa
diketahui,berupa sebesar 4,77 gr pada
kristal putih kaca arloji
2. Dilarutkan dengan sedikit air panas Air panas : larutan Na 2 B4 O 7 larut dan
didalam gelas kimia tidak berwarna homogen dalam air
Na 2 B4 O 7: kristal panas,larutan sedikit
putih keruh dalma gelas
kimia
3. Dimasukkan kedalam labu ukur dan Air panas : larutan Larutan homogen
tambahkann air panas hingga tanda tidak berwarna berada dalam labu
batas Na2 B4 O7: larutan ukur dengan
keruh volkume sebesar 50
ml

4. Pembuatan larutan NaOH 0,5 N dalam alkohol (etanol 96%)

No Perlakuan Sebelum Sesudah


.
1. Ditimbah NaOH dengan kaca arloji Massa NaOH belum NaOH sebanyak 10
diketahui,kristal gr dalam kaca arloji
putih
2. Dilarutkan dengan sedikit etanol 96% NaOH : kristal putih NaOH larut dan
didalam gelas kimia 10 gr menjadi homogen
Etanol : larutan tidak dengan etanol
berwarna 96%,larutan sedikit
keruh didalam gelas
kimia
3. Dimasukka kedalam labu ukur dan Larutan NaOH : Larutan sedikit keruh
ditambahkan etanol 96% hingga tanda larutan sedikit keruh didalam labu ukur
batas Etanol : larutan tidak dan volume menjadi
berwarna 500 ml

5. Pembuatan larutan NaOH 10% dalam etanol 96%

No. Perlakuan Sebelum Sesudah


1. Ditimbah NaOH dengan kaca arloji Massa NaOH belum NaOH sebanyak 7,5
diketahui,kristal gr dalam kaca arloji
putih
2. Dilarutkan dengan sedikit etanol 96% NaOH : kristal putih NaOH larut dan
didalam gelas kimia 7,5gr menjadi homogen
Etanol : larutan tidak dengan etanol
berwarna 96%,larutan sedikit
keruh didalam gelas
kimia
3. Dilarutkan sampai volume 75 ml Larutan NaOH : Larutan sedikit keruh
larutan sedikit keruh dengan volume 75 ml
Etanol : larutan tidak dalam gelas kimia
berwarna
6. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N dalam Aquadest

No Perlakuan Sebelum Sesudah


.
1. Ditimbah NaOH dengan kaca arloji Massa NaOH belum NaOH sebanyak 1 gr
diketahui,kristal dalam kaca arloji
putih
2. Dilarutkan dengan sedikit aquadest NaOH : kristal putih NaOH larut dan
didalam gelas kimia 1gr menjadi homogen
Aquadest : larutan dengan aquadest
tidak berwarna ,larutan sedikit keruh
didalam gelas kimia
3. Dimasukka kedalam labu ukur dan Aquadest : larutan Larutan sedikit keruh
ditambahkan aquadest hingga tanda tidak berwarna didalam labu ukur
batas Larutan NaOH : dan volume menjadi
larutan sedikit keruh 250 ml

7. Standarisasi H 2 C 2 O 4 dengan NaOH

No. Perlakuan Sebelum Sesudah


1. Diambil sebanyak 10 ml H 2 C 2 O 4 pada H 2 C 2 O 4 : larutan H 2 C 2 O 4 sebanyak 10
erlenmeyer tidak berwarna ml didalam
erlenmeyer
2. Ditambahkan indikator PP sebanyak 3 Lar H 2 C 2 O 4 : larutan Setelah ditambahkan
tetes ke dalam erlenmeyer tidak berwarna indikator pp larutan
Ind. PP : Larutan tetap tidak berwarna
tidak berwarna
3. Dititrasi dengan larutan NaOH NaOH : larutan tidak Setelah dititrasi
berwarna dengan larutan
NaOH,larutan pada
erlenmeyer menjadi
merah muda

Percobaan Volume awal Volume akhir Volume titrasi perubahan


1 00,00 ml 09,00 ml 09.60 ml Merah muda
2 09,00 ml 19,60 ml 09,60 ml Merah muda
Rata-rata 09,60 ml

8. Standarisasi Na2 B4 O7 dengan HCL

No Perlakuan Sebelum Sesudah


.
1. Diambil sebanyak 10 ml Na2 B4 O7 pada Na2 B4 O7 : larutan Na2 B4 O7 sebanyak
erlenmeyer berwarna putih keruh 10 ml didalam
erlenmeyer
2. Ditambahkan indikator metil merah Na 2 B4 O 7 : larutan Setelah ditambahkan
sebanyak 3 tetes ke dalam erlenmeyer putih keruh indikator mm larutan
Indikator mm : menjadi berwarna
larutan berwarna kuning
merah
3. Dititrasi dengan HCL HCL : larutan tidak Setelah dititrasi
berwarna dengan HCL larutan
Larutan pada pada erlenmeyer
erlenmeyer berwarna menjadi berwarna
kuning kuning kemerahan.

Percobaan Volume awal Volume akhir Volume titrasi perubahan


1 00,00 ml 11,50 ml 11.50 ml Kuning
kemerahan
2 11,50 ml 23,00 ml 11.50 ml Kuning
kemerahan
Rata-rata 11.50 ml

9. Identifikasi lemak

No Perlakuan Sebelum Sesudah


.
1. Diambil 1 ml lemak (minyak kelapa) Minyak kelapa : Minyak kelapa tidak
ke dalam gelas kimia lalu ditambahkan larutan berwarna larut dalam aquadest
1 ml aquadest kuning
Aquadest : larutan
tidak berwarna
2. Diambil 10 ml lemak (minyak kelapa) Minyak kelapa : Minyak kelapa larut
kedalam gelas kimia dan ditambahkan larutan berwarna dalam NaOH 10%
15 ml NaOH 10% dalam etanol kuning dalam etanol
NaOH 10% dalam
etanol : larutan
sedikit keruh
a. Dipanaskan campuran minyak dan Minyak + NaOH Setelah dipanaskan
NaOH 10% dalam etanol selama 30 10% : larutan kuning terbentuk padatan
menit sampai membentuk padatan pucat kuning pucat
Masih berbentuk
cairan
b. Diaduk dan dilarutkan pada kloroform Minyak + NaOH Setelah ditambahkan
sampai mencair kembali 10% : masih kloroform sebanyak
berbentuk padatan 45 ml padatan pun
Kloroform : larutan larut
tidak berwarna
c. Disaring menggunakan kertas saring Masih tercampur Setelah disaring rsidu
kemudian dipidahkan antara residu dan antara residu dan dan filtratnya pun
filtratnya filtratnya terpisah dan
disimpan didalam
gelas kimia yang
berbeda

10. Identifikasi dengan salting out

No perlakuan Sebelum Sesudah


.
1. Diambil residu pada gelas kimia Residu : berwarna Setelah diaduk residu
kemudian tambahkan 25 ml aquadest putih kekuningan benar-benar
diadukm hingga homogen Aquadest : larutan homogen dengan
tidak berwarna aquadest
2. Dipisahkan larutan menjadi 2 bagian Larutan dalam gelas Larutan sudah
antara residu 1 dan residu 2 kimia yang sama erpisah dalam gelas
kimia yang berbeda
A. Residu 1
1. Ditambahkan 10 ml NaCl jenuh dalam Residu 1 : putihb Setelah didiamkan
residu 1 kemudian diamkan sampai ada sedikit kuning terdapat 2 fase
endapan NaCl jenuh : larutan .larutan tidak
tidak berwarna berwarna dan bagian
namun masih bawah endapan putih
terdapat kristal NaCl sedikit kuning
yang tidak larut
2. Dipisahkan antara larutan dan endapan Larutan tidak Larutan dan endapan
ke dalam 2 gelas kimia yang berbeda berwarna sudah terpisah pada
lalu amati yang terjadi Dan endapan gelas kimia yang
berwarna putih berbeda
sedikit kuning
B. Residu 2
1. Ditambahkan15 ml air panas kedalam Residu 2 : putih Residu larut dalam
residu 2 kemudian ditambahkan 10 ml sedikit kuning air panas setelah
H 2SO 4 sampai ada perubahan ditambahkan H 2SO 4
Air panas : Larutan membentuk sedikit
tidak berwarna padatan.
H 2SO 4 : larutan tidak
berwarna
2. Dipanaskan 30 menit sampai mencair Residu : menjadi Setelah dipanaskan
kemudian pisahkan dengan corong sedikt padatan residu mencair
pisah dan amati Residu masih belum kemudian residu
terpisah terpesidah antara
larutan dan
endapannya

11. Pemisahan Kolesterol

No. Perlakuan Sebelum Sesudah


1. Filtrat sampel dipanaskan pada Filtrat berwarna Larutan menjadi
penangas air kuning pucat,suhu berwarna kuning
dalam keadaan terang dan suhu
dingin larutan menjadi
panas
2. Ditambahkan etanol 96% dan disaring Etanol 96% : larutan Larutan tetap
tidak berwana berwarna kuning
Larutan masih terang dan terdapat
berwarna kuning residu
terang
3. Larutan di saring dengan sempurna Larutan belum Larutan dan fitrat
tersaring dengan terpisah .
sempurna Filtrat berwarna
kuning terang
4. Filtrat diuapkan (kisatkan) Larutan berwarna Larutan menjadi
kuning terang dan berwarna kuning dan
larutan dalam menjadi panas
keadaan dingin
5. Ditambahkan beberapa tetes aquadest Larutan berwarna Larutan tetap
dan dibagi menjadi 2 bagian kuning belum terbagi berwarna kkuning
2 dan terbagi menjadi 2
A. Filtrat 1
1. Ditambahkan endapan sampel di Kloroform : larutan Endapan menjadi
larutkan dengan 2 ml kloroform tidak berwarna tidak berwarna pada
Endapan kolesterol: saat penambahna
berwarna kuning larutan kloroform
pucat

2. Ditambahkan H 2SO 4 Larutan tidak Setelah ditambahkan


berwarna H 2SO4 larutan
H 2SO4 :larutan tidak menjadi berwarna
berwarna kuning pucat

12. Titrasi lemak

No Perlakuan Sebelum Sesudah


.
1. 5 gram sampel di timbang Sampel belum Erlenmeyer berisi 5
menggunakan erlenmeyer diketahui massa nya gram sampel
2. Ditambahkan 50 ml larutan NaOH Larutan NaOH : Larutan menjadi
dalam alkohol 0,5 N larutan tidak berwarna kuning
berwarna keruh
3. Dipanaskan selama 30 menit dan Indikator mm : Larutan menjadi
ditambahkan indikator metil merah 3 larutan berwarna panas dan terbagi
tetes merah menjadi 2 bagian atas
Larutan dalam berwarna kuning dan
keadaan dingin. bagian bawah
berwarna putih
keruh. Saat
ditambahkan
indikator mm larutan
menjadi berwarna
kuning keruh
4. Dititrasi dengan HCl 0,5 N Larutan pada Setelah dititrasi
erlenmeyer berwarna dengan HCl larutan
kuning pada erlenmeyer
HCL : Larutan tidak menjadi berwarna
berwarna kuning kemerahan

Percobaan Volume awal Volume akhir Volume titrasi perubahan


1 38,00 ml 47,00 ml 09.00 ml Kuning
kemerahan
Rata-rata 09,00 ml

13. Blanko

No Perlakuan Sebelum Sesudah


.
1. 50 ml NaOH dalam etanol 0,5 N di 50 ml NaOH dalam Stelah direfluks
refluks (panaskan) selama 30 menit etanol : Larutan tidak selama 30 menit
berwarna larutan NaOH
menjadi sedikit
menguap
2. Ditambahkan indikator metil merah Larutan NaOH dalam Setelah ditambahkan
etanol : larutan tidak indikator mm larutan
berwarna menjadi berwarna
kuning
3. Ditirasi dengan HCl 0,5 N Larutan pada Setelah dititrasi
erlenmeyer berwarna dengan HCl 0,5 N
kuning larutan menjadi
berwarna kuning
kemerahan

Percobaan Volume awal Volume akhir Volume titrasi perubahan


1 07,80 ml 49,50 ml 41,70 ml Kuning
kemerahan
Rata-rata 41,70 ml

14. %FFA dan angka asam

No. Perlakuan Sebelum Sesudah


1. Ditimbang 0,2 gram sampel minyak Erlenmeyer kosong Erlenmeyer berisi 0,2
kelapa Minyak kelapa : gram sampel minyak
Pada erlenmeyer larutan kuning kelapa
Senbelumnya berat
sampel belum
diketahui
2. Ditambahkan 50 ml alkohol panas lalu Minyak kelapa : 0,2 gram sampel
di gojog larutan berwarna minyak kelapa
kuning ditambah 50 ml
Alkohol : larutan alkohol panas setelah
tidak berwarna digojog sampel larut
dan homogen dengan
alkohol
3. Ditambahkan 2 ml indikator Sampel+alkohol : Setelah ditambakan
fenolftalein larutan kuning muda indikator pp larutan
Indikator pp : larutan tidak berwarna
tidak berwarna
4. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N Larutan didalam Setelah dititrasi
erlenmeyer tidak dengan NaOH 0,1 N
berwarna larutan dalam
erlenmeyer menjadi
berwarna merah
muda

Percobaan Volume awal Volume akhir Volume titrasi perubahan


1 00,00 ml 00,50 ml 00,50 ml Merah muda
Rata-rata 00,50 ml

F. PERHITUNGAN

 Pembuatan NaOH 0.1N 250 mL


N x BE x v
g=
1000
0,1 x 40 x 250
=
1000
= 1 gram

 Pembuatan Na₂B₄O₇ 0,5N 50 mL


N x BE x V
g=
1000
0,5 X 190,686 X 50
=
1000
= 4,767 gram

 Pembuatan larutan NaOH 0,5 N 500 mL


gr 1000
0,5N =
40
x 500
0,1 x 40 x 500
gr = = 10 gram
1000
 Pembuatan larutan NaOH 10% etano 75 mL
10
x 75 = 7,5 mL
100

 Pembuatan larutan HCL 0,5 N 100 mL


M1.V1 = M2.V2
12.V1 = 0,5 . 100
0,5.100
V1 =
12
V1 = 4,16 mL

 Angka penyabunan

(V blanko−V sampel ). [HCI ]. Mr NaOH


Wlemak

(41,70 mL−09.00 mL). 0,5 N .40


=
5gr

32,70 mL .0,5 N .40 654


= = = 130,8 mg NaOH/g
5 gr 5

 %FFA
V NaOH × [ NaOH ] × BMasamlemak
×100%
m sampel ×1000
00,50 mL ×0.1 N × 269
¿ ×100 %
0.2 gr ×1000
13,45
= 200 ×100 % = 6,725%

 Angka Asam
BM NaOH
×%FFA
BMasamlemak /10
39,997
¿ ×6,72 %
269/10
¿1,486×6,72 %=¿ 9,993%

 Standarisari NaOH dengan asam oksalat 0,5N


N1.V1¿ N 2.V 2
N1.09,60ml=0,5 N .10 ml
N1¿ 0,5208 N

 Standarisasi HCI dengan Natrium tetraborat 0,5N


N1.V1¿N2.V2
N 1.11,50ml ¿ 0,5 N .10 ml
N1 ¿ 0,4347N

G. PERSAMAAN REAKSI

Reaksi sponifikasi

 Identifikasi lemak (penyabunan)


 Bilangan asam

 Reaksi salting out

H4N−¿C−COO ˉ−R + NaCl + 2H₂O→ H4N −¿ C – CuSO4 + NaOH + HCl


 Reaksi salkowski

H. PEMBAHASAN

1. FENNI YULIANI

Mula-mula pada praktikan kali ini yaitu “Reaksi Uji Terhadap Lipid” menggunakan sampel
minyak kelapa kemudian dilarutkan dengan air dan semua sampel menunjukan dua fasa,
karena minyak kelapa tidak larut dalam air, selanjutnya ditambahkan pelarut NaOH 10%
dalam methanol dan semua sampel masih menunjukan hasil yang sama dengan sebelumnya.
Hal ini menunjuka bahwa ketiga sampel (lemak) dan minyak tidak termasuk senyawa polar.
Selanjutnya semua sampel dipanaskan hingga menjadi padatan, pemanasan dilakukan selama
30 menit dimaksudkan untuk melihat hasil proses saponifikasi. Dan menghasilkan padatan.
Selanjunya diuji dengan pelarut kloroform yang diketahui merupakan senyawa organic non
polar. Selain itu penambahan NaOH adalah sebagai proses saponifikasi adalah untuk
hidrolisis asam lemak dengan adanya basa lemah seperti NaOH dan hasilnya adalah gliserol.
Dan reaksi positifnya adalah penggumpalan sampel minyak kelapa saat dipanaskan, sampel
minyak kelapa menyatakan hasil positif. Reaksinya sebgai berikut:

Pada identifikasi salting out. Salting out merupakan proses penambahan larutan elektrolit
ke dalam fase air yang mengandung senyawa organik, penambahan larutan elektrolit ini
difungsikan agar kelarutan senyawa organik dalam air bisa menurun dan juga konsentrasi
senyawa organik dalam fase organik akan lebih besar dari pada dalam fase air. Penggunaan
larutan NaCl dimaksudkan untuk membantu memisahkan antara gliserol dan sabun. Dimana
gliserol akan terbawa oleh larutan garam sedangkan sabunnya akan mengendap. Proses
saponifikasi dihentikan jika telah terjadi pemisahan antara sabun dengan gliserol, yang
ditandai dengan terbentuknya endapan sabun. Pada semua sampel minyak kelapa setelah
ditambahkan larutan garam dan menghasilkan koagulan atau gumpalan berwarna kuning
yang menunjukan endapan sabun.

Selanjutnya adalah pemisahan asam lemak. Lipid memiliki dua jenis wujud yang berbeda
pada suhu ruang. Dua wujud lipida yang sering kita temukan adalah lemak dan minyak.
Pemisahan asam lemak bertujuan untuk mengambil asam-asam lemak dari sampel sehingga
dihasilkan campuran sabun dan gliserol yang mudah larut dalam air dan alcohol pada tahap
pemisahan kolesterol. Umumnya asam lemak ditemukan sebagai ester didalam lemak dan
minyak, namun juga ditemukan dalam bentuk tidak teresterefikasi sebagai asam lemak bebas.
Pemisahan asam lemak dialakukan dengan cara melarutkan semua sampel pada air dan
pengecekan pH pertama menghasilkan pH sangat basa yakni 13 maka penambahan asam
sulfat guna memberikan suasana asam sehingga dapat mencapai pH netral. Pada minyak
bersih hanya dibutuhkan 15 tetes larutan asam sulfat untuk mencapai pH netral.

Setelah itu pada uji salkowski, namun sebelumnya dilakukan pemisahan kolesterol dengan
menggunakan akohol sebab akohol adalah pelarut lemak yang baik. Maka uji salkowski dapat
dilakukan yakni dengan melarutkan endapan kolesterol dengan kloroform. Sebab kloroform
adalah pelarut organic non polar. Sifat non polar kloroform disebabkan karena pelarut
kloroform memiliki ikatan berbentuk simetri yang menyebabkan jarak pasangan elektronnya
akan sama, sehingga arah momen dipolnya saling berlawanan sehingga nilainya saling
meniadakan. Dengan tidak adanya momen dipol pada senyawa tersebut, menyebabkan
senyawanya bersifat nonpolar. Ketika penambahan kloroform, pada sampel minyak kelapa
hanya menjadi larutan berwarna kuning. Setelah ditambahkan asam sulfat minyak kelapa
menjadi larutan berwarna kuning pucat. Penambahan asam sulfat setelah koroform adalah
untuk membentuk senyawa kompleks yang akan berflouresen berwarna hijau saat dikenakan
cahaya. Walaupun dalam hasil percobaan tidak ada yang menunjukan larutan yang
berflouresensi hijau namun semuanya menunjukan endapan kuning yang menyatakan hasil
positif untuk tes salkowsski yang ditujukan untuk mengetahui keberadaan kolesterol dalam
sampel. Maka menghasilkan persamaan reaksi seperti berikut:

Penentuan angka penyabunan bertujuan untuk menentukan berat molekul (BM) pada
minyak atau sampel. Prinsip yang digunakan dalam penentuan angka penyabunan yaitu
hidrolisis lemak. Metode yang digunakan adalah reaksi netralisasi. Angka penyabunan adalah
jumlah miligram NaOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1gr lemak atau minyak.

Tujuan dari perbedaan prosentase antara etanol dan eter adalah untuk melarutkan lemak dan
mengikat NaOH, karena alcohol (etanol) lebih bersifat polar sehingga prosentasenya dibuat
lebih besar dibandingkan eter. Pada saat penambahan NaOH bertujuan untuk menyabunkan
minyak yaitu menghidrolisis lemak sehingga menghasilkan gliserol dan garam asam lemak
atau sabun. Reaksinya seperti berikut:

Proses hidrolisis dengan menggunakan basa, inilah yang disebut dengan proses penyabunan.
Dilakukannya pemanasan diatas penangas air bertujuannya ketika temperatur naik, maka
partikel-partikel molekul yang terdapat dalam larutan bergerak dengan cepat sehingga reaksi
dalam larutan tersebut juga cepat.
Ditambahkan indikator PP yang
berfungsi sebagai indikator
sehingga dapat menentukan titik akhir
titrasi terjadi perubahan warna yaitu
merah muda. Indikator PP merupakan
asam diprotik dan tidak berwarna.
Indikator ini terurai dahulu dari tidak
berwarna dan kemudian hilangnya
proton kedua menjadi ion dengan
sistem terkonjugat
menghasilkan warna merah dan
penambahan proton menghasilkan kation berwarna merah muda.

Percobaan Uji Kolesterol ini bertujuan untuk mengetahui adanya kolesterol didalam lipid.
Metode yang digunakan adalah pengendapan dan prinsip yang digunakan adalah pemutusan
ikatan ester.

Kolesterol menurut Cedar et al (2000) merupakan alkohol steroid yang berbentuk pada suhu
tubuh, berbentuk kristal putih dengan titik lebur 145-1500C yang tidak larut dalam air tetapi
larut dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, benzena, dan aseton. Struktur Kolesterol
menurut Cedar et al (2000) seperti berikut ini :
Uji ini memakai sampel yaitu minyak kelapa. Sampel dilarutkan dengan kloroform, fungsi
dari kloroform adalah untuk melarutkan lemak karena sifat dari lemak atau lipid adalah non
polar. Sesuai dengan prinsip “like dissolves like” maka senyawa non polar akan larut pada
pelarut non polar. Kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat (H2SO4). Fungsi
H2SO4 untuk memutuskan ikatan ester pada lemak. Jika ada kolesterol akan terbentuk
lapisan merah pada permukaan larutan dan H2SO4 berwarna kuning.

Hasil yang diperoleh ialah pada sampel minyak kelapa baru terbentuk larutan kuning ini
menandakan pada uji kalesterol sampel minyak kelapa menghasilkan hasil yang positif
dengan menandakan larutan berwarna kuning.

Selanjutnya setelah kita ketahui bahwa sampel minyak kelapa mengandung kolesterol maka
dilakukan uji kuantitatif untuk menentukan kadar kolesterol dalam sampel dengan metode
titrasi menggunakan HCl yang telah distandarisasi oleh NaOH, dan NaOH yang telah
distandarisasi lebih awal oleh asam oksalat. Hal ini dilakukan untuk memastikan keakuratan
konsentrasi NaOH yang nantinya akan digunakan sebagai larutan standar, dan untuk
menunjukkan apakah larutan NaOH ini dapat bereaksi sempurna baik dengan asam lemah
maupun kuat. Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan asam oksalat menghasilkan garam
yang bersifat basa. Maka indikator yang digunakan adalah indikator phenoftaein. Dan
selanjutnya pada standarisasi HCl dengan Natrium tetraborat yang akan menghasilkan garam
yang dideteksi oleh indikator phenoftalein. Sebelum dilakukan titrasi sampel terlebih dahulu
dilarutkan dengan NaOH dalam alcohol, sebab akohol adalah pelarut yang baik bagi lemak,
dimana NaOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul NaOH bereaksi dengan
satu molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi
menggunakan HCl sehingga NaOH yang bereaksi dapat diketahui. Sebab jumlah NaOH yang
dititrasi berbanding lurus dengan jumlah kolesterol dalam sampel. Dan penambahan
indicator phenoftalein untuk menunjukan titik ahir titrasi. Setelah penambahan indicator
phenoftalein semua sampel tidak menunjukan perubahan warna, namun setelah titrasi semua
menjadi larutan berwarna merah muda. Dengan volume titran untuk sampel minyak kelapa
adalah 09,00 ml. volume hasil titrasi selanjutnya dihitung untuk menentukan angka
penyabunan. Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar.
Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat
molekul yang relatif kecil dan akan mempunyai angka penyabunan yang besar. Sebaliknya
bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan relatif kecil.
Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Angka penyabunan didapatkan untuk sampel
minyak kelapa 130,8 mgNaOH/g. Dan pada hasil %FFA pada sampel minyak kelapa sebesar
6,725%. Dari hasil percobaan ini dilakukan nya standarisasi NaOH dengan asam oksalat 0,5N
dapat menghasilkan sebesar 0,5208N dan pada hasil standarisasi HCI dengan Natrium
tetraborat sebesar 0,4347N.

2 .PUTRI WULAN SARI

Uji lipid dilakukan dengan satu sampel yaitu minyak kelapa, ada beberapa uji yang dilakukan
yaitu uji kualitatif yakni uji kelarutan lipid sedangkan uji kuantitatif untuk penentuan
bilangan penyabunan yang menunjukan jumlah kandungan kolesterol pada sampel. Air dan
NaOH adalah pelarut yang paling polar sedangkan kloroform adalah pelarut non polar. Maka
menggunakan dua pelarut yang berbeda menunjukkan sifat kepolaran sampel berdasarkan
prinsip like dissolve like. Mula-mula sampel dilarutkan dengan air selanjutnya ditambahkan
pelarut NaOH 10% dalam etanol dan semua sampel menunjukkan hasil yang sama dengan
sebelumnya

Hal ini menunjukkan bahwa sampel termasuk senyawa polar, selanjutnya sampel dipanaskan
hingga menjadi padatan selama 30 menit dimaksudkan untuk melihat hasil proses
saponifikasi,dan menghasilkan padatan.selanjutnya diuji dengan pelarut kloroform yang
merupakan senyawa organik non polar. Dan menghasilkan reaksi sedikit gelembung dan
berwarna kuning pucat

Selanjutnya identifikasi salting out dan pemisahan asam lemak.salting out yaitu proses
penambahan larutan elektrolit kedalam fase air yang mengandung senyawa organik,
penambahan larutan ini berfungsi agar kelarutan senyawa organik dalam air bisa menurut dan
menaik konsentrasinya.penggunaan NaCl dimaksud untuk membantu memisahkan antara
gliserol dan sabun. Dimana gliserol akan terbawa oleh larutan garam sedangkan sabunnya
mengendap.

Selanjutnya pemisahan asam lemak, asam lemak merupakan asam karboksilat dengan rantai
alifatik panjang baik jenuh maupun tidak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan
tunggal diantara atom dan karbon penyusunnya sedangkan tak jenuh memiliki paling sedikit
satu ikatan rangkap diantara atom dan karbonnya. Pemisahan asam lemak dilakukan dengan
cara melarutkan semua sampel pada air dan pengecekan PH pertama menghasilkan PH sangat
basa yakni 13 maka penambahan asam sulfat gunanya untuk memberikan suasana asam
sehingga didapat PH netral.

Selanjutnya uji salkowski namun sebelumnya dilakukan pemisahan kolesterol dengan


menggunakan alkohol, sebab alkohol yaitu pelarut lemak yang baik. Maka uji ini dengan cara
melarutkan endapan kolesterol dengan kloroform.Ketika penambahan kloroform sampel
minyak kelapa membentuk 2 fasa yaitu fasa atas larutan berwarna kuning pucat dan fasa
bawah larutan berwarna putih sedikit endapan, penambahan asam sulfat dan kloroform untuk
membentuk senyawa kompleks yang akan berflourresen berwarna hijau saat dikenakan
cahaya.

Selanjutnya setelah kita mengetahui sampel mengandung kolesterol dilakukan uji kuantitatif
untuk menentukan kadar kolesterol dalam sampel dengan metode titrasi menggunakan HCl
yang distandarisasi oleh NaOH, dan NaOH yang telah distandarisasi oleh asam oksalat. Hal
ini dilakukan untuk memastikan keakuratan konsentrasi NaOH dan HCl yang nantinya
digunakan sebagai larutan standar.

3. SRI WAHYUNI

Uji lipid dilakukan pada minyak kelapa sawit Ada beberapa uji yang dilakukan dalam
percobaan kali ini yaitu beberapanya adalah uji kualitatif yakni, uji kelarutan lipid dengan
prinsip like dissolve like uji pembentukan emulsi, uji kejenuhan sampel, uji keasaman
minyak, titrasi sebagai uji kuantitatif untuk menentukan bilangan  penyabunan yang
menunjukan jumlah kandungan kolesterol pada sampel. Air dan NaOH adalah pelarut yang
paling polar, sedangkan klorofrom adalah pelarut non polar. Maka penggunaan dua pelarut
dengan beda kepolaran ini akan menunjukan sifat kepolaran sampel berdasarkan prinsip like
dissolve like. Mula-mula sampel dilarutkan dengan air dan semua sampel menunjukan dua
fasa, selanjutnya ditambahkan  pelarut NaOH 10% dalam methanol dan semua sampel masih
menunjukan hasil yang sama dengan sebelumnya. Hal ini menunjuka bahwa sampel (lemak)
dan minyak tidak termasuk senyawa polar. Selanjutnya semua sampel dipanaskan hingga
menjadi padatan,  pemanasan dilakukan selama 30 menit dimaksudkan untuk melihat hasil
proses saponifikasi. Dan menghasilkan padatan. Selanjunya diuji dengan pelarut kloroform
yang diketahui merupakan senyawa organic non polar.

Selain itu  penambahan NaOH adalah sebagai proses saponifikasi adalah untuk hidrolisis
asam lemak dengan adanya basa lemah seperti NaOH dan hasilnya adalah gliserol. Dan
reaksi  positifnya adalah penggumpalan sampel saat dipanaskan, sampel menyatakan hasil
positif. Selanjutnya adalah identifikasi salting out dan pemisahan asam lemak. Salting out
merupakan proses penambahan larutan elektrolit ke dalam fase air yang mengandung
senyawa organik, penambahan larutan elektrolit ini difungsikan agar kelarutan senyawa
organik dalam air bisa menurun dan juga konsentrasi senyawa organik dalam fase organik
akan lebih besar dari pada dalam fase air. Penggunaan larutan NaCl dimaksudkan untuk
membantu memisahkan antara gliserol dan sabun. Dimana gliserol akan terbawa oleh larutan
garam sedangkan sabunnya akan mengendap. Proses saponifikasi dihentikan jika telah terjadi
pemisahan antara sabun dengan gliserol, yang ditandai dengan terbentuknya endapan sabun.
Pada sampel setelah ditambahkan larutan garam dan menghasilkan koagulan atau gumpalan
berwarna kuning yang menunjukan endapan sabun. Selanjutnya adalah pemisahan asam
lemak.

Asam lemak adalah asam karboksilat dengan rantai alifatik panjang, baik jenuh maupun tak
jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon
penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan rangkap
diantara atom-atom karbonnya. Keberadaan ikatan rangkap dan panjang inilah yang
menyebabkan asam lemak penyusun lipid memiliki dua jenis wujud yang berbeda pada suhu
ruang. Dua wujud lipida yang sering kita temukan adalah lemak dan minyak. Lemak pada
suhu ruang berwujud padat sedangkan minyak pada suhu ruang berwujud cair. Sabun hasil
saponifikasi termasuk asam lemak. Pemisahan asam lemak bertujuan untuk mengambil asam-
asam lemak dari sampel sehingga dihasilkan campuran sabun dan gliserol yang mudah larut
dalam air dan alcohol pada tahap pemisahan kolesterol. Umumnya asam lemak ditemukan
sebagai ester didalam lemak dan minyak, namun uga ditemukan dalam bentuk tidak
teresterefikasi sebagai asam lemak bebas. Pemisahan asam lemak dialakukan dengan cara
melarutkan semua sampel pada air dan pengecekan pH pertama menghasilkan pH sangat basa
yakni 13 maka penambahan asam sulfat guna memberikan suasana asam sehingga dapat
mencapai pH netral. Pada minyak bersih hanya dibutuhkan 5 tetes larutan asam sulfat dan
pada lemak sapi hanya dibutuhkan 6 tetes saja asam sulfat untuk mencapai pH netral. Akan
tetapi minyak jelantah membutukan 12 tetes asam sulfat. Hal ini menandakan bahwa  jelantah
memang memiliki kejenuhan yang paling tinggi sehingga sulit untuk dinetralkan.
Uji selanjutnya adalah uji salkowski, namun sebelumnya dilakukan pemisahan kolesterol
dengan menggunakan akohol sebab akohol adalah pelarut lemak yang baik. Maka uji
salkowski dapat dilakukan yakni dengan melarutkan endapan kolesterol dengan kloroform.
Sebab kloroform adalah pelarut organic non polar. Sifat non polar kloroform disebabkan
karena pelarut kloroform memiliki ikatan berbentuk simetri yang menyebabkan jarak
pasangan elektronnya akan sama, sehingga arah momen dipolnya saling berlawanan sehingga
nilainya saling meniadakan. Dengan tidak adanya momen dipol pada senyawa tersebut,
menyebabkan senyawanya bersifat nonpolar. Ketika  penambahan kloroform, hanya sampel
sampel minyak  bersih hanya menjadi larutan berwarna kuning dan lemak sapi membentuk
endapan  berwarna kuning dan larutan berwarna putih keruh. Barulah setelah ditambahkan
asam sulfat pada minyak bersih menjadi larutan  berwarna kuning pucat dan untuk lemak sapi
menjadi endapan berwarna kuning dan larutan putih keruh. Penambahan asam sulfat setelah
koroform adalah untuk membentuk senyawa kompleks yang akan berflouresen berwarna
hijau saat dikenakan cahaya. Walaupun dalam hasil percobaan tidak ada yang menunjukan
larutan yang berflouresensi hijau namun semuanya menunjukan endapan kuning yang
menyatakan hasil positif untuk tes salkowsski yang ditujukan untuk mengetahui keberadaan
kolesterol dalam sampel.
 Fungsi penambahan Alkohol

Minyak kelapa tidak larut dalam air sehingga dibutuhkan alkohol untuk melarutkannya,
karena alkohol adalah pelarut untuk bahan organik. Penambahan alkohol pada minyak kelapa
yang ingin ditentukan kadar asam lemak bebasnya bertujuan untuk melarutkan minyak
kelapa saat proses pemanasan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Anonim (2012i) yaitu fungsi
penambahan alkohol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar  dapat
bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang  digunakan adalah untuk melarutkan
minyak, sehingga alkohol (etanol) yang digunakan konsentrasinya berada di kisaran 95-96%,
karena etanol 95 % merupakan pelarut lemak yang baik (Anonim, 2012i).

 Fungsi penambahan Indikator PP

Pemberian tiga tetes indikator pp pada praktikum ini adalah sebagai indikator pembuktian
bahwa bahan tersebut bersifat asam atau basa. Pada praktikum ini, setelah dititrasi dengan
NaOH, larutan alkohol dan Minyak kelapa yang telah ditetesi indikator pp berubah warna
menjadi merah muda. Hal ini membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat basa. Hal ini
diperkuat oleh Anonim (2011b) yaitu jika pada percobaan larutan NaOH diberi  fenoftalen,
lalu warnanya berubah menjadi merah lembayung, maka trayek pH-nya sekitar 9-10 (basa).

 Fungsi penambahan NaOH

Penggunaan NaOH saat proses titrasi adalah untuk menentukan kadar asam lemak bebas yang
terkandung dalam minyak kelapa. Jumlah volume yang digunakan untuk menitrasi larutan
minyak kelapa dan alkohol digunakan dalam proses penentuan asam lemak bebas. Hal ini
sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Anonim (2011) yaitu volume yang
diperoleh dari proses titrasi digunakan dalam perhitungan penentuan kadar asam lemak bebas
yang tergantung pada suatu bahan pangan.

I. KESIMPULAN

 Metode salting out menunjukan hasil positif dengan tanda pada filtrat yang tidak
berwarna setelah disaring dan residu berwarna putih, dengan menggunakan sampel
minyak kelapa.
 Sampel minyak kelapa menunjukan hasil positif pada metode salkowski, sebab
membentuknya 2 fasa pada bagian larutan yang diatas berwarna putih dan bawah
berwarna kuning pucat. Pada saat ditambahkannya larutan asal sulfat pekat.
 Dari hasil percobaan ini menggunakan sampel minyak kelapa dapat diperoleh angka
penyabunan sebesar 130,8 mg NaOH/g, % FFA sebesar 6,725%, dan pada angka
asam sebesar 9,993%.
 Pada hasil Standarisari NaOH dengan asam oksalat 0,5N dapat menghasilkan sebesar
0,5208 N dan pada hasil standarisasi HCl dengan natrium tetraborat sebesar 0,4347N.

DAFTAR PUSTAKA

http://najihullah.blogspot.com/2015/04/percobaan-i-lipid-analisa-kuantitatif.html?m=1

https://id.scribd.com/document/363225953/Laporan-Lipid

https://kumalasarievhy.wordpress.com/2012/12/17/laporan-praktiku-uji-asam-lemak-bebas/

Anda mungkin juga menyukai