Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS

TITRIMETRI DAN GRAVIMETI

Di susun Oleh :

 Dinul Muslim
 Indri Nurhayati
 Jesica Erin Natalia
 Andhika Mawardi

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


SMKN 6 KENDARI
2017/2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena
atas limpahan rahmat-Nyalah kami dapat menyusun laporan kimia ini tentang
“TITRASI” dapat terselesaikan. Dengan adanya materi praktikum tentang tritrasi
maka kami telah menyelesaikan laporan ini dengan bantuan kelompok dan
bimbingan dari Bapak La Ashar. Adapun judul laporan praktikum ini adalah :

“PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA MAKAN”.

Kami menyadari bahwa, laporan yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik ataupun saran yang bersifat
membangun dari bapak guru pembimbing, agar kedepannya dapat menjadi lebih
baik. Akhir kata kami harapkan dengan adanya laporan yang kami buat dapat
menambah wawasan kami.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Titrasi adalah salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat
dengan cara mereaksikan zat tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya.
Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi netralisasi asam basa.
Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam
tepat dinetralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH.
pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari
netralisasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang
memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen
tersebut sulit untuk diamati, yang mudah diamati adalah titik akhir yang dapat terjadi
sebelum atau sesudah titik equivalen tecapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik
akhir titrasi tercapai, dan ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir
titrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang
tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi. Titrasi asam basa merupakan contoh
analisis glumetri, yaitu suatu cara atau metode yang menggunakan larutan yang
disebut titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Dalam titrasi
dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan
senyawa yang ditentukan disebut titik ekivalen atau titik stoikiometri, titik ini sering
ditandai dengan perubahan warna yang disebut indikator.
Berikut ini syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilalukan berhasil :
1. Konsentrasi titrasi harus diketahui. Larutan ini disebut larutan standar.
2. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis haru diketahui.
3. Titik stoikiometri atau titik ekivalen harus diketahui. Indikator yang
memberikan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen yang serig
digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
4. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus diketahui
setepat mungkin.

B. TUJUAN
Menentukan kadar Asam Asetat dalam cuka makan dengan cara
menstandarisasi larutan cuka dan larutan standar NaOH

C. TEMPAT DAN WAKTU


Waktu : hari kamis, 9 November 2017
Tempat : Laboratorium Kimia SMK Negeri 6 Kendari

D. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu titrasi?
2. Bagaimana cara menetapkan titik akhir titrasi?
3. Bagaimana cara menentukan kadar asam asetat atau asam cuka makan?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi asam basa sering disebut Asidi-Alkalimerti, sedang untuk titrasi pengukuran
lain-lain sering dipakai akhiran-Ometri menggantikan –Imetri. Kata metri berasal dari bahasa
yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I dan O dalam hubungan mengukur sama
saja, yaitu dengan atau dari (with or off). Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasal dari
kata yunani. Jadi Asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pengukuran
dengan asam (yang diukur dalam jumlah basa atau garam). (Harjadi, W. 1997).
Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar larutan asam
atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam ditetesi dengan larutan basa,
atau sebaliknya sampai mencapai titik ekivalen (asam dan basa tepat habis bereaksi). Jika
molaritas salah satu larutan (asam atau basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi
dapat ditentukan (Michael. 1997).
Jika larutan asam ditetesi dengan laruta basa maka pH larutan akan naik, sebaliknya
jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yang
menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva
titrasi. Kurva titrasi berbentuk S, yang pada titik tengahnya merupakan titik ekivalen.
(Michael. 1997).
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu
digunakan pengamatan dengan indikator Bil pH pada titik ekivalen 4-10. Demikian juga titik
akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah, jika penitrasian adalah basa atau
asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104. pH berubah
secara drastis bila volum titrannya. Pada reaksi asam basa, proton di transfer dari satu
molekul ke molekul lain. Dalam air proton biasanya tersolfasi dengan H3O. Reaksi asam basa
bersifat reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH dan perubahan warna
indikator tergantung secara tidak langsung pada temperatur (Khopkar, S.M. 1990).
Pada kedua jenis titrasi diatas, dipergunakan indikator yang sejenis yaitu fenolftalein
(PP) dan metil orange (MO). Hal tersebut dilakukan karena jika menggunakan indikator lain
misalnya TB, MG atau yang lain, maka trayek pHnya sangat jauh dari ekivalen. (Harjadi, W.
1990).
Pada titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :

 Asidimetri. Titrasi ini menggunakan standar asam yang digunakan untuk menentukan
basa. Asam yang biasa digunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat.
 Alkalimetri. Pada titrasi imi merupakan kebalikan ari asidi-alkalimetri karena larutan
yang digunakan untuk menentukan asam disini aadlah basa.
Titrasi asam basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan jumlah
senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa organik dapat
dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa organik tidak larut dalam air. Namun
demikian umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa
organik itu dapat ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan
asam digunakan larutan baku asam kuat misalnya HCl, sedangkan untuk menentukan basa
digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan
bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan seperti
potensiometri, spektrofotometer atau konduktometer, (Rivai, H, 1990).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar
larutan asamditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titran
ditambahkan titer tetes demi tetessampai mencapai keadaan ekivalen (artinya secara
stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan perubahan
warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi
asam dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan
jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan
dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik
akhir titrasi ini mendekati titik ekivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik
ekivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga titik ekivalen. (Esdi, 2011).
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma pada makanan. Asam cuka memiliki rumus
kimia yaitu CH3COOH, asam asetat murni (asam asetat glacial) adalahcairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16,7⁰ C. Larutan CH3COOH dalam air merupakan asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi menurut reaksi :
CH3COOH H+ + CH3COO¯
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam
asetat digunakan dalam produksi polimer seperti piloetilenaterftalat, selulosa asetat dan
ponovinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makan asam asetat
digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering
digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai
6,5 juta ton/tahun. 1,5 juta ton/tahun diperoleh dari daur ulang, sisanya diperoleh dari industri
petrokimia maupun dari sumber hayati. Penentuan kadar cuka dalam makanan dapat
ditentukan dengan menggunakan metode titrasi netralisasi menggunakan indikator
fenolftalein (pp). Zat yang yang akan di tentukan kadarnya disebut sebagai “titran” dan
biasanya diletakkan didalam erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan didalam buret. Baik titer maupun titran
biasanya berupa larutan. Titrasi asam basa merupakan analisis kuantitatif untuk molaritas
atau normalitas larutan asam atau basa.
Zat yang akan ditentukan molaritasnya dititrasi dengan oleh larutan yang molaritasnya
dietahui (larutan baku atau larutan standar) dengan tepat dan disertai penambahan indikator.
Fungsi indikator disini untuk mengetahui titik akhir titrasi. Jika indikator yang digunakan
tepat, maka indikator tersebut akan berubah warn pada titik akhir titrasi. Titrasi asam basa
merupakan metode penentuan molaritas asam dengan zat penitrasi larutan basa atau
penentuan molaritas larutan basa dengan penitrasi larutan asam. Titik akhir titrasi atau “titik
ekivalen” (pada saat indikator berubah warna) diharapkan mendekati titik ekivalen titrasi,
yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa.
Pemilihan indikator yang tepat merupakan syarat utama saat titrasi. Jika indikator
yang digunakan berubah warna pada saat titik ekivalen, maka titik akhir titrasi akan sama
dengan titik ekivalen. Kan tetapi, jika perubahan warna indikator terletak pada pH dimana zat
penitrasi sedikit berlebih, maka titik akhir titrasi berbeda dengan titik ekeivalen. Indikator
yang lebih dianjurkan yaitu fenolftalein (pp) karena memberikan perubahan warna yang jelas
yaitu warna merah muda dari yang tidak berwarna.
Pada saat titik ekivalen proses titrasi dihentikan, kemudan kita mencatat volume titer
yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrasi,
volume dan konsentrasi titer maka dapat dihitung kadar kadar titrasi.
Penentuan kadar asam asetat dapat dirumuskan sebagai berikut
VNaOH x NNaOH x BE As. asetat x 100%
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
5
100 x 10 x BJ Cuka x 1000
Dengan :
 VNaOH = Volume NaOH
 NnaOH = Normalitas NaOH
 BE As.asetat = Mr As.asetat
 BJ cuka = berat jenis
BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Alat
 Labu ukur 100 ml
 Beaker glass 50 ml dan 500 ml
 Erlenmeyer 250 ml
 Pipet volume 10 ml
 Pipet tetes
 Batang pengaduk
 Buret 50 ml
 Statif
 Botol semprot
 Filler
 Neraca analitik
 Corong gelas
2. Bahan
 NaOH 1 N
 Indikator fenolftalein (PP)
 CH3COOH
 Aquades

B. Langkah kerja
 Pembuatan larutan NaOH
1. Timbang 4 gram NaOH, tambahkan aquades secukupnya. Aduk hingga
larut
2. Masukkan kedalam labu ukur 100 ml dan encerkan dengan aquades
sampai tanda batas. Lalu Homogenkan.
3. Setelah itu, tuangkan kedalam buret 50 ml sampai tanda batas.
 Pembuatan larutan asam asetat
1. Pipet 5 ml asam cuka makan, tuangkan kedalam labu ukur 100 ml.
Homogenkan.
2. Ambil 10 ml asam cuka yang telah diencerkan dengan pipet volume,
tuangkan kedalam erlenmeyer 250 ml, tambahkan 2-3 tetes indikator
fenolftalein (PP).
3. Titrasi dengan larutan NaOH sampai titik akhir titrasi (terjadi perubahan
warna)
4. Percobaan diulang sebanyak 3 kali
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Hasil Pengamatan
Persamaa reaksi :
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
a. Data penentuan kadar asam cuka makan
- Volume NaOH (rata-rata) : 2,6 ml
- Normalitas NaOH : 1 N
- BE. Asam asetat : 60 gr/mol
- BJ Asam asetat : 1,01 gr/ml
b. Data analisis

Asam cuka Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3


makan (volume)
10 ml 3,2 ml 3 ml 1,5 ml

c. Perhitungan
VNaOH x NNaOH x BE As. asetat x 100%
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 =
5
100 x 10 x BJ Cuka x 1000
2,6ml x 1N x 60 gr/mol x 100%
= 5ml
x 10 ml x 1,01 gr/ml x 1000
100ml

15.600 𝑚𝑜𝑙
= N/ 𝑚𝑙
505

= 31 %
B. Pembahasan
Pada percobaan kimia kali ini yang kita lakukan adalah menentukan kadar
asam cuka makan. Pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan dan pastikan semua alat dalam keadaan baik dan bersih (bilas
dengan aquades). Kedua, timbanglah 4 gram NaOH yang akan dipakai titer, lalu
encerkan dengan aquades secukupnya aduk hingga larut dan masukan kedalam labu
ukur ukuran 100 ml. Setelah itu homogenkan dengan cara di kocok. Masukkan
kedalam buret secara perlahan agar larutan tidak tumpah saat dituangkan. Ketiga,
ambil 5 ml asam cuka makan menggunakan pipet volume, masukkan kedalam labu
ukur encerkan dengan aquades dan homogenkan. Asam cuka makan disini sebagai
titran atau zat yang ingin diketahui konsentrasinya. Keempat, ambil 10 ml asam cuka
makan yang telah diencerkan menggunakan pipet volume dan masukkan kedalam
erlenmeyer ukuran 250 ml. Tambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein yang berfungsi
sebagai penanda untuk mengetahui titik akhir titrasi yang dilakukan. Selanjutnya
titrasi asam cuka dengan larutan baku NaOH hingga terjadi perubahan warna. Warna
yang terlihat saat titrasi telah mencapai titik ekivalen yaitu warna merah muda atau
pink.
Dalam percobaan yang kami lakukan, kami mengalami kegagalan karena pada
saat menitar titran tidak habis bereaksi dengan titer atau asam cuka tidak bereaksi
dengan NaOH sehingga titik akhir yang kami dapatkan berbeda yaitu pada percobaan
1 : 3, ml ; percobaan 2 : 3 ml dan percobaan 3 : 1,5 ml. Dari hasil perhitungan
diperoleh kadar asam cuka makan berdasarkan analisis kimia diperoleh kadar rata-rata
31%. Sedangkan menurut SNI untuk cuka dapur adalah maksimal 12,5% dan untuk
cuka meja adalah maksimal antara 4 – 12,5%. Ini sangat berbeda jauh dengan kadar
yang kami dapatkan itulah sebabnya kami dapat menyimpulkan bahwa percobaan
yang kami lakukan gagal.
Percobaan semacam ini bisa terjadi karena rusaknya indikator, kurang teliti
saat melakukan titrasi, kesalahan dalam membaca skala ukur di buret dan salah dalam
menentukan titik akhir titrasi dan titik ekivalen.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat kami simpulkan bahwa :
 Titrasi adalah salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat
dengan cara mereaksikan zat tersebut dengan zat lain yang diketahui
konsentrasinya.
 Titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen yang dapat ditentukan dari
adanya perubahan warna yang terjadi.
 Perhitungan saat melakukan praktikum dapat ditentukan dengan mencari
volume rata-rata dari larutan NaOH yang digunakan. Titrasi harus dihentikan
bila larutan asam cuka yang dicampurkan 3 tetes indikator pp berubah warna
dari bening menjadi pink.
 Menurut SNI untuk cuka dapur adalah maksimal 12,5% dan untuk cuka meja
adalah maksimal antara 4 – 12,5%.

B. Saran
Dalam melakukan praktikum, sebaiknya harus berhati-hati dalam menggunakan
larutan-larutan yang ada di laboratorium dan dalam melakukan praktikum kita juga
harus memperhatikan ketelitian dalam mengukur volume larutan basa (NaOH), karena
volume larutan NaOH sangat mempengaruhi hasil konsentrasi.

Anda mungkin juga menyukai