Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA
KELARUTAN ZAT DALAM PELARUT

Dosen Pengampu :

Fitria Fatichatul Hidayah, M.Pd.

Disusun oleh :

Nisa Pramudya (B2C017022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2019

A. Hari dan Tanggal Praktikum : Rabu, 20 Maret 2019


B. Tujuan :
Mahasiswa mampu menentukan kelarutan suatu zat dalam suatu
zat pelarut dan memahami kelarutan jenuh.

C. Dasar Teori

Kelarutan merupakan suatu zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut hingga
membentuk suatu larutan yang jenuh atau keruh. Apabila suhu dalam larutan diubah,
maka hasil kali dari kelarutannya juga akan berubah. Larutan memiliki tiga jenis yaitu
larutan jenuh, larutan tidak jenuh, dan lewat jenuh. Bila suatu larutan yang tidak bisa
melarutkan lebih banyak zat terlarut maka bisa dikatakan larutan jenuh yang ada pada
temperatur tertentu. Lalu dikatakan larutan tidak jenuh bila jumlah suatu zat terlarut
kurang dari larutan jenuh,dan dikatakan larutan lewat jenuh jika jumlah zat yang terlarut
lebih dari larutan jenuh. Adapun pada daya larut suatu zat yang ada di dalam zat lain
dapat dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, temperatur, dan adanya sedikit tekanan.

Menurut (Day,1998) istilah kelarutan dapat digunakan untuk mengacu pada suatu
konsentrasi sebuah larutan jenuh dari sebuah larutan padat dalam sebuah pelarut pada
temperature tertentu. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pada suatu
kelarutan zat ialah temperatur, sifat dari pelarut, dan juga kehadiran ion-ion lainnya
dalam larutan tersebut.

Pada umumnya larutan merupakan suatu cairan yang berupa suatu zat murni
ataupun campuran. Zat yang terlarut dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan
memiliki variasi yaitu mulai dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut
seperti perak klorida dalam air.

Natrium hidroksida (NaOH) merupakan sejenis basa logam kauslik yang biasa
dikenal sebagai soda kaustik atau soda hidroksida. NaOH biasanya digunakan diberbagai
macam industri yang biasanya digunakan sebagai basa dalam proses tekstil, air minum,
sabun maupun deterjen. Selain di peindustrian NaOH basa biasanya juga digunakan di
laboratorium kimia. NaOH yang murni berebntuk putih padat dan memiliki bentuk
pallet, serpihan, butiran dan juga larutan jenuh sebesar 50%. Larutan ini bersifat lembab
cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH sangat larut
dalam air ketika akan melepaskan panas, ia dapat membentuk larutan alkalin yang kuat
ketika dilarutkan kedalam air. Selain itu NaOH juga larut dalam etanol dan metanol.
Indikator merupakan suatu zat petunjuk yang dapat membedakan larutan asam,
basa, ataupun netral. Menurut (Alearts dan Santika, 1984), melampirkan beberapa
indikator dan perubahannya pada trayek pH tertentu, yang memiliki kegunaan untuk
mengetahui beberapa pH pada suatu larutan. Selain itu juga bisa digunakan untuk
mengetahui titik akhir konsentrasi pada beberapa analisa kuantitatif senyawa organik dan
senyawa anorganik.

Phenolphtalein merupakan indikator yang sering digunakaan untuk titrasi,


indikator ini merupakan bentuk asam lemah. Pada kasus ini asam lemah tidak berwarna
dan ion-ionnya berwarna merah muda terang. Dengan penambahan ion hidrogen yang
berlebih dapat menggeser posisi kesetimbangan kearah kiri dan mengubah indikator
menjadi tidak berwarna. Penambahan ion hidroksida ini dapat menghilangkan ion
hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah kekanan untuk menggantikannya dan
mengubah indikator menjadi warna merah muda.

D. Bahan
Asam Asetat Glacial
Kloroform
Larutan standart NaOH
Indikator PP
Aquadest

E. Alat

1) Erlenmeyer 2) Gelas 3) Timbangan

Beaker

4) Pipet Tetes 5) Corong 6) Statif &


Pisah Klem

7) Buret 8) Ring

F. Prosedur Kerja
Pengumpulan data percobaan

Timbang kloroform sebanyak 2 gram dan


asam asetat glacial sebanyak 18 gram

Masukkan kloroform dan asam asetat kedalam


Erlenmeyer, gunakan buret makro sebagai
alat pengukurnya

Diperoleh ciran 10% berat/berat kloroform


dalam asam asetat

Lalu titrasilah secara perlahan-lahan dengan


aquadest hingga timbulnya kekeruhan

Catatlah berapa banyak air yang digunakan


serta suhu kamarnya

Setelah itu, ulangi pada nomor 2,3,4 pada


konsentrasi kloroform 20 %, 30%, 40% dan
50% berat/berat

Memeriksa kebenaran data

Masukkan 20 gram campuran yang kira-kira sama


komposisinya kedalam corong pisah

Kocoklah campuran dalam corong pisah


hingga gas yang ada pada larutan terbuang
Lalu diamkan beberapa saat hingga terbentuk
dua lapisan cairan

Setelah terbentuk dua lapisan, alirkan cairan


tersebut kedalam dua buah Erlenmeyer yang
telah diketahui beratnya

Timbang Erlenmeyer agar bisa diketahui berat


isinya

Setelah itu titrasi dengan larutan standart


NaOH dengan menggunakan indikator
Phenolphtalin

G. Data Percobaan

Penentuan kurve pencampuran kloroform- asam asetat glasial- air


Khloroform (berat) Asam asetat glasial (berat) Air

% Gram mL Gram mL mL

10 2,06 1 18,004 9 10,00

20 4,06 2 16,002 8 9,00


30 6,05 3 14 7 7,60

40 8,01 4 12 6 6,10

50 10,08 5 10 5 5,00

Setelah hasil dipisahkan


(Lap
No (Lap atas)
V1 (lap bawah) V2 (lap atas) bawah)
. Berat V2
Berat V1

1. 45 mL - 123,663 128,864

H. Analisis Data
 Penimbangan
Pembuatan Larutan Standarisasi NaOH
Volume Rata-Rata = 10,30 mL = 0,0103
BM = 126 gr/mol
Valensi = 2
N NaOH = (0,63 gr x 2)
126 x 0,0103
= 1,26
1.2978
= 0,970 = 0,1
Jadi, normalitas NaOH 0,1 N
 Perhitungan Fraksi mol perbandingan massa
n = gram
MR
 MR kloroform = 119

n(A) Erlenmeyer ke 1 = gram = 2 = 0,016

MR 119

Berlaku rumus sama untuk n(C) Erlenmeyer selanjutnya


Jumlah Rata-Rata tiap Erlenmeyer = missal N(A) 1
n(A) + n(B) + n(C)
 Perhitungan presentase diagram
n ( A ) ke 1
 %XA ¿ x 100
nrata−rata
Berlaku rumus sama untuk Erlenmeyer masing-masing berikutnya
0,016
Misal: %XA x 100 =1
0,871
n ( B ) ke 1
 %XB = x 100
nrata −rata
Berlaku rumus sama untuk Erlenmeyer masing-masing
berikutnya
0,055
Misal: %XB = x 100 =63
0,071
n ( C ) ke 1
 %XC = x 100
nrata−rata
berlaku rumus sama untuk Erlenmeyer masing-masing
berikutnya
0,3
Misal: x 100 =34
0,071
I. Pembahasan
Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu
pelarut adalah banyaknya suatu zat yang dapay larut secara
maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu. Biasanya
dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi, bila batas kelarutan
tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan,
artinya bila zat terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan yang
belum jenuh. Dan kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan
(Hoedijono, 1990)

Dari praktikum kali ini kami melakukan percobaan mengenai


kelarutan zat dalam pelarut. Hal yang pertama kali dilakukan ialah
mengambil sampel 1 ml/10% dengan berat 2,06 gram yang
dicampur dengan asam asetat glacial sebanyak 9 ml/10% dengan
berat 18 18,004 yang menghasilkan rekasi sebanyak 10,00 ml air .
lalu pada percobaan yang kedua ambil sampel 2 ml/20% dengan
berat 4,06 gram dan ditambahkan dengan asam asetat glacial
sebanyak 16,002 gram di titrasi dengan air dan menghasilkan
sebanyak 9,00 ml. pada percobaan ketiga, ambil 3 ml/30% dengan
berat 6,05 gram dan dicampur dengan asam glacial 7 ml
menghasilkan titrasi sebanyak 7,60 ml.percobaan keempat
menggunakan sampel 4 ml/40% dengan berat 8,01 gram dan
dicampurkan dengan asam glacial sebanyak 6 ml dengan berat
10,08 gram , yang terahir menggunakan sampel 5ml/50% dengan
berat 10,08 gram dicmpur sebanyak 10 gram sehingga
menghasilkan titrasi 5,00.
Dalam percobaan ini memiliki tiga komponen bahan yang
berbeda-beda sifatnya, yaitu aquadest yang bersifat polar,
kloroform bersifat nonpolar, dan asam asetat glacial bersifat semi
polar. Ketika kloroform dicampur dengan aquadest maka akan
terbentuknya dua lapisan yaitu air yang bersifat polar berada diatas
dan kloroform di bagian bawah, disebabkan karena pada massa
jenis air lebih rendah dari pada kloroform sehingga air berada di
lapisan atas. Kemudian cairan ini di titrasi sehingga menghasilkan
kekeruhan.
Selanjutnya untuk mengecek kebenaran data, maka dilakukan
titrasi menggunakan NaOH yang sebelumnya larutan dimasukkan
pada corong pisah untuk dihomogenkan supaya terjadi 2 lapisan
yaitu lapisan bawah dan lapisan atas, setelah itu pisahkan dan
ditambahkan indikator Phenolphtalin. Penambahan indikator
phenolphtalin berfungsi untuk mengetahui terjadinya suatu
titikekivalen dalam proses titrasi dengan terjadinya perubahan
warna pada larutan.

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa hasil
pengamatan yang telah dilakukan yaitu:
 telah dipisahkan pada lapisan bawah mendapatkan volume
123,663 yang sebnyakk 45 mL dan pada lapisan atas
mendapatkan volume 128,864.
 Asam asetat bersifat semi polar, aquadest bersifat polar dan
kloroform bersifat nonpolar, sehingga asam asetat glacial yang
bersifat semi polar berfungsi untuk melarutkan kloroform.

Daftar Pustaka

Day, R. A. dan Underwood, A. L, 1998, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi


Keenam, Erlangga, Jakarta.
Ismarwanto, Hoedjiono. 1990. Diktat Kuliah Kimia Analisa Bag. I.
Surabaya: FTI ITS

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai