Disusun Oleh :
Nama : Leyla Novita Brigiyanti
NIM : 171810301037
Kelompok/Kelas : 5/B
Asisten : Ahmad Faisal Rosidi
1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu mengukur konstanta ionisasi dua asam
dengan menggunakan teknik titrasi potentiometrik.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Titik ekuivalen pada setengah reaksi ini bila molaritas [A-] sama dengan [HA],
[H+] sama dengan K. Persamaan tersebut merupakan persamaan Henderson-
Hasselbach. Persamaan tersebut dapat dituliskan:
[A−]
pK = pH – log 10 .................................................... .............(2.4)
[HA]
Hasil
4.1 Hasil
Asam asetat Asam fosfat
Perc. Ke-
pH Ka pH1 Ka1 pH2 Ka2
I 4,329 4,68 x 10-5 2,325 4,72 x 10-4 13,36 4,37 x 10-14
II 5,292 5,10 x 10-6 2,733 1,84 x 10-4 12,30 4,99 x 10-13
Rata-rata Ka = 4,89 x 10-5 Ka1 = 3,28 x 10-4 Ka2 = 2,71 x 10-13
4.1 Pembahasan
Konstanta disosiasi asam (Ka) merupakan tetapan kesetimbangan dimana
terjadi proses pemindahan proton dari asam ke air sehingga memiliki hasil akhir
H3O+. Konstanta disosiasi berhubungan dengan derajat disosiasi dimana pada
derajat ionisasi sangat tergantung pada konsentrasi atau lebih tepatnya ukuran
kuantitatif yang paling memadai dari kekuatan asam atau basa itu. Percobaan
terkait konstanta disosiasi asam yang diperoleh dari zat yang terdisosiasi maupun
zat yang tidak terdisosiasi (Syukri, 1999).
Sampel yang digunakan dalam penentuan konstanta disosiasi ialah asam
asetat 1 M dan asam fosfat 1 M. Sebelumnya kedua lautan asam tersebut dibuat
larutan terlebih dahulu karena jika menggunakan larutan asam sebesar 0.1 M tidak
dapat terbaca dalam aplikasi Logger lite. Asam asetat diambil sebanyak 28,6 mL
berdasarkan hasil perhitungan kemudian dilarutkan dengan akuades sebanyak 1 L.
Asam fosfat diambil sebanyak 33,8 mL berdasarkan hasil perhitungan kemudian
dilarutkan dengan akuades sebanyak 500 mL. Kedua bahan tersebut dititrasi
dengan lartan NaOH 1M.
Asam asetat merupakan aasam lemah yang tergolong asam monoprotik,
yakni asam yang hanya mampu melepas satu ion H+. Jenis asam lain yang
digunakan ialah asam fosfat. Asam fosfat merupakan jenis asam poliprotik, yakni
asam yang dapat melepaskan lebih dari satu ion H+. Teknik yang digunakan pada
percobaan kali ini ialah teknik potentiometri. Potensiometri merupakan bentuk
aplikasi dari persamaan Nerrst. Aplikasi ini diterapkan dengan cara pengukuran
potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Persamaan Nerst
menunjukkan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi
spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Pengukuran potensial reversibel suatu
elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat
dilakukan. Kondisi larutan akan ditunjukkan pada elektroda yang dihubungkan
oleh komputer dengan aplikasi Logger lite. Volume NaOH tertentu akan
menunjukkan titik dengan lonjakan atau patahan. Hal tersebut menunjukkan titik
ekuivalen pH larutan yaitu kesebandingan antara jumlah mol dalam NaOH yang
ditambahkan dengan larutan asam asetat. Data-data yang diperoleh dari percobaan
ini akan memperoleh nilai kontanta disosiasi asam yang dipantau dari kurva
titrasi.
Pembuatan larutan NaOH 1 M sebelum dimasukkan ke dalam infus untuk
melakukan titrasi. NaOH ditimbang sebanyak 40 gram dan dilarutkan dalam
akuades sebanyak 1 L. perlakuan melarutkan NaOH harus hati-hati karena
termasuk dalam basa kuat yang bersifat higroskopis. Akuades harus dimasukkan
terlebih dahulu kedalam gelas beaker kemudian baru dimasukkan NaOH agar
tidak meledak dalam gelas beaker. Kesalahan praktikan saat melarutkan NaOH
yaitu memasukkan NaOH terlebih dahulu kemudian ditambahkan akuades,
sehingga menyebabkan gelas beaker menjadi panas.
Perlakuan sebelum melakukan percobaan yaitu menentukan laju alir dari
larutan basa NaOH yang dimasukkan dalam botol infus. Laju alir dilakukan
sebanyak dua kali karena ada kesalahan dari praktikan yang tidak sengaja
menyentuh botol infus tersebut membuat laju alirnya menjadi berubah. Gelas
beaker sebanyak 2 buah di timbang terlebih dahulu dalam keadaan bersih dan
kering. Massa gelas beaker 1 sebesar 35,436 gram sedangkan Massa gelas beaker
2 sebesar 30,835 gram. Gelas beaker yang pertama diisi larutan NaOH selama 10
detik kemudian larutan di dalam beaker tersebut ditimbang dan hasilnya yaitu
36,391 gram. Gelas beaker yang kedua diisi larutan NaOH selama 20 detik
kemudian larutan di dalam beaker tersebut ditimbang dan hasilnya yaitu 32,614
gram. Pengisian larutan NaOH dalam gelas beaker harus dilakukan dengan cepat
dan hati-hati karena perhitungan waktu yang terus berjalan. Massa dari larutan
NaOH dalam beaker tersebut dikurangi dengan massa beaker yang masih bersih
dan kering maka hasilnya sama dengan volume NaOH. Laju alir pada beaker 1
sebesar 0,955 mL dan laju alir pada beaker 2 sebesar 1,779 mL.
Prosedur yang pertama ialah penentuan konstanta disosiasi asam dari asam
asetat menggunakan larutan basa NaOH. Larutan basa NaOH dimasukkan dalam
botol infus dengan tetesan yang diatur secara konstan. Tombol Start dalam
aplikasi mulai dijalankan bersamaan dengan penetesan pertama larutan NaOH.
Elektroda yang dmasukkan dalam larutan memiliki sifat sensitif terhadap
perubahan jumlah ion H+, sehingga data-data terkait hasil titrasi seperti pH dan
titik ekuivalen akan didapatkan dari percobaan ini. Proses titrasi ini menggunakan
pengaduk stirer agar didapatkan larutan yang homogen sehingga distribusi larutan
basa NaOH yang ditambahkan akan merata keseluruh larutan asam asetat. Reaksi
antara larutan NaOH dan larutan asam asetat pada percobaan kali ini yaitu,
CH3COOH(aq) + NaOH(aq)⇌ CH3COONa(aq) + H2O(l)……..................(4.1).
Percampuran antara asam asetat yang merupakan asam lemah dengan NaOH yang
merupakan asam kuat akan menghasilkan titik ekuivalen berada pada pH basa,
yakni sekitar 11.18. Hal tersebut karena proses kesetimbangan yang menyebabkan
kesetaraan antara volume masing-masing bahan. Jumlah ion H+ yang semakin
kecil akan diimbangi dengan jumlah OH- yang besar, begitu pula sebaliknya.
Jumlah ion OH- yang lebih besar akan menggeser kondisi larutan ke arah basa.
Reaksi dihentikan ketika telah mencapai titik kesetimbangan atau titik ekuivalen
yang ditandai dengan terbentuknya patahan dalam grafik pada layar komputer.
Titik ekuivalen dapat diartikan sebagai titik nilai pH dimana jumlah
ekivalen asam sama dengan jumlah ekivalen basa dalam sebuah kurva titrasi.
Patahan yang dihasilkan pada percobaan yang pertama ini hanya tercapai 1
patahan. Hal tersebut sesuai dengan literatur karena dalam asam monoprotik
hanya mampu menghasilkan 1 patahan sesuai dengan jumlah ion H+ yang
dilepaskan. Reaksi disosiasi asam asetat yaitu,
CH3COOH(aq) + H2O(l) CH3COO-(aq) + H3O+(aq)
asam basa basa asam
konjugat konjugat
(Gambar 4.3. Kurva titrasi pH vs volume NaOH pada Asam fosfat percobaan 1)
(Gambar 4.4. Kurva titrasi pH vs volume NaOH pada Asam fosfat percobaan 2)
Grafik diatas menunjukkan terbentuknya dua puncak yang menggambarkan
sifat dari asam fosfat sebagai asam poliprotik. Berdasarkan grafik tersebut
nampak nilai pH yang mengalami penuruan terlebih dahulu dan disusul dengan
kenaikan nilai pH. Hal tersebut disebabkan karena asam fosfat yang tergolong
sebagai asam kuat yang memiliki pengaruh nilai Ka yang besar dan saat dititrasi
dnegan basa kuat NaOH akan mempengaruhi grafik pH menjadi tidak naik secara
spontan.
Berdasarkan data tersebut akan diperoleh nilail Ka daril tiltilkl ekuivalen
dengan mengtahui data volume NaOH dengan besar pH. Nilai pKa juga dapat
ditentukan dari nilai ½ ekuivalen untuk pKa1 dan 3/2 volume ekuivalen untuk nilai
pKa2. Nilai Ka dapat diperoleh dari persamaan berikut:
+ -
H3PO4(aq) H (aq) + H 2PO 4 (aq) ..............................................(4.5).
[H 2 PO 4 ][ H ]
-
Ka 1 7,5 10 3
[H 3 PO 4 ] .........................................................(4.6).
Ka2 merupakan nilai konstanta disosiasi asam saat asam fosfat mampu melepas 2
H+, persamaannya ialah:
- + -2
[HPO 4 ][ H ]
-2
H2PO4 (aq) H (aq) + HPO4 (aq)
Ka1
6,2 10 8
[H 2 PO 4 ] ...(4.7)
Ka3 merupakan konstanta disosiasi asam saat asam fosfat melepaskan proton yang
kedua yang berdasarkan persamaan:
[PO 4 ][ H ]
-2 + -3 -3
HPO4 (aq) H (aq) + PO4 (aq)
Ka1 2
4,8 10 13
[HPO 4 ] ...(4.8).
Data yang diperoleh dari grafik seperti pH dan data-data pada kondisi
ekuivalen lainnya kemudian diolah untuk dapat menentukan nilai Ka-nya. Nilai
Ka (puncak 1) pada percobaan yang pertama 4,72 x 10-3 sedangkan nilai Ka
(puncak2) sebesar 4,37 x 10-14. Percobaan pada pengulangan 2 memperoleh data
untuk nilai Ka (puncak 1) sebesar 1,84 x 10-3, sedangkan pada pengulangan 2
diperoleh nilai Ka (puncak2) sebesar 4,99 x 10-13. Nilai rata-rata Ka untuk puncak
pertama ialah sebesar 3,28 x 10-4 sedangkan nilai rata-rata untuk Ka puncak yang
kedua ialah sebesar 2,71 x 10-13.
Data yang diperoleh terkait nilai Ka baik antar pengulangan satu dan dua
maupun antara data percobaan dan dari perhitungan teori memiliki penyimpangan
data atau kevalidan data yang kecil. Kesalahan dimungkinkan karena kurang
tepatnya pengambilan data ekuivalensi pada grafik hasil titrasi. Faktor kesalahan
lain karena larutan, baik NaOH ataupun asam fosfat sempat dibiarkan dalam
runag terbuka dalam waktu yang lama. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
larutan telah tercemar oleh campuran-campuran bahan. Nilai Ka memiliki
perbedaan untuk Ka puncak satu dan puncak dua. Hal tersebut karena pada
puncak satu nilai Ka dipengaruhi oleh kekuatan larutan induk asam kuat dari asam
fosfat, sehingga pada puncak 2 nilai Ka dipengaruhi oleh kondisi basa akibat
penambahan OH- dari NaOH. Faktor-faktor tersebut sesuai dengan literatur,
dimana nilai Ka asam fosfat lebih besar dari basa konjugatnya. Asam kuat akan
menghasilkan basa konjugat yang lemah sedangkan basa kuat akan menghasilkan
asam konjugat yang lemah.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaa ini yakni data terkait
pengambilan nilai Ka. Asam yang diguakan pada percobaan ini termasuk kedalam
asam monoprotik (asam asetat) dan asam rahayu (asam poliprotik). Tenkik yang
digunakan pada percobaan ini ialah titrasi potentiometri. Titrasi potensiometri
adalah titrasi yang titik akhirnya ditemukan melalui pengukuran potensial
elektroda (elektroda direndam dalam campuran pereaksi). Larutan yang dititrasi
dengan NaOH yakni larutan asam asetat dan asam fosfat di ukur derajat
keasamannya dengan potensial elektroda yang dihubungkan dengan aplikasi
Logger lite dalam komputer.
5.2 Saran
Saran yang diberikan pada percobaan tersebut ialah dana yang
dimaskuuksud sebagai seharusnya lebih memahami materi yang akan dilakukan
agar dapat meminimalisir terjadinya kesalahan hasil data dan prosedur kerja.
Praktikan sebaiknya berkonsultasi denan asisten terlebih dahulusaat membuat
grafik plot untuk menentukan nilai Ka dari masing-masing titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
a. Pengulangan 1
V ekuivalen = 22,379 ml
pKa=pH ½ ekuivalen=4,329
pKa = -log Ka
Ka=10-pKa
= 10-4,329
= 4,68 x 10-5
b. Pengulangan 2
V ekuivalen = 22,379 ml
pKa=pH ½ ekuivalen=5,292
pKa = -log Ka
Ka=10-pKa
= 10-5,292
= 5,105 x 10-6
2. Menghitung Ka Asam Fosfat
a. Pengulangan 1
V ekuivalen = 22,626 ml
V ½ ekuivalen = 11,313 ml
Ka1=10-2,325
Ka1=4,732x10-3
Ka2=10-13,358
Ka2=4,376 x10-14
b. Pengulangan 2
V ekuivalen = 26,748 ml
V ½ ekuivalen = 13,374 ml
pKa1= pH ½ ekuivalen=2,733
Ka1=10-2,733
Ka1=1,848x10-3
Ka2=10-12,301
Ka2=4,998x10-13