Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

ANALISIS DAN PENENTUAN KONSTANTA DISOSIASI ASAM


DENGAN TITRASI pH YANG DIKONTROL DENGAN KOMPUTER

Disusun Oleh :
Nama : Leyla Novita Brigiyanti
NIM : 171810301037
Kelompok/Kelas : 5/B
Asisten : Ahmad Faisal Rosidi

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam merupakan senyawa yang memiliki derajat keasaman atau pH
rendah. Asam umumnya dibedakan menjadi asam monoprotik dan asam
poliprotik. Asam monoprotik merupakan asam dengan kemampuan melepas atau
menyumbang satu proton. Asam poliprotik termasuk merupakan asam yang
mampu menyumbang lebih dari satu proton. Asam dapat dibedakan berdasarkan
kekuatan asamnya yaitu asam lemah dan asam kuat. Kekuatan asam dapat
diketahui dengan konstanta disosiasi asamnya. Konstanta disosiasi asam (Ka)
merupakan tetapan kesetimbangan dari suatu asam. Tetapan ini untuk reaksi
pemindahan proton dari suatu asam ke air sehingga menghasilkan H3O+
(Khopkar, 1990).
Percobaan terkait penentuan konstanta disosiasi asam menggunakan teknik
titrasi. Derajat keasaman dapat diketahui dengan mengetahui nilai Ka dari bahan
yang digunakan yakni CH3COOH. Tujuan titrasi pada percobaan ini ialah agar
bahan mengalami disosiasi dan berpengaruh terhadap nilai Ka, sehingga ketika
bahan mengalami disosiasi pada nilai Ka yang akan berubah seiring dengn
hilangnya H+. Pengukuran pH pada setiap penambahan titran menggunakan pH
meter menggunakan prinsip potensiometrik.
Aplikasi dari teknik titrasi potentiometrik ialah titrasi pengendapan,
pembentukan kompleks, netralisasi, dan redoks. Penggunaan sebuah konsep yang
berupa aplikasi dari pernyataan di atas dapat diukur konstanta ionisasi dua asam
dengan teknik titrasi potentiometrik. Kegunaan senyawa asam dalam kehidupan
sehari-hari yang beragam bergantung pada besar derajat keasamannya seperti
CH3COOH sebagai konsumsi yakni pada asam cuka dapat ditentukan dengan
mengetahui konstanta disosianya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu mengukur konstanta ionisasi dua asam
dengan menggunakan teknik titrasi potentiometrik.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades memiliki rumus kimiaH2O dan lebih dikenal dengan nama air.
Akuades berfase cair, tidak berwarna, tidak memiliki rasa dan tidak berbau. Berat
molekul akuades yaitu sebesar 18,02 g/mol dan memiliki pH netral yaitu 7. Titik
didih akuades sebesar 100oC dan memiliki tekanan uap sebesar 0,62. Akuades
tidak memiliki bahaya apapun apabila terjadi kontak mata, kulit, inhalasi dan
tertelan, maka dari itu tidak ada penanganan pertama untuk akuades (Sciencelab,
2019).
2.1.2 Asam fosfat (H3PO4)
Asam fosfat memiliki rumus molekul H3PO4berwujud cairan agak kental,
tidak berwarna, tidak berbau dan berasa asam. Asam fosfat memiliki berat
molekul 97,97 g/mol,titik didih 158oC dan titik leleh sebesar 21oC. Larutan H3PO4
merupakan asam kuat, dimana dengan air akan tidak berwarna.Asam fosfat
memiliki nilai Ka lebih dari satu karena termasuk asam poliprotik.H3PO4 ini
memiliki tiga nilai Ka dan Pka antara lain Ka1 = 7,5 x 10-3, Ka2 = 6,2 x 10-8, Ka3 =
4,8 x 10-13, sedangkan pKa1 = 2,12, pKa2 = 7,21, dan pKa3 = 12,32.Senyawa
H3PO4 merupakan suatu oksidator yang mudah sekali untuk mengoksidasi
senyawa lain. Asam fosfat (H3PO4) ini akan mudah dilarutkan didalam air panas.
Asam fosfat yang terkena kontak kulit bisa menyebabkan luka bakar dan radang
kulit yang ditandai dengan gatal, kemerahan. Pertolongan pertama yang dapat
diberikan jika muncul gejala-gejala di atas yaitu dengan mendapat bantuan medis
jika gejala cukup parah (Sciencelab, 2019).
2.1.3 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida memiliki rumus kimia yaitu NaOH. Natrium
hidroksida memiliki wujud cairan, tidak memiliki bau, tidak berwarna dan
memiliki rasa pahit yang kuat.Natrium hidroksida memiliki titik didih sebesar
1390°C, titik lebur sebesar 318°C massa jenis sebesar 1,06 gram/cm3dan mudah
larut pada air dingin. Senyawa ini memiliki berat molekul sebesar 40,0 g/mol dan
termasuk dalam basa kuat yang memiliki pH 14. Natrium hidroksida merupakan
senyawa yang berbahaya apabila terjadi kontak dengan mata, kulit, tertelan, atau
juga terhisap. Tindakan pertolongan pertama yang dapat dilakukan apabila NaOH
mengenai mata adalah membasuh mata denganair mengalir selama minimal 15
menit. Tindakan saat terkena kulit siram dengan air mengalir selama 15 menit
(Sciencelab, 2019).
2.1.4 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat memiliki rumus molekul CH3COOH. Asam asetat memiliki
wujud cair, memiliki bau yang menyengat, memiliki rasa seperti cuka, dan tidak
berwarna. Berat molekul asam asetat sebesar 60,05 gram/mol. Asam asetat
memiliki titik didih sebesar 118,1° C dan titik leleh sebesar 16,6° C. Asam asetat
atau asam cuka juga memiliki tekanan uap sebesar 1,5 kPa. Bahan ini sangat
berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan), kontak mata (iritan), menelan dan
inhalasi. Bahaya yang ditimbulkan adalah luka bakar apabila terjadi kontak
dengan kulit.Tindakan pertolongan pertama apabila terjadi kontak kulit yaitu
dilakukan dengan membasuh bagian kulit yang terkena bahan kimia dengan
menggunakan air yang mengalir selama minimal 15 menit (Sciencelab, 2019).
2.2 Dasar Teori
Asam-basa merupakan jenis larutan dengan perbedaan utama terletak pada
nilai atau besar derajat keasamannya. Asam merupakan senyawa dengan derajat
keasaman rendah yang ditandai dengan rasa masam. Ciri-ciri senyawa yang paling
umum ialah kemampuannya dalam mengubah kertas lakmus menjadi merah,
bereaksi dengan logam aktif untuk membentuk hidrogen dan menetralkan basa.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan basa yang memiliki sifat fisik berasa
pahit, dan memerahkan kertas lakmus. Asam dan basa ketika saling ditambahkan
akan membentuk senyawa dengan sifat netral (Keenan, 1990).
Asam maupun basa memiliki sifat yang reversibel. Hal tersebut dibuktian
dengan kesponatannya untuk saling membentuk zat netral. Asam akan secara
spontan menyumbangkan proton ke basa untuk membentuk senyawa netral
sedangkan basa akan spontan dalam menerima proton tersebut untuk menetralkan
sifat senyawa. Asam yang dapat menyumbang lebih dari 1 proton atau yang sering
disebut sebagai asam poliprotik contohnya ialah asam seperti H2SO4, H3PO4 dan
H2CO3. Asam HA yang dapat ditentukan kuat atau tidaknya dalam larutan air
menunjukkan suatu ukuran kecenderungannya menyumbangkan sebuah proton
kepada sebuah molekul air:
HA + H2O H3O+ + A- ....................................................(2.1)
Kekuatan asam membedakan asam dalam 2 golongan besar. Golongan tersebut
ialah asam lemah dan asam kuat. Asam lemah merupakan asam dengan ciri
mampu terionisai sebagian ketika dialrutkan dalam air, jenis asam ini sangat
beragam karena derajat ionisasi yang beragam pula. Ionisasi asam lemah berkaitan
dengan konstanta kesetimbangan ionisasi. Asam lemah keberadaannya paling
banyak. Suatu kesetimbangan larutan berair dari asam lemah mengandung
campuran antara molekul asam yang tidak terionisasi, ion H3O+ dan basa konjugat
(Chang, 2004).
Teori asam-basa yang biasa dikenal merupakan teori asam-basa yang
dikemukakan oleh Arhenius, Bronsted-Lowry dan Lewis. Teori-teori ini memiliki
kelemahan masing-masing dan disempurnakan oleh teori-teori selanjutnya.
Definisi dari teori asam basa dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Teori Arhenius
Arrhenius menjelaskan mengenai suatu asam merupakan zat yang dalam
air dapat melepaskan ion hidrogen (H+) dan basa ialah zat yang dalam air dapat
melepaskan ion hidroksida (OH-). Hal tersebut menunjukkan penjelasan senyawa
asam basa yang hanya larut dalam air. Arrhenius juga mengatakan terkait larutan
elektrolit. Larutan lektrolit merupakan larutan dengan kamampuan menghantarkan
listrik karena terdapat ion-ion yang mampu bergerak bebas (Chang, 2003).
b. Teori Bronsted-Lowry
J.N. Bronted Lowry dan T.M.Lowry (1923) mengemukakan suatu teori
mengenai asam basa yang hingga saat ini dikenal dengan teori asam basa
bronsted-lowry. Teori bronsted-lowry mengatakan yang dinamakan asam
merupakan molekul yang mampu melepaskan proton (donor proton) teori ini juga
menjelaskan terkait basa, dimana basa merupakan molekul yang dapat menerima
proton (aseptor proton). Kelemahan atau batasan dari teori ini ialah pengertian
asam-basa hanya seputar reaksi dalam pelarut air. Teori ini juga mengenal istilah
basa konjugat dan asam konjugat. Basa konjugat merupakan asam yang
kehilangan protonnya (Chang, 2003).
c. Teori Lewis
Gilbert N. Lewis (1923) merupakan teori dengan cakupan paling luas
diantaa teori-teori sebelumnya. Hal tersebut didasarkan pada pengertian asam-
basa yang di kenalkan. Asam menurut Lewis merupakan penerima (akseptor)
pasangan elektron bebas sedangkan basa merupakan pemberi pasangan elektron
bebas (Utami, 2011).
Menurut Dogra (2002), Konstanta disosiasi asam (Ka) merupakan tetapan
kesetimbangan dimana terjadi proses pemindahan proton dari asam ke air
sehingga memiliki hasil akhir H3O+. Konstanta disosiasi berhubungan dengan
derajat disosias dimana pada derajat ionisasi sangat tergantung pada konsentrasi
atau lebih tepatnya ukuran kuantitatif yang paling memadai dari kekuatan asam
atau basa itu. Persamaan reaksi konstanta ionisasi asam dapat dituliskan:
[H3 O+ ] [A− ]
`Ka = .................................................... .......................(2.2)
[HA]

Kekuatan asam HA diukur secara kuantitatif dengan Ka pada suhu tertentu.


Semakin besar Ka semakin kuat asamnya yang artinya semakin tinggi konsentrasi
ion H+ pada kesetimbangan karena ionisasinya. Semua spesi (asam yang tidak
terionisasi, ion H+ dan ion A-) berada pada kesetimbangan, karena ionisasi asam
lemah tidak pernah sempurna. Ka dapat dihitung dari konsentrasi awal asam dan
pH larutan. Semua spesi dan pH larutan daapat mengggunakan Ka dan konsentrasi
awal asam apabila menghitung konsentrasi kesetimbangan (Chang, 2004).
Titrasi suatu asam monoprotik daapat menghitung pH pada separuh titik
ekivalennya. Persamanaan tersebut dihubungkan dengan nilai pK. Reaksi yang
terjadi ialah:
[𝐻 + ][𝐴− ]
𝐾= .................................................... ........................(2.3)
[𝐻𝐴]

Titik ekuivalen pada setengah reaksi ini bila molaritas [A-] sama dengan [HA],
[H+] sama dengan K. Persamaan tersebut merupakan persamaan Henderson-
Hasselbach. Persamaan tersebut dapat dituliskan:
[A−]
pK = pH – log 10 .................................................... .............(2.4)
[HA]

persamaan tersebut menunjukkan saat [A-] sama dengan [HA], pH larutan


sepadan dengan pK dari spesi HA. Asam dengan suatu hidrogen yang dapat
terionisasi tunggal maka spesi HA dan A mempunyai konsentrasi sama pada
separuh volume ekivalen
(Tim Penyusun, 2019).
Potensiometri merupakan salah satu uji nilai potensial elektrode dengan
peralatan arus lsitrik dengan cara fisik. Persamaan yang menyatakan terkait
kepekatan ion-ion tertentu pada larutan merupakan persamaan Nerst. Persamaan
tersebut ialah :
E = Eo + k log (c) .................................................... ......................(2.5).
Dimana : E = sel potensial yang diukur
Eo = konstan selama pemberian suhu
C = konsentrasi yang ditentukan
(Syukri, 1999).
Potensiometri merupakan bentuk aplikasi dari persamaan Nerrst. Aplikasi
ini diterapkan dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi
pada kondisi arus nol. Persamaan Nerst menunjukkan hubungan antara potensial
relatif suatu elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan.
Pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau
konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan. Prinsip metode ini yakni ketika dua
elektrode diletakkan pada larutan dan dihubungkan dengan jembatan garam maka
potensial akan diketahui dengan perbandingan atar elektroda (Khopkar, 1990).
BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Beaker gelas 150 mL
- Beaker gelas 250 mL
- Gelas ukur 50 mL
- Ball pipet
- Labu ukur 100 mL
- Pipet tetes
- Pipet volume 25 mL
- Gelas ukur 10 mL
- Gelas arloji
- Botol infus
- Srirer magnetik
- Pengaduk
- Botol semprot
3.1.2 Bahan
- Larutan NaOH 0,1 M
- Larutan Asam Fosfat 0,1 M
- Akuades
- Asam asetat
3.2. Prosedur Kerja
3.2.1. pK asam asetat

Larutan asam asetat

 diambil 25 mL dan dimasukkan kedalam gelas beaker 250 mL.


 dititrasi dengan larutan hidroksida standart.
 dialurkan data sebagai pH lawan volume NaOH (mL) dan
ditetapkan volume kesetaraan.
 dibaca dari kurva pH pada separuh volume yang diperlukan untuk
mencapai titik kesetaraan.
 dilaporkan pada asisten.

Hasil

3.2.2 Titrasi asam fosfat

Larutan asam fosfat

 dipipet 25 mL dan dimasukkan kedalam gelas beaker 250 mL.


 dicelupkan elektroda kedalam larutan.
 dititrasi dengan menggunakan larutan hidroksida standar.
 dialurkan kurva titrasi sebagai pH lawan volume NaOH.
 ditetapkan kurva dan dilaporkan hasil yang diperoleh kepada
asiten.
 ditetapkan molaritas larutan asam.
 ditetapkan nilai pKa1 dan pKa2 larutan.
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Asam asetat Asam fosfat
Perc. Ke-
pH Ka pH1 Ka1 pH2 Ka2
I 4,329 4,68 x 10-5 2,325 4,72 x 10-4 13,36 4,37 x 10-14
II 5,292 5,10 x 10-6 2,733 1,84 x 10-4 12,30 4,99 x 10-13
Rata-rata Ka = 4,89 x 10-5 Ka1 = 3,28 x 10-4 Ka2 = 2,71 x 10-13

4.1 Pembahasan
Konstanta disosiasi asam (Ka) merupakan tetapan kesetimbangan dimana
terjadi proses pemindahan proton dari asam ke air sehingga memiliki hasil akhir
H3O+. Konstanta disosiasi berhubungan dengan derajat disosiasi dimana pada
derajat ionisasi sangat tergantung pada konsentrasi atau lebih tepatnya ukuran
kuantitatif yang paling memadai dari kekuatan asam atau basa itu. Percobaan
terkait konstanta disosiasi asam yang diperoleh dari zat yang terdisosiasi maupun
zat yang tidak terdisosiasi (Syukri, 1999).
Sampel yang digunakan dalam penentuan konstanta disosiasi ialah asam
asetat 1 M dan asam fosfat 1 M. Sebelumnya kedua lautan asam tersebut dibuat
larutan terlebih dahulu karena jika menggunakan larutan asam sebesar 0.1 M tidak
dapat terbaca dalam aplikasi Logger lite. Asam asetat diambil sebanyak 28,6 mL
berdasarkan hasil perhitungan kemudian dilarutkan dengan akuades sebanyak 1 L.
Asam fosfat diambil sebanyak 33,8 mL berdasarkan hasil perhitungan kemudian
dilarutkan dengan akuades sebanyak 500 mL. Kedua bahan tersebut dititrasi
dengan lartan NaOH 1M.
Asam asetat merupakan aasam lemah yang tergolong asam monoprotik,
yakni asam yang hanya mampu melepas satu ion H+. Jenis asam lain yang
digunakan ialah asam fosfat. Asam fosfat merupakan jenis asam poliprotik, yakni
asam yang dapat melepaskan lebih dari satu ion H+. Teknik yang digunakan pada
percobaan kali ini ialah teknik potentiometri. Potensiometri merupakan bentuk
aplikasi dari persamaan Nerrst. Aplikasi ini diterapkan dengan cara pengukuran
potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Persamaan Nerst
menunjukkan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi
spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Pengukuran potensial reversibel suatu
elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat
dilakukan. Kondisi larutan akan ditunjukkan pada elektroda yang dihubungkan
oleh komputer dengan aplikasi Logger lite. Volume NaOH tertentu akan
menunjukkan titik dengan lonjakan atau patahan. Hal tersebut menunjukkan titik
ekuivalen pH larutan yaitu kesebandingan antara jumlah mol dalam NaOH yang
ditambahkan dengan larutan asam asetat. Data-data yang diperoleh dari percobaan
ini akan memperoleh nilai kontanta disosiasi asam yang dipantau dari kurva
titrasi.
Pembuatan larutan NaOH 1 M sebelum dimasukkan ke dalam infus untuk
melakukan titrasi. NaOH ditimbang sebanyak 40 gram dan dilarutkan dalam
akuades sebanyak 1 L. perlakuan melarutkan NaOH harus hati-hati karena
termasuk dalam basa kuat yang bersifat higroskopis. Akuades harus dimasukkan
terlebih dahulu kedalam gelas beaker kemudian baru dimasukkan NaOH agar
tidak meledak dalam gelas beaker. Kesalahan praktikan saat melarutkan NaOH
yaitu memasukkan NaOH terlebih dahulu kemudian ditambahkan akuades,
sehingga menyebabkan gelas beaker menjadi panas.
Perlakuan sebelum melakukan percobaan yaitu menentukan laju alir dari
larutan basa NaOH yang dimasukkan dalam botol infus. Laju alir dilakukan
sebanyak dua kali karena ada kesalahan dari praktikan yang tidak sengaja
menyentuh botol infus tersebut membuat laju alirnya menjadi berubah. Gelas
beaker sebanyak 2 buah di timbang terlebih dahulu dalam keadaan bersih dan
kering. Massa gelas beaker 1 sebesar 35,436 gram sedangkan Massa gelas beaker
2 sebesar 30,835 gram. Gelas beaker yang pertama diisi larutan NaOH selama 10
detik kemudian larutan di dalam beaker tersebut ditimbang dan hasilnya yaitu
36,391 gram. Gelas beaker yang kedua diisi larutan NaOH selama 20 detik
kemudian larutan di dalam beaker tersebut ditimbang dan hasilnya yaitu 32,614
gram. Pengisian larutan NaOH dalam gelas beaker harus dilakukan dengan cepat
dan hati-hati karena perhitungan waktu yang terus berjalan. Massa dari larutan
NaOH dalam beaker tersebut dikurangi dengan massa beaker yang masih bersih
dan kering maka hasilnya sama dengan volume NaOH. Laju alir pada beaker 1
sebesar 0,955 mL dan laju alir pada beaker 2 sebesar 1,779 mL.
Prosedur yang pertama ialah penentuan konstanta disosiasi asam dari asam
asetat menggunakan larutan basa NaOH. Larutan basa NaOH dimasukkan dalam
botol infus dengan tetesan yang diatur secara konstan. Tombol Start dalam
aplikasi mulai dijalankan bersamaan dengan penetesan pertama larutan NaOH.
Elektroda yang dmasukkan dalam larutan memiliki sifat sensitif terhadap
perubahan jumlah ion H+, sehingga data-data terkait hasil titrasi seperti pH dan
titik ekuivalen akan didapatkan dari percobaan ini. Proses titrasi ini menggunakan
pengaduk stirer agar didapatkan larutan yang homogen sehingga distribusi larutan
basa NaOH yang ditambahkan akan merata keseluruh larutan asam asetat. Reaksi
antara larutan NaOH dan larutan asam asetat pada percobaan kali ini yaitu,
CH3COOH(aq) + NaOH(aq)⇌ CH3COONa(aq) + H2O(l)……..................(4.1).
Percampuran antara asam asetat yang merupakan asam lemah dengan NaOH yang
merupakan asam kuat akan menghasilkan titik ekuivalen berada pada pH basa,
yakni sekitar 11.18. Hal tersebut karena proses kesetimbangan yang menyebabkan
kesetaraan antara volume masing-masing bahan. Jumlah ion H+ yang semakin
kecil akan diimbangi dengan jumlah OH- yang besar, begitu pula sebaliknya.
Jumlah ion OH- yang lebih besar akan menggeser kondisi larutan ke arah basa.
Reaksi dihentikan ketika telah mencapai titik kesetimbangan atau titik ekuivalen
yang ditandai dengan terbentuknya patahan dalam grafik pada layar komputer.
Titik ekuivalen dapat diartikan sebagai titik nilai pH dimana jumlah
ekivalen asam sama dengan jumlah ekivalen basa dalam sebuah kurva titrasi.
Patahan yang dihasilkan pada percobaan yang pertama ini hanya tercapai 1
patahan. Hal tersebut sesuai dengan literatur karena dalam asam monoprotik
hanya mampu menghasilkan 1 patahan sesuai dengan jumlah ion H+ yang
dilepaskan. Reaksi disosiasi asam asetat yaitu,
CH3COOH(aq) + H2O(l) CH3COO-(aq) + H3O+(aq)
asam basa basa asam
konjugat konjugat

Berdasarkan persamaan Henderson-Hasselbach, nilai pH dapat diperoleh


dari setengah volume ekuivalen. Hal tersebut karena adanya kesamaan konsentrasi
spesi HA dan A pada titik tersebut. Data-data tersebut dapat diplotkan dalam
grafik antara nilai pH dengan volume NaOH yang ditambahkan. Grafik yang
diperoleh dari percobaan ini dalam 2 pengulangan ialah :

(Gambar 4.1. Kurva Hubungan Volume NaOH dengan pH Percobaan1)


(Gambar 4.2. Kurva Hubungan Volume NaOH dengan pH Percobaan 2)
Percobaan dilakukan secara duplo, digunakan untuk mendapatkan data
dengan keakuratan yang tinggi. Grafik terkait hubungan antara pH larutan dengan
penambahan volume NaOH pada asam asetat menunjukkan nilai ekuivalen
terletak pada pH sekitar 6-14. Bentuk kurva titrasi yang seperti huruf ”S” tersebut
dipengaruhi oleh partisi masing-masing komponen yakni asam asetat dan NaOH.
Kurva tersebut sejatinya dibentuk dari perhitungan seluruh ion muatan yang
menghasilkan data kesetimbangan. Asam asetat yang tergolong asam lemah akan
memiliki nilai pKa tepat setengah volume NaOH saat keadaan ekuivalen. Data
tersebut dapat digunakan untuk mengetahui nilai dari konstanta disosiasi asam.
Volume NaOH pada titik ekuivalen percobaan yang pertama sebesar 22,379 mL
sedangkan pada percobaan kedua sebesar 22,379 mL. Pengolahan data dilakukan
untuk memperoleh nilai Ka masing-masing pengulangan.
Nilai pH sama dengan nilai pKa (persamaan Henderson), sehingga nilai
Ka ini juga dapat diperoleh dengan menggunakan nilai pKa. Nilai Ka hasil
perhitungan yang dapat dilihat di tabel hasil menunjukkan perbedaan yang besar
antara pengulangan pertama dan kedua. Nilai Ka pada perlakuan yang pertama
sebesar 4,68 x 10-05 sedangkan pada pengulangan kedua sebesar 5,105 x 10-6.
Nilai rata-rata Ka untuk Asam asetat ialah sebesar 4,89 x 10-5. Asam asetat yang
tergolong sebagai asam lemah akan memiliki nilai Ka yang kecil. Nilai Ka yang
kecil akan berbanding terbalik dengan nilai pKa yang semakin besar menunjukkan
semakin lemahnya sifat keasamannya.
Prosedur yang kedua yakni titrasi asam fosfat 1 M menggunakan larutan
basa yang sama yakni NaOH 1 M. Penentuan laju alir yang kedua yaitu gelas
beaker sebanyak 2 buah di timbang terlebih dahulu dalam keadaan bersih dan
kering. Massa gelas beaker 1 sebesar 35,436 gram sedangkan Massa gelas beaker
2 sebesar 30,835 gram. Gelas beaker yang pertama diisi larutan NaOH selama 10
detik kemudian larutan di dalam beaker tersebut ditimbang dan hasilnya yaitu
41,398 gram. Gelas beaker yang kedua diisi larutan NaOH selama 20 detik
kemudian larutan di dalam beaker tersebut ditimbang dan hasilnya yaitu 42,280
gram. Pengisian larutan NaOH dalam gelas beaker harus dilakukan dengan cepat
dan hati-hati karena perhitungan waktu yang terus berjalan. Massa dari larutan
NaOH dalam beaker tersebut dikurangi dengan massa beaker yang masih bersih
dan kering maka hasilnya sama dengan volume NaOH. Laju alir pada beaker 1
sebesar 5,962 mL dan laju alir pada beaker 2 sebesar 11,444 mL.
Prosedur yang kedua ini juga dilakukan secara duplo, dengan tujuan yang
sama yakni mendapatkan data dengan keakuratan yang tinggi. Proses titrasi asam
fosfat memiliki waktu yang lebih lama dibandingkan dengan titrasi asam asetat.
Hal tersebut dikarenakan asam fosfat yang tergolong dalam asam poliprotik yang
mampu mengion atau melepaskan ion H+ lebih dari 1. Proses pengionan yang
lebh dari satu mengindikasikan nilai Ka yang diperoleh juga lebih dari satu. Asam
fosfat tergolong asam kuat, sehingga pH asam akan berlangsung naik secara
signifikan ketika ditambah oleh NaOH yang tergolong basa kuat. Peningkatan pH
dapat dijelaskan pada peningkatan ion OH- dari NaOH akan bereaksi dengan ion
H+ dari asam fosfat dengan membentuk air sehingga pH akan naik untuk menuju
ke keadaan setimbang. Reaksi yang terjadi antara asam fosfat dengan NaOH ialah:
H3PO4(aq) + NaOH(aq) NaH2PO4(aq) + H2O(l).....................(4.2).
NaH2PO4(aq) + NaOH(aq) Na2HPO4(aq) + H2O(l)....................(4.3).
Na2HPO4(aq) + NaOH(aq) Na3PO4(aq) + H2O(l)......................(4.4).
Data yang diperoleh ditunjukkan pada layar komputer yang teah
tersambung oleh elektroda dengan prinsip kerja yang sama dengan percobaan
titrasi asam asetat. Grafik titrasi asam fosfat dengan basa NaOH ialah:

(Gambar 4.3. Kurva titrasi pH vs volume NaOH pada Asam fosfat percobaan 1)

(Gambar 4.4. Kurva titrasi pH vs volume NaOH pada Asam fosfat percobaan 2)
Grafik diatas menunjukkan terbentuknya dua puncak yang menggambarkan
sifat dari asam fosfat sebagai asam poliprotik. Berdasarkan grafik tersebut
nampak nilai pH yang mengalami penuruan terlebih dahulu dan disusul dengan
kenaikan nilai pH. Hal tersebut disebabkan karena asam fosfat yang tergolong
sebagai asam kuat yang memiliki pengaruh nilai Ka yang besar dan saat dititrasi
dnegan basa kuat NaOH akan mempengaruhi grafik pH menjadi tidak naik secara
spontan.
Berdasarkan data tersebut akan diperoleh nilail Ka daril tiltilkl ekuivalen
dengan mengtahui data volume NaOH dengan besar pH. Nilai pKa juga dapat
ditentukan dari nilai ½ ekuivalen untuk pKa1 dan 3/2 volume ekuivalen untuk nilai
pKa2. Nilai Ka dapat diperoleh dari persamaan berikut:
+ -
H3PO4(aq) H (aq) + H 2PO 4 (aq) ..............................................(4.5).

[H 2 PO 4 ][ H  ]
-

Ka 1   7,5  10 3
[H 3 PO 4 ] .........................................................(4.6).
Ka2 merupakan nilai konstanta disosiasi asam saat asam fosfat mampu melepas 2
H+, persamaannya ialah:
- + -2
[HPO 4 ][ H  ]
-2
H2PO4 (aq) H (aq) + HPO4 (aq)
Ka1  
 6,2  10 8
[H 2 PO 4 ] ...(4.7)
Ka3 merupakan konstanta disosiasi asam saat asam fosfat melepaskan proton yang
kedua yang berdasarkan persamaan:
[PO 4 ][ H  ]
-2 + -3 -3
HPO4 (aq) H (aq) + PO4 (aq)
Ka1  2
 4,8  10 13
[HPO 4 ] ...(4.8).
Data yang diperoleh dari grafik seperti pH dan data-data pada kondisi
ekuivalen lainnya kemudian diolah untuk dapat menentukan nilai Ka-nya. Nilai
Ka (puncak 1) pada percobaan yang pertama 4,72 x 10-3 sedangkan nilai Ka
(puncak2) sebesar 4,37 x 10-14. Percobaan pada pengulangan 2 memperoleh data
untuk nilai Ka (puncak 1) sebesar 1,84 x 10-3, sedangkan pada pengulangan 2
diperoleh nilai Ka (puncak2) sebesar 4,99 x 10-13. Nilai rata-rata Ka untuk puncak
pertama ialah sebesar 3,28 x 10-4 sedangkan nilai rata-rata untuk Ka puncak yang
kedua ialah sebesar 2,71 x 10-13.
Data yang diperoleh terkait nilai Ka baik antar pengulangan satu dan dua
maupun antara data percobaan dan dari perhitungan teori memiliki penyimpangan
data atau kevalidan data yang kecil. Kesalahan dimungkinkan karena kurang
tepatnya pengambilan data ekuivalensi pada grafik hasil titrasi. Faktor kesalahan
lain karena larutan, baik NaOH ataupun asam fosfat sempat dibiarkan dalam
runag terbuka dalam waktu yang lama. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
larutan telah tercemar oleh campuran-campuran bahan. Nilai Ka memiliki
perbedaan untuk Ka puncak satu dan puncak dua. Hal tersebut karena pada
puncak satu nilai Ka dipengaruhi oleh kekuatan larutan induk asam kuat dari asam
fosfat, sehingga pada puncak 2 nilai Ka dipengaruhi oleh kondisi basa akibat
penambahan OH- dari NaOH. Faktor-faktor tersebut sesuai dengan literatur,
dimana nilai Ka asam fosfat lebih besar dari basa konjugatnya. Asam kuat akan
menghasilkan basa konjugat yang lemah sedangkan basa kuat akan menghasilkan
asam konjugat yang lemah.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaa ini yakni data terkait
pengambilan nilai Ka. Asam yang diguakan pada percobaan ini termasuk kedalam
asam monoprotik (asam asetat) dan asam rahayu (asam poliprotik). Tenkik yang
digunakan pada percobaan ini ialah titrasi potentiometri. Titrasi potensiometri
adalah titrasi yang titik akhirnya ditemukan melalui pengukuran potensial
elektroda (elektroda direndam dalam campuran pereaksi). Larutan yang dititrasi
dengan NaOH yakni larutan asam asetat dan asam fosfat di ukur derajat
keasamannya dengan potensial elektroda yang dihubungkan dengan aplikasi
Logger lite dalam komputer.

5.2 Saran
Saran yang diberikan pada percobaan tersebut ialah dana yang
dimaskuuksud sebagai seharusnya lebih memahami materi yang akan dilakukan
agar dapat meminimalisir terjadinya kesalahan hasil data dan prosedur kerja.
Praktikan sebaiknya berkonsultasi denan asisten terlebih dahulusaat membuat
grafik plot untuk menentukan nilai Ka dari masing-masing titrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bird, T. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT. Gramedia.


Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Dogra. 2002. Kimia Fisik dan Soal-Soal Malang. Jakarta: Universitas Terbuka.
Keenan. 1990. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung : ITB.
Brady, J. E., dan Humiston. 1986. General Chemistry. New York: John Willey and Sons.
Chang, R. 2003. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hesketh. 2006. Chemical Sensors 7 -and- MEMS/NEMS 7, Masalah 10. USA:
Elechtrochemical.
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Acetate Acid [serial online].
http://www.sciencelab.com/msds/php? msdsId=9927572 [diakses tanggal 17 Maret
2019].
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Aquades [serial online].
http://www.sciencelab.com/ msds/php? msdsId=9927062 [diakses tanggal 17 Maret
2019].
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Sodium Hidroxide. [serial online].
http://www.sciencelab.com/ msds/php? msdsId=9916054 [diakses tanggal 17 Maret
2019].
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet of Phosporic Acid. [serial online].
http://www.sciencelab.com/ msds/php? msdsId=9927593 [diakses tanggal 17 Maret
2019].
Tim Penyusun. 2019. Penuntun Praktikum Kesetimbangan Kimia. Jember: Universitas
Jember.
Utami, dkk. 2011. Kimia Fisik. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
LAMPIRAN

Menghitung laju Alir 1

Massa gelas beaker 1 = 35,436 gr


Massa gelas beaker 2 = 30,835 gr
Massa NaOH 10 detik = 36,391 gr
Massa NaOH 20 detik = 32,614 gr
Laju alir 10s = m NaOH – m gelas beaker = 0,955 gr
Laju alir 20s = m NaOH – m gelas beaker = 1,779 gr

Menghitung laju alir 2

Massa gelas beaker 1 = 35,436 gr


Massa gelas beaker 2 = 30,835 gr
Massa NaOH 10 detik = 41,398 gr
Massa NaOH 20 detik = 42,280 gr
Laju alir 10s = m NaOH – m gelas beaker = 5,962 gr
Laju alir 20s = m NaOH – m gelas beaker = 11,444 gr

1. Menghitung Ka Asam Asetat

a. Pengulangan 1

V ekuivalen = 22,379 ml

V ½ ekuivalen = ½ x 22,379 ml = 11,189 ml

pKa=pH ½ ekuivalen=4,329

pKa = -log Ka

Ka=10-pKa

= 10-4,329

= 4,68 x 10-5
b. Pengulangan 2

V ekuivalen = 22,379 ml

V ½ ekuivalen = ½ x 22,379 ml = 11,189 ml

pKa=pH ½ ekuivalen=5,292

pKa = -log Ka

Ka=10-pKa

= 10-5,292

= 5,105 x 10-6
2. Menghitung Ka Asam Fosfat

a. Pengulangan 1

V ekuivalen = 22,626 ml

V ½ ekuivalen = 11,313 ml

pKa1= pH ½ ekuivalen = 2,325

pKa1 = -log Ka1

Ka1=10-2,325

Ka1=4,732x10-3

V 3/2 ekuivalen = 69,412 ml

PKa2= pH 3/2 ekuivalen= 13,358

pKa2 = -log Ka2

Ka2=10-13,358

Ka2=4,376 x10-14
b. Pengulangan 2

V ekuivalen = 26,748 ml

V ½ ekuivalen = 13,374 ml

pKa1= pH ½ ekuivalen=2,733

pKa1 = -log Ka1

Ka1=10-2,733

Ka1=1,848x10-3

V 3/2 ekuivalen = 84,564 ml

PKa2= pH 3/2 ekuivalen=12,301

pKa2 = -log Ka2

Ka2=10-12,301

Ka2=4,998x10-13

Anda mungkin juga menyukai