ABSTRAK :
Di Desa Tajun, Kabupaten Buleleng, Bali, telah dilakukan penelitian oleh I
wayan Karyasa dan I Made Kirna dari Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha
Bali mengenai potensi yang terkandung dalam batu merah yang ada di tempat itu.
Adapun tujuan dilakukannya penelitian tersebut yakni:
Menganalisis kadar logam-logam transisi Fe, Co, Ni, Ci, Mn, Cr dan Ti yang
ada dalam batu merah tsb,
Mendeskripsikan kadar logam-logam transisi Fe, Co, Ni, Ci, Mn, Cr dan Ti
dalam batu merah tsb dan keterkaitannya dengan warna yang ada pada batu
merah,
Mendeskripsikan senyawa-senyawa kimia dalam batu merah dengan warna
yang dimilikinya.
Dalam penelitian ini , sampel batu merah yang diambil yaitu batu merah warna
tanah, merah darah, dan merah kehitaman. Hasil detruksi bubuk batu merah dengan
HNO3 dan HCL dengan penambahan beberapa ml HF 48% dianalisis kadar logam-
logam transisinya dengan atomic absorption spectroscopy (AAS). Identifikasi
senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam batu merah menggunakan metode
difraksi sinar X bubuk (XRD) dengan radiasi Cu K1 ( = 154,06 pm) pada 2 = 5
85o (suhu kamar). Setelah penelitian didapatkan hasil yaitu:
Adanya perbedaan kadar Fe, Co, Ni, Ci, Mn, Cr dan Ti dalam batu merah
bervariasi warna,
Kadar kadar Fe, Co, Mn dan Ti lebih tinggi dari kisaran rat-rata, sedangkan
Ni, Cu dan Cr ada dalam kisaran rata-rata,
ada keterkaitan antara variasi kadar logam-logam transisi dan variasi warna
batu merah (Fe, Mn dan Cr cendrung memberikan karakter warna tanah,
sedangkan Cn, Ni, Cu, dan Ti cenderung memberikan karakter warna hitam,
Variasi warna kemungkinan berkaitan erat dengan variasi kadar
logam-logam transisi yang terkandung dalam senyawa
aluminosilikat, silikat, dan oksida tersebut (jika kandungan Mn, Cr
dan Si semakin besar, semakin merah tanah; dan, sebaliknya,
semakin banyak Fe, Ti, Co dan Al semakin hitam).
PENDAHULUAN :
Anorganik pigmen adalah oksida logam, atau sejumlah logam logam garam
larut, pigmen anorganik juga dibagi menjadi pigmen anorganik alami dan buatan
anorganik pigmen, pigmen anorganik alami adalah mineral pigmen. Pigmen
organik adalah sejenis senyawa organik, yang dibagi menjadi dua kategori utama
alami dan sintetik. Sekarang umum digunakan adalah sintesis organik pigmen,
pigmen organik berbagai, warna lebih lengkap, kinerja lebih baik daripada pigmen
anorganik. Anorganik pigmen adalah terutama karbon hitam dan besi, titanium,
barium, seng, kadmium, timah, dan oksida logam lainnya atau garam. Pigmen
organik dapat dibagi menjadi monoazo, phthalosianin azo, Danau, atau kategori
lainnya pigmen cincin menyatu. Anorganik pigmen cepat, tahan panas, cuaca
ketahanan pelarut, kuat bersembunyi kekuasaan, tapi tidak sangat lengkap,
pewarnaan kekuatan rendah, cerah warna kontras, Bagian dari toksisitas logam
oksida dan garam. Berbagai pigmen organik, kromatografi lengkap, warna yang
murni, kuat mewarnai, tetapi bagian dari produk yang terang, perlawanan miskin
pelarut tahan cuaca, bermutu tinggi pigmen organik juga memiliki cahaya yang
sangat baik, pelapukan dan pelarut, tapi harganya mahal.
Pigmen atau zat warna adalah zat yang mengubah warna cahaya tampak sebagai
akibat proses absorpsi selektif terhadap panjang gelombang pada kisaran tertentu.
Pigmen tidak menghasilkan warna tertentu sehingga berbeda dari zat-
zat pendar (luminescence).
Molekul pigmen menyerap energi pada panjang gelombang tertentu
sehingga memantulkan pajang gelombang tampak lainnya, sedangkan zat pendar
memancarkan cahaya karena reaksi kimia tertentu.
MACAM PIGMEN
ORGANIK
Pigment yang terbentuk dari senyawa-senyawa organic (karbon)
Contoh : Fast Red 2R - Pigment Red 21, Lithol Rubine BK (Carmine 6B) -
Pigment Red 57:1 (15850:1), Phthalocyanine Blue, dsb.
ANORGANIK
Terbentuk dari mineral-mineral atau garam-garaman logam yang
terbentuk secara alami (bahan galian) ataupun dari hasil reaksi kimia di
pabrik. Pada jenis ini dikenal true pigment (atau disebut sebagai pigment saja)
dan extender atau filler.
Contoh : true pigmen (middle chrome-pigment yellow 34), extender (kaolin
clay), metallik (bronze powder).
FUNGSI PIGMEN
Sebagai zat pewarna
Memberi daya tutup
Anti korosi
METODE :
Metode penelitiannya yaitu mengambil bongkahan batu merah dengan
warna merah tanah, merah darah, merah kehitaman, dan hitam dari lima lokasi
berbeda lalu mencucinya dengan aquades beberapa kali dan dikeringkan sampai
beratnya konstan. Sampel serbuk didapatkan dengan menjadikan satu masing-
masing variasi warna dari lima lokasi tersebut dan dijadikan bubuk yang homogen.
Kemudian menambahkan larutan campuran asam nitrat dan asam klorida,
menambahkan asam flourida 48% secukupnya pada tiap-tiap bubuk sampel sampai
terdestruksi sempurna, dan mengencerkannya. Lalu melakukan menganalisis kadar
logam-logam transisi (Fe, Co, Ni, Cu, Cr, dan Ti) dengan metode AAS (atomic
absorption spectroscopy) dan mengidentifikasi senyawa-senyawa kimia yang
terdapat dalam batu merah menggunakan metode difraksi sinar X bubuk (XRD)
dengan radiasi Cu K1 ( = 154,06 pm) dan pengurkuran pada rentang 2 = 5 85o
(suhu kamar).
HASIL DAN PEMBAHASAN :
Analisis Logam Transisi dengan AAS
Kandungan besi paling besar ke kecil yaitu pada batu merah variasi warna
merah tanah ke warna semakin gelap (hitam). Batu merah berbagai variasi warna
mengandung kadar Fe yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar rata-rata Fe
pada kerak bumi (5,2% berat). Warna merah pada batu merah mungkin karena
kandungan logam Fe. Kandungan kobal (Co) pada variasi warna hitam paling besar
dan meningkat kadarnya dari warna merah tanah ke hitam. Batu merah berbagai
variasi warna mengandung kobal lebih dari 7-11 kali lipat dari kadar rata-rata Co
pada kerak bumi (0,001% berat). Kandungan nikel (Ni) pada batu merah variasi
warna hitam paling besar, namun sampel warna merah darah kadarnya paling kecil
dan selisihnya dengan warna terdekat (merah tanah dan merah kehitaman) tidak
besar jika dibandingkan dengan sampel warna hitam. Namun batu merah berbagai
variasi warna mengandung nikel yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kadar
rata-rata Ni pada batuan kerak bumi (0,020% berat). Kandungan tembaga (Cu)
paling besar pada batu merah variasi warna hitam. Namun sampel warna merah
darah kadarnya paling kecil dan selisihnya dengan warna terdekat (merah tanah dan
merah kehitaman) tidak besar jika dibandingkan dengan sampel warna hitam. Hal
ini mirip dengan kandungan nikel (Ni). Batu merah dengan variasi warna merah
darah dan merah hampir sama dengan kadar rata-rata Cu pada batuan kerak bumi
(0,0001% berat), namun berbeda cukup besar untuk batu merah warna kehitaman
sampai hitam. Kandungan kromium (Cr) paling besar pada batu merah variasi
warna merah tanah melebihi kandungan Cr batuan kerak bumi rata-rata (0,037%
berat), namun sampel batu merah warna merah darah, merah kehitaman, dan hitam
mengandung kromium yang jauh lebih kecil. Warna kekuningan pada batu merah
tanah kemungkinan ada kaitannya dengan kandungan kromium.
Identifikasi senyawa kimia dengan XRD
Pola difraksi sinar X dari bubuk sampel batu merah bervariasi warna (S1 = merah
tanah, S2 = merah darah, S3 = merah kehitaman, S4 = hitam)
Selanjutnya untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa kimia dilakukan dengan cara
finger print, hasil indetifikasinya sebagai berikut:
Identifikasi fasa cara finger print dari bubuk sampel warna hitam dan
warna merah tanah
Hasil dari identifikasi fasa dengan cara finger print pada batu merah berwarna
merah tanah terhadap pola difraksi yang kemudian dicocokkan dengan bank data
dari ICSD (kristal tunggal) dan PDF (bubuk) yaitu terdapat aluminosilikat-
aluminosilikat Fe (PDF nomor 84-0983 dan 74-2020), Mn (PDF nomor 87-1717
dan 85-1278), Co (PDF nomor 86-0657), Ni (PDF nomor 74-0731), Cu (PDF
nomor 84-0391), Ti (PDF nomor 22-0502), dan oksida-oksida besi (-Fe2O3, ICSD
nomor 82904 dan Fe3O4, ICSD nomor 20596). Dari sampel ini terjadi pergeseran
dua theta pada aluminosilikat dan oksida yang mungkin karena adanya ikatan
aluminosilikat atau karena adanya substitusi kation-kation pada logam transisi
tersebut.
Secara keseluruhan, identifikasi batu merah dengan pola difraksi sinar X ini
didapatkan fasa utama penyusunnya yaitu senyawa aluminosilikat dari besi (Fe),
yaitu Sillimanit (PDF 84-0983) dengan rumus kimia Fe0,02Al1,98SiO5 atau
Almandin (PDF 74-2020) dengan rumus kimia Fe3Al2(SiO4)3 atau gabungan
keduanya dengan pertukaran ion-ion Al3+ dan Fe3+ dengan ion logam transisi
lainnya karena interkalasi (ion-ion logam lainnya tersebut menempati ruang
interstisi kristal aluminosilikat).
(M1)a(M2)bFecMndTieCof{NigCuhCri(M3)j}AlxSiyOz merupakan rumus
senyawanya dengan (M1 = logam alkali, M2 = logam alkali tanah, M3 = logam
lainnya yang keberadaannya sangat kecil (trace)).
Adanya aluminosilikat-aluminosilikat lainnya menunjukkan adanya fasa
pendamping. Sedangkan oksida-oksida besi terbentuk sebagai akibat dari substitusi
ion besi dengan ion-ion logam transisi lainnya atau karena terjadinya interkalasi
dimana ion-ion logam lainnya tersebut menempati ruang interstisi kristal
aluminosilikat.
SIMPULAN :
Menurut saya, walaupun secara keseluruhan jurnal ini sudah menjawab
tujuan penelitian, namun hasil yang didapatkan belum cukup menjawab apa yang
melatarbelakangi penulisan penelitian ini, dimana batu merah ini berpotensi
menjadi pigmen anorganik alami. Terlihat dari kesimpulan yang tidak
menyimpulkan apa yang jadi melatarbelakangi penelitian. Selain itu sesuai dengan
penulis penelitian ini, memang perlu dikaji lebih dalam lagi karena data yang
didapatkan masih sangat terbatas, ditunjukkan dari belum teridentifikasinya 80%
komponen batu merah (selain variasi warna hitam) serta dengan banyaknya dugaan
dugaan (masih berupa kemungkinan) pada identifikasi XRD dari penulis penelitian
ini. Dugaan-dugaan ini karena identifikasi XRD memang harus diikuti dengan
metode-metode lain agar mendapatkan hasil identifikasi yang menyeluruh sehingga
menemukan kesimpulan yang lebih konkret.