Anda di halaman 1dari 6

A.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan


Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kelarutan ialah struktur
molekul. Jika struktur molekul antara zat pelarut dengan zat terlarut memiliki
kemiripan,maka kecenderungan membentuk larutan menjadi tinggi. Selain
kemiripan struktur molekul, faktor penting lainya yang mempengaruhi
kelarutan ialah suhu dan tekanan.
Kelarutan tidak selalu bergantung pada kemiripan fisik seperti struktur
molekul antara zat terlarut dengan zat pelarut, melainkan juga kondisi
eksternal seperti suhu dan tekanan. Pengaruh suhu dan tekanan dapat
dijelaskan jika proses pelarutan dipandang sebagai suatu keadaan
kesetimbangan. Pada keadaan kesetimbangan, kenaikan suhu dapat
menguntungkan bagi reaksi endoterm. Misalnya jika zat A membutuhkan
kalor untuk melarut,maka kenaikan suhu akan meningkatkan kelarutan zat A.
Dan begitu juga sebaliknya, kenaikan suhu juga dapat merugikan bagi reaksi
eksoterm. Misalnya zat D melepaskan kalor ketika melarut,maka kenaikan
suhu akan menurunkan kelarutan zat D.
Pada umumnya, pelarutan zat padat ke dalam pelarut cair merupakan
proses endoterm karena kalor sangat dibutuhkan untuk memecahkan kisi
kristal dari zat padat tersebut. Akibatnya, kelarutan zat padat dalam pelarut
cair akan meningkat jika suhu pelarut dinaikkan, seperti yang ditunjukkan
oleh gambar dibawah ini.

Gambar 1 : Kelarutan beberapa zat padat


Sedangkan pelarutan gas ke dalam cairan merupakan proses eksoterm.
Perubahan entalpi pelarutan gas hampir sama dengan energi yang dilepaskan

1
ketika terjadi kondensasi gas. Akibatnya kelarutan gas berkurang seiring
dengan naiknya suhu. Pencemaran air secara termal merupakan pengurangan
kelarutan oksigen dalam air pada suhu tinggi, akibatnya ikan dan organisme
lain sukar untuk hidup dan bahkan dapat menimbulkan kematian. Peristiwa ini
disebut dengan pencemaran termal.
Penurunan kelarutan gas akibat naiknya suhu juga dapat menyebabkan
terbentuknya kerak pada boiler. Dalam air, ion bikarbonat dibentuk ketika
karbon dioksida terlarut dalam air yang mengandung ion karbonat. Jika air
juga mengandung ion Ca2+, reaksi ini akan menyebabkan terbentuknya
kalsium bikarbonat yang dapat larut dalam air. Tetapi ketika air dipanaskan,
gas karbon dioksida akan didorong keluar sehingga terbentuklah ion karbonat
( CO32-) yang kemudian bersenyawa dengan ion Ca2+ membentuk senyawa
CaCO3 ( kapur ). Padatan kapur yang terbentuk ini menyebabkan
berkurangnya efisiensi transfer kalor dan menimbulkan penyumbatan pada
pipa.

B. Pengaruh Suhu Pada Kelarutan


1. Pengaruh suhu pada kelarutan zat padat dan cair
Secara umum, kelarutan zat padat dan cair meningkat dengan
meningkatnya suhu. belum ada korelasi yang jelas antara tanda dari
entalpi pembentukan larutan dengan variasi kelarutan terhadap
suhu. Namun perlu diingat, hal ini tidak semua berlaku pada zat
Contoh penerapannya adalah kristalisasi fraksional.Kristalisasi
fraksional adalahpemisahan campuran zat menjadi komponen murni
berdasarkan kelarutannya yang berbeda.Misalkan kita memiliki sampel
90g KNO3 yang terkontaminasi dengan 10gNaCl. Untuk memurnikan

2
sampel KNO3, kita larutkan campuran dalam 100 mL air pada suhu
60°C dan kemudian secara perlahan mendinginkan larutan sampai 0°C.
Pada suhu ini, kelarutannyadari KNO 3 dan NaCl adalah 12,1g/100 g
H2O dan 34,2g/100g H2O, masing-masing. Demikian,(90-12) g, atau 78
g, dari KNO3 akan mengkristal keluar dari larutan, tapi semua NaCl
akan tetap terlarut (Gambar 12.4). Dengan cara ini,kita bisa
memperoleh sekitar 90 persen dari jumlah asli bentuk murni KNO 3.
kristal KNO3 lalu dipisahkan dari larutan dengan penyaringan.Banyak
senyawa anorganik dan organik padat yang digunakan di laboratorium
dimurnikan dengan kristalisasi fraksional. Umumnya, metode ini
bekerja paling baik jikasenyawa yang akan dimurnikan memiliki kurva
kelarutan yang curam, yaitu lebih larut pada suhu tinggi dibanding suhu
rendah. Jika tidak, sebagian besarakan tetap terlarut karena larutannya
didinginkan. Kristalisasi fraksionasi juga bekerja jika jumlah
ketidakmurnian dalam larutan relatif kecil.

3
Gambar 2 : Kurva kelarutan KNO 3 dan NaCl
2. Pengaruh suhu pada kelarutan gas
Kelarutan gas dalam air cenderung menurun seiring dengan
meningkatnya suhu. Bila air dipanaskan dalam beker, dapat dilihat
gelembung udara yang terbentuk disisi kaca sebelum air mendidih.
Dengan meningkatnya suhu, molekul udara yang terlarut mulai
mendidih dan keluar dari larutan jauh sebelum air itu sendiri mendidih.
Menurunnya kelarutan molekul oksigen dalam air panas menyebabkan
polusi termal (memanasnya lingkungan-biasanya badan air- ke suhu
yang membahayakan bagi makhluk hidup di dalamnya).
Diperkirakan di Amerika Serikat setiap tahun sekitar 450.000
milyar liter air digunakan untuk pendingin. di industri, sebagian besar
pada pembangkit listrik dan tenaga nuklir. Proses ini memanaskan air,
yang kemudian dikembalikan ke sungai dan danau darimana air itu
diambil.
Ahli ekologi semakin mengawatirkan pengaruh polusi termal
terhadap kehidupan di air. Meningkatnya suhu air mempercepat proses
metabolik ikan, biasanya 2x lipat setiap kenaikan 10 C. Meningkatnya
metabolik ikan akan menyebabkan kebutuhan ikan semakin meningkat
pula. Namun, pada saat yang sama pasokan oksigen menurunkarena
kelarutannya rendah dalam air yang panas. Cara efektif untuk
mendinginkan pembangkit listrik dengan kerusakan lingkungan hidup
yang minimum masih dalam penelitian. Keuntungan memiliki
pengetahuan tentang variasi kelarutan gas terhadap suhu ini dapat
meningkatkan hasil tangkapan ikan seorang pemancing. pemancing
yang berpengalaman akan melempar umpannya di bagian dalam dari
sungai atau danau pada saat musim panas. ikan akan berada di bagian
itu karena daerah tersebut kaya akan oksigen dan suhunya lebih dingin.

C. Pengaruh Tekanan Pada Kelarutan


1. Pengaruh tekanan pada kelarutan zat padat dan cair

4
Tekanan eksternal tidak berpengaruh pada kelarutan cairandan
padatan, tapi ini sangat mempengaruhi kelarutan gas. Perubahan tekanan
sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl
sekitar 5,1 %. Hubungan kuantitatifantara kelarutan gas dan tekanan
dinyatakan oleh Henry Kelarutan gas sebanding dengan tekanan parsial
gas itu. Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas
yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus
dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada
dalam kesetimbangan dengan larutan itu.
Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali
jika tekanan parsial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk
gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air.
2. Pengaruh tekanan pada kelarutan gas
Tekanan juga berpengaruh pada kelarutan gas pada pelarut cair.
Pada tekanan tetap, kelarutan gas berbanding lurus dengan tekanan parsial
pada fase gas diatas larutan. Hubungan ini dikenal dengan sebutan Hukum
Henry, dan dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut.

Dengan Pg adalah tekanan parsial gas diatas larutan, Cg konsentrasi


larutan dan K adalah tetapan khas untuk sistem gas-cairan tersebut. Jadi
tekanan dapat mempengaruhi kelarutan gas di dalam zat cair. Gas akan
dapat dengan mudah larut dalam zat cair bila diberikan tekanan.
Contohnya dapat kita amati pada minuman berkarbonasi atau soft
drink. Gas yang dilarutkan ke dalam softdrink tersebut ialah gas CO2 yang
mana gas CO2 tersebut dilarutkan dengan cara diberi tekanan yang tinggi
(sekitar 4 atm). lalu ditutup serapat mungkin dengan tutup botol agar
tekanan di dalam botol tetap berada di rentang 3-4 atm. Jadi semakin
tinggi tekanan yang diberikan pada gas yang akan dilarutkan ke dalam zat
cair, maka akan semakin banyak gas yang dapat larut.

5
6

Anda mungkin juga menyukai