Anda di halaman 1dari 19

CRYSTAL FIELD THEORY

( TEORI MEDAN KRISTAL)

PRODI KIMIA UMRAH


TUJUAN PEMBELAJARAN
• Mengetahui Teori Medan Kristal.
• Mengetahui Ikatan Dalam Senyawa Koordinasi Berdasarkan Teori Medan
Kristal.
• Mengetahui Warna Senyawa Koordinasi Berdasarkan Teori Medan Kristal.
• Mengetahui Reaksi-Reaksi yang Terjadi Pada Senyawa Koordinasi Berdasarkan
Teori Medan Kristal.
• Mengetahui Kelemahan Teori Medan Kristal.
• Mengetahui Aplikasi Teori Medan Kristal
TEORI MEDAN KRISTAL
Teori medan kristal dikemukakan oleh Hans Bethe,
seorang pakar fisika pada tahun 1929.
Teori medan kristal digunakan pada pakar fisika zat
padat untuk menjelaskan warna dan sifat magnetik
garam-garam logam transisi terhidrat, khususnya
yang memiliki atom pusat ion logam transisi dengan
orbital d yang belum sepenuhnya terisi elektro
seperti CuSO4.5H2O.

SEBAB-SEBAB MUNCULNYA TEORI MEDAN KRISTAL


teori ikatan
valensi yang Tidak dapat menjelaskan warna atau spektra kompleks
telah Tidak dapat menjelaskan perbedaan kompleks ioniik dan
dikemukakan kompleks kovalen.
mempunyai
beberapa Tidak dapat menjeaskan kestabilan senyawa kompleks
kelemahan
Tidak dapat menjelaskan gejala perubahan kemagnetan
seperti:
senyawa kompleks karena perubahan suhu
TEORI MEDAN KRISTAL
• Menurut medan kristal atau crystal field theory (CFT), ikatan antara atom
pusat dan ligan dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya yang ada
hanya berupa gaya elektrostatik
• Medan listrik dari ion pusat akan mempengaruhi ligan-ligan sekelilingnya,
sedang medan gabungan dari ligan-ligan akan mempengaruhi elektron-
elektron dari ion pusat. Pengaruh ligan ini terutama mengenai elektron d
dari ion pusat dan ion kompleks dari logam-logam transisi.
Dalam Teori Medan Kristal, berlaku beberapa anggapan berikut :
• ligan dianggap sebagai suatu titik muatan
• tidak ada interaksi antara orbital logam dengan orbital ligan
• orbital d dari logam kesemuanya terdegenerasi dan memiliki energi yang
sama, akan tetapi, jika terbentuk kompleks, maka akan terjadi pemecahan
tingkat energi orbital d tersebut akibat adanya tolakan dari elektron pada
ligan,.
Pemisahan Orbital d (splitting)
Di dalam ion bebas kelima orbital d bersifat degenerate, artinya mempunyai energi yang
sama. Dengan adanya ligan di sekitar ion pusat, orbital d tidak lagi degenerate, ortbital
ini terbagi menjadi beberapa orbital dengan energi yang berbeda. Dikatakanlah orbital d
mengalami spliting.

Pembagian orbital d menjadi dua golongan yaitu orbital eg dan orbital t2g
• Akibat dari orbital d diurai oleh medan ligan, peristiwa ini
disebut uraian medan ligand atau crysral field spilitting. Dari
percobaan diperoleh bahwa ada ligand-ligand yang
menghasilkan medan listrik yang kuat dan disebut strong
ligand field, ada ligand yang sebaliknya dan disebut weak
ligand field.
• Berhubungan dengan ini ligand dapat disusun dalam suatu
spectrochemical series sesuai dengan kekuatan medannya.
Deretan ligan ini disebut Deret Spektrokimia.
I-< Br-< Cl-< F-< OH-< C2O42-< H2O < NCS-< py < NH3< en < bipy <
ophen < NO2-< CN-
Kompleks Oktahedral
• orbital d pada kompleks oktahedral mengalami pemecahan (splitting)
tingkat energi dimana orbital-orbital eg memiliki tingkat energi yang lebih
besar dibandingkan orbital t2g.
0 atau 10Dq : Jarak antara
kedua tingkat energi ini
diberi
orbital t2g : menurunkan
energi kompleks sebesar
0,40
orbital eg : menaikkan energi
kompleks sebesar 0,60.
Energi pemisahan :
perbedaan energi antara eg
dan t2g.

Pemisahan energy dalam orbital ini disebut efek medan Kristal. Energy pemisahan ini
dipengaruhi oleh ligan. Semakin kuat ligan, maka energy pemisahan semakin besar dan
sebaliknya. Besarnya energy pemisahan ini yang nantinya akan mempengaruhi warna
dan sifat magnetic dari kompleks.
• Besarnya harga o terutama ditentukan oleh
kuat atau lemahnya suatu ligan. Semakin kuat
medan suatu ligan, makin besar pula
pemecahan tingkat energi yang disebabkan,
sehingga harga 0 juga semakin besar. Harga
0 dalam suatu kompleks dapat ditentukan
melalui pengukuran spektra UV-Vis dari
kompleks.
Kompleks segi empat planar
• Kompleks segiempat planar terbentuk pada ion logam dengan konfigurasi
elektron d8 dan ligan yang memiliki medan yang sangat kuat, misalnya
[NiII(CN)4]2-. Semua kompleks Pt(II) dan Au(II) merupakan kompleks empat
planar, meskipun dengan ligan medan lemah.

(Gambar : a) (Gambar : f)
Dalam kondisi demikian, kompleks akan menjadi lebih stabil jika
orbital dx2-y2 kosong dan kedua elektron yang seharusnya
menempati orbital eg ditata secara berpasangan pada orbital dz2
Kompleks segi empat planar
Pada kompleks tetrahedron, terjadi
pemecahan tingkat energi dimana
orbital t2g mengalami kenaikan tingkat
energi (karena berada dalam posisi yang
lebih berdekatan dengan ligan)
sementara orbital eg mengalami
penurunan tingkat energi.Pemecahan
tingkat energi dalam kompleks
tetrahedron ditunjukkan dalam Gambar
(h).

Setiap elektron pada orbital eg akan


menurunkan energi sebesar 0,6∆t,
sementara setiap elektron yang
menempati orbital t2g akan menaikkan
energi sebesar 0,4 ∆t.
• Besarnya CFSE dari suatu kompleks tetrahedron
diramalkan lebih kecil dibandingkan CFSE
kompleks oktahedron. Hal ini dikarenakan jumlah
ligan yang terikat dalam kompleks tetrahedron
juga lebih sedikit, hanya ada empat ligan,
sementara pada kompleks oktahedron ada 6 ligan
yang terikat pada logam pusat. Selain itu,
berbeda dengan kompleks oktahedron dimana
arah orbital tepat berimpit dengan arah
datangnya ligan, ligan yang terikat pada kompleks
tetrahedron tidak tepat berimpit dengan orbital.
• Pengisisan elektron pada orbital d
Pengisian elekton pada orbital d, dipengaruhi oleh kekuatan medan dari
ligand. Untuk ligand yang kekuatan medannya besar atau strong ligand
field, splitting yang terjadi menghasilkan perbedaan energi yang besar,
akibatnya elektron akan mengisi penuh energi yang rendah sebelum
mengisi orbital yang energinya tinggi.
• Perhitungan CFSE
Crystal field st Hans Bethe abilizationenergy berubah – ubah sesuai
dengan struktur dan jenis ion kompleks.Pada gambar splitting oktahedral
terlihat bahwa orbital t2g mempunyai energi 0,4 Io dan energi pada orbital
eg adalah 0,6 Io sehingga untuk menghitung :
CFSE = (0,4 x – 0,6 y) Io . Dimana x = jumlah elektron di orbital t2g dan y =
jumlah elektron di orbital eg.
Contoh jumlah elektron d = 7, t2g = 5 dan eg = 2.
• CFSE = (0,4 x – 0,6 y) Io
• = (0,4 . 5 – 0,6 . 2 ) Io
• = (2 – 1,2 ) Io
• = 0,8 Io
• Jadi dengan kata lain CFSE dapat dihitung dengan rumus umum
Warna Senyawa Koordinasi Berdasarkan Teori Medan Kristal.

Senyawakompleksyang memilikiwarna:
Menyerappadapanjanggelombangtertentudaricahaya tampak (400 –700 nm)
Panjanggelombangyang tidakdiserapakanditransmisikan
Warnayang teramati= warnakomplementerdariwarna yang diserap
Warna Senyawa Koordinasi Berdasarkan Teori Medan Kristal.

Warna senyawa kompleks dihasilkan sebagai akibat adanya


splitting orbital d atom pusatnya. Cahaya pada daerah sinar
tampak akan diserap apabila terdapat elektron yang
ditransisikan dari t2g yang rendah ke egyang lebih tinggi
(oktahedral). Splitting akibat adanya ligan tsb dapat diamati
dan diukur dgn menggunakan spektrofotometer. Untuk
kompleks Ni, nilai ∆o yang kecil menghasilkan warna di sekitar
hijau sedangkan nilai ∆ oyang besar akan menggeser warna
ke arah kuning.

Senyawa kompleks yang


memiliki warna:
1.Menyerap pada panjang
gelombang tertentu dari
cahaya tampak(400 –700 nm)
2. Panjang gelombang yang
tidak diserapakan akan
ditransmisikan

• Jika orbital-d dari sebuah kompleks


berpisah menjadi dua kelompok seperti
yang dijelaskan sebelumnya, maka
ketika molekul tersebut menyerap
foton dari cahaya tampak, satu atau
lebih elektron yang berada dalam
orbital tersebut akan meloncat dari
orbital-d yang berenergi lebih rendah
ke orbital-d yang berenergi lebih tinggi,
menghasilkan keadaam atom yang
tereksitasi.
3. Warnayang teramati=
warnakomplementerda
riwarna yang diserap

•Beberapa kompleks memberikan warna yang berbeda


karena:
–Warna dari cahaya yang diserap tergantung pada Δo
•Semakin besar harga Δo= cahaya yang memiliki energi
rendah akan diserap lambda lebih panjang
•Semakin kecil harga Δo= cahaya yang memiliki energi tinggi
akan diserap lambda lebih pende
Sifat magnetic dari ion kompleks
• Ion kompleks memiliki sifat magnetik.
Sifat magnetik ini disebabkan adanya
subkulit d yang tidak terisi penuh pada
ion pusatnya. Ion kompleks yang
memiliki elektron yang tidak
berpasangan pada diagram
pemisahannya bersifat paramagnetik
dan dapat ditarik oleh medan magnet.
Sedangkan ion kompleks yang memiliki
elektron berpasangan pada diagram
pemisahannya bersifat diamagnetik
dan dapat ditolak oleh medan magnet.
Kelemahan teori

1. Teori ini menganggap bahwa semua interaksi yang terjadi antara


ligan dengan atom pusat adalah murni elektrostatik, namun terdapat
beberapa keganjilan dalam menjelaskan fakta yang ada, misalnya:

• interaksiligannetralH2O vs liganan ion OH

• ligandenganµ besarH2O vs ligan dengan µ kecil NH3

2. Kestabilan kompleks dengan bilok satom pusat nol dan ligan netral
seperti [Ni(CO)4]

3. Kelemahan tersebut mengindikasikan bahwa interaksi kovalen


memiliki peran dalam menjelaskan beberapa fakta tersebut
Aplikasi Teori Medan Kristal

• Menjelaskan sifat magnet dan spektra warna senyawa


kompleks
• Menjelaskan pola energi kisi dari senyawa MX2(X = Cl, Br, I)
mulai dari Ca hingga Zn, dimana jari-jari logam makin kecil
shg diprediksi nilai energi kisi akan semakin meningkat
namun ternyata energi kisi pada Mn dan Zn lebih rendah
(nilai CFSE = 0)
• Menjelaskan kestabilan logam transisi dgn biloks tertentu,
misalnya Co3+yang relatif mudah direduksi menjadi
Co2+dalam air. Namun bila Co3+berikatan dgn ligan tertentu
dalam deret spektrokimia membentuk senyawa kompleks
maka nilai potensial reduksi (E0) Co3+/Co2+menjadi semakin
kecil / negatif dgn semakin meningkatnya nilai CFSE-nya.

Anda mungkin juga menyukai