Anda di halaman 1dari 16

BAHAN AJAR

SEBAGAI PRODUK AKHIR DARI TUGAS CRITICAL BOOKS REVIEW


MATERI

GAYA VAN DER WAALS

Disusun Oleh

Kelompok :
1. Floren Sihotang ( 4223210020 )
2. Mikael S. Depari ( 4223210011 )
3. Nur Fauziah ( 4223510015 )
4. Triyanti Natasia Situmorang ( 4223510002 )

Jurusan Kimia
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha
Esa,Tuhan semesta alam. Dengan rahmat dan karunia-Nyalah. Penulis masih
diberi kesempatan untuk membuat laporan Critical Book Report.Terima kasih
juga penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah ikatan kimia, yaitu Ibu
Dr. Iis Siti Jahro, M.Si yang telah memberikan banyak masukan sehingga penulis
mampu menyelesaikan Critical Book Report ini.
Dalam penluisan Makalah ini Penulis masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangannya baik isi maupun penyusunnya. Atas dasar itu
dengan sengan hati Penulis mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca
guna menyempurnakan makalah Critical Book Report ini.
Mudah-mudahan dengan selesainya makalah Critical Book Report ( CBR )
ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu Pengetahuan yang baik bagi Penulis
maupun bagi Pembaca.

Medan, 4 April 2023

( Mikael S. Depari )
NIM : 4223210011
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR……………..…………………………………………….ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….1

1.1 Identitas Buku………………………………………………………...1

1.2 Peta Konsep…………………………………………………………..2

BAB II GAYA VAN DER WAALS……………………………………………3

2.1 Definisi Gaya Van Der Waals………………………………………..3

2.1 Klasifikasi Gaya Van Der Waals……………………………………..4

2.3 Fakta Eksperimen Adanya Gaya Van Der Waals…………………….7

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Gaya Van Der Waals..10

2.5 Fakta Adanya Gaya Van Der Waals dalam Kehidupan Sehari-hari...12

BAB III RANGKUMAN………………………………………………………13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Identitas Buku

• BUKU 1
Judul Buku : Kimia
Penulis : Muhammad Fadli Rasyid
Penerbit : Direktorat Sekolah Menengah Atas
Tahun Terbit : 2020
Tempat Terbit : Indonesia
Jumlah Halaman : 26

• BUKU 2
Judul Buku : Ikatan Kimia
Penulis : Siti Jamilah
Penerbit : Chemo-Entrepreneurship
Tahun Terbit : 2018
Tempat Terbit : Yogyakarta
Jumlah Halaman : 116
• BUKU 3
Judul Buku : Kimia
Penulis : Erfan Priambodo., Nuryadi.,Sutiman
Penerbit : Departemen Pendidikan Nasional
Tahun Terbit : 2009
Tempat Terbit : Jakarta
Jumlah Halaman : 238
1.2 Peta Konsep

Buku 1

Buku 2

Buku 3
BAB II
GAYA VAN DER WAALS

2.1 Defenisi Gaya Van Der Waals

Gaya Van Der Waals merupakan salah satu jenis gaya tarik-menarik
diantara molekul.Gaya ini timbul dari gaya London dan gaya antar dipol-
dipol.Sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya Van Der Waals dapat terjadi pada
molekul nonpolar (Gaya London) maupun molekul polar (dipol-dopol) atau pada
molekul non polar dengan molekul polar (Gaya dipol-dipol terinduksi) .Pada saat
terjadinya gaya antaramolekul dimana molekul-molekul dapat berada dalam fasa
dipol sehingga seketika muatan pada molekul memiliki ujung-ujung yang
muatannya berlawanan ( bermuatan positif dan bermuatan negative). Ketika
dikumpulkan maka molekul akan mengatur untuk membentuk formasi atau
menarik electron dari atom lain sehingga sedemikian hingga ujung dari yang
bermuatan positif akan berdekatan dengan ujung yang bermuatan negative dari
molekul lain dengan formasi yang tidak akan pernah tetap, hal itu disebabkan
karena molekul akan selalu
bergerak dan bertumbukan (
tabrakan ) antarmolekul. Konsep
gaya tarik antarmolekul ini
digunakan untuk menurunkan persamaan-persamaannya tentang zat-zat yang
berada dalam fase gas (g). Hal ini disebabkan adanya tarik-menarik antar electron
atom dengan electron atom lain yang disebut gaya tarik-menarik elektrostatis (
gaya coulomb ), Umumnya terdapat pada senyawa yang bersifat polar misalnya
H2O(g).
Gaya Van Der Waals bekerja bila jarak antar molekul berdekatan, tetapi tidak
melibatkan terjadinya pembentukan ikatan antar atom. Misalnya sebagai contoh,
pada suhu -160°C molekul Cl2 akan mengkristal dalam lapisan tipis, dan gaya
yang bekerja untuk menahan lapisan- lapisan tersebut adalah gaya Van Der
Waals. Hal ini terjadi karena adanya momen dipol pada molekul- molekul Cl2,
yaitu momen muatan positif dan negative yang sementara terbentuk pada molekul
tersebut. Gaya Van Der Waals ini cukup lemah, tetapi pada kristal Cl2 yang padat
tersebut yang terbentuk pada suhu -160°C, gaya ini kuat untuk menahan lapisan-
lapisan molekul Cl2 pada stuktur kristal yang teratur dan padat. Selain dari pada
itu, suhu yang rendah juga dapat memperkuat gaya Van Der Waals, dikarenakan
molekul-molekul pada suhu tersebut memiliki energy kinetic yang rendah,
sehingga lebih mudah untuk saling berdekatan dan berinteraksi secara
elektrostatik. Karena kita ketahui bahwa Gaya Van Der Waals cukup lemah, maka
gaya tersebut mempunyai titik didih yang sangat rendah. Namun terjadinya
Polarisabilitasi berkaitan dengan massa molekul relative ( Mr ) dan bentuk
molekul membuat titik didihnya tinggi. Misalnya pada senyawa CH4. Dari segi
perbedaan keelektronegtifan unsur tersebut dimana Atom C (2.5) dengan H (2,1)
sangat rendah, dengan perbandingan 0,4.Namun jika bertambahnya Mr Ikatan
maka semakin kuat gaya tersebut dan titik didiknya lebih tinggi. Pada
perbandingan Butana ( C4H10 ), Propana ( C3H8 ), Etana ( C2H6 ) dan Metana
(CH4) dapat disimpulkan bahwa jika semakin besar Mr dari zat tersebut semakin
kuat gaya dan titik didiknya sehingga dapat diuurutkan dari data yang telah ada
bahwa gaya dan titik didik C4H10 > C3H8> C2H6>(CH4). Setelah itu pada bentuk
Molekul yang bentuknya panjang lebih akan mudah mengalami polarisasi
dibandingkan molekul yang kecil,kompak, dan simetris. Misalnya pada, senyawa
normal Butana CH3-CH2-CH2-CH3 mempunyai titik cair dan titik didih -0,5°C
yang lebih tinggi dibandingkan 2-metil propana,
CH3-CH-CH3
dengan suhu -11°C padahal kedua zat tersebut
CH3
mempunyai massa molekul relative yang sama besar.

2.2 Klasifikasi Gaya Van Der Waals

A. Gaya orientasi ( Gaya dipol- dipol )


Dari ketiga buku yang dikumpulkan bahwa dapat dituliskan Gaya
Orientasi terjadi pada molekul-molekul yang mempunyai dipol permanen atau
molekul polar. Antara aksi kutub positif dari satu molekul dengan kutub negative
dari molekul yang lain akan menimbulkan gaya tarik menarik yang relative
lemah.Gaya ini memberi sumbangan yang relative kecil terhadap gaya Van Der
Waals secara keseluruhan.
Kekuatan gaya orientasi ini akan semakin besar bila molekul-molekul tersebut
mengalami penataan dengan ujung positif suatu molekul mengarah ke ujung
negative dari molekul yang lain. Misalnya, pada molekul-molekul HCl.

δ+ H ɑ δ– δ+ H ɑ δ–
C C

B. Gaya Imbas / Gaya dipol-dipol terinduksi


Gaya imbas terjadi apabila terdapat molekul yang dipol permanen
berinteraksi dengan molekul dipol sesaat dengan dipol permanen. Adanya
molekul-molekul polar akan menyebabkanimbasan dari kutub molekul polar
kepada molekul nonpolar, sehingga elektron-elektron dari molekul nonpolar
tersebut mengumpul pada salah satu sisi molekul (terdorong atau tertarik), yang
menimbulkan terjadinya dipol sesaat pada molekul nonpolar tersebut.
Terjadinya dipol sesaat akan berakibat adanya gaya tarik-menarik
antardipol tersebut yang menghasilkan gaya imbas. Gaya imbas juga memberikan
andil yang kecil terhadap keseluruhan gaya Van der Waals.

δ+ H δ– δ+ H δ–
C C
O ɑ ɑ O
H
H
C

ɑ
ɑ

δ+ δ–

Jarak antar molekul yang berjauhan mengakibatkan molekul nonpolar (Cl2) belum
terjadi imbas, tetapi bila sudah dekat terjadi imbasan sedangkan molekul polar
(H2O) mempunyai dipol permanen.Akibat terimbas, molekul nonpolar (Cl2) akan
menjadi dipol permanen.
C. Interaksi ion-dipol terinduksi

Interaksi ion - dipol terinduksi merupakan interaksi antara aksi ion dengan dipol
terinduksi. Dipol terinduksi merupakan molekul netral yang menjadi dipol akibat
induksi partikel bermuatan yang berada didekatnya. Partikel penginduksi tersebut
dapat berupa ion atau dipol lain dimana kemampuan menginduksi ion lebih besar
daripada kemampuan menginduksi dipol karena muatan ion yang juga jauh lebih
besar. Interaksi ini relative lemah karenakepolaran molekul terinduksi relative
kecil dari pada dipol permanen.

Contoh : I- + I2 → I3

D. Interaksi dipol - dipol terinduksi

Suatu molekul polar yang berdekatan dengan molekul nonpolar, akan dapat
menginduksi molekul nonpolar. Akibatnya Molekul nonpolar memiliki dipol
terinduksi. Dipol dari molekul polar akan saling tarik-menarik dengan dipol
terinduksi dari molekul nonpolar.Contohnya terjadi pada interaksi antara HCl (
molekul polar) dengan Cl2 ( molekul nonpolar ).

E. Interaksi dipol terinduksi – dipol terinduksi.

Gaya London adalah gaya tarik menarik antarmolekul nonpolar yang leah akibat
terbentuknya dipol sesaat karena adanya aliran electron. Suatu getaran dalam
sebuah molekul mengimbas ( menginduksi ) suatu geseran electron-elektron suatu
molekul disebelahnya. Jadi urutannya molekul → polarisasi → gaya London.
Contoh : Br2, I2, dan H2.

Terjadinya dipol sesaat


e-
e-
+2 +2

e- e-

Atom Helium 1 Atom Helium 2

Salah satu contoh seperti setiap atom Helium mempunyai sepasang electron.
Pasangan electron tersebut dalam peredarannya berada pada bagian kiri bola atom,
maka bagian kiri atom tersebut menjadi lebih negative terhadap bagian kanan
yang lebih positif. Namun dikarenakan pasangan electron selalu beredar maka
dipol tidak tetap, selalu berpindah-pindah ( bersifat sesaat ). Polarisasi pada satu
molekul akan mempengaruhi molekul tetangganya. Antara dipol-dipol sesaat
tersebut terdapat suatu gaya tarik-menarik yang mempersatukan molekul-molekul
nonpolar dalam zat cat cair atau zat padat.

2.3 Fakta Eksperimen Adanya Gaya Van Der Waals

Beberapa fakta percobaan yang mendukung adanya gaya van der Waals adalah
sebagai berikut:

A. Eksperimen tekanan uap:

Van der Waals menunjukkan bahwa tekanan uap gas dapat dijelaskan dengan
mengasumsikan bahwa gaya bekerja di antara molekul. Gaya ini bertanggung
jawab atas molekul yang tidak keluar dari permukaan cairan, yang merupakan
dasar dari tekanan uap cairan.

Van Der Waals melakukan eksperimennya pada gas nyata seperti gas Hidrogen,
Oksigen, dan Helium. Dia memperoleh data tekanan uap gas-gas tersebut pada
berbagai suhu dan volume. Dari data yang ia peroleh, Van Der Waals kemudian
mengembangkan persamaan Van Der Waals, yang dapat digunakan untuk
memperediksi perilaku gas nyata di bawah kondisi tekanan dan suhu tertentu.
Persamaan Van Der Waals memiliki bentuk sebagai berikut :

𝑛
(𝑃 + 𝑎( )2 (𝑉 − 𝑛𝑏) = 𝑛𝑅𝑇
𝑉

dimana :

P : Tekanan gas

V : Volume gas

n : Jumlah mol gas

T : Suhu gas dalam satuan Kelvin

R : Konstanta gas

a dan b adalah konstanta Van Der Waals tergantung sifat intermolekul gas
tersebut.

B. Percobaan volume gas:

Van der Waals menemukan bahwa volume gas sebenarnya lebih kecil dari volume
yang diharapkan oleh hukum gas ideal. Dia menyimpulkan bahwa ini disebabkan
oleh gaya antarmolekul yang menyebabkan molekul menarik dan mengurangi
ruang kosong di antara mereka.

C. Pemeriksaan titik kritis:

Van der Waals menyimpulkan bahwa terdapat titik kritis pada diagram P-V-T
yang menunjukkan batas antara fasa gas dan cair. Fakta ini dapat dijelaskan oleh
gaya van der Waals, yang menyebabkan molekul saling tarik-menarik di atas suhu
dan tekanan tertentu.

Selain fakta percobaan yang telah disebutkan tadi, ada beberapa hal lain yang
mendukung adanya gaya van der Waals, antara lain:

D. Uji difraksi sinar-X:

Pada awal abad ke-20, percobaan difraksi sinar-X oleh Kristian Birkeland dan
Charles Galton Darwin menunjukkan bahwa atom dan molekul tidak hanya terdiri
dari bagian-bagian individual yang terpisah, tetapi juga memiliki bentuk dan
struktur yang kompleks. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara atom dan
molekul dalam suatu materi yang dipengaruhi oleh gaya van der Waals sebagai
salah satu faktor terpenting.

E. Tes spektroskopi:

Eksperimen spektroskopi juga mendukung keberadaan gaya van der Waals.


Dalam percobaan ini, cahaya yang dipancarkan atau diserap oleh molekul
dipelajari untuk menentukan sifat-sifat molekul tersebut. Eksperimen ini
menunjukkan bahwa interaksi antar molekul suatu zat dapat dijelaskan dengan
adanya gaya van der Waals. Hasil empiris

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Gaya Van Der Waals

Ada Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan Gaya Van Der Waals
misalnya:

A. Ukuran molekul:

Gaya Van der Waals dihasilkan dari interaksi antara muatan positif dan negatif
pada molekul. Semakin besar molekul, semakin banyak elektron yang terdapat
dalam molekul tersebut, sehingga interaksi antar elektron dalam molekul semakin
meningkat.Pada deretan molekul gas halogen ( F2, Cl2, Br2 dan I2 ) ukuran
,olekulnya bertambah besar, sebab jaru – jari atom F < C l< Br < I, Akibatnya
dalam hal ini, elektron molekul besar dapat berpartisipasi dalam lebih banyak
interaksi, yang dapat meningkatkan kekuatan gaya van der Waals.
B. Bentuk molekul:

Bentuk molekul memainkan peran penting dalam menentukan kekuatan gaya van
der Waals. Molekul simetris memiliki distribusi muatan yang sama di sekitar
nukleus, sehingga interaksi antar molekul lebih lemah. Di sisi lain, molekul
asimetris memiliki distribusi muatan yang tidak merata dan dapat menyebabkan
interaksi antar molekul yang lebih kuat.

C. Kepadatan molekul:

Kepadatan molekul juga mempengaruhi kekuatan gaya van der Waals. Ketika
molekul lebih padat, molekul cenderung lebih dekat satu sama lain, sehingga
interaksi antar molekul lebih besar. Oleh karena itu, molekul dalam fase padat
memiliki gaya van der Waals yang lebih tinggi daripada molekul dalam fase gas.

D. Sifat kimia molekuler:

Sifat kimia molekul juga dapat mempengaruhi kekuatan gaya van der Waals.
Molekul polar umumnya memiliki gaya van der Waals yang lebih kuat daripada
molekul nonpolar. Hal ini disebabkan perbedaan muatan positif dan negatif antara
molekul polar, yang dapat menyebabkan interaksi yang lebih kuat antar molekul.

E. Suhu:

Temperatur juga dapat mempengaruhi kekuatan gaya van der Waals. Semakin
tinggi suhu, semakin tinggi energi kinetik molekul, sehingga lebih mudah untuk
memisahkan molekul. Oleh karena itu, kekuatan gaya van der Waals cenderung
menurun dengan naiknya temperatur.
2.5 Fakta Adanya Gaya Van Der Waals dalam Kehidupan Sehari-hari

A. Lem :

Gaya Van der Waals digunakan dalam perekat. Saat lem menempel ke
permukaan, molekul lem dan permukaan berinteraksi satu sama lain melalui gaya
van der Waals, yang memungkinkan lem menempel dengan kuat ke permukaan.

B. Penguapan:

Gaya Van der Waals memainkan peran penting dalam penguapan. Ketika molekul
air bergerak cukup cepat, mereka dapat mengatasi gaya van der Waals yang
bekerja di antara mereka dan menjadi gas.

C. Keseimbangan uap:

Kesetimbangan uap terjadi ketika molekul cairan dan uap berinteraksi satu sama
lain melalui gaya van der Waals. Itu terjadi pada suhu dan tekanan tertentu ketika
jumlah molekul dalam fase cair sama dengan jumlah molekul dalam fase uap.

D. Molekul besar:

Molekul besar seperti protein dan DNA juga bergantung pada gaya van der Waals
untuk mempertahankan bentuk dan strukturnya. Gaya ini membantu molekul tetap
berdekatan dan terorganisir dengan baik.

E. Aksi kapiler:

Efek kapiler terjadi ketika permukaan cairan menarik satu sama lain dengan
bantuan gaya van der Waals. Contoh dari efek ini adalah aksi kapiler di dalam
tanah, dimana air di dalam tanah ditarik ke permukaan oleh gaya van der Waals
pada dinding kecil tanah.
BAB III

RANGKUMAN

Gaya Van Der Waals merupakan salah satu jenis gaya tarik-menarik diantara
molekul.Gaya ini timbul dari gaya London dan gaya antar dipol-dipol.Sehingga
dapat disimpulkan bahwa gaya Van Der Waals dapat terjadi pada molekul
nonpolar (Gaya London) maupun molekul polar (dipol-dopol) atau pada molekul
non polar dengan molekul polar (Gaya dipol-dipol terinduksi) .Pada saat
terjadinya gaya antaramolekul dimana molekul-molekul dapat berada dalam fasa
dipol sehingga seketika muatan pada molekul memiliki ujung-ujung yang
muatannya berlawanan ( bermuatan positif dan bermuatan negative).

Ada Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan Gaya Van Der Waals
misalnya:

1. Ukuran molekul

2. Bentuk molekul

3. Kepadatan molekul

4. Sifat kimia molekuler

5. Suhu

Van Der Waals melakukan eksperimennya pada gas nyata seperti gas Hidrogen,
Oksigen, dan Helium. Dia memperoleh data tekanan uap gas-gas tersebut pada
berbagai suhu dan volume. Dari data yang ia peroleh, Van Der Waals kemudian
mengembangkan persamaan Van Der Waals, yang dapat digunakan untuk
memperediksi perilaku gas nyata di bawah kondisi tekanan dan suhu tertentu.
Persamaan Van Der Waals memiliki bentuk sebagai berikut :

𝑛
(𝑃 + 𝑎( )2 (𝑉 − 𝑛𝑏) = 𝑛𝑅𝑇
𝑉
DAFTAR PUSTAKA

Jamilah,Siti.(2018).Ikatan Kimia.Yogyakarta : Chemo-Entrepreneurship.

Priambodo,E.,Nuryadi.,Sutiman.(2009).Kimia.Jakarta : Departemen Pendidikan


Nasional.

Rasyid,Muhammad,F.(2020).Kimia.Indonesia : Direktorat Sekolah Menengah


Atas.

Anda mungkin juga menyukai