Dosen Pengampu:
1. Meyga Evi Ferama Sari, S.Si., M.Si
2. Dr. Adilah Aliyatulmuna, S.T., M.T
Disusun Oleh:
Kelompok 10 Offering H
1. Chantiquenya Putri Etia (210332626512)*
2. Faricha Nanta Fairuz Zahiroh (210332626467)*
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2023
A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan berat molekul zat non elektrolit
melalui penurunan titik beku larutan dan menentukan persentase kesalahan penentuan
berat molekul zat non elektrolit melalui penurunan titik beku larutan.
B. DASAR TEORI
Penurunan titik beku larutan sebanding dengan jumlah partikel zat terlarut
dalam sejumlah tertentu pelarut. Oleh karena itu, jumlah molekul atau ion terlarut
dalam sejumlah yang sama pelarut akan menghasilkan penurunan titik beku dengan
nilai yang sama pula. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa penurunan titik beku
yang disebabkan oleh satu mol zat non elektrolit adalah sama. Penurunan titik beku
yang diakibatkan oleh satu mol partikel zat terlarut dalam satu kilogram pelarut disebut
penurunan titik beku molal, yang digunakan sebagai tetapan untuk penentuan berat
molekul zat terlarut. Apabila gram zat terlarut mempunyai berat molekul, terlarut dalam
p gram pelarut. Menghasilkan penurunan titik beku sebagai ∆Tf dan tetapan titik beku
molal Kf. Maka berat molekul zat terlarut tersebut dapat dihitung dengan persamaan :
𝑔 𝑥 1000 𝑥 𝐾𝑓
𝑀 = 𝑝 𝑥 ∆𝑇𝑓
Susunan peralatan untuk pengukuran penurunan beku dapat dilihat pada Gambar
1. peralatan terdiri dari bejana gelas pendingin berfungsi sebagai bejana bagian luar dan
ada batang logam agitasi dan nampan logam yang berfungsi sebagai tempat bejana
pendingin. Terdapat bejana bagian tengah yang letaknya di tengah yang berfungsi
sebagai penyekat agar pendinginan terjadi secara tidak langsung terhadap bejana bagian
dalam yang berisi spesimen. Terdapat juga batang agitator bejana bagian dalam yang
berupa kaca yang ditempatkan dalam bejana bagian dalam. Komponen lain adalah
termometer yang terletak pada bejana bagian luar sebagai perangkat tambahan, pipet
pelarut dan sifon (alat untuk menyesuaikan ketinggian cairan pendingin). (Tim Fisika,
2020)
Gambar 1
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik beku
larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut. Titik beku pelarut
murni seperti yang kita tahu adalah 0oC. dengan adanya zat terlarut misalnya saja gula
yang ditambahkan ke dalam air maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0oC
melainkan akan menjadi lebih rendah di bawah 0oC itulah penyebab terjadinya
penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain cairan
tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah (nilai titik beku
akan berkurang) (Taufik, 2012)
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak
antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik
antarmolekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan
mengakibatkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk
dapat lebih mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Jadi
titik beku larutan akan lebih rendah daripada titik beku pelarut murninya. Perbedaan
titik beku akibat adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku (∆Tf )
(Chang, 2003)
-Gelas arloji
Bahan:
D. LANGKAH KERJA
1. Pengukuran Titik Beku Pelarut
Pelarut
Hasil
Sampel
Hasil
E. DATA PENGAMATAN
0 6
30 5,55
60 5,08
90 4,62
120 4,3
150 3,87
180 3,72
210 3,5
240 3,33
270 3,17
300 3,06
330 2,94
360 2,95
390 2,85
420 2,74
450 2,71
480 2,71
510 2,67
540 2,66
570 2,66
600 2,68
630 2,65
660 2,65
Tabel 2. Hubungan antara suhu dan waktu pendinginan larutan
0 6
30 5,6
60 5,37
90 5
120 4,66
150 4,45
180 4,23
210 4,06
240 3,85
270 3,76
300 3,62
330 3,45
360 3,26
390 3,1
420 2,95
450 2,81
480 2,7
510 2,58
540 2,51
570 2,45
600 2,30
630 2,32
660 2,27
690 2,23
720 2,21
750 2,22
780 2,15
810 2,14
840 2,12
F. PERHITUNGAN
1. Penurunan Titik Beku Larutan
Diketahui:
Ditanya : ∆Tf?
Jawab :
∆Tf = 0,53°C
Diketahui:
Jawab :
∆Tf = Kf × M
𝑚 𝑢𝑟𝑒𝑎 1000
∆Tf = Kf × 𝐵𝑀 𝑢𝑟𝑒𝑎
× 𝑚 𝑎𝑖𝑟
𝑚 𝑢𝑟𝑒𝑎 1000
BM urea = Kf × ∆𝑇𝑓
× 𝑚 𝑎𝑖𝑟
1 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
BM urea = 1,86°C g/mol × 0,53°𝐶
× 30 𝑔𝑟𝑎𝑚
3. Persen Kesalahan
Diketahui:
Jawab :
60 − 116,981 |
% kesalahan = || 60 | × 100 %
% kesalahan = 94,97 %
Selanjutnya, dimasukkan pelarut air ke dalam tabung reaksi dan tabung reaksi
diletakkan di tengah-tengah bejana yang telah diisi es sebelumnya. Setelah itu,
dimasukkan termometer beckmann dan batang agitator ke dalam tabung reaksi.
Pengukuran menggunakan termometer beckmann harus diperhatikan, pengukuran suhu
dapat dilakukan apabila temperatur telah stabil, dan pada saat pengukuran termometer
tidak boleh miring karena dapat membuat air raksa tidak stabil dan perhitungan menjadi
tidak akurat. Selanjutnya, diaduk dengan batang agitator secara perlahan sambil diukur
suhunya. Pengambilan data suhu dilakukan setiap 30 detik sekali hingga didapat suhu
konstan. Pada percobaan ini didapatkan hasil suhu mulai konstan pada detik ke 630 atau
menit ke 10 lebih 30 detik dengan suhu akhir 2,65oC. Sehingga dapat dibuat grafik
hubungan waktu dan suhu sebagai berikut:
Percobaan kedua yaitu pengukuran titik beku larutan, dimana langkah awal dari
percobaan ini yaitu menimbang massa sampel yaitu urea, dan didapatkan massa urea
sebesar 1 gram. Untuk langkah-langkah yang dilakukan hampir sama dengan percobaan
awal. Sebelum dilakukan pengukuran suhu, sampel harus sudah larut dalam pelarut dan
dipastikan tidak ada sisa-sisa yang dapat menempel pada termometer maupun batang
pengaduk. Selanjutnya, setelah diletakkan tabung reaksi di tengah-tengah bejana berisi
es, dimulai pengukuran menggunakan termometer beckmann dan sambil diaduk
menggunakan batang agitator. Sama seperti percobaan sebelumnya, pengukuran suhu
dan pengambilan data diambil setiap 30 detik sekali hingga didapati suhu konstan. Dari
hasil percobaan, didapati suhu mulai konstan pada detik ke 840 atau menit ke 14 lebih
30 detik dengan suhu sebesar 2,12oC. Dari percobaan ini dapat dibuat grafik hubungan
suhu dan waktu sebagai berikut:
Dari percobaan ini dapat ditentukan ∆Tf yaitu titik beku pelarut - titik beku
larutan sebesar 0,53oC. Dan dapat ditentukan berat molekul dari urea percobaan sebesar
116,981 g/mol, dan ketika dibandingkan dengan berat molekul urea teori dapat dihitung
persen kesalahan sebesar 94,97%.
H. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa penurunan titik
beku (∆Tf) dimana harga ∆Tf berdasarkan percobaan yaitu 0,53oC. kemudian dapat
dihitung berat molekul zat non elektrolit urea melalui penurunan titik beku larutan
diperoleh sebesar 116,981 g/mol, dengan membandingkan berat molekul urea
percobaan dengan teoritis maka % kesalahan sebesar 94,97%.
I. TUGAS
1. Buatlah kurva pendinginan pelarut yang menunjukkan hubungan antara suhu
dan waktu.
Diketahui:
Ditanya : ∆Tf?
Jawab :
∆Tf = Titik beku pelarut - titik beku larutan
∆Tf = 0,53°C
Diketahui:
Jawab :
∆Tf = Kf × M
𝑚 𝑢𝑟𝑒𝑎 1000
∆Tf = Kf × 𝐵𝑀 𝑢𝑟𝑒𝑎
× 𝑚 𝑎𝑖𝑟
𝑚 𝑢𝑟𝑒𝑎 1000
BM urea = Kf × ∆𝑇𝑓
× 𝑚 𝑎𝑖𝑟
1 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
BM urea = 1,86°C g/mol × 0,53°𝐶
× 30 𝑔𝑟𝑎𝑚
J. DAFTAR PUSTAKA
Taufik, M. 2012. Buku Tabel Ilmu Fisika dan Kimia. Bandung: Binacipta
Tim Kimia Fisika. 2020. Petunjuk Praktikum Pengukuran Sifat Kimia Fisika Bahan.
FMIPA: Universitas Negeri Malang
LAMPIRAN
Padatan zat non elektrolit urea Penimbangan urea dan didapati massa
berwarna putih sebesar 1,0009 gr