Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN SIFAT

KIMIA FISIKA BAHAN


"KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU"

Dosen Pengampu:
1. Meyga Evi Ferama Sari, S.Si., M.Si
2. Dr. Adilah Aliyatulmuna, S.T., M.T

Disusun Oleh:
Kelompok 10 Offering H
1. Chantiquenya Putri Etia (210332626512)*
2. Faricha Nanta Fairuz Zahiroh (210332626467)*

Tanggal Praktikum: 27 Februari 2023

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2023
A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah dapat menentukan kelarutan zat pada berbagai
suhu dan menentukan kalor pelarutan differensial.

B. DASAR TEORI

Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai
membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat adalah dengan
mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian memperkirakan
jumlah zat yang dapat membentuk larutan lewat jenuh, yang ditandai dengan masih
terdapatnya zat padat yang tidak larut. Setelah dikocok ataupun diaduk akan terjadi
kesetimbangan antara zat yang larut dengan zat yang tidak larut (Atkins, 1994).

Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut, adalah
banyaknya suatu zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi
tertentu.Biasanya dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi, bila batas kelarutan tercapai,
maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut
ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh, bila zat yang dilarutkan dikurangi, akan
terjadi larutan yang belum jenuh. Dan kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan
(Sukardjo, 1997)

Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang
dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau larutan yang
partikel-partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi. Larutan sangat jenuh,
yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk
larutan jenuh atau dengan kata lain larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut
sehingga terjadi endapan dalam larutan. Suatu larutan jenuh merupakan kesetimbangan
dinamis. Kesetimbangan tersebut akan bergeser bila suhu dinaikan. Pada umumnya
kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikan (Syukri, 1999)

Di dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara molekul zat yang dapat
larut dan yang tidak dapat larut. Kesetimbangan tersebut dapat dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut:

A(s) →A(aq)
Keterangan: A(s) = Molekul zat yang tidak dapat larut
A(aq) = Molekul zat yang dapat larut
Tetapan kesetimbangannya yaitu:
𝑎𝑧 𝑎𝑧
𝐾 = * = 1
γ𝑧𝑚𝑧……………………………………………….….Persamaan 1
𝑎𝑧

Keterangan:
𝑎𝑧 = Aktivitas zat yang dapat larut
*
𝑎𝑧 = Aktivitas zat yang tidak dapat larut

γ = Koefisien keaktifan zat yang dapat larut


𝑚𝑧 = Konsentrasi zat yang dapat larut

Hubungan antara tetapan kesetimbangan kelarutan dengan suhu adalah sebagai berikut:
Faktor Van’t Hoff
∂ 1𝑛𝑘 ∆𝐻॰
⎡ ⎤ₚ= ………….….………………………………………...…..Persamaan 2
⎣ ∂𝑇 ⎦ 𝑅𝑇²

Keterangan: ∆H॰ = Perubahan entalpi proses


R = Tetapan gas ideal
Substitusi dari persamaan 1 dan 2:
∂𝑙𝑛γ𝑧𝑚𝑧 ∆𝐻𝐷𝑆
⎡ ⎤ₚ = ………….………………………………………….Persamaan 3
⎢ ∂𝑇 ⎥ 𝑅𝑇²
⎣ ⎦
Keterangan: ∆𝐻𝐷𝑆 = Kalor pelarutan diferensial pada konsentrasi jenuh

Persamaan 3 diuraikan:
∂𝑙𝑛γ𝑧𝑚𝑧 ∂𝑙𝑛𝑚𝑧 ∆𝐻𝐷𝑆
∂𝑙𝑛𝑚𝑧 ∂𝑇
= 𝑅𝑇²

∂𝑙𝑛γ𝑧 ∆𝐻𝐷𝑆
∂𝑙𝑛𝑚𝑧
+1 = 𝑅𝑇²
…………………………………………..…...…….Persamaan 4

∂ 𝑙𝑛 γ𝑧
Dalam hal ini dapat diabaikan sehingga:
∂ 𝑙𝑛 𝑚𝑧

𝑑 𝑙𝑛 𝑚𝑧 ∆𝐻𝐷𝑆
𝑑𝑇
+ 1= 𝑅𝑇²
……………………………………………...….…Persamaan 5

● Dengan demikian ∆𝐻𝐷𝑆 dapat ditentukan dari arah garis singgung pada kurva log

terhadap 1/T.
Integrasi persamaan 5 antara T1 dan T2 memberikan persamaan:
𝑚𝑧(𝑇2) ∆𝐻𝐷𝑆 𝑇2−𝑇1
𝑙𝑜𝑔 𝑚𝑧(𝑇1)
= 2,3𝑅
( 𝑇2.𝑇1
)………………………………………....Persamaan 6
Apabila grafik ∆𝐻𝐷𝑆 tidak bergantung pada suhu, maka grafik log 𝑚𝑧 terhadap 1/T akan

linier (Tim Kimia Fisika, 2020)

C. ALAT DAN BAHAN


Alat

-Tabung reaksi besar -Gelas Kimia

-Batang pengaduk -Termometer

-Erlenmeyer -Labu ukur

-Buret -Kaca arloji

-Pipet gondok

Bahan:

-Aquades -Es

-Asam oksalat -NaOH

-Indikator fenolfltalein

D. LANGKAH KERJA
1. Pembuatan Larutan Jenuh

Air

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi hingga ± ⅓ tabung


- Dipanaskan hingga 60°C
- Dilarutkan zat sampai larutan menjadi jenuh

Hasil
Larutan jenuh pada tabung A

- Dimasukkan ke dalam tabung selubung B yang lebih besar


- Dimasukkan tabung selubung B ke dalam gelas piala berisi air pada suhu
kamar
- Dilengkapi tabung A dengan batang pengaduk C dan indikator D
- Diaduk terus menerus larutan pada tabung A
- Dipipet 10 mL larutan jika suhu menurun sampai 40°C
- Diencerkan hingga 100 mL dalam labu ukur 100 mL
- Dilakukan pengambilan serupa pada 30°C, 20°C, dan 10°C
- Dititrasi larutan dengan NaOH dan indikator PP

Hasil

E. DATA PENGAMATAN

Suhu Volume Volume NaOH 1 M yang digunakan


H2C2O4 (mL)
(mL)
(°C) (K) V1 V2 V rata-rata

60°C 333 K 10 4,7 4,8 4,75

40°C 313 K 10 3,6 3,6 3,6

30°C 303 K 10 2,5 2,6 2,55

20°C 293 K 10 2,1 2,1 2,1

10°C 283 K 10 2,1 2 2,05

F. PERHITUNGAN

Dari hasil data yang dari praktikum ini dapat dilakukan perhitungan untuk menentukan
kelarutan tiap temperatur:

● Pada Temperatur 60°C (333 K)

Diketahui: M NaOH =1M=1N


Vrata-rata NaOH = 4,75 mL
V H2C2O4 = 10 mL
2NaOH (aq) + H2C2O4 (aq) → Na2C2O4 (aq) + H2O (l)
❖ Konsentrasi H2C2O4 setelah pengenceran
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 × 𝑉𝐻 𝐶 𝑂 = N NaOH × V NaOH
2 2 4 2 2 4

𝑁𝐻 𝐶 𝑂 × 10 mL = 1 N × 4,75 mL
2 2 4

1 𝑁 × 4,75 𝑚𝐿
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 = 10 𝑚𝐿
= 0,475 N
2 2 4

𝑁
𝑀𝐻 𝐶 𝑂 = 2
2 2 4

0,475 𝑁
= 2

= 0,2375 M
❖ Konsentrasi H2C2O4 sebelum pengenceran
M1 × V 1 = M2 × V2
M1 × 10 mL = 0,2375 M × 100 mL
0,2375 𝑀 × 100 𝑚𝐿
M1 = 10 𝑚𝐿

= 2,375 M

● Pada Temperatur 40°C (313 K)

Diketahui: M NaOH =1M=1N


Vrata-rata NaOH = 3,6 mL
V H2C2O4 = 10 mL
2NaOH (aq) + H2C2O4 (aq) → Na2C2O4 (aq) + H2O (l)
❖ Konsentrasi H2C2O4 setelah pengenceran
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 × 𝑉𝐻 𝐶 𝑂 = N NaOH × V NaOH
2 2 4 2 2 4

𝑁𝐻 𝐶 𝑂 × 10 mL = 1 N × 3,6 mL
2 2 4

1 𝑁 × 4,75 𝑚𝐿
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 = 10 𝑚𝐿
= 0,36 N
2 2 4
𝑁
𝑀𝐻 𝐶 𝑂 = 2
2 2 4

0,36 𝑁
= 2

= 0,18 M
❖ Konsentrasi H2C2O4 sebelum pengenceran
M1 × V 1 = M2 × V2
M1 × 10 mL = 0,18 M × 100 mL
0,18 𝑀 × 100 𝑚𝐿
M1 = 10 𝑚𝐿

= 1,8 M

● Pada Temperatur 30°C (303 K)

Diketahui: M NaOH =1M=1N


Vrata-rata NaOH = 2,55 mL
V H2C2O4 = 10 mL
2NaOH (aq) + H2C2O4 (aq) → Na2C2O4 (aq) + H2O (l)
❖ Konsentrasi H2C2O4 setelah pengenceran
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 × 𝑉𝐻 𝐶 𝑂 = N NaOH × V NaOH
2 2 4 2 2 4

𝑁𝐻 𝐶 𝑂 × 10 mL = 1 N × 2,55 mL
2 2 4

1 𝑁 × 2,55 𝑚𝐿
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 = 10 𝑚𝐿
= 0,255 N
2 2 4

𝑁
𝑀𝐻 𝐶 𝑂 = 2
2 2 4

0,255 𝑁
= 2

= 0,1275 M
❖ Konsentrasi H2C2O4 sebelum pengenceran
M1 × V 1 = M2 × V2
M1 × 10 mL = 0,1275 M × 100 mL
0,1275 𝑀 × 100 𝑚𝐿
M1 = 10 𝑚𝐿

= 1,275 M
● Pada Temperatur 20°C (293 K)

Diketahui: M NaOH =1M=1N


Vrata-rata NaOH = 2,1 mL
V H2C2O4 = 10 mL
2NaOH (aq) + H2C2O4 (aq) → Na2C2O4 (aq) + H2O (l)
❖ Konsentrasi H2C2O4 setelah pengenceran
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 × 𝑉𝐻 𝐶 𝑂 = N NaOH × V NaOH
2 2 4 2 2 4

𝑁𝐻 𝐶 𝑂 × 10 mL = 1 N × 2,1 mL
2 2 4

1 𝑁 × 2,1 𝑚𝐿
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 = 10 𝑚𝐿
= 0,21 N
2 2 4

𝑁
𝑀𝐻 𝐶 𝑂 = 2
2 2 4

0,21 𝑁
= 2

= 0,105 M
❖ Konsentrasi H2C2O4 sebelum pengenceran
M1 × V 1 = M2 × V2
M1 × 10 mL = 0,105 M × 100 mL
0,105 𝑀 × 100 𝑚𝐿
M1 = 10 𝑚𝐿

= 1,05 M

● Pada Temperatur 10°C (283 K)

Diketahui: M NaOH =1M=1N


Vrata-rata NaOH = 2,05 mL
V H2C2O4 = 10 mL
2NaOH (aq) + H2C2O4 (aq) → Na2C2O4 (aq) + H2O (l)
❖ Konsentrasi H2C2O4 setelah pengenceran
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 × 𝑉𝐻 𝐶 𝑂 = N NaOH × V NaOH
2 2 4 2 2 4

𝑁𝐻 𝐶 𝑂 × 10 mL = 1 N × 2,05 mL
2 2 4

1 𝑁 × 2,05 𝑚𝐿
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 = 10 𝑚𝐿
= 0,205 N
2 2 4

𝑁
𝑀𝐻 𝐶 𝑂 = 2
2 2 4

0,205 𝑁
= 2

= 0,1025 M
❖ Konsentrasi H2C2O4 sebelum pengenceran
M1 × V 1 = M2 × V2
M1 × 10 mL = 0,1025 M × 100 mL
0,1025 𝑀 × 100 𝑚𝐿
M1 = 10 𝑚𝐿

= 1,025 M

● Tabel log M dan 1/T setelah pengenceran

Suhu (K) Konsentrasi log M -log M 1/T


H2C2O4 (M)

333 0,2375 -0,6243 0,6243 0,00300

313 0,18 -0,7447 0,7447 0,00319

303 0,1275 -0,8945 0,8945 0,00330

293 0,105 -0,9788 0,9788 0,00341

283 0,1025 -0,9893 0,9893 0,00353

Dari tabel tersebut dapat digambarkan grafik -log konsentrasi H2C2O4 terhadap
suhu setelah pengenceran sebagai berikut:
● Tabel log M dan 1/T sebelum pengenceran

Suhu (K) Konsentrasi log M -log M 1/T


H2C2O4 (M)

333 2,375 0,3757 -0,3757 0,00300

313 1,8 0,2553 -0,2553 0,00319

303 1,275 0,1055 -0,1055 0,00330

293 1,05 0,0212 -0,0212 0,00341

283 1,025 0,0107 -0,0107 0,00353


Dari tabel tersebut dapat digambarkan grafik -log konsentrasi H2C2O4 terhadap
suhu sebelum pengenceran sebagai berikut:
Berdasarkan grafik yang telah diperoleh, maka dapat dihitung kalor pelarutan
diferensialnya yaitu sebagai berikut:
y = ax + b
= 753,9x - 1,631

● Kalor Kelarutan Differensial


∆𝐻𝐷𝑆
log mz = - 2,303 𝑅

∆𝐻𝐷𝑆
- log mz = 2,303 𝑅

∆𝐻𝐷𝑆 1
- log mz = 2,303 𝑅
× 𝑇
+C

∆𝐻𝐷𝑆 = a × 2,303 × R

= 753,9 × 2,303 × 8,314 J/K.mol


= 14.435,03J/mol
= 14,435 kJ/mol

● Kalor Kelarutan Differensial Setiap Perubahan Suhu:


a. Pada saat T1 = 333 K dan T2 = 313 K
𝑚𝑧 (𝑇2) ∆𝐻𝐷𝑆 𝑇2− 𝑇1
log 𝑚𝑧 (𝑇1)
= 2,303 𝑅
× 𝑇2× 𝑇1

1,8 ∆𝐻𝐷𝑆 313 𝐾 − 333 𝐾


log 2,375
= 2,303 × 8,314 𝐽/𝐾.𝑚𝑜𝑙
× 313 𝐾 × 333 𝐾

∆𝐻𝐷𝑆 −20
log 0,758 = 2,303× 8,314 𝐽/𝐾.𝑚𝑜𝑙
× 104.229 𝐾

∆𝐻𝐷𝑆 = 12.007,13 J/mol

b. Pada saat T1 = 313 K dan T2 = 303 K


𝑚𝑧 (𝑇2) ∆𝐻𝐷𝑆 𝑇2− 𝑇1
log 𝑚𝑧 (𝑇1)
= 2,303 𝑅
× 𝑇2× 𝑇1

1,275 ∆𝐻𝐷𝑆 303 𝐾 − 313 𝐾


log 1,8
= 2,303 × 8,314 𝐽/𝐾.𝑚𝑜𝑙
× 303 𝐾 × 313 𝐾

∆𝐻𝐷𝑆 −10
log 0,708 = 2,303× 8,314 𝐽/𝐾.𝑚𝑜𝑙
× 94.839 𝐾
∆𝐻𝐷𝑆 = 27.232,39 J/mol

c. Pada saat T1 = 303 K dan T2 = 293 K


𝑚𝑧 (𝑇2) ∆𝐻𝐷𝑆 𝑇2− 𝑇1
log 𝑚𝑧 (𝑇1)
= 2,303 𝑅
× 𝑇2× 𝑇1

1,05 ∆𝐻𝐷𝑆 293 𝐾 − 303 𝐾


log 1,275
= 2,303 × 8,314 𝐽/𝐾.𝑚𝑜𝑙
× 293 𝐾 × 303 𝐾

∆𝐻𝐷𝑆 −10
log 0,824 = 2,303× 8,314 𝐽/𝐾.𝑚𝑜𝑙
× 88.779 𝐾

∆𝐻𝐷𝑆 = 14.291,23 J/mol

d. Pada saat T1 = 293 K dan T2 = 283 K


𝑚𝑧 (𝑇2) ∆𝐻𝐷𝑆 𝑇2− 𝑇1
log 𝑚𝑧 (𝑇1)
= 2,303 𝑅
× 𝑇2× 𝑇1

1,025 ∆𝐻𝐷𝑆 283 𝐾 − 293 𝐾


log 1,05
= 2,303 × 8,314 𝐽/𝐾.𝑚𝑜𝑙
× 283 𝐾 × 293 𝐾

∆𝐻𝐷𝑆 −10
log 0,976 = 2,303× 8,314 𝐽/𝐾.𝑚𝑜𝑙
× 82.919 𝐾

∆𝐻𝐷𝑆 = 1.675,01 J/mol

G. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan agar praktikan dapat menentukan kelarutan zat pada
berbagai suhu dan menentukan kalor pelarutan diferensial.Percobaan ini dilakukan
dengan memanaskan asam oksalat sampai suhu 60oC atau 333K. pemanasan ini
dilakukan dengan cara memasukkan asam oksalat yang berada di tabung reaksi ke
dalam gelas kimia yang berisi air, pemanasan dilakukan dengan pengadukan dan
pemasangan thermometer. pemanasan ini dilakukan agar asam oksalat tetap dalam
kondisi jenuh. pemanasan dilakukan sampai suhu 60oC karena pada suhu tersebut asam
oksalat dalam larut dengan sempurna, jika pemanasan dilakukan dibawah suhu 60oC
maka asam oksalat akan mengendap dan apabila lebih dari 60oC maka asam oksalat
akan menguap. Setelah asam oksalat dipanaskan sampai suhu 60oC, kemudian diambil
sebanyak 10 ml menggunakan pipet volume dan diencerkan dengan aquades dalam labu
ukur 100 ml. hasil dari pengenceran tersebut kemudian diambil sebanyak 10 ml
sebanyak 2x untuk 2 Erlenmeyer berbeda yang kemudian ditambahkan 2 tetes indikator
fenolftalein dan terakhir dititrasi menggunakan NaOH 1N. Tujuan dari titrasi ini untuk
mengetahui volume asam oksalat yang dapat larut dalam suhu tertentu, sebelum titrasi
ditambahkan fenolftalein untuk mengetahui titik akhir dari titrasi yang ditandai adanya
perubahan warna pada larutan menjadi merah muda. Percobaan ini diulangi terus untuk
suhu 40oC, 30oC, 20oC, dan 10oC. Penurunan suhu ini dilakukan dengan memasukkan
larutan asam oksalat ke dalam penangas es, dimana dapat dilihat jika suhu semakin
turun maka larutan asam oksalat akan semakin memiliki banyak endapan berwarna
putih.

Pada titrasi saat suhu 60oC jumlah volume larutan NaOH yang digunakan
sebanyak 4,75ml, untuk suhu 40oC digunakan larutan NaOH sebanyak 3,6 ml, untuk
suhu 30oC sebanyak 2,55 ml, untuk suhu 20oC sebanyak 2,1 ml dan pada suhu 10oC
sebanyak 2,05 ml. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa semakin rendah suhunya maka
larutan NaOH yang dibutuhkan semakin sedikit. Semakin rendah suhu maka volume
NaOH yang digunakan akan sama besarnya dengan volume asam oksalat yang terlarut
sehingga dapat mempengaruhi konsentrasi suatu larutan. berdasarkan data pengamatan
dapat diketahui konsentrasi asam oksalat pada suhu 60oC sebelum diencerkan sebesar
2,375M dan setelah diencerkan sebesar 0,2375M, pada suhu 40oC konsentrasi asam
oksalat sebelum diencerkan sebesar 1,8M dan setelah diencerkan sebesar 0,18M, pada
suhu 30oC konsentrasi asam oksalat sebelum diencerkan sebesar 1,275M dan setelah
diencerkan sebesar 0,1275M, pada suhu 20oC konsentrasi asam oksalat sebelum
diencerkan sebesar 1,05M dan setelah diencerkan sebesar 0,105M, dan pada suhu 10oC
konsentrasi asam oksalat sebelum diencerkan sebesar 1,025M dan sesudah diencerkan
sebesar 0,1025M. Dari percobaan ini didapatkan persamaan reaksi sebagai berikut

2NaOH (aq) + H2C2O4 (aq) → Na2C2O4 (aq) + H2O (l)


Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat dibuat grafik -log konsentrasi asam
oksalat terhadap suhu sebelum dilakukan pengenceran dan sesudah pengenceran,
sehingga dapat diketahui bahwa semakin rendah suhu maka volume NaOH yang
dibutuhkan akan semakin sedikit dan hal ini akan berbanding sama dengan volume
asam oksalat yang larut, hal ini juga akan mempengaruhi konsentrasi larutan dimana
semakin tinggi konsentrasi dari asam oksalat, maka volume larutan NaOH yang
dibutuhkan akan semakin banyak.
Setelah dibuat grafik -log m untuk konsentrasi asam oksalat maka akan
diperoleh hasil y= ax+b = 753,9x - 1,631 yang selanjutnya dapat dimasukkan ke dalam
rumus kalor penentuan diferensial (∆𝐻𝐷𝑆 ) sehingga didapat nilainya sebesar 14,435
kJ/mol. Untuk kalor penentuan diferensial dari setiap suhu yang berbeda dapat dihitung
menggunakan rumus
𝑚𝑧 (𝑇2) ∆𝐻𝐷𝑆 𝑇2− 𝑇1
log 𝑚𝑧 (𝑇1)
= 2,303 𝑅
× 𝑇2× 𝑇1

Dari data ini dapat diketahui bahwa nilai dari kalor penentuan diferensial
bernilai positif yang berarti dapat diketahui bahwa percobaan yang dilakukan
berlangsung secara endoterm, sehingga ketika suhu dinaikkan maka pergeseran akan
mengarah ke arah produk.
H. KESIMPULAN

Kelarutan suatu larutan dipengaruhi oleh suhu, dimana ketika suhu semakin
rendah, maka nilai kelarutan suatu zat juga akan semakin kecil. Kalor pelarutan
differensial pada percobaan ini adalah 14,435 kJ/mol, yang menandakan bahwa
proses kelarutan berlangsung secara endoterm.

I. PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan kalor diferensial?

Jawab:

Kalor diferensial merupakan perubahan entalpi jika suatu mol zat terlarut
dilarutkan dan jumlah larutan tak terhingga sehingga konsentrasinya tidak
berubah dalam penambahan 1 mol zat terlarut

2. Jika proses berupa proses endoterm, bagaimana perubahan harga kelarutan jika
suhu dinaikkan?

Jawab:

Proses endoterm adalah suatu proses dimana terjadi perpindahan kalor dari
lingkungan ke sistem (menyerap kalor). Saat sistem menyerap kalor, maka
perubahan entalpi akan bernilai positif, sehingga apabila suhu dinaikkan maka
harga kelarutan akan naik.

J. DAFTAR PUSTAKA

Atkins, PW. 1994. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga

Sukardjo, Pr. 1997. Kimia Fisika. Rineka Cipta : Yogyakarta

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB

Tim Kimia Fisika. 2020. Petunjuk Praktikum Pengukuran Sifat Kimia Fisika Bahan.
Universitas Negeri Malang.
LAMPIRAN

No Gambar Perlakuan

1 asam oksalat dipanaskan hingga suhu 60oC

2 asam oksalat yang telah dipanaskan dipindah


ke dalam beaker glass

3 diambil asam oksalat sebanyak 10 ml dan


dimasukkan ke dalam labu ukur

4 asam oksalat diencerkan dengan 100 ml


aquades dan dikocok
5 asam oksalat yang telah diencerkan
diletakkan di erlenmeyer dan diambil 10 ml
sebanyak dua kali untuk selanjutnya di titrasi

6 larutan asam oksalat ditambah 2 tetes


indikator fenolftalein

7 dititrasi menggunakan larutan NaOH 1N

8 Hasil akhir setelah dititrasi larutan berubah


menjadi warna merah muda

Anda mungkin juga menyukai