Dosen Pengampu:
1. Meyga Evi Ferama Sari, S.Si., M.Si
2. Dr. Adilah Aliyatulmuna, S.T., M.T
Disusun Oleh:
Kelompok 10 Offering H
1. Chantiquenya Putri Etia (210332626512)*
2. Faricha Nanta Fairuz Zahiroh (210332626467)*
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2023
A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah dapat menentukan kelarutan zat pada berbagai
suhu dan menentukan kalor pelarutan differensial.
B. DASAR TEORI
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai
membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat adalah dengan
mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian memperkirakan
jumlah zat yang dapat membentuk larutan lewat jenuh, yang ditandai dengan masih
terdapatnya zat padat yang tidak larut. Setelah dikocok ataupun diaduk akan terjadi
kesetimbangan antara zat yang larut dengan zat yang tidak larut (Atkins, 1994).
Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut, adalah
banyaknya suatu zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi
tertentu.Biasanya dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi, bila batas kelarutan tercapai,
maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut
ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh, bila zat yang dilarutkan dikurangi, akan
terjadi larutan yang belum jenuh. Dan kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan
(Sukardjo, 1997)
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang
dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau larutan yang
partikel-partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi. Larutan sangat jenuh,
yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk
larutan jenuh atau dengan kata lain larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut
sehingga terjadi endapan dalam larutan. Suatu larutan jenuh merupakan kesetimbangan
dinamis. Kesetimbangan tersebut akan bergeser bila suhu dinaikan. Pada umumnya
kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikan (Syukri, 1999)
Di dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara molekul zat yang dapat
larut dan yang tidak dapat larut. Kesetimbangan tersebut dapat dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut:
A(s) →A(aq)
Keterangan: A(s) = Molekul zat yang tidak dapat larut
A(aq) = Molekul zat yang dapat larut
Tetapan kesetimbangannya yaitu:
𝑎𝑧 𝑎𝑧
𝐾 = * = 1
γ𝑧𝑚𝑧……………………………………………….….Persamaan 1
𝑎𝑧
Keterangan:
𝑎𝑧 = Aktivitas zat yang dapat larut
*
𝑎𝑧 = Aktivitas zat yang tidak dapat larut
Hubungan antara tetapan kesetimbangan kelarutan dengan suhu adalah sebagai berikut:
Faktor Van’t Hoff
∂ 1𝑛𝑘 ∆𝐻॰
⎡ ⎤ₚ= ………….….………………………………………...…..Persamaan 2
⎣ ∂𝑇 ⎦ 𝑅𝑇²
Persamaan 3 diuraikan:
∂𝑙𝑛γ𝑧𝑚𝑧 ∂𝑙𝑛𝑚𝑧 ∆𝐻𝐷𝑆
∂𝑙𝑛𝑚𝑧 ∂𝑇
= 𝑅𝑇²
∂𝑙𝑛γ𝑧 ∆𝐻𝐷𝑆
∂𝑙𝑛𝑚𝑧
+1 = 𝑅𝑇²
…………………………………………..…...…….Persamaan 4
∂ 𝑙𝑛 γ𝑧
Dalam hal ini dapat diabaikan sehingga:
∂ 𝑙𝑛 𝑚𝑧
𝑑 𝑙𝑛 𝑚𝑧 ∆𝐻𝐷𝑆
𝑑𝑇
+ 1= 𝑅𝑇²
……………………………………………...….…Persamaan 5
● Dengan demikian ∆𝐻𝐷𝑆 dapat ditentukan dari arah garis singgung pada kurva log
terhadap 1/T.
Integrasi persamaan 5 antara T1 dan T2 memberikan persamaan:
𝑚𝑧(𝑇2) ∆𝐻𝐷𝑆 𝑇2−𝑇1
𝑙𝑜𝑔 𝑚𝑧(𝑇1)
= 2,3𝑅
( 𝑇2.𝑇1
)………………………………………....Persamaan 6
Apabila grafik ∆𝐻𝐷𝑆 tidak bergantung pada suhu, maka grafik log 𝑚𝑧 terhadap 1/T akan
-Pipet gondok
Bahan:
-Aquades -Es
-Indikator fenolfltalein
D. LANGKAH KERJA
1. Pembuatan Larutan Jenuh
Air
Hasil
Larutan jenuh pada tabung A
Hasil
E. DATA PENGAMATAN
F. PERHITUNGAN
Dari hasil data yang dari praktikum ini dapat dilakukan perhitungan untuk menentukan
kelarutan tiap temperatur:
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 × 10 mL = 1 N × 4,75 mL
2 2 4
1 𝑁 × 4,75 𝑚𝐿
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 = 10 𝑚𝐿
= 0,475 N
2 2 4
𝑁
𝑀𝐻 𝐶 𝑂 = 2
2 2 4
0,475 𝑁
= 2
= 0,2375 M
❖ Konsentrasi H2C2O4 sebelum pengenceran
M1 × V 1 = M2 × V2
M1 × 10 mL = 0,2375 M × 100 mL
0,2375 𝑀 × 100 𝑚𝐿
M1 = 10 𝑚𝐿
= 2,375 M
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 × 10 mL = 1 N × 3,6 mL
2 2 4
1 𝑁 × 4,75 𝑚𝐿
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 = 10 𝑚𝐿
= 0,36 N
2 2 4
𝑁
𝑀𝐻 𝐶 𝑂 = 2
2 2 4
0,36 𝑁
= 2
= 0,18 M
❖ Konsentrasi H2C2O4 sebelum pengenceran
M1 × V 1 = M2 × V2
M1 × 10 mL = 0,18 M × 100 mL
0,18 𝑀 × 100 𝑚𝐿
M1 = 10 𝑚𝐿
= 1,8 M
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 × 10 mL = 1 N × 2,55 mL
2 2 4
1 𝑁 × 2,55 𝑚𝐿
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 = 10 𝑚𝐿
= 0,255 N
2 2 4
𝑁
𝑀𝐻 𝐶 𝑂 = 2
2 2 4
0,255 𝑁
= 2
= 0,1275 M
❖ Konsentrasi H2C2O4 sebelum pengenceran
M1 × V 1 = M2 × V2
M1 × 10 mL = 0,1275 M × 100 mL
0,1275 𝑀 × 100 𝑚𝐿
M1 = 10 𝑚𝐿
= 1,275 M
● Pada Temperatur 20°C (293 K)
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 × 10 mL = 1 N × 2,1 mL
2 2 4
1 𝑁 × 2,1 𝑚𝐿
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 = 10 𝑚𝐿
= 0,21 N
2 2 4
𝑁
𝑀𝐻 𝐶 𝑂 = 2
2 2 4
0,21 𝑁
= 2
= 0,105 M
❖ Konsentrasi H2C2O4 sebelum pengenceran
M1 × V 1 = M2 × V2
M1 × 10 mL = 0,105 M × 100 mL
0,105 𝑀 × 100 𝑚𝐿
M1 = 10 𝑚𝐿
= 1,05 M
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 × 10 mL = 1 N × 2,05 mL
2 2 4
1 𝑁 × 2,05 𝑚𝐿
𝑁𝐻 𝐶 𝑂 = 10 𝑚𝐿
= 0,205 N
2 2 4
𝑁
𝑀𝐻 𝐶 𝑂 = 2
2 2 4
0,205 𝑁
= 2
= 0,1025 M
❖ Konsentrasi H2C2O4 sebelum pengenceran
M1 × V 1 = M2 × V2
M1 × 10 mL = 0,1025 M × 100 mL
0,1025 𝑀 × 100 𝑚𝐿
M1 = 10 𝑚𝐿
= 1,025 M
Dari tabel tersebut dapat digambarkan grafik -log konsentrasi H2C2O4 terhadap
suhu setelah pengenceran sebagai berikut:
● Tabel log M dan 1/T sebelum pengenceran
∆𝐻𝐷𝑆
- log mz = 2,303 𝑅
∆𝐻𝐷𝑆 1
- log mz = 2,303 𝑅
× 𝑇
+C
∆𝐻𝐷𝑆 = a × 2,303 × R
∆𝐻𝐷𝑆 −20
log 0,758 = 2,303× 8,314 𝐽/𝐾.𝑚𝑜𝑙
× 104.229 𝐾
∆𝐻𝐷𝑆 −10
log 0,708 = 2,303× 8,314 𝐽/𝐾.𝑚𝑜𝑙
× 94.839 𝐾
∆𝐻𝐷𝑆 = 27.232,39 J/mol
∆𝐻𝐷𝑆 −10
log 0,824 = 2,303× 8,314 𝐽/𝐾.𝑚𝑜𝑙
× 88.779 𝐾
∆𝐻𝐷𝑆 −10
log 0,976 = 2,303× 8,314 𝐽/𝐾.𝑚𝑜𝑙
× 82.919 𝐾
Percobaan ini bertujuan agar praktikan dapat menentukan kelarutan zat pada
berbagai suhu dan menentukan kalor pelarutan diferensial.Percobaan ini dilakukan
dengan memanaskan asam oksalat sampai suhu 60oC atau 333K. pemanasan ini
dilakukan dengan cara memasukkan asam oksalat yang berada di tabung reaksi ke
dalam gelas kimia yang berisi air, pemanasan dilakukan dengan pengadukan dan
pemasangan thermometer. pemanasan ini dilakukan agar asam oksalat tetap dalam
kondisi jenuh. pemanasan dilakukan sampai suhu 60oC karena pada suhu tersebut asam
oksalat dalam larut dengan sempurna, jika pemanasan dilakukan dibawah suhu 60oC
maka asam oksalat akan mengendap dan apabila lebih dari 60oC maka asam oksalat
akan menguap. Setelah asam oksalat dipanaskan sampai suhu 60oC, kemudian diambil
sebanyak 10 ml menggunakan pipet volume dan diencerkan dengan aquades dalam labu
ukur 100 ml. hasil dari pengenceran tersebut kemudian diambil sebanyak 10 ml
sebanyak 2x untuk 2 Erlenmeyer berbeda yang kemudian ditambahkan 2 tetes indikator
fenolftalein dan terakhir dititrasi menggunakan NaOH 1N. Tujuan dari titrasi ini untuk
mengetahui volume asam oksalat yang dapat larut dalam suhu tertentu, sebelum titrasi
ditambahkan fenolftalein untuk mengetahui titik akhir dari titrasi yang ditandai adanya
perubahan warna pada larutan menjadi merah muda. Percobaan ini diulangi terus untuk
suhu 40oC, 30oC, 20oC, dan 10oC. Penurunan suhu ini dilakukan dengan memasukkan
larutan asam oksalat ke dalam penangas es, dimana dapat dilihat jika suhu semakin
turun maka larutan asam oksalat akan semakin memiliki banyak endapan berwarna
putih.
Pada titrasi saat suhu 60oC jumlah volume larutan NaOH yang digunakan
sebanyak 4,75ml, untuk suhu 40oC digunakan larutan NaOH sebanyak 3,6 ml, untuk
suhu 30oC sebanyak 2,55 ml, untuk suhu 20oC sebanyak 2,1 ml dan pada suhu 10oC
sebanyak 2,05 ml. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa semakin rendah suhunya maka
larutan NaOH yang dibutuhkan semakin sedikit. Semakin rendah suhu maka volume
NaOH yang digunakan akan sama besarnya dengan volume asam oksalat yang terlarut
sehingga dapat mempengaruhi konsentrasi suatu larutan. berdasarkan data pengamatan
dapat diketahui konsentrasi asam oksalat pada suhu 60oC sebelum diencerkan sebesar
2,375M dan setelah diencerkan sebesar 0,2375M, pada suhu 40oC konsentrasi asam
oksalat sebelum diencerkan sebesar 1,8M dan setelah diencerkan sebesar 0,18M, pada
suhu 30oC konsentrasi asam oksalat sebelum diencerkan sebesar 1,275M dan setelah
diencerkan sebesar 0,1275M, pada suhu 20oC konsentrasi asam oksalat sebelum
diencerkan sebesar 1,05M dan setelah diencerkan sebesar 0,105M, dan pada suhu 10oC
konsentrasi asam oksalat sebelum diencerkan sebesar 1,025M dan sesudah diencerkan
sebesar 0,1025M. Dari percobaan ini didapatkan persamaan reaksi sebagai berikut
Dari data ini dapat diketahui bahwa nilai dari kalor penentuan diferensial
bernilai positif yang berarti dapat diketahui bahwa percobaan yang dilakukan
berlangsung secara endoterm, sehingga ketika suhu dinaikkan maka pergeseran akan
mengarah ke arah produk.
H. KESIMPULAN
Kelarutan suatu larutan dipengaruhi oleh suhu, dimana ketika suhu semakin
rendah, maka nilai kelarutan suatu zat juga akan semakin kecil. Kalor pelarutan
differensial pada percobaan ini adalah 14,435 kJ/mol, yang menandakan bahwa
proses kelarutan berlangsung secara endoterm.
I. PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan kalor diferensial?
Jawab:
Kalor diferensial merupakan perubahan entalpi jika suatu mol zat terlarut
dilarutkan dan jumlah larutan tak terhingga sehingga konsentrasinya tidak
berubah dalam penambahan 1 mol zat terlarut
2. Jika proses berupa proses endoterm, bagaimana perubahan harga kelarutan jika
suhu dinaikkan?
Jawab:
Proses endoterm adalah suatu proses dimana terjadi perpindahan kalor dari
lingkungan ke sistem (menyerap kalor). Saat sistem menyerap kalor, maka
perubahan entalpi akan bernilai positif, sehingga apabila suhu dinaikkan maka
harga kelarutan akan naik.
J. DAFTAR PUSTAKA
Tim Kimia Fisika. 2020. Petunjuk Praktikum Pengukuran Sifat Kimia Fisika Bahan.
Universitas Negeri Malang.
LAMPIRAN
No Gambar Perlakuan