Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KI2241

ENERGETIKA KIMIA
PERCOBAAN B-2
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Nama : Cica Siti Nurjanah


NIM : 10520066
Kelompok : VI
Tanggal Percobaan : 10 Maret 2022
Tanggal Pengumpulan : 31 Maret 2022
Asisten : Kevin Manuel Setiawan
(10518050)

LABORATORIUM KIMIA FISIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
PERCOBAAN B-2
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

I. Tujuan Percobaan
1.1 Menentukan kelarutan asam oksalat pada berbagai suhu yang berbeda.
1.2 Menentukan kalor pelarutan diferensial dengan metode rentang dua suhu.
1.3 Menentukan kalor pelarutan diferensial dengan metode grafik.

II. Teori Dasar


Dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara molekul-molekul zat
yang larut dan yang tidak larut. Kesetimbangan itu dapat ditulis sebagai berikut.
A(p) → A(l)
A(p) : molekul zat terlarut
A(l) : molekul zat yang tidak larut
Tetapan kesetimbangan proses pelarutan tersebut,

az : keaktifan zat yang terlarut


a’z : keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga satu untuk zat
padat dalam keadaan standar
𝛾 : koefisien kelarutan zat yang larut
mz : kemolaran zat yang larut karena suatu larutan jenuh disebut kelarutan
Hubungan antara tetapan kesetimbangan suatu proses dengan suhu pada
tekanan tetap, diungkapkan oleh Van’t Hoff.
ΔH0 : perubahan entalpi proses
R : tetapan gas ideal
ΔHds : kalor pelarutan diferensial pada konsentrasi jenuh
Dengan demikian ΔHds dapat ditentukan dari arah garis singgung pada
kurva log mz terhadap 1/T. Apabila ΔHds tidak bergantung pada suhu, maka
grafik log mz terhadap 1/T akan linear dan integrasi antara suhu T1 dan T2
menghasilkan :

III. Cara Kerja


Semua peralatan gelas yang akan digunakan dicuci terlebih dahulu
hingga bersih dengan aqua dm. Selanjutnya tabung reaksi sedang disiapkan dan
dalam tabung tersebut dibuat ± 50 mL larutan jenuh asam oksalat dengan diisi
air sebanyak ± ⅓ tabung reaksi dan dipanaskan hingga mencapai suhu 60oC
hingga zat terlarut jenuh. Kemudian tabung reaksi sedang dimasukkan di dalam
tabung reaksi besar (selubung). Didalam tabung reaksi sedang dipasang
pengaduk lingkar dan termometer, lalu tabung reaksi besar dimasukkan ke
dalam gelas kimia yang berisi air pada suhu kamar untuk menurunkan suhu di
dalam sistem. Selanjutnya dilakukan pengadukan pada larutan sistem tanpa henti
dan tanpa menyentuh endapan asam oksalat yang berada dibawah tabung reaksi.
Pengambilan zat dilakukan pada suhu 50oC, 40oC, 30oC, dan 20oC. Untuk
mempercepat penurunan suhu sistem dapat ditambahkan es batu. Saat larutan
mencapai suhu untuk pengambilan data, larutan tersebut dipipet sebanyak 10 mL
kemudian diencerkan dalam labu takar 100 mL hingga tanda batas. Selanjutnya
dilakukan titrasi dengan NaOH secara duplo dengan menggunakan indikator PP
hingga warna larutan berubah menjadi pink pucat, kemudian dicatat setiap
volume titran yang digunakan hingga mencapai titik akhir titrasi. Selain itu, juga
dilakukan pengukuran massa jenis zat menggunakan piknometer. Dari data yang
telah didapat kemudian dihitung kalor pelarutan diferensial dari asam oksalat
yang digunakan dalam percobaan.

IV. Data Pengamatan


Suhu ruangan : 26oC
Massa jenis air (26oC) : 0,996783 g/mL
Massa piknometer (kosong + air) A : 52,1564 g
Massa piknometer (kosong + air) B : 45,8082 g
Konsentrasi titran NaOH : 0,0402 M
Massa molar asam oksalat : 90,03 g/mol
Tabel 4.1 Data pengamatan volume titrasi dari berbagai suhu

T (oC) Massa Massa Volume Titrasi (mL)


Piknometer Piknometer
A (g) B (g)

1 2 Rata2
50 25,5386 - 22,9 23 22,95
40 25,5386 - 16 16,1 16,05
30 - 20,4476 28,3 28,3 28,3
20 - 20,4476 18,75 18,7 18,725

V. Pengolahan Data
a. Penentuan Volume Piknometer
𝑤𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑎𝑖𝑟 − 𝑤𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 52,1564 g−25,5386 g
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝐴 = = = 26,70371 mL
𝜌𝑎𝑖𝑟 (𝑇𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 ) 0,996783 g/mL
𝑤𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑎𝑖𝑟 − 𝑤𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 45,8082 g−20,4476 g
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝐵 = = = 25,44245 mL
𝜌𝑎𝑖𝑟 (𝑇𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 ) 0,996783 g/mL

b. Penentuan Massa Jenis Larutan


𝑤𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑤𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
Dengan VpiknometerB = 25,44245 mL Dan Wpikno kosongB = 20,4476 g, maka
untuk larutan pada suhu 20oC, massa jenis larutannya adalah:
45,8964 g−20,4476 g
𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = = 1,000249648 g/mL
25,44245 mL

Dengan cara yang sama, untuk suhu 30oC menggunakan VpiknometerB dan
WpiknokosongB, sedangkan untuk suhu 40oC dan 50oC menggunakan
VpiknometerA dan WpiknokosongA, didapat massa jenis senyawa-senyawa
berikut.
Tabel 5.1 Perhitungan massa jenis senyawa
Massa
T Pikno+Larutan Massa Jenis
(oC) (g) (g/mL)

50 52,1957 0,99825471
40 52,4101 1,00628355
30 45,9588 1,00270224
20 45,8964 1,00024965

c. Penentuan Kelarutan Asam Oksalat dalam Larutan Jenuh


c.1. Penentuan Konsentrasi Asam Oksalat Jenuh
1 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 100 𝑚𝑙
[H2C2O4] = × [𝑁𝑎𝑂𝐻 ] × ×
2 𝑉𝑝𝑒𝑚𝑖𝑝𝑒𝑡𝑎𝑛 10 𝑚𝑙

Untuk konsentrasi larutan asam oksalat pada suhu 50oC:


1 22,95 mL 100 𝑚𝑙
[H2C2O4] = × 0,0402 M × ×
2 10 𝑚𝐿 10 𝑚𝑙

= 0,461295 M
Dengan perhitungan yang sama,diperoleh data konsentrasi larutan
asam oksalat sebagai berikut.
Tabel 5.2 Data konsentrasi asam oksalat jenuh pada
berbagai suhu
T (oC) [H2C2O4] (M)
50 0,461295
40 0,322605
30 0,56883
20 0,376373

c.2 Penentuan Massa Larutan Asam Oksalat 100 mL


𝑚𝐴𝑂 = 100 𝑚𝐿 × 𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Untuk massa 100 mL larutan asam oksalat pada suhu 50oC:
𝑚𝐴𝑂 = 100 𝑚𝐿 × 0,99825471 g/mL = 99,825471 g
Dengan perhitungan yang sama,diperoleh data konsentrasi larutan
asam oksalat sebagai berikut.
Tabel 5.3 Data massa 100 mL larutan asam oksalat jenuh
pada berbagai suhu
T (oC) 𝑚𝐴𝑂 (g)
50 99,825471
40 100,628355
30 100,270224
20 100,024965

c.3 Penentuan Massa 90 mL Air


𝑚𝐴90 = 90 𝑚𝐿 × 𝜌𝑎𝑖𝑟 = 90 𝑚𝐿 × 0,996783 g/mL
= 89,71047 g

c.4 Penentuan Massa 10 mL Larutan Asam Oksalat Jenuh


𝑚𝐴𝑂′ = 𝑚𝐴𝑂 − 𝑚𝐴90
Untuk massa 10 mL larutan asam oksalat pada suhu 50oC:
𝑚𝐴𝑂′ = 99,825471 g − 89,71047 g = 10,115001 g
Dengan perhitungan yang sama,diperoleh data konsentrasi larutan
asam oksalat sebagai berikut.
Tabel 5.4 Data massa 10 mL larutan asam oksalat jenuh
pada berbagai suhu
T (oC) 𝑚𝐴𝑂′ (g)
50 10,115001
40 10,917885
30 10,559754
20 10,314495

c.5 Penentuan Massa Asam Oksalat dalam 10 mL Larutan Asam


Oksalat Jenuh
𝑚𝐴𝑂′′ = [𝐻2 𝐶2 𝑂4 ] × 10 𝑚𝐿 × 𝑀𝑚𝐻2 𝐶2 𝑂4
Untuk massa asam oksalat dalam 10 mL larutan asam oksalat
jenuh pada suhu 50oC:
𝑚𝐴𝑂′′ = 0,461295 M × 0,01 𝐿 × 90,03 g /𝑚𝑜𝑙
= 0,415303889 g
Dengan perhitungan yang sama,diperoleh data konsentrasi larutan
asam oksalat sebagai berikut.
Tabel 5.5 Data massa asam oksalat 10 mL larutan asam
oksalat jenuh pada berbagai suhu
T (oC) 𝑚𝐴𝑂′′ (g)
50 0,415303889
40 0,290441282
30 0,512117649
20 0,338848612

c.6 Penentuan Massa Pelarut dalam 10 mL Larutan Asam Oksalat


Jenuh
𝑚𝐴′ = 𝑚𝐴𝑂′ − 𝑚𝐴𝑂′′
Untuk massa pelarut dalam 10 mL larutan asam oksalat jenuh
pada suhu 50oC:
𝑚𝐴′ = 10,115001 g − 0,415303889 g = 9,699697111 g
Dengan perhitungan yang sama,diperoleh data konsentrasi larutan
asam oksalat sebagai berikut.
Tabel 5.6 Data massa pelarut 10 mL larutan asam oksalat
jenuh pada berbagai suhu
T (oC) 𝑚𝐴′ (g)
50 9,699697111
40 10,62744372
30 10,04763635
20 9,975646388

c.7 Penentuan Kelarutan Asam Oksalat


1000 𝑚𝐴𝑂′′ 1000
𝑚𝐾 = 𝑛𝐻2 𝐶2𝑂4 × = ×
𝑚𝐴′ 𝑀𝑚𝐻2 𝐶2𝑂4 𝑚𝐴′
Untuk kelarutan asam oksalat jenuh pada suhu 50oC:
1000 0,415303889 g 1000
𝑚𝐾 = 𝑛𝐻2 𝐶2 𝑂4 × = ×
𝑚𝐴′ 90,03 g /𝑚𝑜𝑙 9,699697111 g

= 0,475576706 g
Dengan perhitungan yang sama,diperoleh data konsentrasi larutan
asam oksalat sebagai berikut.
Tabel 5.7 Data kelarutan asam oksalat jenuh pada
berbagai suhu
T (oC) 𝑚𝐾 (mol/Kg)
50 0,475576706
40 0,303558418
30 0,566133148
20 0,377291842

d. Penentuan Kalor Pelarutan Diferensial Asam Oksalat dengan Metode


Rentang Dua Suhu
𝑚𝐾 (𝑇2 ) ΔHds 𝑇2 −𝑇1
log = ×
𝑚𝐾 (𝑇 )
1 2,303𝑅 𝑇2 𝑇1

𝑚𝐾 (𝑇2 ) 𝑇2 𝑇1
ΔHds = 2,303 × R × log ×
𝑚𝐾 (𝑇1) 𝑇2 − 𝑇1
Untuk kalor pelarutan diferensial oksalat pada tentang suhu 50-40oC:
T1 = 50oC = 323K
T2 = 40oC = 313K
J 0,303558418 mol/Kg 313𝐾 ×323𝐾
ΔHds = 2,303 × 8,314 mol.K × log 0,475576706 mol/Kg × 313𝐾−323𝐾

= 37742,78069 J/mol
Dengan perhitungan yang sama,diperoleh data konsentrasi larutan asam
oksalat sebagai berikut.
Tabel 5.8 Data kalor pelarutan diferensial asam oksalat dengan
metode rentang dua suhu
T1 (oC) T2 (oC) T1 (K) T2 (K) ΔHds (J/mol)
50 40 323 313 37742,78069
40 30 313 303 -49151,99626
30 20 303 293 29958,60404

Berdasarkan data pada tabel 6.8 dapat ditentukan ΔHds rata-rata asam
oksalat sebagai berikut.
ΔHds1 + ΔHds2 + ΔHds3
ΔHds =
3
37742,78069+(−49151,99626)+29958,60404
ΔHds = 3

ΔHds = 6183,12949 J/mol = 6,18312949 kJ/mol


Sehingga diperoleh kalor pelarutan diferensial oksalat dengan metode
rentang dua suhu sebesar 6,18312949 kJ/mol.
e. Penentuan Kalor Pelarutan Diferensial Asam Oksalat dengan Metode
Grafik
ΔHds 1
log 𝑚𝐾 = − × +𝐶
2,303𝑅 𝑇

y = mx + b
d log 𝑚𝐾 ΔHds
1 =−
𝑑( ) 2,303𝑅
𝑇

ΔHds
Gradien = − 𝐽
2,303 ×8,314
𝑚𝑜𝑙.𝐾

Tabel 5.9 Data penentuan kalor pelarutan diferensial oksalat


untuk metode grafik
T(oC) T (K) 1/T mk (m) log mk (m)
50 323 0,003095975 0,475576706 -0,322779
40 313 0,003194888 0,303558418 -0,517758
30 303 0,00330033 0,566133148 -0,247081
20 293 0,003412969 0,377291842 -0,423323

Dengan menggunakan data pada tabel 5.9 jika dilakukan regresi linear
antara log mk terhadap 1/T diperoleh grafik sebagai berikut.

Grafik Log mk terhdap 1/T


0
0,00305 0,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335 0,0034 0,00345
-0,1

-0,2
log mk (m)

-0,3

-0,4
y = -28,671x - 0,2845
-0,5
R² = 0,0011
-0,6
1/T (1/K)

Gambar 5.1 Grafik Log m terhadap 1/T


Berdasarkan plot grafik log mK terhadap 1/T diperoleh persamaan linear
sebagai berikut.
y = -28,671x – 0,2845
gradien = -28,671
ΔHds
Gradien = − 𝐽
2,303 ×8,314
𝑚𝑜𝑙.𝐾

ΔHds
-28,671 = − 𝐽
2,303 ×8,314
𝑚𝑜𝑙.𝐾

ΔHds = 548,96771 J/mol = 0,54896771 kJ/mol.


Sehingga diperoleh kalor pelarutan diferensial oksalat dengan metode
grafik sebesar 0,54896771 kJ/mol.
VII. Kesimpulan
7.1 Kelarutan asam oksalat pada berbagai suhu yang berbeda dapat dilihat
pada bagian V. Pengolahan Data (Tabel 5.7).
7.2 Kalor pelarutan diferensial dengan metode rentang dua suhu diperoleh
sebesar 6,18312949 kJ/mol.
7.3 Menentukan kalor pelarutan diferensial dengan metode grafik diperoleh
sebesar 0,54896771 kJ/mol.

VIII. Daftar Pustaka


Atkins, PW. 1994. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Jagad.2017.https://www.jagadkimia.com/2017/12/piknometer-cara-
menggunakan-piknometer.html?m=1 diakses pada tanggal 28 Maret
2022 pukul 16.05 WIB.
Kaenan, C.W., 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Tim Dosen Kimia Fisik. 2011. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik.
Semarang: Laboratorium Kimia Universitas Negeri Semarang.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai