Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Nama : Rossi Valentino Setyawan


NIM : 2113081014
Prodi : S1 Kimia

Dosen Pendamping :
Ni Luh Putu Ananda Saraswati, S.Si., M.Si.

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2022
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
I. TUJUAN PERCOBAAN
a. Menentukan kelarutan kristal asam oksalat pada berbagai macam suhu
b. Menentukan kalor pelarutan diferensial kristal asam oksalat

II. DASAR TEORI


Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut adalah
banyaknya suatu zat yang dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada
kondisi tertentu. Biasanya dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi bila batas
kelarutan tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan, artinya
bila zat terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan
kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan (Hoedijono,1990).
Dua komponen dalam larutan adalah solute dan solvent. Solute adalah
substansi yang terlarut, sedangkan solvent adalah substansi yang melarutkan,
contoh sebuah larutan NaCl. NaCl adalah solute dan air adalah solvent ( Yazid.
Estien, 2005). Kelarutan sutu zat akan bertambah seiring dengan meningkatnya
suhu. Kelarutan dipengaruhi oleh temapat faktor, yaitu sifat alami dari solute dan
solvent, efek dari temperatur terhadap tekanan, efek tekanan pada temperatur dan
kelarutan dari zat terlarut. Pada umumnya suatu zat mmpunyai kelarutan pada
pelarut tertentu dan temperatur tertentu pula. Temperatur dari pelarut akan
mempengaruhi kelarutan zat yang dilarutkan untuk kebanyakan padatan yang bisa
larut dalam liquid, maka kenaikan temperaturakan sangat berdampak pada kenaikan
kelarutan (sukardjo, 1997).
Dalam kelarutan jika kesetimbangan diganggu dengan mengubah
temperatur maka konsentrasi larutan akan terganggu. Menurut Van’t Hoff pengaruh
temperatur terhadap kelarutan dapat dinyatakan sebagai berikut : ( d in s / dT ) = (
∆ H ) / (RT)2
d ln s = (∆ H) / (RT)2 dt
diintegralkan dari T1 ke T2 maka akan menghasilkan H/ RT + konstanta d
ln s = - . atau, ln ( s2 / S1 ) = (∆ H /R) {(T2 –T1) / (T2 × T1)}
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu 1000 ml gelas kimia, 500 ml
gelas kimia, batang pengaduk, termometer kapasitas 100 ˚C, pipet volume
kapasitas 100 ml, 10 ml gelas ukur, 4 buah 100 ml gelas kimia, 250 ml labu
erlenmeyer, 100 ml labu ukur, 50 ml labu ukur, spatula, cawan petri, pemanas
listrik dan 50 ml tabung.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu, H2C2O4. 2H2O, Larutan NaOH 1 M,
aquades, es, dan indikator metil merah.

IV. PROSEDUR KERJA


No Langkah Kerja
1 Tabung A dan B disusun seperti gambar di bawah. Tabung A dilengkapi dengan batang
pengaduk lingkar dan termometer.

2 Air dimasukkan kurang lebih sepertiga dari sisi tabung A (50 mL) dan dipanaskan
sampai suhu kurang lebih 60˚C

3 selanjutnya Kristal dilarutkan ke dalam tabung tersebut hingga larutan menjadi jenuh
yang ditandai sampai zat tersebut tidak larut lagi atau ditandai dengan adanya endapan.

4 Tabung yang berisi larutan jenuh (tabung A) didinginkan sampai pada suhu kurang
lebih 50 ˚C. Kemudian larutan tersebut diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan
kedalam labu ukur dengan kapasitas 100 ml.

5 Larutan dalam labu ukur diencerkan dengan menambahkan 90 ml aquades atau sampai
pada tanda batas. Pengenceran ini dilakukan sebanyak dua kali dengan mengambil 10
ml larutan yang telah diencerkan dan diencerkan kembali menggunakan labu ukur
dengan kapasitas yang sama.

6 Larutan yang sudah diecerkan tersebut diambil kembali yaitu sebanyak 10 ml untuk
dilakukannya proses titrasi.

7 percobaan 4 – 6 dengan suhu yang berbeda yakni 40 ˚C dan 30 ˚C dengan pengambilan


larutan 25 ml yang sebelumnya telah diencerkan sebanyak dua kali pengenceran.

8 Keempat larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH yang sebelumnya sudah
diencerkan sebnayak 50 ml NaOH dengan 200 ml aquades dan metil merah sebagai
indikatornya.

V. DATA PENGAMATAN
No. Temperatur (K) Volume Volume titrasi Volume titrasi
H2C2O4 rata-rata
1 323,15 10 mL V1 = 3 mL 3 mL
V2 = 3 mL
2 313,15 25 mL V1 = 8,9 mL 8,75 mL
V2 = 8,6 mL
3 305,15 25 mL V1 = 10,3 mL 10,3 mL
V2 = -

VI. PENGOLAHAN DATA


Perhitungan kalor pelarutan
Standarisasi NaOH dan H2C2O4 . 2H2O
NNaOH . VNaOH = N H2C2O6 . V H2C2O6
N H2C2O6 .V H2C2O6
NNaOH = VNaOH
0,1 N . 10 mL
NNaOH = 500 mL
NNaOH = 0,002 N
1. konsentrasi larutan dan kelarutan dalam gram per liter H2C2O4 . 2H2O pada
masing-masing 50 oC, 40 oC, dan 30oC
 Suhu 50oC
a. Konsentrasi asam oksalat saat titrasi
MH2C2O6 . V H2C2O6 . a = MNaOH . VNaOH . b
MH2C2O6 . 10 mL . 2 = 0,1 M . 3 mL . 1
1 M . 3 mL . 1
MH2C2O6 = 10 mL . 2
MH2C2O6 = 0,015 M

b. Konsentrasi asan oksalat sebelum pengenceran


 Pengenceran ke 2
M 3 . V3 = M4 . V4
M3 . 10 mL = 0,015 M . 100 mL
M3 = 0,15 M
 Pengenceran ke 1
M 1 . V1 = M2 . V2
M1 . 10 mL = 0,15 M . 100 mL
M1 = 1,5 M

c. n H2C2O4 . 2H2O dan massa H2C2O4 . 2H2O


n=M.V
n = 1,5 M . 0,01 L
n = 0,015 mol
massa = mol . Mr
massa = 0,015 mol . 126 gram/mol
massa = 1,89 gram

d. Konsentrasi dalam molalitas H2C2O4 . 2H2O


𝑛
m = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑘𝑔)
0,015 𝑚𝑜𝑙
m= 0,01 𝑘𝑔
m = 1,5 molal
e. Kelarutan H2C2O4 . 2H2O
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
S= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐿)
1,89 𝑔𝑟𝑎𝑚
S= 0,01 𝐿
S = 189 gram/L

 Suhu 40oC
a. Konsentrasi asam oksalat saat titrasi
MH2C2O6 . V H2C2O6 . a = MNaOH . VNaOH . b
MH2C2O6 . 25 mL . 2 = 0,1 M . 8,75 mL . 1
0,1 M . 8,75 mL . 1
MH2C2O6 = 25 mL . 2
MH2C2O6 = 0,0175 M

b. Konsentrasi asan oksalat sebelum pengenceran


 Pengenceran ke 2
M 3 . V3 = M4 . V4
M3 . 10 mL = 0,0175 M . 100 mL
M3 = 0,175 M
 Pengenceran ke 1
M 1 . V1 = M2 . V2
M1 . 10 mL = 0,175 M . 100 mL
M1 = 1,75 M

c. n H2C2O4 . 2H2O dan massa H2C2O4 . 2H2O


n=M.V
n = 1,75 M . 0,01 L
n = 0,0175 mol
massa = mol . Mr
massa = 0,0175 mol . 126 gram/mol
massa = 2,205 gram

d. Konsentrasi dalam molalitas H2C2O4 . 2H2O


𝑛
m = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑘𝑔)
0,0175 𝑚𝑜𝑙
m= 0,01 𝑘𝑔
m = 1,75 molal

e. Kelarutan H2C2O4 . 2H2O


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
S= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐿)
2,205 𝑔𝑟𝑎𝑚
S= 0,01 𝐿
S = 220,5 gram/L

 Suhu 32oC
a. Konsentrasi asam oksalat saat titrasi
MH2C2O6 . V H2C2O6 . a = MNaOH . VNaOH . b
MH2C2O6 . 25 mL . 2 = 0,1 M . 10,3 mL . 1
0,1 M . 10,3 mL . 1
MH2C2O6 = 25 mL . 2
MH2C2O6 = 0,0206 M

b. Konsentrasi asan oksalat sebelum pengenceran


 Pengenceran ke 2
M 3 . V3 = M4 . V4
M3 . 10 mL = 0,0206 M . 100 mL
M3 = 0,206 M
 Pengenceran ke 1
M 1 . V1 = M2 . V2
M1 . 10 mL = 0,206 M . 100 mL
M1 = 2,06 M

c. n H2C2O4 . 2H2O dan massa H2C2O4 . 2H2O


n=M.V
n = 2,06 M . 0,01 L
n = 0,0206 mol
massa = mol . Mr
massa = 0,0206 mol . 126 gram/mol
massa = 2,5956 gram

d. Konsentrasi dalam molalitas H2C2O4 . 2H2O


𝑛
m = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑘𝑔)
0,0206 𝑚𝑜𝑙
m= 0,01 𝑘𝑔
m = 2,06 molal

e. Kelarutan H2C2O4 . 2H2O


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
S= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐿)
2,5956 𝑔𝑟𝑎𝑚
S= 0,01 𝐿

S = 259,5 gram/L

2. kalor pelarutan rata-rata pada trayek (32-40) oC, (40-50) oC


 (32-40) oC
𝑆2 ∆H 𝑇2−𝑇1
ln 𝑆1 = 𝑅
[𝑇2 . ]
𝑇1
220,5 ∆H 40−32
ln 259,5 = 𝐽 [ 40 .32 ]K
8,314 𝐾
𝑚𝑜𝑙
∆H
ln 0,8497 = 𝐽 . 0,00625
8,314
𝑚𝑜𝑙
∆H .0,00625
-0,1629 = 𝐽
8,314
𝑚𝑜𝑙
∆H = -216,6587 J/mol

 (40-50) oC
𝑆2 ∆H 𝑇2−𝑇1
ln 𝑆1 = [ ]
𝑅 𝑇2 . 𝑇1
189,0 ∆H 50−40
ln 220,5 = 𝐽 [50 . ]
8,314 40
𝑚𝑜𝑙
∆H
ln 0,8571 = 𝐽 0,005
8,314
𝑚𝑜𝑙
∆H .0,005
- 0,1542 = 𝐽
8,314
𝑚𝑜𝑙
∆H = - 256,4049 J/mol

3. Buat kurva logaritma kelarutan terhadap 1/T dan tentukan kalor pelarutan dari
grafik tersebut
No. Temperatur (K) Molalitas (mol/kg) Log m 1/T
1 323,15 1,5 0,17609 0,00309
2 313,15 1,75 0,24303 0,00319
3 305,15 2,06 0,31386 0,00327

log m y = 761,51x - 2,1798


R² = 0,9935
0,35

0,3

0,25

0,2

0,15

0,1

0,05

0
0,00305 0,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033

y = 761,51x - 2,1798
∆𝐻𝐷𝑆
− 2,303 . = gradien
𝑅
∆𝐻𝐷𝑆
− 𝐽 = 761,51
2,303 . 8,314 .
𝑚𝑜𝑙.𝐾
∆𝐻DS = - 14751 J/mol.K = -14,751 kJ/mol
VII. PEMBAHASAN
(Terlampir)

VIII. KESIMPULAN
a. Dari percobaan ini maka didapat kelarutan kristal asam oksalat (H2C2O4 .
2H2O) melalui perhitungan sebagaai berikut :
 Pada temperatur 50oC = 189 gram/L
 Pada temperatur 40oC = 220,5 gram/L
 Pada temperatur 32oC = 259,5 gram/L
b. Dari percobaan ini juga didapat kalor pelarutan diferensial kristal asam
oksalat (H2C2O4 . 2H2O) sebesar -14,751 kJ/mol. Yang artinya berlangsung
secara eksoterm.
DAFTAR PUSTAKA
Ismarwanto, Hoedjino. 1990. Diktat Kuliah Kimia Analisa Bagian 1. Surabaya : FTI ITS.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai