PERCOBAAN III
OLEH
KELOMPOK : IV (EMPAT)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
PENETAPAN RUMUS MOLEKUL
SENYAWA KOMPLEKS
A. Tujuan Percobaan
B. Landasan Teori
beberapa ion logam yang cenderung berikatan koordinasi dengan zat-zat tertentu
logam dan molekul atau ion logam. Dalam bentuk yang paling sederhana ikatan
koordinasi terbentuk oleh transfer pasangan elektron atau ligan atau molekul ke
ion logam. Molekul netral atau ion-ion bertindak sebagai ligan harus memiliki
pasangan elektron sunyi, seperti NH3 dan Cl-. Senyawa koordinasi paling
sederhana akan terbentuk dengan ikatan sigma atau suatu ligan atau suatu molekul
nama kompleks. Warna dari beberapa senyawa digunakan sebagai dasar penamaan
kompleks purpureo (walaupun tidak berwarna ungu). Cara lain ialah dengan
disebut garam Reinecke. Werner mengembangkan sistem tata nama yang telah
tridentat dan polidentat. Dalam kimia koordinasi, NO atau NO2 dapat berperan
kompleks telah dikemukakan oleh Yoe Jones dan metode variasi kontinu telah
dikemukakan oleh Job. Keddua metode ini dapat digunakan dalam penentuan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia 250 ml,
pipet ukur 10 ml, batang pengaduk, neraca analitik, erlenmeyer 250 ml,
hotplate, botol sempot, penyaring buchner, buret 50 ml, filler, serta statif dan
klem.
2. Bahan
besi (II) sulfat, asam oksalat, kalium permanganat, serbuk seng, aquades, dan
kertas saring.
D. Prosedur Kerja
Residu/Endapan
- Dikeringkan
- Ditimbang beratnya
- Dimasukkan ke erlenmeyer
- Dilarutkan dalam H2SO4 2 M
- Dititrasi dengan KMnO4
- Dipanaskan lagi ketika warna kuning memucat
- Dititrasi kembali
Residu Filtrat
- Dicampur
- Dititrasi dengan KMnO4
- Ditentukan kadar besi, oksalat, dan airnya
2. Konsentrasi KMnO4 = 10 N
=2M
3. Titrasi I
Fe2+ Fe3+
+ KMnO4
C2O42- 2CO2
= 2 M x 39,6 x 10-3 L
= 0,0792 mol
Mol C2O42- =
0,0792
= 1
= 0,0792
=12 : 1
F. Pembahasan
molekul atau entitas yang terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam.
Dulunya, sebuah kompleks artinya asosiasi reversibel dari molekul, atom, atau ion
melalui ikatan kimia yang lemah. Pengertian ini sekarang telah berubah. Beberapa
kompleks logam terbentuk secara irreversibel, dan banyak diantara mereka yang
karakteristik ion logam atau ligan tidak kompleks tetapi stabilitas termodinamik
dan kinetik bervariasi sehingga hal ini bukan merupakan kriteria pembentukan
yang terjadi antara ligan dan molekul atau ion logam. Dalam bentuk yang paling
sederhana, ikatan koordinasi terbentuk oleh transfer pasangan elektron atau ligan
atau molekul ke ion logam. Ligan dengan satu atom pengikat disebut ligan
monodentat, dan yang memiliki lebih dari satu atom pengikat disebut ligan
polidentat, yang juga disebut ligan khelat. Jumlah atom yang diikat pada atom
kompleks dari besi (II). Senyawa kompleks ini memiliki atom pusat berupa besi
(II) dan ligannya adalah oksalat. Atom pusat besi (II) berasal dari larutan amonium
besi (II) sulfat, dan ligan oksalat berasal dari larutan asam oksalat. Kedua larutan
Setelah endapan ini terbentuk, maka campuran larutan ini disaring untuk
mendapatkan endapan kuning ini. Setelah endapan ini dikeringkan, maka langkah
selanjutnya adalah menentukan besarnya kadar besi, oksalat dan juga air dalam
penyusunnya tersebut dengan cara titrasi. Endapan kuning ini terlebih dahulu
dilarutkan dalam asam sulfat 2 M. Setelah itu, larutan ini dititrasi dengan larutan
standar kalium permanganat 5 M. Dari titrasi yang dilakukan, maka kita dapat
dan air. Dengan demikian kita dapat menentukan rumus empiris dari senyawa
G. Kesimpulan
rumus molekul senyawa kompleks dari besi (II) dan oksalat adalah
Fe(C2O4)2.H2O.
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, R.H., 1985, Kimia Dasar Prinsip Dan Terapan Modern, Erlangga, Jakarta.
Rilyanti, M., Sembiring, Z., Handayani, R.A.T., dan Subki, E.M., 2008, Sintesis
Senyawa Kompleks Cis-[Co(Bipi)2 (CN)2] Dan Uji Interaksinya Dengan
Gas NO2 Menggunakan Metoda Spektrovotometri UV-Vis Dan IR,
Jurusan Kimia FMIPA Unila, Lampung.
Ruslin, 2008, Studi Pembentukan Senyawa Kompleks Logam Serium (Ce) Dengan
Ligan Dibutilditiofosfat (DBDTP), Paradigma, 12(1): 54.