Anda di halaman 1dari 3

EKSTRAKSI ALUMINA (

Al 2 O3 ) DARI LUMPUR

Sandi Vico Zalastica Siswanto1 , Auliatu Davita1 , Issana Pramordha Wardhani1 ,


UcuTuti Handaya

1 Jurusan Kimia , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Jenderal Achmad Yani
ABSTRAK
Telah dilakukan ekstraksi suatu oksida logam, yaitu alumina (

Al 2 O 3 ), alumina adalah komponen

penting dalam bijih alumunium dan bauksit, serta penggunaannya sebagai bahan utama ampelas karena
mempunyai skala mohs 9, dengan hal ini alumina dapat menggantikan intan yang memang mempunyai nilai jual
yang cukup tinggi. Ekstraksi dilakukan dari lumpur dengan cara mereaksikannya dengan asam atau dengan
suatu basa, lumpur terlebih dahulu dikeringkan dan dikalsinasi lalu dilakukan ekstraksi dengan asam dan basa.
PENDAHULUAN
Alumunium termasuk unsur yang banyak
terdapat di kulit bumi. Umumnya alumunium
ditemukan bergabung dengan silikon dan oksigen,
seperti dalam alumininosilikat, yang terdapat dalam
karang sebagai granit dan tanah liat. Alumunium
dibuat dari biji bauksit yang mengandung Al 2O3.
Alumunium ringan dan tahan karat sehingga
banyak dipakai dalam dunia modern, seperti untuk
pesawat udara, automobil, kaleng makanan dan
minuman, serta alat-alat rumah tangga. Daya hantar
alumunium cukup baik, sehingga dipakai sebagai
bahan kabel listrik berukuran besar. Bila dicampur
dengan logam lain memberikan sifat khusus,
contohnya alnico (mengamdung 50% Fe, 20% Ni,
20% Al, dan 10% Co) bersifat magnet yang sangat
besar. Logam alumunium bersifat amfoter, dapat
larut dalam asam dan basa. (Syukri, 1999: 630)
Alumina atau alumunium oksida adalah
senyawa kimia dari alumunium dan oksgen, dengan
rumus kimia Al2O3. Di bidangh pertambangan,
keramik dan teknik material dikenal dengan nama
alumina (Fathah Dian, 2013:23).
Aluminium oksida tak terhidrasi (alumina),
Al2O3, dilarutkan dalam klorit, di mana ia dianggap
ada dalam bentuk ion Al3+ dan O2-. Dengan
mengelektrolisis larutan ini, akan dihasilkan
aluminium unsur pada katode dan oksigen pada
anode (Keenan, 1984:184).
Alumina adalah bahan baku utama dalam
industri peleburan aluminium. Alumina ini berasal
dari bermacam-macam bahan baku seperti :
bauksit, dowsit, kaolinit, anorthosit, dan lain-lain.
Untuk mendapatkan alumina, bahan baku tersebut
dapat diekstraksi dan masing-masing bahan baku
tersebut mempunyai kandungan alumina yang
berbeda-beda serta tingkat pengotoran yang

berbeda-beda pula. Akan tetapi pada umumnya


bauksit merupakan bijih yang paling banyak
mengandung alumina dari yang diperdagangkan
sekitar 30-65 % Al 2O3. Bauksit dari suatu tambang
mungkin mengandung satu atau lebih mineral
aluminium yang masih bercampur dengan
bermacam-maca pengotoran (repository.usu.ac.id).
Hasil ekstraksi dipengaruhi oleh jenis
pelarut yang digunakan. Pemanasan dan durasi
pengadukan juga mempengaruhi hasil proses
ekstraksi. Kondisi optimal ekstraksi diketahui
melalui variasi konsentrasi pelarut. Untuk
meningkatkan efisiensi ekstraksi, dilakukan
kalsinasi pada lumpur, serta dilakukan pemanasan
dan pengadukan pada saat proses ekstraksi
(Keenan, 1984:184).
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat
berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua
cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air
dan yang lainnya pelarut organik (Fathah Dian,
2013:90).
pH suatu larutan didefinisikan sebagai
logaritma negatif dari konsentrasi ion hydrogen
(dalam mol per liter). Karena pH pada dasarnya
hanyalah suatu cara untuk menyatakan konsentrasi
ion hydrogen, larutan asam dan larutan basa pada
25C dapat di identifikasi berdasarkan nilai pHnya, seperti berkut :
larutan asam: [H+] > 1,0 x 10-7 M, pH < 7,00
larutan basa: [H+] < 1,0 x 10-7 M, pH > 7,00
larutan basa: [H+] = 1,0 x 10-7 M, pH = 7,00
Perhatikan bahwa pH meningkat dengan
menurunnya [H+]. Di laboratorium, pH larutan
diukur pH meter (Chang, 2005:99).
Reaksi penetralan (neutralization reaction)
merupakan reaksi antara asam dengan basa.
Reaksi asam-basa dalam medium air basanya

menghasilkan air dan garam (salt), yang merupakan


contoh yang sudah dikenal baik. Senyawa ini
merupakan produk dari reaksi asam-basa berikut:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Walaupun demikian, karena baik asam
maupun basa merupakan elektrolit kuat, senyawa
ini terionisasi sempurna dalam larutan (Chang,
2005:99).
METODE PERCOBAAN
Alat dan bahan
Alat yang digunakan adalah gelas kimia
50 mL, gelas ukur 10 mL dan 25 mL, pipet tetes,
spatula, pengaduk magnet, hot plate, kaca arloji,
kertas pH indicator universal, batang pengaduk,
corong gelas, penyangga corong, oven, desikator,
kertas saring dan botol semprot.
Bahan yang digunakan adalah Lumpur
kering, natrium hidoksida (NaOH) 2 M, kalium
bromat (KBr), dan asam klorida 2 M (HCl).
Cara kerja
Diambil 2,5 gram lumpur kering (sudah
dikalsinasi), lalu ditambahkan 15 mL natrium
hidorksida 2 M dalam gelas kimia 50 mL, diaduk
dengan stirrer selama 30 menit. Endapan
dipisahkan dan filtrate dipindahkan ke dalam gelas
kimia 50 mL. ditambahkan filtrate dengan HCl 2 M
sampai Ph = 8 lalu dipanaskan sampai 70C hingga
terbentuk endapan. Dipisahkan endapan dan dicuci
hingga pH = pH akuadest lalu dikeringkan pada
oven (110C) hingga berat konstan, dicatat berat
endapan.
Diambil 2,5 gram lumpur (sudah
dikalsinasi), lalu ditambahkan 15 mL asam klorida
(HCl) 2 m dalam gelas kimia 50 mL. gelas kimia
ditutup lalu dipanaskan dan diaduk oleh strirer
hotplate selama 30 menit dalam lemari asam.
Dipisahkan larutan dan filtrate dipindahkan
kedalam gelas kimia 50 mL. Filtrate ditambahkan
larutan natrium hidroksida (NaOH) 2 M sampai pH
= 3 lalu endapan dipisahkan, endapan dicuci lagi
dengan natrium hidroksida (NaOH) 2 M sampai pH
= 8. Dipisahkan endapan dan dicuci hingga pH =
pH akuadest lalu dikeringkan pada oven (110C)
hingga berat konstan, dicatat berat endapan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum percobaan dimulai, lumpur
dikalsinasi (pemanasan) terlebih dahulu, tujuan
yaitu
menghilangkan
air
dan
zat-zat
organik/volatile lainnya.
Metode 1 : Campurkan lumpur dengan
NaOH pekat, lalu Al2O3 larut dan menghasilkan ion
aluminat. Al2O3 + 2OH2AlO2- + H2O .
Aduk dengan magnetic stirrer. Setelah diaduk
dengan magnetic stirer lalu diasamkan . Reaksinya
AlO2- + HCl
Al(OH)3
+
Cl
Kemudian dipanaskan. Menghasilkan reaksi
2Al(OH)3
Al2O3 + H2O .

Selanjutnya adalah tahap pemurnian lumpur


(bauksit) yang caranya adalah dengan melarutkan
bauksit dalam larutan natrium hidroksida (NaOH),
Al2O3 (s) + 2NaOH (aq) + 3H2O(l)
2NaAl(OH)4(aq) Aluminium oksida larut dalam
NaOH sedangkan pengotornya tidak larut.
Pengotor-pengotor dapat dipisahkan melalui proses
penyaringan. Selanjutnya aluminium diendapkan
dari filtratnya dengan cara pemanasan pada
penangas dengan suhu 70C. Endapan aluminium
hidroksida disaring, dikeringkan lalu dipanaskan
sehingga diperoleh aluminium oksida murni
(Al2O3) 2Al(OH)3(s)
Al2O3 (s) +
3H2O(g), dengan massa konstan 0.0915 gram. Tahap
pemurnian lumpur (bauksit) ini dilakukan untuk
menghilangkan pengotor utama dalam lumpur
(bauksit). Pengotor utama lumpur (bauksit)
biasanya terdiri dari SiO2, Fe2O3, dan TiO2.
Metode 2 lumpur diolah dengan HCl pekat
lalu Al2O3 larut. Setelah diaduk dan dipanaskan
dengan magnetic stirer lalu dibasakan
2Al(OH)3
Al2O3 + H2O.
Aluminium diendapkan dari filtratnya dengan cara
penambahan NaOH hingga pH filtrat sama dengan
8. Endapan aluminium hidroksida disaring,
dikeringkan lalu dipanaskan sehingga diperoleh
aluminium oksida murni (Al2O3) 2Al(OH)3(s)
Al2O3 (s) + 3H2O(g), dengan massa
konstan 0.56 gram.
Massa konstan yang didapat, metode 1 lebih
besar dari metode 2.
Jadi hal yang menyebabkan massa pada
metode pertama lebih besar dibandingkan massa
pada metode kedua, dikarenakan Hasil ekstraksi
dipengaruhi oleh jenis pelarut yang digunakan.
Pemanasan dan durasi pengadukan juga
mempengaruhi hasil proses ekstraksi. Kondisi
optimal ekstraksi diketahui melalui variasi
konsentrasi pelarut. Untuk meningkatkan efisiensi
ekstraksi, dilakukan kalsinasi pada lumpur, serta
dilakukan pemanasan dan pengadukan pada saat
proses ekstraksi.
Hasil ekstraksi dipengaruhi oleh konsentrasi
dan jenis pelarut.Konsentrasi 6 M merupakan
kondisi optimal untuk melakukan ekstraksi baik
menggunakan asam maupun basa. Akan tetapi pada
praktikum kali ini konsentrasi NaOH maupun HCl
dalam konsentrasi yang sama yaitu 2M, jadi
konsentrasi tidak mempengaruhi. Tetapi jenis
pelarut yang digunakaNlah yang mempengaruhi
jumlah endapan akhir yang terbentuk. Karena
kemurnian tertinggi endapan silika diperoleh dari
ekstraksi menggunakan NaOH sedangkan ekstraksi
alumina lebih efektif dilakukan dengan HCl. Maka
hasil endapan akhir metode pertama lebih besar
karena terdapat campuran silika dan alumina pada
hasil ekstraksi tersebut. Sedangkan pada metode
kedua terdapat alumina dengan tingkat kemurnian

yang lebih tinggi, karena silika tidak larut dalam


larutan HCl.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. Kimia Dasar Konsep-Konsep
Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
2005.

Dian Sari, Fathah. Kamus Pintar Kimia. Jakarta:


Pustaka Makmur. 2013.
Keenan,Charles W. Ilmu Kimia untuk Universitas
Edisi Keenam Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
1984.
Syukri. Kimia Dasar Jilid 3. Penerbit ITB, 1999.

Anda mungkin juga menyukai