Anda di halaman 1dari 35

I.

JUDUL PERCOBAAN : INVERSI GULA


II. TANGGAL PERCOBAAN :
Mulai percobaan : 26 September 2017
Selesai percobaan : 26 September 2017
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Menentukan Orde reaksi dan reaksi inversi gula menggunakan
polarimeter
IV. DASAR TEORI
Laju reaksi merupakan proses perubanhan konsentrasi pereaksi
atau produk dalam satuan waktu tertentu. Laju reaksi dapat dinyatakan
sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu reaktan atau bertambahnya
konsentrasi produk dalam waktu tertentu (Sastrohamidjojo, 2001).
Secara umum kecepatan reaksi searah dapat ditulis –
dc/dt=kCn dimana dalam hal ini C adalah konsentrasi reaktan (mol/L),t
adalah waktu, n adalah orde reaksi dan k adalah konstanta kecepatan
reaksi. Pada orde satu persamaan kecepatan reaksi menjadi –dc/dt= k C
atau –dC/C=k dt dan bila di integralkan menghasilkan persamaan –ln C=K
t+konstanta. Dimana untuk t=0, maka C=C0 (konstrasi mula mula) maka
ln C0/C = Kt (Achmad,2001).

Inversi Gula
Laju inversi gula adalah laju reaksi hidrolisis sukrosa menjadi
fruktosa dan glukosa dan memiliki orde reaksi yang merupakan pangkat-
pangkat dalam persamaan laju reaksi kimia. Disakarida sukrosa adalah
berupa gula pasir biasa, Sukrosa adalah suatu disakarida yang dapat
dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa (Bird, 1991).
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen
yang terdapat dalam alam. Karbohidrat sangat beranekaragam sifatnya.
Misalnya, sukrosa (gula pasir) dan kapas, keduanya adalah karbohidrat.
Salah satu perbedaan utama antara pelbagai tipe karbohidrat ialah ukuran
molekulnya. Gula merupakan zat optis aktif. Bila cahaya terpolarisasi
linier jatuh pada bahan optis aktif, maka cahaya yang keluar bahan akan
tetap terpolarisasi linier dengan arah bidang getar terputar terhadap arah
bidang getar semula.

INVERSI GULA 1
Sifat optis aktif zat dispesifikasikan dengan sudut putar jenis.Sudut
putar bidang polarisasi sebanding dengan sudut putar jenis dan konsentrasi
bila sudut putar jenis diketahui dan sudut putar bidang polarisasi dapat
diukur, maka konsentrasi (kadar) zat optis aktif dapat ditentukan (hal ini
merupakan prinsip yang digunakan untuk menentukan kadar zat optis.
Gula inversi adalah campuran D-glukosa dan D- fruktosa yang
diperoleh dengan hidrolisis asam atau enzimatik dari sukrosa. Enzim yang
mengkatalis hidrolisis sukrosa disebut invertase,bersifat spesifik untuk
ikatan β-Dfruktofuranosida dan terdapat dalam ragi dan lebah (madu
terutama terdiri dari gula inversi). Berdasarkan teori bahwa mayoritas gula
adalah fruktosa dan fruktosa membelokkan cahaya ke kiri. Gula yang
terdiri dari Sukrosa maupun Glukosa memutar cahaya ke kanan. Sukrosa
memiliki rotasi +66,5° (positif) produk yang dihasilkan glukosa[α]=
+52,7° dan fruktosa [α] = -92,4o mempunyai rotasi netto negatif.Dengan
mengetahui pembelokan cahaya yang dihasilkan oleh larutan gula, dapat di
analisa jenis/komposisi gula yang ada dalam larutan tersebut
Sudut putar jenis jenis dapat dihitung :
𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
𝛼= 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 (𝑑𝑚)𝑥 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 ( ⁄𝑚𝐿)
Reaksi inversi gula :

Reaksi ini disebut juga orde reaksi satu pseudo.


Orde reaksi dari inverse gula merupakan orde ke satu. Pada reaksi ini laju
reaksi hanya tergantung pada satu kosentrasi saja yaitu [C12H22O11]
sedangkan H2O tidak berpengaruh dalam reaksi tersebut. Sehingga dapat
di rumuskan sebagai berikut
Laju = k [C12H22O11]
Reaksi hidrolisis sukrosa pada dasarnya termasuk kedalam reaksi
orde dua, tetapi karena konstrasi air tetap maka reaksi hidrolisis sukrosa

INVERSI GULA 2
dapat digolongkan kedalam reaksi orde satu, C12H22O11 +
H2O  C6H12O6 + C6H12O6. Dan rumus yang digunakan ln Csc/C = Kt
dan Ks = (1/b) ln(Ccs/Cs) untuk mencari K1 dari persamaan tersebut perlu
diketahui konsentrasi sukrosa mula-mula pada waktu t (Fessenden,1992).
Pada umumnya konstrasi reaktan dapat diketahui dengan jalan
titrasi, tetapi untuk menitrasi campuran sukrosa, glukosa dan fruktosa
adalah sangat sulit. Karena itu untuk mengetahui konsentrasi sukrosa dapat
dipakai cara polarimeter. Hal ini berdasarkan pemutaran bidang polarisasi,
dimana sukrosa dan glukosa akan memutar bidang polarisasi ke kanan dan
fruktosa akan memutar sudut polasrisasi kekiri yang lebih kuat. Larutan
sukrosa murni memutar bidang polarisasi ke kanan. Walaupun hidrolisis
sudah berjalan, maka glukosa dan fruktosa akan terbentuk, sehingga
pemutaran bidang polarisasi ke kanan akan diperkecil. Pada akhir reaksi,
dimana sukrosa habis, larutan menjadi memutar bidang polarisasi ke
kiri (Harjadi,1990).
1 𝐶 1 (𝑎0 − 𝑎𝑎 )
𝐾 = ln ( ) = 𝑙𝑛
𝑡 𝐶0 𝑡 (𝑎𝑡 − 𝑎𝑎 )
Dimana a0 adalah sudut pemutar mula-mula, at adalah pemutaran waktu t,
dan aa adalah sudut pemutaran akhir (Harjadi,1990).
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi,
luas permukaan sentuhan, suhu, dan katalis. Oleh karena itu, reaksi kimia
dapat berjalan cepat atau lambat. Dalam industri, reaksi kimia perlu
dilangsungkan pada kondisi tertentu agar produknya dapat diperoleh
dalam waktu yang sesingkat mungkin. Reaksi dapat dikendalikan dengan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari adalah pembuatan kopi atau teh yang menggunakan
pelarut bersuhu tinggi dengan tujuan untuk meningkatkan laju reaksi
(Achmad,2001).
Dalam hidrolisia sukrosa, atom H dari asam klorida atau asam
asetat berfungsi sebagai katalisator. Katalisator adalah zat, ion atau gugus
yang mempercepat atau memperlambat reaksi, tetapi pada akhir reaksi
dilepas kembali dalam bentuk asalnya (tidak mengalami perubahan).

INVERSI GULA 3
Katalisator dibagi menjadi dua jenis yaitu katalisator positif dan katalisator
negatif. Dimana katalisator positif adalah katalisator yang mempercepat
reaksi dan katalisator negatif adalah katalisator yang memperlambat/
menghentikan reaksi. Istilah katalisator biasanya digunakan untuk
katalisator positif,sedangkan katalisator negatif digunakan istilah inhibitor
atau poison (racun)(Achmad,2001).
Polarimeter adalah instrumen ilmiah yang digunakan untuk
mengukur sudut rotasi yang cara penggunaannya adalah dengan
melewatkan cahaya terpolarisasi melalui zat optik aktif. Beberapa zat
kimia aktif optik dan terpolarisasi (searah) cahaya akan berputar balik ke
kiri (berlawanan arah jarum jam) atau kanan (searah jarum jam) ketika
melewati zat ini. Dan jumlah dimana cahaya diputar dikenal dengan sudut
rotasi. Sebelum digunakan polarimeter haruslah dikalibrasikan dulu hal ini
ditujukan untuk mempermudah dalam hal pengamatan (Oxtoby,2001).
Polarimetri adalah suatu cara analisa yang didasarkan pada
pengukuran sudut putaran (optical rotation) cahaya terpolarisir oleh
senyawa yang transparan dan optis aktif apabila senyawa tersebut dilewati
sinar monokromatis yang terpolarisir tersebut. Senyawa optis aktif adalah
senyawa yang dapat memutar bidang getar sinar terpolarisir. Zat yang
optis ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau atom C kiral
dalam senyawa organik, contoh : kuarsa ( SiO2 ), fruktosa. Cahaya
monokromatik pada dasarnya mempunyai bidang getar yang banyak
sekali. Bila dikhayalkan maka bidang getar tersebut akan tegak lurus pada
bidang datar. Bidang getar yang banyak sekali ini secara mekanik dapat
dipisahkan menjadi dua bidang getar yang saling tegak lurus. Yang
dimaksud dengan cahaya terpolarisasi adalah senyawa yang mempunyai
satu arah getar dan arah getar tersebut tegak lurus terhadap arah
rambatnya.
Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis
suatu zat yang menimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar
terpolarisir. Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir oleh senyawa optis
aktif ada 2 macam, yaitu :

INVERSI GULA 4
1. Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum
jam.
2. Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan
putaran jarum jam.

Cara Penggunaan Polarimeter


Cara penggunaan berikut adalah cara pada Zeiss Polarimeter, tetapi
secara umum cara penggunaan polarimeter manapun adalah sama. Untuk
memulai penggunaan polarimeter pastikan tombol power pada posisi on
dan biarkan selama 5-10 menit agar lampu natriumnya siap digunakan.
Selalu mulai dengan menentukan keadaan nol (zero point) dengan mengisi
tabung sampel dengan pelarut saja. Keadaan nol ini perlu untuk
mengkoreksi pembacaan atau pengamatan rotasi optik. Tabung sampel
harus dibersihkan sebelum digunakan agar larutan yang diisikan tidak
terkontaminasi zat lain. Pembacaan/pengamatan bergantung kepada tabung
sampel yang berisi larutan/pelarut dengan penuh.
Perhatikan saat menutup tabung sampel, harus dilakukan hati-hati agar
di dalam tabung tidak terdapat gelembung udara. Bila sebelum tabung diisi
larutan didapat keadaan terang, maka setelah tabung diisi larutan putarlah
analisator sampai didapat keadaan terang kembali. Sebaliknya bila
awalnya keadaan gelap harus kembali kekeadaan gelap. Catat besarnya
rotasi optik yang dapat terbaca pada skala. Tetapi jangan hanya besar
rotasi optiknya, arah rotasinya juga harus dicatat searah jarum jam atau
berlawanan arah jarum jam. Lakukan pembacaan berkali-kali sampai
diperoleh nilai yang dapat dirata-ratakan.

V. ALAT DAN BAHAN


 Alat yang digunakan :
1. Polarimeter 1 set
2. Gelas kimia 3 buah
3. Gelas ukur 1 buah
4. Pipet tetes 1 buah
5. Corong kaca 1 buah

INVERSI GULA 5
6. Spatula kaca 1 buah
7. Kertas saring 1 buah

 Bahan yang digunakan :


1. Gula
2. Aquades
3. Larutan gula
4. HCl

VI. ALUR
1. Persiapan Alat

Aparatus Polarimeter

- disiapkan
- dikeluarkan tabung (kuvet ) dari dalam
bak polarimeter
- dicuci hingga bersih
- dibilang dengan pelarut yang aan dipakai
sebagai pelarut zat optis aktif yang akan
dianalisis
- dikeringkan
-
Alat siap digunakan

2. Penentuan titik nol pelarut (yang dalam inversi gula adalah air)

Kuvet bersih

- diisi dengan air (dipastikan tidak ada


gelembung udara dalam tabung)
- dimasukkan dalam bak polarimeter
- dibaca skala

Skala yang
terbaca

INVERSI GULA 6
3. Pengukuran sudut putar jenis sampel

Tabung sampel

- dikosongkan (dikeluarkan isinya)


- diisi dengan sampel yang akan diukur sudut
putarnya yaitu larutan gula 10%
- diamati sudut putar bagi larutan gula 10%
- dihitung sudut putar

Sudut putar

4. Pengukuran sudut putar sampel dari waktu ke waktu

Tabung sampel

- dikossongkan (dikeluarkan isinya)


- diisi dengan campuran larutan 25 mL larutan
gula dan 10 mL larutan HCl 2 N
- diamati sudut putar dengaan cara seperti
sebelumnya dri waktu ke waktu,
13,26,39,52,65,78
- dihitung sudut putar

Sudut putar

VII. REAKSI-REAKSI
 C12H22O11 (s) + H2O (l)  C6H12O6 (aq) + C6H12O6 (aq)

INVERSI GULA 7
VIII. HASIL PENGAMATAN
No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan / Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1. Persiapan Alat

Aparatus Polarimeter

- disiapkan
- dikeluarkan tabung (kuvet ) dari dalam
bak polarimeter
- dicuci hingga bersih
- dibilang dengan pelarut yang aan dipakai
sebagai pelarut zat optis aktif yang akan
dianalisis
- dikeringkan
-
Alat siap digunakan

INVERSI GULA 8
2. Penentuan titik nol pelarut (yang dalam inversi gula Aquades : Skala air yang Dari percobaan
adalah air) larutan tidak diamati : 56,0 yang telah
berwarna dilakukan dapat
Kuvet bersih Panjang tabung disimpulkan
21 cm = 2,1 dm bahwa sudut putar
- diisi dengan air (dipastikan tidak ada air adalam 0⁰
gelembung udara dalam tabung)
- dimasukkan dalam bak polarimeter
- dibaca skala

Skala yang
terbaca

3. Pengukuran Sudut Putar jenis sampel  Aquades :  Aquades + C6H22O11 (s) + H2O (l)   Gula merupakan
larutan tidak gula : Selulosa senyawa yang
Tabung sampel berwarna larutan gula C6H12O6 (aq) + C6H12O6 bersifat optis
 Gula : 10 % tidak (aq) aktif sehingga
- dikosongkan (dikeluarkan isinya) berbentuk berwarna Glukosa Fruktosa dapat memutar
kristal dan  skala yang bidang
- diisi dengan sampel yang akan diukur sudut
berwarna diamati Sukrosa α = + 66,5⁰ polarisasi
putarnya yaitu larutan gula 10%  massa gula 80,1⁰ Glukosa α = + 52,7⁰ cahaya
- diamati sudut putar bagi larutan gula 10% 10 gram  skala sudut Fruktosa α = + 92,4⁰  sukrosa dapat
- dihitung sudut putar putar larutan terhidrolisis
gula 80,1 – menjadi glukosa
Sudut putar 56,0 = 24,1⁰ dan fruktosa
 panjang
tabung : 21

INVERSI GULA 9
cm = 2,1 dm
 larutan gula
disaring :
larutan tidak
berwarna
4. Pengukuran sudut putar sampel dari waktu kewaktu  Aquades :  Aquades + C6H22O11 (s) + H2O (l)  Semakin besar t
larutan tidak gula + HCl : Selulosa (waktu) maka
Tabung sampel berwarna larutan tidak C6H12O6 (aq) + C6H12O6 sudut putar
 Larutan Gula berwarna (aq) semakin kecil
- dikossongkan (dikeluarkan isinya)
: berwarna Sudut putar : Glukosa Fruktosa
kekuningan 0 menit : 29,5⁰
- diisi dengan campuran larutan 25 mL larutan
 HCl : larutan 5 menit : 15,3⁰
gula dan 10 mL larutan HCl 2 N tidak 10 menit : 7,05⁰
- diamati sudut putar dengaan cara seperti berwarna 15 menit : -0,8⁰
sebelumnya dri waktu ke waktu, 20 menit : -1,5⁰
13,26,39,52,65,78 25 menit : -3,5⁰
- dihitung sudut putar

Sudut putar

INVERSI GULA 10
IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan inversi terhadap gula sukrosa.
Percobaan inversi gula bertujuan untuk menentukan orde reaksi dari
inversi gula dengan menggunakan alat polarimeter. Prinsip dasar
polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis suatu zat yang
menimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir. Pemutaran
bidang getar sinar terpolarisir oleh senyawa aktif ada dua macam yaitu:
1. Dexrorotary , (+) jika arah putarannya kekanan atau sesuai dengan
putaran jarum jam.
2. Levorotary, (-) jika arah putarannya kekiri atau berlawanan dengan
putaran jarum jam.
Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah gula. Gula
merupakan sukrosa, dimana sukrosa dibuat dari gabungan dua gula yang
sederhana yaitu glukosa dan fruktosa (monosakarida). Dalam air, sukrosa
akan mengalami reaksi hidrolisis menghasilkan glukosa dan fruktosa yang
ditunjukkan sebagai berikut.

+H2O

Sukrosa Fruktosa Glukosa

Langkah pertama yaitu menimbang sebanyak 10 gram gula pasir


yaitu sukrosa, kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia. Setelah itu
ditambahkan dengan 100 mL aquades untuk melarutkan gula dalam air.
Kemudian diaduk hingga larutan menjadi homogen. Dalam hal ini akan
dihasilkan sampel berupa 10% larutan sukrosa (gula pasir). Karena larutan
sukrosa berwarna kuning keruh, dilakukan penyaringan larutan dengan
kertas saring sehingga dihasilkan larutan sukrosa yang tidak berwarna.
Selanjutnya terdiri dari beberapa tahap, antara lain adalah sebagai
berikut :

INVERSI GULA 11
a. Mempersiapkan apparatus polarimeter.
Dalam mempersiapkan apparatus polarimeter, yang
pertama kali dilakukan adalah mengeluarkan kuvet dari polarimeter
kemudian dicuci dengan aquades sebersih mungkin. Hal ini dilakukan
agar kuvet tidak terkontaminasi dengan zat lain, karena aquades
merupakan larutan yang bebas pengotor. Kemudian kuvet tersebut
dikeringkan beberapa saat hingga kering. Untuk memperkecil
kemungkinan kesalahan terjadi dalam pengamatan maka lebih baik
tabung (kuvet) dibilas dengan pelarut yang akan dipakai sebagai
pelarut zat optis aktif yang akan dianalisis. Setelah bersih dan
dikeringkan, kuvet siap dipakai.

b. Menentukan titik nol


Dalam menentukan titik nol pelarut, dalam percobaan ini
adalah air, yang pertama kali dilakukan adalah mengisi kuvet dengan
air dengan menggunakan pipet dan diusahakan tidak ada gelembung
udara dalam kuvet yang berisi air tersebut, agar hasil pengamatan yang
diperoleh lebih akurat. Karena jika terdapat gelembung udara pada
tabung dapat mempengaruhi skala yang akan diamati.. Kuvet yang
berisi air dimasukkan kedalam polarimeter, Kemudian dilakukan
pengaturan cahaya dengan cara memutar-mutar alat pemutar pada
polarimeter sampai menemukan titik terang, dimana obyek yang
diamati tidak ada perbedaan warna terangnya. Cahaya yang tampak
yakni gelap-terang-gelap, terang-gelap-terang, terang-terang-terang.
Setelah ditemukan cahaya terang-terang-terang, kemudian melihat
skala yang ditunjukkan pada polarimeter. Pada pengamatan ini
diketahui putaran yang diamati adalah 56,0o.

c. Menentukan sudut putar jenis sampel


Pada penentuan sudut putar jenis sampel, pertama
mengeluarkan kuvet yang berisi air kemudian dikosongkan dan diisi
lagi dengan larutan gula 10% yang telah dibuat pada awal percobaan.

INVERSI GULA 12
Kuvet yang telah berisi larutan gula 10%, dimasukkan kedalam
polarimeter larutan tersebut dimasukkan ke dalam kuvet pada alat
polarimeter dengan hati-hati sampai tidak ada gelembung udara di
dalam tabung. Karena jika terdapat gelembung udara pada tabung
dapat mempengaruhi skala yang akan diamati. Setelah kuvet terisi oleh
larutan sukrosa maka kuvet tersebut dimasukkan ke dalam alat
polarimeter. Diketahui panjang kuvet 2,1 dm. Kemudian diamati
cahaya gelap terangnya dan dilihat skalanya. Dari pengamatan ini
diketahui putaran yang diamati. Kemudian menghitung sudut putar
jenis sampel (α), yang diperoleh dari perbedaan skala pengukuran titik
nol air dan sudut putar larutan gula 10% :
80,10 – 56,00 = 24,10
Dengan menggunakan rumus :
putaran yang diamati
[α] = panjang tabung dalam dm  kadar ( gram per mol )
Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa sudut putar sukrosa
sebesar 114, 760 , sudut putar yang kami peroleh berbeda dengan sudut
putar sukrosa sesuai teori yaitu sebesar 66,5o.

d. Menentukan sudut putar sampel dari waktu ke waktu


Dalam menentukan sudut putar sampel dari waktu ke
waktu, pertama adalah mengosongkan kuvet kemudian dilakukan
pencucian hingga bersih serta dikeringkan. Untuk menghindari
kemungkinan terjadinya kesalahan, maka lebih baik kuvet dibilas
dengan pelarut yang akan dipakai sebagai pelarut zat optis aktif yang
akan dianalisis. Kemudian mengisi dengan larutan yang dibuat dengan
cara mencampurkan 25 ml larutan gula 10% dengan 10 ml larutan HCl
2N. Penambahan HCl adalah sebagai katalis yang dapat mempercepat
reaksi terurainya sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (reaksi
hidrolisis), dimana pada akhir reaksi akan terbentuk kembali. Tujuan
dari hal ini ialah untuk mengetahui reaksi hidrolisis yang terjadi pada
gula dengan menggunakan suatu asam (HCl) sebagai katalis.

INVERSI GULA 13
Kemudian kuvet yang berisi campuran larutan gula dan HCl
dimasukkan kedalam polarimeter dan melakukan pengamatan sudut
putar dari waktu ke waktu yaitu pada waktu : 0, 5, 10, 15, 20, dan 25
menit. Nilai skala yang didapat dapat digunakan untuk menghitung
nilai  dengan menggunakan rumus berikut :
putaran yang diamati
  
panjang tabung dalam dm  kadar  gr / mL 

Sehingga dapat dihitung nilai  dari larutan gula 10% (0 menit)


sebesar 140, 480 .
Selanjutnya yaitu dilakukan pengukuran sudut putar dari
waktu ke waktu dengan membuat campuran 25 ml larutan sukrosa
dengan 10 ml larutan HCl 2N.
Setelah itu, putaran optik diukur menggunakan polarimeter
dengan cara yang sama dengan sebelumnya ketika mengukur putaran
optik larutan blanko. Pengamatan sudut putar dilakukan dari waktu ke
waktu yaitu 5, 10, 15, 20, dan 25 menit..Terjadinya reaksi hidrolisis
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa ditandai dengan semakin turun
nilai putaran optik dari waktu ke waktu.
Orde reaksi dari inversi gula merupakan orde ke satu. Pada
reaksi ini laju reaksi hanya tergantung pada satu kosentrasi saja yaitu
[C12H22O11] sedangkan H2O tidak berpengaruh dalam reaksi tersebut.
Skala yang telah diamati sehingga diperoleh data sebagai berikut :
Waktu (menit) Waktu (s) Skala yang diamati
05,35 335 71,3
10,23 623 63,05
15,45 945 55,2
21,13 1273 54,5
25,56 1556 52,2
Dari data di atas, diketahui skala dari waktu ke waktu semakin
kecil. Hal ini disebabkan karena sukrosa mulai terhidrolisis menjadi
fruktosa. Seperti reaksi di bawah ini;

INVERSI GULA 14
Pada percobaan ini digunakan cara integral untuk menentukan
orde reaksi. Metode yang digunakan adalah metode grafik dan non
grafik. Untuk membuktikan orde yang tepat pada reaksi, maka
dihitung orde 1 dan juga orde 2 agar dapat dilihat orde mana yang
paling tepat. Pada pembuktian orde 1 dengan menggunakan metode
grafik diperlukan data ln (a-x) dan waktu (s). Data (a-x) ini diperoleh
dari sudut putar pada tiap waktu. Rumus yang digunakan untuk
menghitung sudut putar adalah sebagai berikut :
skala yang diamati
α= mg
panjang kuvet (dm)x kadar sukrosa (mL)

Setelah dihitung dengan rumus tersebut diperoleh data sebagai berikut:


t (menit) t (sekon) Putaran yang diamati α
0 0 29,50 140, 480
5 300 15,30 72, 860
10 600 7,050 33,570
15 900 -0,80 − 3,810
20 1200 -1,50 −7,140
25 1500 -3,80 −18,10

INVERSI GULA 15
Grafik orde 1 {ln (a-x) vs t(s)}

t (s) a (a-x)
0 140,48 -

300 140,48 72, 86

600 140,48 33,57

900 140,48 − 3,81

1200 140,48 −7,14

1500 140,48 −18,1

Data (a-x) diatas dibuat mutlak agar dapat dihitung nilai ln(a-x)
t (s) a (a-x) ln (a-x)
0 140,48 - -

300 140,48 72, 86 4,288

600 140,48 33,57 3,514

900 140,48 3,81 1,337

1200 140,48 7,14 1,966

1500 140,48 18,1 2,896

Dari data di atas, dapat dibuat grafik orde 1 ln(a-x) terhadap waktu (s)

INVERSI GULA 16
Grafik Orde 1
5.000
4.500
4.000
3.500
ln (a-x) 3.000
2.500
2.000 y = -0.0014x + 4.0998 orde 1
1.500 R² = 0.337 Linear (orde 1)
1.000
0.500
0.000
0 500 1000 1500 2000
t (s)

Sedangkan untuk pembuktian orde reaksi 2 diperlukan data


1/(a-x) dan waktu (s) yaitu sebagai berikut :
Grafik orde 2 {1/(a-x) vs t (s)}

t (s) a (a-x) 1/(a-x)


0 140,48 - -

300 140,48 72, 86 0,014

600 140,48 33,57 0,03

900 140,48 − 3,81 -0,262

1200 140,48 −7,14 -0,14

1500 140,48 −18,1 -0,055

Dari data di atas, dapat dibuat grafik untuk orde 2 dengan data 1/(a-x)
terhadap waktu (s) :

INVERSI GULA 17
Grafik Orde Dua
0.05

0
0 500 1000 1500 2000
-0.05
1/(a-x) -0.1
y = -0.0001x + 0.0098 Y-Values
-0.15 R² = 0.1629 Linear (Y-Values)
-0.2

-0.25

-0.3
t (s)

Berdasarkan grafik orde 1 dan 2 dapat dibandingkan nilai


regresinya. Pada orde 1 diperoleh regresi (R2) = 0,3370 dan pada orde
2 diperoleh regresi (R2) = 0.1629. Untuk menentukan orde reaksi
yang paling tepat dapat dilihat dari nilai regresinya, dimana regresi
yang paling mendekati 1 merupakan orde reaksinya. Dari data diatas
dapat disimpulkan bahwa orde reaksi berdasarkan metode grafik
adalah 1.
Pada pembuktian orde 1 dengan menggunakan metode non
grafik diperlukan data sebagai berikut :
t (s) a (a-x)

300 140,48 72, 86

600 140,48 33,57

900 140,48 − 3,81

1200 140,48 −7,14

1500 140,48 −18,1

Karena diperlukan data ln a dan ln (a-x) maka nilai a harus dibuat


mutlak

INVERSI GULA 18
a 1/a ln a (a-x) 1/(a-x) ln (a-x)

140,48 0,007 4,945 72, 86 0,014 4,289

140,48 0,007 4,945 33,57 0,029 3,514

140,48 0,007 4,945 3,81 0,262 1,338

140,48 0,007 4,945 7,14 0,140 1,966

140,48 0,007 4,945 18,1 0,055 2,896

Dimana ln a diperoleh dari ln sudut putar sukrosa. Dari data yang


telah diketahui di atas dapat dihitung nilai k pada tiap waktu dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :
ln (a-x) = ln a – kt
Setelah dihitung didapatkan harga k1 = k2 = k3 = k4 = k5 = 0,002.
Pada pembuktian orde 2 dengan menggunakan metode non
grafik diperlukan data sebagai berikut :
a 1/a ln a (a-x) 1/(a-x) ln (a-x)

140,48 0,007 4,945 72, 86 0,014 4,289

140,48 0,007 4,945 33,57 0,029 3,514

140,48 0,007 4,945 3,81 0,262 1,338

140,48 0,007 4,945 7,14 0,140 1,966

140,48 0,007 4,945 18,1 0,055 2,896

Dimana ln a diperoleh dari ln sudut putar sukrosa. Dari data yang


telah diketahui di atas dapat dihitung nilai k pada tiap waktu dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :
1/(a-x) = 1/ a + kt
Setelah dihitung didapatkan harga k1≠k2=k3≠k4≠k5.

INVERSI GULA 19
Berdasarkan nilai k pada tiap waktu untuk orde 1 dan 2 maka
dapat ditentukan orde reaksi yang paling tepat. Pada orde 1
k1=k2=k3=k4=k5 sedangkan pada orde 2 k1≠k2=k3≠k4=k5. Karena
pada data orde 1 k1=k2=k3=k4=k5 maka dapat disimpulkan orde
reaksi yang paling tepat adalah 1.

X. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan yaitu :

1. Orde reaksi laju inversi gula yakni berorde reaksi 1 dengan data metode

grafik diperoleh R2 sebesar 0,3370. Serta dilihat dari metode non grafik

diperoleh orde reaksi 1, karena K1 = K2 = K3 = K4 = K5 sebesar 0,002.

2. Reaksi inversi gula

XI. JAWABAN PERTANYAAN

1. Apa fungsi penambahan larutan HCl?


Jawab:
Larutan HCl sebagai katalis yang digunakan untuk mempercepat reaksi
inversi gula (perputaran kekiri) dan untuk menghidrolisis sukrosa.
Penambahan HCl berfungsi sebagai pemberi suasana asam dan katalis
yang dapat mempercepat reaksi hidrolisis atau terurainya sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa, dimana pada akhir reaksi akan terbentuk
kembali (tidak ikut bereaksi).

INVERSI GULA 20
2. Berikan sedikitnya 3 contoh zat optis selain gula dan berapa sudut
putarnya berdasarkan kajian pustaka dan pengamatan anda?
Jawab:
Kloroform, sudut putarnya : +52,00
Calciferol dalam aseton : + 82,60
Calciferil dalam kloroform : + 52,00

3. Berapa sudut putar larutan sukrosa, larutan glukosa, dan larutan


fruktosa berdasarkan kajian pustaka anda?
Jawab:
Berdasarkan teori bahwa mayoritas gula adalah fruktosa dan fruktosa
membelokkan cahaya ke kiri. Gula yang terdiri dari Sukrosa maupun
Glukosa memutar cahaya ke kanan. Sukrosa memiliki rotasi +66,5°
(positif) produk yang dihasilkan glukosa [α]= +52,7° dan fruktosa [α] =
-92,4° mempunyairotasi netto negatif.

XII. DAFTAR PUSTAKA


Achmad, H. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Bird. 1991. Laju Reaksi dan Tetapan Laju Jakarta: Erlangga.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.
Oxtoby, P. W., Gills, H.P., Nachtrieb, N.H. 2001. Prinsip – Prinsip Kimia
Modern Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, R. H. 1993. Kimia Dasar: Terapan Mode dan Prinsip. Jakarta:
Erlangga.
Sastrohamidjojo, H. 2011. Kimia Fisika. Jakarta: Renika Cipta.
Suyono dan Bertha Yonata. 2011. Panduan Praktikum Kimia Fisika III.
Surabaya: Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia, Fakultas
MIPA, Universitas Negeri Surabaya.

INVERSI GULA 21
LAMPIRAN FOTO

ALAT DAN BAHAN


GAMBAR KETERANGAN

1 buah neraca analit

1 buah gelas ukur 25 mL

2 buah gelas kimia 100 mL

1 buah corong kaca

1 buah spatula

INVERSI GULA 22
1 set alat polarimeter

Gula secukupnya

HCl 2 N

Aquades

Kertas saring

INVERSI GULA 23
SUDUT PUTAR AIR
GAMBAR KETERANGAN
Mempersiapkan alat polarimeter
dengan menghubungkan kabel
dengan sumber listrik dan dinyalan
dalam bentuk tombol on / off

Ditunggu hingga cahaya atau sinar


benar –benar berwarna orange

Aquades dimasukkan kedalam kuvet


hingga tidak ada udara yang terdapat
didalam kuvet

Kuvet yang berisi aquades


dimasukkan kedalam polarimeter
dengan membuka polarimeter
terlebih dahulu

Dimasukkan dalam polarimeter


kemudian ditutup

Dibaca skala sudut putar air

INVERSI GULA 24
Cahaya yang didapatkan harus benar
– benar terang

Sudut putar air sebesar 56⁰

SUDUT PUTAR LARUTAN GULA


GAMBAR KETERANGAN
Gula yang telah ditimbang
dimasukkan kedalam gelas kimia
kemudian ditambahkan aquades
untuk membuat larutan gula 10%

Menyiapkan kertas saring untuk


menyaring larutan gula dengan
membasahi kertas saring dengan
menggunakan aquades

Menyaring larutan gula agar terpisah


dari kotorannya

Mencuci kuvet dengan larutan yang


akan dibaca sudut putarnya

INVERSI GULA 25
Memasukkan larutan gula kedalam
kuvet

Kuvet dimasukkan kedalam alat


polarimeter

Dilihat cahaya yang terjadi hingga


benar – benar terang terang terang

Didapatkan hasil sudut putar larutan


gula sebesar 80,1⁰

DARI WAKTU KEWAKTU


GAMBAR KETERANGAN
Mengambil larutan gula sebanyak 25
mL

Larutan gula dimasukkan kedalam


gelas kimia

INVERSI GULA 26
Mengambil larutan HCl sebanyak 10
mL dan dimasukkan kedalam grlas
kimia yang berisi larutan gula dan
diaduk hingga homogen

Dimasukkan kedalam kuvet yang


telah dicuci dengan larutan yang
akan digunakan

Dibaca skala sudut putarnya hingga


didapatkan terang terang terang

Hasil sudut putar 5 menit pertama


sebesar 15,3⁰

Hasil sudut putar 5 menit kedua


sebesar 7,05⁰

Hasil sudut putar 5 menit ketiga


sebesar -0,8⁰

INVERSI GULA 27
Hasil sudut putar 5 menit keempat
sebesar -1,5⁰

Hasil sudut putar 5 menit kelima


sebesar -3,5⁰

INVERSI GULA 28
LAMPIRAN PERHITUNGAN

𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖


Sudut putar 𝛼 = 𝑔𝑟
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 (𝑑𝑚)𝑥 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 ( ⁄𝑚𝐿 )

Sukrosa + H2 O  glukosa + Fruktosa


α = 66,5⁰ α = 52,7⁰ α = 92,4⁰

 Mula – mula
Diketahui : Sudut putar gula (sukrosa) = 66,5
Ditanya :
𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
[𝛼] = 𝑔𝑟
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 (𝑑𝑚)𝑥 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 ( ⁄𝑚𝐿)
66,5
= 𝑔𝑟
2,1 𝑑𝑚 𝑥 0,1 ( ⁄𝑚𝐿)
= 316,7 ⁰

 Setelah sukrosa bereaksi setengahnya


koefisien sama sehingga sudut putarnya :
(½ x 66,5) + (½ x 52,7) + (½ x 92,4) = 13,4⁰
13,4
[α] = gr
2,1 dm x 0,1 ( ⁄mL)

[α] = 63,8 ⁰

 Setelah sukrosa habis bereaksi


52,7⁰ - 72,4⁰ = - 19,7⁰
-19,7
[α] = gr
2,1 dm x 0,1 ( ⁄mL)

[α] = -93,8 ⁰

INVERSI GULA 29
LAMPIRAN PERHITUNGAN

 Diketahui :

𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖


Rumus = α = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑢𝑣𝑒𝑡 (𝑙)𝑥 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 (𝐶)

Panjang kuvet (l) = 21 cm = 2,1 dm

10 gram
Kadar (C) = = 0,1 gram/mL
100 mL

Putaran yang diamati = aquades = 56,00

sukrosa 10% = 80,10 – 56,00 = 24,10

sukrosa terhidrolisis 0 menit = 85,50 -56,00 = 29,50

sukrosa terhidrolisis 5 menit = 71,30 -56,00 = 15,30

sukrosa terhidrolisis 10 menit = 63,00 – 56,00 = 7,050

sukrosa terhidrolisis 15 menit = 55,20 -56,00 = -0,80

sukrosa terhidrolisis 20 menit = 54,50 -56,00 = -1,50

sukrosa terhidrolisis 25 menit = 52,20 -56,00 = -3,80

 Ditanya : α = ….?
 Jawab :

Sukrosa 10%
24,10
α = 2,1 𝑥 0,1 = 114, 760

Sukrosa mulai mengalami hidrolisis menit ke 0


29,50
α = = 140, 480
2,1 𝑥 0,1

INVERSI GULA 30
Sukrosa mulai mengalami hidrolisis menit ke 5
15,30
α = = 72, 860
2,1 𝑥 0,1
Sukrosa mulai mengalami hidrolisis menit ke 10
7,050
α = = 33,570
2,1 𝑥 0,1
Sukrosa mulai mengalami hidrolisis menit ke 15
− 0,80
α = = − 3,810
2,1 𝑥 0,1
Sukrosa mulai mengalami hidrolisis menit ke 20
−1,50
α = = −7,140
2,1 𝑥 0,1
Sukrosa mulai mengalami hidrolisis menit ke 25

− 3,80
α = = −18,10
2,1 𝑥 0,1

t (menit) t (sekon) Putaran yang diamati α


0 0 29,50 140, 480
5 300 15,30 72, 860
10 600 7,050 33,570
15 900 -0,80 − 3,810
20 1200 -1,50 −7,140
25 1500 -3,80 −18,10

INVERSI GULA 31
Grafik orde 1 {ln (a-x) vs t(s)}

t (s) a (a-x)
0 140,48 -

300 140,48 72, 86

600 140,48 33,57

900 140,48 − 3,81

1200 140,48 −7,14

1500 140,48 −18,1

Data (a-x) diatas dibuat mutlak agar dapat dihitung nilai ln(a-x)
t (s) a (a-x) ln (a-x)
0 140,48 - -

300 140,48 72, 86 4,288

600 140,48 33,57 3,514

900 140,48 3,81 1,337

1200 140,48 7,14 1,966

1500 140,48 18,1 2,896

INVERSI GULA 32
Dari data di atas, dapat dibuat grafik orde 1 ln(a-x) terhadap waktu (s)

Grafik Orde 1
5.000
4.500
4.000
3.500
3.000
ln (a-x)

2.500
y = -0.0014x + 4.0998 orde 1
2.000
R² = 0.337 Linear (orde 1)
1.500
1.000
0.500
0.000
0 500 1000 1500 2000
t (s)

Grafik orde 2 {1/(a-x) vs t (s)}

t (s) a (a-x) 1/(a-x)


0 140,48 - -

300 140,48 72, 86 0,014

600 140,48 33,57 0,03

900 140,48 − 3,81 -0,262

1200 140,48 −7,14 -0,14

1500 140,48 −18,1 -0,055

INVERSI GULA 33
Grafik Orde Dua
0.05

0
0 500 1000 1500 2000
-0.05

-0.1
1/(a-x)

Y-Values
y = -0.0001x + 0.0098
-0.15 R² = 0.1629 Linear (Y-Values)
-0.2

-0.25

-0.3
t (s)

Metode non grafik

a 1/a ln a (a-x) 1/(a-x) ln (a-x)

140,48 0,007 4,945 72, 86 0,014 4,289

140,48 0,007 4,945 33,57 0,029 3,514

140,48 0,007 4,945 3,81 0,262 1,338

140,48 0,007 4,945 7,14 0,140 1,966

140,48 0,007 4,945 18,1 0,055 2,896

Orde 1

ln (a-x) = ln a – kt
k = ln a – ln (a-x) /t

k1 = (4,945 - 4,289) / 300 = 0,002

k2 = (4,945 - 3,514) / 600 = 0,002

k3 = (4,945 - 1,338) / 900 = 0,002

INVERSI GULA 34
k4 = (4,945 - 1,966) / 1200 = 0,002

k5 = (4,945 - 2,896) / 1500 = 0,002

Orde 2

1/(a-x) = 1/ a + kt
1 1

k = a a−x
𝑡

k1 = (0,007- 0,014) / 300 = - 2,3 x 10-5

k2 = (0,007 - 0,029) / 600 = - 3,6 x 10-5

k3 = (0,007 - 0,262) / 900 = - 2,8 x 10-4

k4 = (0,007 - 0,140) / 1200 = - 1,1 x 10-4

k5 = (0,007 - 0,055) / 1500 = - 3,2 x 10-5

INVERSI GULA 35

Anda mungkin juga menyukai