Anda di halaman 1dari 32

I.

Judul Percobaan : Inversi Gula


II. Tanggal Percobaan : Selasa, 27 Februari 2018 pukul 09.00-
12.00 WIB
III. Tujuan Percobaan : Menentukan orde reaksi dan reaksi inversi
gula menggunakan polarimeter

IV. Dasar Teori :

Kinetika kimia adalah bagian dari kimia fisik yang mempelajari


kecepatan reaksi kimia dan mekanismenya. Mekanisme reaksi
merupakan tahapan reaksi yang terjadi hingga terbentuk produk
(Oxtoby,dkk,2001). Dua konsep didalamnya yaitu laju reaksi dan orde
reaksi. Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi bukan
konsentrasi hasil reaksi. Seperti yang dikemukakan oleh Gulberg dan
Wooge dalam hukum Aksi Massa berikut “Laju reaksi dalam suatu
sistem pada suatu temperatur tertentu berbanding lurus dengan
konsentrasi dipangkatkan dengan koefisiennya dalam persamaan yang
bersangkutan.” Reaksi kimia menyangkut perubahan dari suatu
pereaksi (reaktan) menjadi hasil reaksi (produk), yang dinyatakan
dalam persamaan reaksi.

Pereaksi (reaktan) Hasil reaksi (produk)


Laju reaksi akan menurun dengan bertambahnya waktu. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan antara konsentrasi zat yang tersisa
saat itu dengan laju reaksi sehingga dapat dikatakan umumnya laju
reaksi tergantung pada konsentrasi awal dari zat – zat pereaksi,
pernyataan ini dikenal sebagai Hukum Laju Reaksi atau Persamaan
Laju Reaksi
mA+nB oC+pD
Dalam persamaan laju reaksi dapat dituliskan:
v = k [A]m [B]n
dimana,
v = laju reaksi (m/detik)
k = konstanta tetapan laju reaksi (L/mol.detik)
[A] = konsentrasi zat A (mol/L)
[B]= konsentrasi zat B (mol/L)
m = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap A
n = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap B

Laju reaksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor


yang mempengaruhi laju reaksi adalah:
1. Temperatur
Semakin tinggi temperatur dalam sistem maka reaksi dalam
sistem akan semakin cepat lajunya. Hal ini disebabkan oleh saat
suhu dinaikkan maka partikel akan semakin aktif bergerak
sehingga lajunya akan semakin cepat.
2. Konsentrasi
Semakin tinggi kosentrasi, maka semakin cepat reaksi yang
terjadi. Hal ini disebabkan oleh saat konsentrasi pereaksi besar,
tumbukan akan semakin sering terjadi sehingga lajunyapun akan
semakin cepat.
3. Tekanan
Tekanan yang dimaksud disini adalah tekanan gas. Semakin
tinggi tekanan reaktan maka reaksi akan semakin cepat
berlangsung. Hal ini disebabkan oleh penambahan tekanan dapat
memperkecil volume sehingga membuat konsentrasinya semakin
besar, dengan demikian akan menyebabkan laju reaksi
berlangsung lebih cepat.
4. Luas Permukan
Semakin luas permukaan suatu pertikel maka reaksi akan
semakin cepat berlangsung. Hal ini disebabkan oleh semakin luas
permukaan maka tumbukan yang terjadi akan semakin banyak,
sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat berlangsung
5. Katalis
Keberadaan katalis dalam sutu reaksi dapat mempercepat
jalannya suatu reaksi dalam sistem tanpa merubah komposisi. Hal
ini disebabkan oleh katalis dapat membuka jalan baru yang energi
aktivasinya lebih rendah sehingga memungkinkan reaksi dapat
berjalan lebih cepat. (Setiadji, 2011).
Orde reaksi adalah pangkat dari konsentrasi dalam hukum laju
( Achmad,2001). Terdapat tiga metode yang dapat dikembangan untuk
menetukan orde reaksi suatu komponen, yaitu dengan metode integral,
metode diferensial, dan waktu fraksi. Metode diferensial berguna
untuk menentukan tingkat reaksi, sedangkan metode integral berguna
untuk mengevaluasi tingkat reaksi. Setiap metode dibagi menjadi 2
cara yaitu secara grafik dan non grafik.
a. Metode non grafik
Cara mencari orde reaksi dengan metode non grafik adalah
dengan menggunakan persamaan-persamaan dalam hukum laju
sehingga orde reaksi dapat diketahui. Persamaan-persamaan
tersebut adalah (Wilkinson, 1936):

Hukum Laju Hukum Laju Bentuk


Orde Waktu Fraksi
Bentuk Differensial Integral

3
Ke-n
n≠1 { }

b. Metode Grafik
Untuk dapat menggunakan metode ini perlu diperhatikan
data yang akan diplotkan pada grafik. Untuk mendapatkan orde
reaksi, maka perlu analisis dari nilai regresi pada setiap garis linier
yang didapat. Orde reaksi ditentukan dari nilai R2 yang paling
mendekati 1.

Orde 1

y = kx + b
ln (a-x)

Orde 2
t

1/(a-x) y = kx + b

t
Orde 3

1/(a-x)2 y = kx + b

t
Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang
berasal dari tebu maupun dari bit. Selain pada tebu dan bit, sukrosa
terdapat pula pada tumbuhan lain, misalnya dalam buah nanas dan
dalam wortel. Dengan hidrolisis sukrosa akan terpecah dan
menghasilkan glukosa dan fruktosa. Sukrosa mempunyai sifat
memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Hasil yang diperleh dari
hidrolisis ialah glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang
ekuimolekuler. Glukosa memutar cahaya kekanan, sedangkan fruktosa
ke kiri. Dengan demikian pada proses hidrolisis ini terjadi perubahan
sudut putar, mula-mula ke kanan menjadi kekiri, dan oleh karenanya
proses ini disebut inversi. Hasil hidrolisis sukrosa yaitu campuran
glukosa dan fruktosa disebut gula invert.
Sukrosa, dikenal sebagai gula meja (table sugar), merupakan
disakarida yang terbentuk dari satu molekul α-D-glukosa dan satu
molekul β-D-fruktosa yang dihubungkan oleh ikatan α-1,2-glikosidik.
Gula invert merupakan hasil hidrolisis dari sukrosa yaitu α-D-glukosa
dan β-D-fruktosa. Hidrolisis terjadi pada larutan dengan suasana asam
atau dengan enzim invertase.
Apabila sukrosa terhidrolisis sempurna,maka akan dihasilkan
52,63% glukosa dan 52,63% fruktosa. Jadi dari hasil reaksi ini ada
tambahan padatan terlarut sekitar 5%. Hal ini tergantung pada derajat
inversinya. Mekanisme hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa dapat dilihat pada gambar 1
&

Gambar 1. Mekanisme hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan


fruktosa

Glukosa dan fruktosa merupakan karbohidrat sederhana.


Keduanya didapat melalui hidrolisis sukrosa sehingga menjadi satu-
satuan glukosa dan satu-satuan fruktosa. Glukosa yang terdapat pada
tumbuhan disistesis oleh karbondioksida melalui proses fotosintesis yang
disimpan sebagai pati yang kemudian diubah menjadi selulosa yang
terdapat dalam kerangka tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu
aldoheksosa yang berisomer, merupakan suatu yang penting di alam, baik
karena terdapat secara meluas, maupun perannya yang sangat penting
dalam proses biologi. Glukosa juga hasil ubahan dari semua karbohidrat
dalam tubuh sebelum proses oksidasi.

Inversi Gula
Laju inversi gula adalah laju reaksi hidrolisa sukrosa menjadi
fruktosa dan glukosa. Inversi gula ini terjadi saat sukrosa dihidrolisis
dengan bantuan asam (Sastrohamidjojo,2001).
Sukrosa atau yang lebih dikenal dengan gula tebu dapat
terhidrolisis dengan bantuan asam atau enzim menghasilkan fruktosa dan
glukosa yang sama banyaknya jumlahnya. Proses hidrolisis ini disebut
inversi. Campuran fruktosa dan glukosa yang sama banyak disebut gula
inversi ( Keenan,dkk,1996).
Gula invert adalah gula yang mengandung glukosa dan fruktosa
dengan jumlah sama (equimolar) yang banyak digunakan dalam industri
pangan dan farmasi. Dalam industri pangan gula invert digunakan sebagai
pemanis, pemberi aroma dan pengawet olahan pangan. Sedangkan dalam
industri farmasi, gula invert digunakan sebagai pemanis pada obat bentuk
sirup. Gula invert dihasilkan dari hidrolisis sukrosa baik secara enzimatik
maupun secara kimia dengan katalis asam bebas. Hidrolisis sukrosa secara
enzimatik menghasilkan gula invert yang jernih dan bermutu tinggi, tetapi
proses produksinya memerlukan biaya yang tinggi karena harga enzim
mahal (Razak,et.al, 2012).
Sifat optis aktif zat dispesifikasikan dengan sudut putar jenis.Sudut
putarbidang polarisasi sebanding dengan sudut putar jenis dan konsentrasi
bila sudutputar jenis diketahui dan sudut putar bidang polarisasi dapat
diukur, makakonsentrasi (kadar) zat optis aktif dapat ditentukan (hal ini
merupakan prinsipyang digunakan untuk menentukan kadar zat optis. Gula
inversi adalah campuran D-glukosa dan D- fruktosa yang diperolehdengan
hidrolisis asam atau enzimatik dari sukrosa. Enzim yang
mengkatalishidrolisis sukrosa disebut invertase,bersifat spesifik untuk
ikatan β-D-fruktofuranosidadan terdapat dalam ragi dan lebah (madu
terutama terdiri darigula inversi).
Berdasarkan teori bahwa mayoritas gula adalah fruktosa
danfruktosa membelokkan cahaya ke kiri. Gula yang terdiri dari Sukrosa
maupunGlukosa memutar cahaya ke kanan. Sukrosa memiliki rotasi
+66,5° (positif)produk yang dihasilkan glukosa[α]= +52,7° dan fruktosa
[α] = -92,4 mempunyairotasi netto negatif.
Dengan mengetahui pembelokan cahaya yang dihasilkan
olehlarutan gula, dapat di analisa jenis/komposisi gula yang ada dalam
larutan tersebut.
Sudut putar jenis jenis dapat dihitung :
[α] =

Reaksi inversi gula :


C12H22O11 + H2O  glukosa + fruktosa
Reaksi ini disebut juga orde reaksi satu pseudo. Orde reaksi dari
inversi gula merupakan orde ke satu. Pada reaksi ini laju reaksi hanya
tergantung pada satu kosentrasi saja yaitu [C12H22O11] sedangkanH2O
tidak berpengaruh dalam reaksi tersebut. Sehingga dapat di
rumuskansebagai berikut:
Laju = k [C12H22O11]
Polarimeter
Polarimetri adalah suatu cara analisa yang didasarkan pada
pengukuran sudut putaran (optical rotation) cahaya terpolarisir oleh
senyawa yang transparan dan optis aktif apabila senyawa tersebut dilewati
sinar monokromatis yang terpolarisir tersebut. Senyawa optis aktif adalah
senyawa yang dapat memutar bidang getar sinar terpolarisir. Zat yang
optis ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau atom C kiral
dalam senyawa organik, contoh : kuarsa ( SiO2 ), fruktosa. Cahaya
monokromatik pada dasarnya mempunyai bidang getar yang banyak
sekali. Bila dikhayalkan maka bidang getar tersebut akan tegak lurus pada
bidang datar. Bidang getar yang banyak sekali ini secara mekanik dapat
dipisahkan menjadi dua bidang getar yang saling tegak lurus. Yang
dimaksud dengan cahaya terpolarisasi adalah senyawa yang mempunyai
satu arah getar dan arah getar tersebut tegak lurus terhadap arah
rambatnya. Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar
optis suatu zat yang menimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar
terpolarisir. Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir oleh senyawa optis
aktif ada 2 macam, yaitu :
1. Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum
jam.
2. Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan
putaran jarum jam

Gambar 1. Alat Polarimeter

Cara Penggunaan Polarimeter

Cara penggunaan berikut adalah cara pada Zeiss Polarimeter, tetapi


secara umum cara penggunaan polarimeter manapun adalah sama. Untuk
memulai penggunaan polarimeter pastikan tombol power pada posisi on
dan biarkan selama 5-10 menit agar lampu natriumnya siap digunakan.
Selalu mulai dengan menentukan keadaan nol (zero point) dengan mengisi
tabung sampel dengan pelarut saja. Keadaan nol ini perlu untuk
mengkoreksi pembacaan atau pengamatan rotasi optik. Tabung sampel
harus dibersihkan sebelum digunakan agar larutan yang diisikan tidak
terkontaminasi zat lain. Pembacaan/pengamatan bergantung kepada
tabung sampel yang berisi larutan/pelarut dengan penuh. Perhatikan saat
menutup tabung sampel, harus dilakukan hati-hati agar di dalam tabung
tidak terdapat gelembung udara. Bila sebelum tabung diisi larutan didapat
keadaan terang, maka setelah tabung diisi larutan putarlah analisator
sampai didapat keadaan terang kembali. Sebaliknya bila awalnya keadaan
gelap harus kembali kekeadaan gelap. Catat besarnya rotasi optik yang
dapat terbaca pada skala.

V. Alat dan Bahan


Alat :
a. Polarimeter 1 set
b. Gelas ukur 25 mL 1 buah
c. Gelas kimia 1 buah
d. Stopwatch 1 buah
Bahan:
a. Larutan gula 10%
b. Aquades
c. Larutan HCl 2 N
VI. Alur Percobaan

Kuvet Apparatus Polarimeter


Apparatus Polarimeter
- Dicuci dengan pelarut zat optis aktif
- Dikeringkan
- Dicuci dengan pelarut zat optis aktif
Kuvet apparatus keringKuvet
apparatus kering
- Ditambahakan aquades
- Dimasukkan ke dalam bak polarimeter
- Dibaca skalanya
- Ditambahakan aquades
Skala

larutan gula 10%

- Dimasukkan ke dalam kuvet


- Diukur sudut putarnya
- Dimasukkan ke dalam kuvet
- Diukur sudut putarnya
putarSudut
putar

gula

- Dimasukkan ke dalam kuvet


- Diukur sudut putarnya dengan selang
selang waktu 7, 12, 17, 22, 27, 32, 37,
37, 42 menit

putarSudut
putar
VII. Hasil Pengamatan

No Prosedur Percobann Hasil Pengamatan Dugaan/reaksi Kesimpulan


Sebelum Sesudah
1 - Aquades : Skala aquades :
Kuvet Apparatus Polarimeter larutan tidak 53,1
Apparatus Polarimeter berwarna
- Dicuci dengan pelarut zat optis aktif - HCl : larutan
- Dikeringkan tidak
- Dicuci dengan pelarut zat optis berwarna
Kuvet apparatus keringKuvet
apparatus kering
- Ditambahakan aquades
- Dimasukkan ke dalam bak polarimeter
- Dibaca skalanya
- Ditambahakan aquades
skala

- Massa gula Aquades + gula C6H22O11(s) + H2O (l) - Gula merupakan


Sampel larutan gula 10%Sampel 10 gram : larutan tidak  C6H12O6 (aq) + senyawa yang
- Gula : kristal berwarna C2H2O6 (aq) bersifat optis aktif
berwarna kuning jernih sehingga dapat
- Dimasukkan ke dalam kuvet putih Sukrosa memiliki rotasi memutar bidang
- Diukur sudut putarnya Skala putar: +66,5 polarisasi cahaya
- Dimasukkan ke dalam kuvet 63,8°
- Diukur sudut putarnya Glukosa memiliki α= - Sukrosa dapat
Sudut terhidrolisis
+52,7
menjadi glukosa
Fruktosa memiliki α= dan fruktosa
+92,4
- Massa gula Skala putar C6H22O11(s) + H2O (l) Sudut putar yang
10 ml larutan gula10 ml larutan
10 gram + Skala  fruktosa (aq) + diperoleh :
- HCl 2M : waktu putar glukosaa (aq)
- Ditambahkan 10 ml HCl larutan tidak 7 60,4 + waktu Skala
- Dimasukkan ke dalam kuvet berwarna 12 56,2 putar
- Gula : kristal 17 52,0 7 287,619
- Diukur sudut putarnya dengan selang
berwarna 22 51,0 12 267,619
waktu 7, 12, 17, 22, 27, 32, 37, 42 putih 27 50,6 17 247,619
menit 22 242,857
32 49,6
- Ditambahkan 10 ml HCl 37 47,0 27 239,047
Sudut 32 236,190
42 45,2
37 223,809
42 215,238

Berdasarkan gravik
yang diperoleh
menunjukkan
inversi gula berorde
1
VIII. Analisis Data dan Pembahasan

Praktikum berjudul inversi gula yang dilakukan memiliki tujuan


menentukan orde reaksi dari rekasi inversi gula menggunakan polarimeter.
Kegiatan pengamatan ini disebut dengan polarimetri. Polarimetri adalah
suatu cara analisa yang didasarkan pada pengukuran sudut putaran (optical
rotation) cahaya terpolarisir oleh senyawa yang transparan dan optis aktif
apabila senyawa tersebut dilewati sinar monokromatis yang terpolarisir
tersebut.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan titik nol


pelarut yang dalam percobaan inversi gula ini adalah air. Sebelum
dilakukan pengamatan ini, tabung pada polarimeter yang disebut kuvet
yang memiliki panjang 2,1 dm terlebih dahulu dibersihkan agar terhindar
dari kontaminasi pengotor. Pembersihan pada kuvet lebih baik
menggunakan senyawa optik aktif yang akan diamati. Karena pada
pengamatan pertama yang akan diamati adalah air maka pencucian kuvet
pertama kali dilakukan dengan aquades.

Air dimasukkan ke dalam kuvet atau tabung pada polarimeter


hingga penuh. Pada pengisian ini harus dipastikan dalam kuvet tidak
terdapat gelembung. Jika masih terdapat gelembung maka tabung diisi lagi
dengan air untuk mengeluarkan gelembung yang ada. Kuvet kemudian
ditutup dengan penutup kuvet. Untuk memastikan kembali jika tidak ada
gelembung yang ada dalam kuvet, kuvet diputar dibolak-balik. Jika tidak
ada gelembung udara yang bergerak naik turun, manandakan kuvet sudah
siap untuk diamati. Hal ini dilakukan pada setiap sampel yang diamati
untuk menunjukkan bahwa kuvet tidak terdapat gelembung udara. Hal ini
dilakukan karena jika terdapat gelembung udara pada tabung maka akan
mempengaruhi skala yang diamati.

Kuvet kemudian dimasukkan dalam bak polarimeter yang


terdapat pada bagian atas polarimeter dengan bagian kuvet yang
menggelembung berada di atas. Sebelum kuvet dimasukkan, polarimeter
telah terlebih dahulu dinyalakan. Hal ini sesuai dengan dasar teori yaitu
untuk memulai penggunaan polarimeter dipastikan tombol power pada
posisi on dan dibiarkan selama 5-10 menit agar lampu natriumnya siap
digunakan. Satelah itu dilakukan pengaturan cahaya pada polarimeter agar
obyek yang diamati menunjukkan bagian yang terang. Dalam pengamatan
dengan polarimeter, terdapat lingkaran dengan tiga bagian yang dapat
menunjukkan terang gelap terang, gelap terang gelap, dan terang terang
terang. Skala polarimeter diputar hingga obyek yang diamati menunjukkan
terang terang terang. Skala yang diperoleh pada pengamatan aquades ini
adalah 53,1°.

Selanjutnya percobaan dilakukan dengan mengukur sudut putar


jenis sampel. Sampel yang digunakan adalah larutan gula 10%. Untuk
membuat larutan gula dilakukan penimbangan 10 gram gula pada neraca
analitik. Gula yang telah ditimbang kemudian dilarutkan pada 100 mL
aquades. Larutan gula yang dihasilkan masih terdapat pengotor dari gula,
oleh karena itu dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring.
Larutan gula yang telah bersih dari pengotor dimasukkan ke kuvet hingga
penuh setelah sebelumnya dilakukan pembilasan pada kuvet menggunakan
larutan gula yang telah dibuat. Setelah kuvet terisi penuh tanpa adanya
gelembung, kuvet dimasukkan ke dalam bak polarimeter untuk diamati.
Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh skala 63,8°. Kemudian
menghitung sudut putar jenis sampel (α), yang diperoleh dari perbedaan
skala pengukuran titik nol air dan sudut putar larutan gula 10% :
63,80 – 53,10 = 10,70
Dengan menggunakan rumus :
putaran yang diamati
[α] = panjangtabung dalamdm  kadar ( gram per mol )
Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa sudut putar
sukrosa sebesar 50,950, sudut putar yang kami peroleh berbeda dengan
sudut putar sukrosa sesuai teori yaitu sebesar 66,5o.
Percobaan kemudian dilanjutkan dengan
menentukan sudut putar sampel dari waktu ke waktu. Dalam menentukan
sudut putar sampel dari waktu ke waktu, pertama adalah mengosongkan
kuvet kemudian dilakukan pencucian hingga bersih serta dikeringkan.
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan, maka lebih baik
kuvet dibilas dengan pelarut yang akan dipakai sebagai pelarut zat optis
aktif yang akan dianalisis, pada percobaan ini adalah larutan gula 10%.
Setelah itu larutan pada kuvet dibuat dengan mencampurkan larutan gula
10% sebanyak 25 mL dengan 10 mL HCl 2M di gelas kimia. Stopwatch
dinyalakan tepat setelah HCl dengan larutan gula tercampur. Setelah
diaduk larutan dimasukkan ke dalam kuvet hingga penuh. Kuvet segera
dimasukkan ke dalam bak polarimeter dan diamati skalanya. Skala
menunjukkan 63,90 ketika stopwatch telah berjalan selama 2 menit yang
selanjutnya disebut pengamatan pada 0 menit. Dilanjutkan pengamatan
pada menit ke 7 yang berselang waktu 5 menit. Sehingga data yang
diperoleh adalah pengamatan pada menit ke 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35,
dan 40. Penambahan HCl adalah sebagai katalis yang dapat mempercepat
reaksi terurainya sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (reaksi hidrolisis),
dimana pada akhir reaksi akan terbentuk kembali. Tujuan dari hal ini ialah
untuk mengetahui reaksi hidrolisis yang terjadi pada gula dengan
menggunakan suatu asam (HCl) sebagai katalis. Terjadinya reaksi
hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa ditandai dengan semakin
turun nilai putaran optik dari waktu ke waktu.
Orde reaksi dari inversi gula merupakan orde ke satu. Pada reaksi
ini laju reaksi hanya tergantung pada satu kosentrasi saja yaitu [C12H22O11]
sedangkan H2O tidak berpengaruh dalam reaksi tersebut. Skala yang telah
diamati sehingga diperoleh data sebagai berikut :

Waktu Skala yang


(menit) diamati
0 63,9
5 60,4
10 56,2
15 52,0
20 51
25 50,2
30 49,6
35 47
40 45,2

Nilai skala yang didapat dapat digunakan untuk menghitung


nilai  dengan menggunakan rumus berikut :
putaran yang diamati
  
panjang tabung dalamdm  kadar  gr / mL 

Sehingga dapat dihitung nilai  dari larutan gula 10% (0 menit) sebesar
.

Dari data di atas, diketahui skala dari waktu ke waktu semakin


kecil. Hal ini disebabkan karena sukrosa mulai terhidrolisis menjadi
fruktosa. Seperti reaksi di bawah ini:

Dari data yang diperoleh tersebut dapat dihitung orde reaksi


melalui metode grafik dan non grafik. Melalui metode grafik diperoleh
grafik sebagai berikut:

Waktu
a a-x ln(a-x) 1/(a-x)
(menit)
5 303.809 287.619 5.6616 0.003477
10 303.809 267.619 5.5896 0.003737
15 303.809 247.619 5.5119 0.004038
20 303.809 242.857 5.4925 0.004118
25 303.809 239.047 5.4767 0.004183
30 303.809 236.190 5.4646 0.004234
35 303.809 223.809 5.4108 0.004468
40 303.809 215.238 5.3717 0.004646
Dari data di atas, dapat dibuat grafik orde 1 ln(a-x) terhadap waktu (menit)

Grafik Orde 1
5.7000
5.6500
5.6000 y = -0.0073x + 5.6625
R² = 0.9338

ln (a-x)
5.5500
5.5000
5.4500
5.4000
5.3500
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)

Sedangkan untuk pembuktian orde reaksi 2 diperlukan data 1/(a-x)


dan waktu (menit) yaitu sebagai berikut :

Grafik Orde 2
0.005000

0.004000
y = 3E-05x + 0.0034
0.003000
1/(a-x)

R² = 0.9464
0.002000

0.001000

0.000000
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)

Dari metode grafik yang didapat diketahui nilai regresi pada orde
dua lebih mendekati 1 dibanding pada orde pertama. Dimana pada orde
pertama nilai regresinya adalah 0,9338 sedangkan pada orde 2 yaitu
0,9464. Ini menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi adalah reaksi orde 2
kerena nilai regresinya yang lebih dekat dengan 1. Hal ini tidak sesuai
dengan dasar teori karena seharusnya reaksi pada inversi gula ialah
berorde 1. Hal ini disebabkan karena kurang teliti dalam mengamati skala
pada polarimeter. Pengamatan yang dilakukan yaitu bergantian antara
anggota kelompok sehingga hasil yang diperoleh adalah terkantung pada
kemampuan pengelihatan yan berbeda-beda.

Pada metode non grafik diperoleh hasil sebagai berikut:

Orde 1:

ln (a-x) = ln a – kt

kt = ln

k=

diperoleh hasil sebagai berikut:

t k
5 0.010953
10 0.012683
15 0.013634
20 0.011196
25 0.00959
30 0.008392
35 0.008732
40 0.008616
Orde 2:

Diperoleh dari rumus perhitungan

1/(a-x) = 1/ a + kt
t k
5 0.000036
10 0.000044
15 0.000049
20 0.000041
25 0.0000356
30 0.0000313
35 0.000033
40 0.0000337
Dari hasil yang diperoleh, dapat diamati bahwa nilai k yang
mendekati konstan adalah pada orde 1. Pada orde 1 nilai k yang diperoleh
ialah 0,01. Sedangkan pada orde 2 yang diperoleh yaitu antara 0,00003-
0,000049. Rentang yang jauh pada setiap nilai k disebabkan karena
pengamatan pada polarimeter yang tidak konsisten pada satu pengamat
sehingga skala yang diperoleh tidak terlalu bagus.

IX. Kesimpulan
1. Orde reaksi laju inversi gula yakni berorde reaksi 1 dengan data metode

grafik diperoleh R2 sebesar 0,9338. Serta dilihat dari metode non grafik

diperoleh orde reaksi 1, karena nilai K sekitar 0,01

2. Reaksi inversi gula

X. Jawaban Pertanyaan
1. Apa fungsi penambahan larutan HCl?
Jawab:
Penambahan HCl ini berfungsi sebagai katalis yang dapat
mempercepat reaksi terurainya sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa,
dimana pada akhir reaksi akan terbentuk kembali.
2. Berikan sedikitnya 3 contoh zat optis selain gula dan berapa sudut
putarnya berdasarkan kajian pustaka dan pengamatan anda?
Jawab:
Kloroform, sudut putarnya : +52,00
Calciferol dalam aseton : + 82,60
Calciferil dalam kloroform : + 52,00
3. Berapa sudut putar larutan sukrosa, larutan glukosa, dan larutan
fruktosa berdasarkan kajian pustaka anda?
Jawab:
Berdasarkan teori bahwa mayoritas gula adalah fruktosa danfruktosa
membelokkan cahaya ke kiri. Gula yang terdiri dari Sukrosa
maupunGlukosa memutar cahaya ke kanan. Sukrosa memiliki rotasi
+66,5° (positif) produk yang dihasilkan glukosa [α] = +52,7° dan
fruktosa [α] = -92,4 mempunyairotasi netto negatif.
Lampiran Foto

Alat dan bahan praktikum inverse gula Bagian polarimeter untuk melihat
skala dan garis terang-gelap

Skala pada alat polarimeter Alat polarimeter


Kuvet yang sudah diisi dengan larutan Kuvet dimasukkan ke dalam
aquades Apparatus Polarimeter untuk dibaca
skalanya

Menimbang gula sebanyak 10 gram Gula dilarutkan ke dalam aquades


dan diaduk sampai larut sempurna
Larutan gula yang sudah tercampur Larutan HCL 2 M diambil sebanyak
disaring dengan kertas saring dan corong 10 mL
pisah

Larutan gula dan larutan HCL 2 M Larutan gula dan HCl 2 M dimasukka
dicampur hingga tercampur ke dalam kuvet

Terdapat garis terang-gelap-terang pada Terdapat garis terang-terang-terang


polarimeter pada polarimeter
DAFTAR PUSTAKA

Hiskia, Achmad. 2001. Elektrokimia Dan Kinetika Kimia. Bandung: Citra


Aditya Sakti.

Keenan, C.W,dkk. 1990. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Oxtoby,PW; Gills,HP; Nachtrieb,NH. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern


Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Razak,A.R; Ni Ketut Sumarni; Basuki Rahmat. 2012. Optimalisasi Hidrolisis


Sukrosa Menggunakan Resin Penukar Kation Tipe Sulfonat. Jurnal
Natural Science. Palu: Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas
Tadulako.

Sastrohamidjojo,H.2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM..

Setiadji, Kartiko. 2011. Laporan Percobaan Kimia. Yogyakarta: SMA 1 Jetis.

Suyono; Yonata, Berta. 2011. Panduan Praktikum Kimia Fisika III.


Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA.
Universitas Negeri Surabaya.

Wilkinson, F. 1936. Chemical Kinetics and Reaction Mechanisms. New


York.
Grafik

Waktu
a a-x ln(a-x) 1/(a-x)
(menit)
5 303.809 287.619 5.6616 0.003477
10 303.809 267.619 5.5896 0.003737
15 303.809 247.619 5.5119 0.004038
20 303.809 242.857 5.4925 0.004118
25 303.809 239.047 5.4767 0.004183
30 303.809 236.190 5.4646 0.004234
35 303.809 223.809 5.4108 0.004468
40 303.809 215.238 5.3717 0.004646

Grafik Orde 1
5.7000
5.6500
5.6000 y = -0.0073x + 5.6625
R² = 0.9338
ln (a-x)

5.5500
5.5000
5.4500
5.4000
5.3500
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)

Grafik Orde 2
0.005000

0.004000
y = 3E-05x + 0.0034
0.003000
1/(a-x)

R² = 0.9464
0.002000

0.001000

0.000000
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Lampiran Perhitungan

 Skala aquades= 53,1


 Skala larutan gula 10% = 63,8
 Sudut putar jenis gula awal:

α=

= 303,809

 Pengukuran sudut putar jenis sampel


t = 5 menit

α=

= 287,619

t = 10 menit

α=

= 267,619

t = 15 menit

α=

= 247,619

t = 20 menit

α=

= 242,857

t = 25 menit

α=

= 239,047
t = 30 menit

α=

= 236,190

t = 35 menit

α=

= 223,829

t = 40 menit

α=

= 215,238

 Cara Menentukan Orde reaksi non grafik

Orde 1

ln (a-x) = ln a – kt

kt = ln

k=

t = 5 menit

k=

= 0.010953

t = 10 menit

k=

= 0.012683
t = 15 menit

k=

= 0.013634
t = 20 menit

k=

=0.011196

t = 25 menit

k=

=0.00959

t = 30 menit

k=

=0.008392
t = 35 menit

k=

=0.008732
t = 40 menit

k=

=0.008616
Orde 2

t k
5 0.000036
10 0.000044
15 0.000049
20 0.000041
25 0.0000356
30 0.0000313
35 0.000033
40 0.0000337

1/(a-x) = 1/ a + kt
t = 5 menit

= + k. 5

k = 0.000036

t = 10 menit

= + k. 10

k = 0.000044

t = 15 menit

= + k. 15

k = 0.000049

t = 20 menit

= + k. 20

k = 0.000041

t = 25 menit

= + k. 25

k = 0.0000356
t = 30 menit

= + k. 30

k = 0.0000313

t = 35 menit

= + k. 35

k = 0.000033

t = 40 menit

= + k. 40

k = 0.0000337

Anda mungkin juga menyukai