Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu listrik boleh dikatakan termasuk cabang dalam ilmu fisika. Akan tetapi, dalam
ilmu kimia juga mempelajari tentang listrik yang walaupun tidak spesifik seperti dalam
ilmu fisika. Listrik juga sangat penting bagi kehidupan. Seperti di era sekarang ini listrik
sudah menjadi bagian vital dalam menunjang keberlangsungan hidup manusia. Hal tersebut
tidak lepas dari hantaran elektrolit yang mana menjadi contoh sederhana untuk
menjelaskan proses aliran arus listrik. Dalam kehidupan sehari-hari tentu ada beberapa
fenomena yang menjadi perhatian kita sebagai mahasiswa seperti fenomena tersengat
listrik yang kemudian menjadi masalah yang serius dan memerlukan cara untuk
mencegahnya.
Sejalan dengan perkembangan industri dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, penggunaan logam tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan
demikian logam harus tampil sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan, misalnya untuk
penggunaan logam untuk berbagai perhiasan, maka logam harus tampil indah dan
menarik. Untuk peralatan rumah tangga harus kuat dan awet, dan seterusnya. Atas dasar
tersebut, dibutuhkan suatu upaya untuk mempercantik maupun melindungi logam dari
bahaya kerusakan atau korosi.
Untuk menanggulangi terjadinya bahaya korosi berarti memperkecil pula
kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Agar logam tidak mudah rusak yang
disebabkan oleh pengaruh lingkungan maupun korosi, maka perlu dicari cara untuk
melindunginya. Salah satu cara yang digunakan untuk melakukan perlindungan terhadap
korosi adalah dengan memberikan lapisan pelindung dari logam. Pelapisan logam dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu secara pelelehan, semprot, endap, vakum,
sherazing, rich coating, dan electroplating.
Karena pentingnya pengetahuan mengenai larutan elektrolit dan pengaruhnya
dalam laju reaksi dalam menambah ilmu pengetahuan dan memenuhi kebutuhan akan ilmu
pengetahuan kimia itu sendiri, maka melalui makalah ini dapat disajikan materi-materi
mengenai larutan elektrolit dan materi lainnya yang menyangkut mengenai hantaran ion-
ion dalam suatu larutan elektrolit. Untuk lebih jelas mengenai materi larutan elektrolit
maka akan dijelaskan materi mengenai larutan elektrolit yang memuat mengenai beberapa
hal yang berhubungan dengan hantaran elektrolit.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari larutan elektrolit?
2. Bagaimana cara pembentukan ion dalam larutan elektrolit?
3. Bagaimana merumuskan persamaan hantaran elektrolit?
4. Bagaimana menghitung hantaran jenis suatu larutan?
5. Bagaimana laju reaksi dalam suatu hantaran elektrolit?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari larutan elektrolit.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembentukan ion dalam larutan elektrolit.
3. Mahasiswa dapat merumuskan persamaan hantaran elektrolit.
4. Mahasiswa dapat menghitung hantaran jenis suatu larutan.
5. Mahasiswa dapat mengetahui laju reaksi dalam suatu hantaran elektrolit.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. LARUTAN ELEKTROLIT
Penyelidikan menunjukkan bahwa larutan NaCl dapat menghantarakan arus listrik
(mirip kawat tembaga), sedangkan larutan gula tidak demikian. Larutan yang
menghantarkan listrik disebut larutan elektrolit dan yang tidak menghantarkan listrik
disebut larutan nonelektrolit. Karena air murni tidak menghantarkan listrik maka sifat
hantaran ditimbulkan oleh zat terlarut, bukan pelarut. Oleh sebab itu, larutan senyawa yang
menghantarakan listrik disebut senyawa elektrolit, dan yang tidak disebut senyawa
nonelektrolit. Senyawa elektrolit membentuk ion dalam larutan, sedangkan senyawa
nonelektrolit dalam bentuk molekul netral. Pembentukan ion dipengaruhi oleh pelarut
contohnya HCl membentuk ion dalam air, tetapi tidak dalam benzena.Alat untuk menguji
larutan apakah elektrolit atau tidak disebut elektrolit tester. Masukkan dua batang logam,
(misal tembaga) kedalam larutan. Keduanya tidak bersentuhan dan masing-masing
dihubungkan dengan kutub arus listrik searah. Bola akan hidup atau jarum akan bergerak
untuk larutan elektrolit dan amti untuk nonelektrolit.
Perlu diingat, larutan yang sangat encer atau sangat pekat tidak akan menghidupkan
lampu. Karena yang sangat encer mengandung ion amat sedikit dan jarang sehingga tidak
mengalirkan listrik. Larutan yang terlalu pekat mempunyai ion terlalu rapat dan berdesakan
sehingga ion sulit bergerak dalam larutan. Dapat disimpulkan, bahwa listrik dibawa oleh
ion-ion yang bergerak menuju kutub yang berlawanan.

3
1. Pengertian Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah suatu zat yang larut ke dalam bentuk ion-ion, ketika zat
yang dilarutkan kedalam air akan berubah menjadi ion dan ion tersebut dapat
menghantarkan arus listrik.
2. Senyawa pembentuk larutan elektrolit
Senyawa pada larutannya bisa menghantarkan arus listrik dari senyawa ion dan
senyawa kovalen polar, karena pada senyawa-senyawa tersebut bisa terionisasi ketika
dilarutkan kedalam air.
a. Senyawa ion
Senyawa ion disusun pada ion-ion yang memiliki bentuk padat dan kering.
Ion-ion yang tersusun pada senyawa ion ketika pelarutannya akan bergerak bebas.
Oleh karena itu, larutan ion bisa menghantarkan arus listrik. Tetapi senyawa ion
yang memiliki sebuah bentuk kristal, ion-ion berbentuk kristal tidak dapat bergerak
bebas sehingga tidak akan bisa menghantarkan arus listrik. Contohnya pada
senyawa ion yaitu NaCl, KCl, NaOH dan KOH.
b. Senyawa kovalen polar
Senyawa kovalen polar ketika dilarutkan kedalam air, akan langsung terurai
menjadi sebuah ion-ion. Hal ini disebabkan karena pada ikatan kovalen senyawa
tersebut mudah putus kedalam pelarut air dan akan menghasilkan ion-ion.
Contohnya yaitu asam klorida (HCl) dan Amonia (NH3).
3. Ciri Ciri Larutan Elektrolit
a. Larutan Elektrolit Kuat
- Menghantarkan arus listrik yang kuat
- Terurai dengan sempurna
- Larutan Elektrolit Kuat memiliki derajat ion (α), α = 1
- Pada pengujiannya Larutan Elektrolit Kuat memiliki nyala lampu yang sangat
terang dan memiliki gelembung gas banyak.
b. Larutan Elektrolit Lemah
- Menghantarkan Listrik yang lemah
- Tidak semuanya terurai
- Memiliki derajat ion (α) 0<α<1
- Pada pengujian Larutan Elektrolit Lemah memiliki nyala Lampu yang redup Dan
memiliki gelembung gas sedikit.

4
Materi larutan elektrolit merupakan materi yang berkarakteristik teori lebih banyak
hafalan dan pemahaman yang dapat membedakan antara larutan elektrolit dan
nonelektrolit. Pada larutan elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu larutan elektolit kuat dan
elektrolit lemah, pada larutan elektrolit kuat misalnya larutan garam dapur (NaCl) saat diuji
dengan rangkaian alat penguji elektrolit memiliki ciri-ciri banyaknya terdapat gelembung
gas pada larutan dan lampu pijar menyala terang ini menunjukkan larutan terionisasi
sempurna sedangkan dalam larutan elektrolit lemah pada larutan asam cuka (CH3COOH)
saat di uji dengan alat penguji elektrolit dapat menghantar listrik dengan ciri-ciri terdapat
sedikit gelembung gas dan nyala lampu pijar redup atau kurang baik pada rangkaian, ini
menunjukkan larutan asam cuka terionisasi sebagian. Contoh larutan elektrolit kuat: HCl,
HBr, HI, HNO3, dan lain-lain. Contoh-contoh larutan elektrolit lemah: CH3COOH,
Al(OH)3 dan Na2CO3. Larutan non elektrolit contohnya pada larutan glukosa C6H12O6 saat
di uji dengan rangkaian alat penguji elektrolit tidak dapat menghantar listrik dengan ciri
tidak adanya gelembung gas dan lampu tidak menyala pada rangkaian, ini menunjukkan
larutan glukosa tidak terionisasi. Contoh larutan non elektrolit: Larutan Gula (C12H22O11),
Etanol (C2H5OH), Urea (CO(NH2)2), Glukosa (C6H12O6), dan lain-lain. Ionisasi sempurna
ditandai dengan satu arah panah kekanan pada persamaan reaksinya. Semakin banyak ion
dalam larutan, semakin kuat daya hantar listriknya. Jumlah ion positif yang dihasilkan dari
proses ionisasi sama dengan jumlah ion negatifnya, sehingga muatan ion-ion dalam larutan
netral. Elektrolit lemah menghantar listrik kurang baik karena hanya terionisasi sebagian.
Akibatnya ion-ion yang terbentuk dalam larutan hanya sedikit, sedangkan sebagian yang
lain masih dalam bentuk molekulnya. Sedikitnya ion-ion yang terbentuk ini mengakibatkan
daya hantar listriknya lemah (Harizon;dkk, 2016: 48).

B. PEMBENTUKAN ION
Seperti telah dinyatakan bahwa senyawa elektrolit dalam larutan terurai menjadi
ion-ion. Pelarut memisahkan ion positif dan negatif karena terjadi ikatan antara ion dengan
pelarut yang disebut solvasi. Jika pelarutnya air disebut proses hidrasi. Dalam larutan HCl,
tiap Na+ dan Cl- dikelilingi oleh beberapa molekul air sehingga ion tersebut ditulis sebagai

NaCl(H2O)x+ dan Cl(H2O)y–

Jumlah molekul air sangat banyak sehingga tidak semuanya berikatan dengan ion,
ada yang masih bebas, maka hidrasi dapat ditulis:
5
NaCl (s) + xH2O  Na(H2O)y + + Cl(H2O)b - + cH2O
x = jumlah molekul air mula-mula
a = jumlah molekul air yang terikat dengan Na+
b = jumlah molekul air yang terikat dengan Cl-
c = jumlah molekul air yang bebas
Secara ringkas biasa dituliskan:
NaCl (s) + air  Na+ (aq) + Cl- (aq)
Ion dalam air dapat terbentuk dengan tiga cara, yaitu:
1. Zat terlarut adalah senyawa ion, seperti NaCl (s) dan K2SO4 (S).
NaCl (s) + air  Na+ (aq) + Cl- (aq)
K2SO4(s) + air  2K+ (aq) + SO4- (aq)
2. Zat terlarut senyawa kovalen, tetapi dalam air terurai menjadi ion, seperti HCl (g) dan

H2 SO4 (g) .
HCl(g) + air  H+ (aq) + Cl- (aq
H2SO4(g) + air  2H+ (aq) + SO42- (aq)
3. Zat terlarut senyawa kovalen, tetapi bereaksi dengan air sehingga membentuk ion
positif dan negatif, seperti NH3 (g) dan CO2 (g).
NH3 (g) + H2O(aq)  NH4 + (aq) + OH- (aq)

CO2(g) + H2O (aq)  2H+ (aq) + CO32- (aq)

C. MERUMUSKAN PERSAMAAN HANTARAN ELEKTROLIT


1. Hantaran Elektrolit
Hantaran Arus Listrik
Arus listrik dapat ditafsirkan sebagai arus elektron yang membawa muatan
negatif melewati suatu penghantar. Perpindahan ini dapat terjadi bila terdapat beda
potensial antara satu tempat terhadap tempat lain, dan arus listrik akan mengalir
dari tempat yang memiliki potensial tinggi ketempat potensial rendah. Arus listrik
ialah arus muatan listrik, yaitu banyaknya muatan listrik yang melintas penampang
per satuan waktu, dan rapat arus listrik bagi arus listrik yang terdistribusi secara
kontinyu seperti misalnya oleh gerakan ion-ion yang berserakan di udara
didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik yang melintas penampang seluas
satu satuan luas per satuan waktu.

6
Pada hakekatnya pembawa muatan listrik di dalam kawat tahanan ialah
elektron-elektron bebas, yaitu elektron-elektron yang lepas dari ikatan atom-atom
penyusun bahan konduktor itu, yang bersikap seperti molekul-molekul gas
sehingga disebut gas elektron. Sedangkan arus listrik di dalam cairan, khususnya
larutan elektrolit, adalah oleh ion-ion yang bergerak dari elektrode satu ke elektrode
lainnya, dan di dalam larutan tidak terdapat elektron bebas.
Daya hantar merupakan tolak ukur mudah-sukarnya arus listrik mengalir,
yang ditentukan oleh mudah-sukarnya pembawa-pembawa muatan listrik, yakni
elektron-elektron ataupun ion-ion yang bergerak didalam medium. Untuk beda
potensial yang sama tidak selalu menghasilkan kuat arus lirtrik yang sama,
melainkan tergantung pada dasarnya tahanan penghantar yang dipakai. “Makin
besar Tahanan pengantar, makin kecil yang mengalir melalui penghantar tersebut,
atau dengan perkataan lain makin besar tahanan ( R ) makin sedikit muatan listrik
yang dihantarkan”. Kamampuan suatu penghantar untuk memindahkan muatan
liatrik dikenal sebagai “Daya Hantar Listrik (DHL)” yang besarnya berbanding
terbalik dengan Tahanan (R).
- Hantaran Listrik
Sebagaimana yang telah diamati oleh Faraday, bahwa ketika arus listrik
sesuai dengan jumlah arus listrik yang dialirkan. Dengan demikian, maka
dilewatkan pada suatu larutan, ternyata akan didapati sejumlah massa pada
elektroda yang dalam gejala kelistrikan, akan terdapat proses pengaliran energi.
Sebagaimana dalam Hukum Kekekalan Energi, yaitu “Energi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan, namun energi dapat mengalir dari satu bentuk ke
bentuk lain”. Oleh karena itu kita akan dapati fenomena konduktivitas dalam
gejala kelistrikan, yaitu daya atau kemampuan suatu bahan dalam
menghantarkan energi. Hantaran listrik sebenarnya adalah fenomena yang
sangat jamak kita lihat dalam kehidupan, apalagi dengan teknologi yang
semakin maju, kita semakin akrab dengan perangkat elektronik, contohnya saja
ketika kita mengecas smartphone atau laptop kita, maka arus listrik mengalir
melalui kabel menuju baterai agar baterai dapat kembali mengalami reaksi
reversibel sehingga reaksi berikutnya dapat dimanfaatkan energinya berupa
listrik.
- Partikel penghantar listrik

7
Sebagaimana yang telah diketahui dari dahulu, bahwa terdapat dua jenis
bahan di dunia ini, yaitu konduktor dan isolator. Pada energi kalor atau energi
panas, bahan-bahan logam merupakan konduktor panas yang baik, sedangkan
kain dan kayu adalah isolator panas. Oleh Lavoiser, kalor didefinisikan sebagai
zat alir. Hal ini kemudian dibantah oleh penemuan berikutnya yang
menunjukkan bahwa kalor adalah bentuk energi dan bukan partikel.
Selanjutnya pada listrik, ada bahan yang bersifat konduktor dan isolator.
Misalnya air garam (NaCl) adalah konduktor listrik. Namun di sini timbul
keanehan, mengapa justru pada padatan NaCl tidak dapat menghantarkan
listrik? padahal jika kita tinjau pada logam, ia dapat menghantarkan listrik pada
wujud padat maupun cair. Hal ini kemudian dijelaskan oleh Arhenius melalui
disertasi doktoralnya pada tahun 1883, yaitu partikel-partikel elektrolit tersebut
pada lelehan dan larutannya akan terpecah menjadi partikel positif (kation) dan
partikel negatif (anion), seperti NaCl akan terurai menjadi Na+ dan Cl-. Dengan
demikian partikel inilah yang bertanggungjawab dalam proses penghantaran
listrik. Meskipun demikian, teori ini tidak terlalu diterima, baik di kalangan
kimiawan, apalagi fisikawan yang menganggap teori ini terlalu rendah. Baru
kemudian, setelah adanya teori Dualisme Cahaya oleh de Broglie yang
menyatakan bahwa cahaya dapat berperilaku sebagai partikel dan gelombang,
ditambah lagi dengan penemuan partikel-partikel penyusun atom, dan alat-alat
instrumen untuk menguji partikel tingkat atomik, maka teori ini dapat diterima
kebenarannya. Pada saat sekarang ini, kita mengetahui bahwa elektron yaitu
partikel bermuatan negatif yang bertanggungjawab pada proses hantaran
listrik.
2. Mendefinisikan Hantaran Elektrolit
Ketika listrik mengalir dalam suatu medium, maka akan didapat dua reaksi bahan,
yaitu resistansi dan konduktansi. Resistansi (R) yaitu pertahanan, penolakan, hambatan
dari bahan tersebut untuk mengalirkan arus listrik. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh George Ohm, didapat bahwa resistansi (R) berbanding lurus dengan voltase listrik
(V) atau E (beda potensial (volt)) dan berbanding terbalik dengan arus listrik (I) yang
mengalir dengan V dalam satuan Volt dan I dalam satuan Ampere (A), bentuk
matematisnya yaitu:
𝐕
𝐑=
𝐈
8
Keterangan:
R : Hambatan (Ohm / )
V : Beda potensial (Volt)
I : Arus listrik (A)
Atas jasanya dalam menemukan hukum ini, maka nama Ohm dijadikan sebagai
satuan resistor baku dengan lambang .
Jika kita melakukan plot pada grafik antara V dan I dengan perbandingan yang
tetap, maka kita akan mendapat garis lurus atau gradien yang merupakan nilai dari R.
Sebaliknya dengan konduktansi, yang merupakan kemampuan suatu medium dalam
meneruskan atau mengalirkan arus listrik. Oleh karena itu, konduktansi () atau daya
hantar larutan (L) berbanding terbalik dengan resistansi / Hambatan (R) / (ohm=),
sehingga secara matematis daya hantar larutan (L) dapat ditulis dengan satuannya
1
(ohm()-1) atau setara dengan Siemens (S = -1) dalam rumus:
()ohm

𝐥
=
𝐑
Keterangan:
 : Konduktansi / daya hantar larutan (-1)
I : Arus listrik (A)
R : Hambatan ()
Menurut Arrhenius (tahun 1890) hantaran listrik larutan disebabkan oleh partikel
bermuatan yang disebut ion. Ion positif tertarik ke katoda dan ion negatif ke anoda.
Totalnya merupakan perpindahan muatan dari suatu kutub ke kutub lainnya. Oleh sebab
itu, listrik dapat mengalir dalam dua medium, yaitu logam dan larutan. Dalam logam
listrik dihantarkan oleh elektron (bermuatan negatif) yang bergerak sehingga disebut
penghantar elektronik. Dalam larutan listrik dihantarkan oleh ion yang bergerak dan
disebut penghantar elektrolitik. Pada mulanya, hantaran listrik larutan ditentukan
dengan mengukur kuat arus yang melalui larutan. Kemudian diketahui bahwa cara ini
mengandung kesalahan, karena arus listrik dalam larutan menimbulkan polarisasi yaitu
penumpukan ion pada elektroda. Ini dapat diatasi dengan menggunakan arus bolak-balik
dan mengukur tahanan larutan. Hantaran larutan bergantung pada jenis ion, konsentrasi
ion, jarak elektroda, luas kedua elektroda dan suhu. Pengukuran daya hantar didasarkan
pada salah satu dari dua macam besaran yaitu daya hantar jenis dan daya hantar molar.

9
Hantaran Listrik Sebagai Fungsi Kecepatan
Berdasarkan persamaan di atas, dapat kita definisikan ulang hantaran listrik
dengan menuliskan ulang menjadi:
𝐥 𝐕
= dan 𝐑 =
𝐑 𝐈

sehingga:

𝐕
 = 𝐥⁄ 𝐈
𝐈
=
𝐕
Arus listrik adalah jumlah muatan (q) yang mengalir dalam satuan waktu (t)
tertentu, persamaan matematisnya yaitu:
𝐪
𝐈=
𝐭
Sedangkan voltase merupakan kekuatan muatan listrik (q) dalam jarak
tertentu (r) dengan k adalah tetapan, persamaannya yaitu:
𝐪
𝐕=𝐤
𝐫
Jika kita gabungkan maka akan kita dapatkan:
𝐈 𝐪 𝐫 𝐫
= = × = ~𝐯
𝐕 𝐭 𝐤𝐪 𝐭
Persamaan di atas menunjukkan bahwa konduktansi listrik dapat dianggap
sebagai fungsi kecepatan, yakni semakin besar konduktansi suatu bahan, maka
semakin cepat pula elektron mengalir dalam bahan tersebut.

D. HANTARAN JENIS
Daya hantar jenis (κ) yaitu daya hantar larutan yang terletak antara dua lempeng
elektroda sejajar, berjarak 1 cm dan masing-masing mempunyai luas permukaan 1 cm².

10
Larutan dengan jarak kedua elektroda 1 cm dan luas permukaan masing-masing
elektroda A cm2 mempunyai daya hantar (L).
Tahanan (R) dari suatu penghantar listrik berbanding lurus dengan panjang (l) dan
berbanding terbalik dengan luas penampang (A). Jika R dinyatakan dalam ohm(), l dalam
(cm) dan A dalam cm2 maka satuan dari ρ adalah ( cm), sedangkan 1/ρ adalah daya
hantaran (κ) dengan satuan ohm-1 cm-1 ( cm-1) (Masykuri, 2010).
Perumusannya adalah sebagai berikut:

l
=
R

A
L=κ
l

Keterangan :
L : Daya hantar (mho (-1))
A : Luas elektroda (cm2)
l : Jarak antar elekroda (cm)
κ : Hantaran Jenis / daya hantaran jenis (ohm-1 cm-1 ( cm-1))
Arus listrik digunakan untuk menghitung hantaran suatu elektrolit lemah. Untuk
elektrolit lemah frekuensi arus listrik umumnya 500 putaran/detik dan untuk elektrolit kuat
frekuensi arus listrik adalah 1000 putaran/detik. Hal ini digunakan untuk menghindari
pengendapan zat pada elektroda. Elektroda yang digunakan dalam sel hantaran dibuat dari
platina.

1. Mekanisme Penghantar Listrik


Aliran listrik melalui suatu konduktor (penghantar) melibatkan perpindahan
elektron dari potensial negatif yang tinggi ke potensial lainnya yang lebih rendah. Dalam
penghantar elektronik, seperti padatan dan lelehan logam, penghantaran berlangsung
melalui perpindahan elektron langsung melalui penghantar dengan pengaruh dari
potensial yang di terapkan. Dalam hal ini atom-atom penyusun penghantar tidak terlibat
dalam proses tersebut. Akan tetapi pada penghantar elektrolitik, yang mencakup larutan
elektrolit dan lelehan garam-garam, penghantaran berlangsung melalui perpindahan
ion-ion baik positif maupun negatif menuju elektroda-elektroda. Mekanisme elektrolisis
adalah bahwa elektron masuk dan keluar dari larutan terjadi melalui perubahan kimia
pada elektroda-elektrodanya (Masykuri, 2010).
11
2. Pengukuran hantaran jenis larutan
Hantaran jenis larutan tidak dapat diukur langsung, yang dapat diukur langsung
adalah tahanan dari suatu larutan elektrolit. Selanjutnya hantaran jenis dapat digunakan
dengan menggunakan persamaan:
l
κ=L
A
κ=LK
Keterangan :
L : Daya hantar (mho (-1))
A : Luas elektroda (cm2)
l : Jarak antar elekroda (cm)
κ : Hantaran Jenis / daya hantaran jenis (ohm-1 cm-1 (-1 cm-1))
K : Konstanta sel
Tahanan (R) dari suatu larutan elektrolit tidak dapat diukur dengan baik jika
digunakan arus searah, karena akan terjadi peristiwa, karena akan terjadi elektrolisis
yang mengakibatkan perubahan konsentrasi elektrolit dan penumpukan hasil elektrolisis
pada elektroda akan mengubah tahanan larutan. Untuk menghilangkan hal tersebut
digunakan arus bolak-balik. Elektroda yang digunakan adalah platina yang dilapisi
platina hitam (Masykuri, 2010).
Untuk memaksimumkan kepekaan dalam pengukuran larutan dengan hantaran
tinggi diperlukan suatu sel dengan tetapan sel yang tinggi.Suatu larutan dengan
konsentrasi yang berbeda akan mempunyai hantaran jenis yang berbeda, karena volume
larutan dengan konsentrasi berbeda mengandung ion yang berbeda. Karena itu, untuk
memperoleh ukuran kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tertentu elektrolit,
disebut hantaran molar. Dalam hal ini hantaran dinyatakan dalam bentuk jumlah muatan
individual yang diangkut (Masykuri, 2010).
3. Hantaran Molar
Hantaran molar (Λ) adalah daya hantar larutan yang mengandung 1 mol elektrolit
dan ditempatkan diantara dua elektroda sejajar yang terpisah sejauh 1 cm.
κ
Λ=C

Keterangan :
S cm−1
Λ : Hantaran molar ((mol cm−3 ) / S cm2 mol-1)

12
C : Konsentrasi elektrolit (mol cm-3)
κ : Hantaran jenis / konduktivitas (S cm-1)

Contoh soal:
Tahanan larutan KCL 0,1 M dalam suatu larutan sel hantaran adalah 325 ohm dan
hantaran jenisnya adalah 1,29 mho cm-1. Jika tahanan larutan NaCl 0,05 M dalam sel
adalah 752,4 ohm, hitunglah hantaran molar dari larutan tersebut.
Jawab:

κ=LK
κ
K=L=κR

= (1,29 S cm-1 ) (325 ohm)


= 419 cm-1

Hantaran jenis larutan NaCl dapat dihitung sebagai berikut:


K 419 cm−1
κ = R = 752,4 ohm = 0,557 S cm-1

κ
Λm = C
0,557 S cm−1
Λm = (0,05 mol cm−3 )(0,1 mol cm−3 )

Λm = 0,011 S cm2 mol-1

Kebergantungan Hantaran Molar Terhadap Konsentrasi

Berdasarkan hantarannya, elektrolit dibedakan menjadi dua, yakni elektrolit kuat


(garam-garam dan sebagian asam seperti nitrat, sulfat, klorida) dan elektrolit lemah
(seperti asam asetat dan asam organik lainnya). Elektrolit kuat mempunyai hantaran
molar yang lebih tinggi dan dengan pengenceran mengalami kenaikan yang tidak terlalu
besar. Sedangkan elektrolit lemah mempunyai hantaran yang jauh lebih rendah pada
konsentrasi tinggi, tetapi nilainya meningkat tajam dengan semakin encernya larutan
(Masykuri, 2010).

Untuk elektrolit kuat yang tidak mengandung asosiasi ion, konsentrasi ionnya
berbanding lurus dengan konsentrasi elektrolitnya. Hal ini terjadi karena ada antaraksi

13
diantara ion-ion yang mempengaruhi hantaran jenisnya. Interaksi ini berubah dengan
berubahnya konsentrasi.

Menurut Kohlrausch, pada pengenceran tak hingga dimana disosiasi untuk semua
elektrolit berlangsung sempurna dan semua gaya antar ion hilang, masing-masing ion
dalam larutan bergerak bebas dan tidak bergantung pada ion pasangannya. Kontribusinya
terhadap daya hantar molar hanya bergantung pada sifat dari ionnya tersebut. Jadi gaya
hantar molar setiap elektrolit pada pengenceran tak hingga merupakan jumlah dari daya
hantar molar ion-ionnya pada pengenceran tak hingga (Masykuri, 2010).

Daya hantar molar (Λm) yaitu daya hantar larutan yang terletak antara dua lempeng
elektroda yang sejajar berjarak 1 cm satu sama lain, dengan luas permukaan sedemikian
rupa sehingga terdapat larutan dengan konsentrasi tepat satu molar. Dalam ilmu kimia,
nilai κ tidak banyak dipakai tetapi mudah diukur, sedangkan nilai Λm diperlukan tetapi
sulit mengukurnya. Oleh sebab itu, κ diperlukan untuk menetukan Λm.

Hubungan Λm terhadap konsentrasi:

- Untuk elektrolit kuat dan konsentrasi rendah dinyatakan dengan hukum


Kohlrausch:
Λm = Λmo -  C ½

 = konstanta

Λmo = hantaran molar pembatas

Semakin encer larutan (C <) → Λm makin > (besar)

Dalam daya hantar molar, satuan volumenya cm3 (ml). Supaya sama, satuan
konsentrasi harus diubah menjadi mol cm-3 atau mol ml-1. Satuan yang biasa adalah
molar C (mol cm-3). Maka:

κ
Λm =
C

Tabel Daya hantar molar (Λm) senyawa dalam berbagai konsentrasi

Konsentrasi HCl NaOH CH3COOH NH4OH


(M)

14
0,0000 426 248 391 271

0,0005 423 246 68 47

0,001 421 245 49 34

0,005 416 240 23 16

0,01 412 237 16 11

0,05 399 227 7 5

0,10 391 221 5 4

Ada dua hal yang menarik dalam tabel, yaitu:

- Pertama, daya hantar molar bertambah besar bila konsentrasi semakin kecil atau
larutan semakin encer. Berarti, semakin besar jarak antar ion, semakin kecil daya
tarik atau gaya tolak sesamanya.
- Kedua, daya hantar larutan HCl dan NaOH jauh lebih besar dari daya hantar
CH3COOH dan NH4OH, tetapi pengaruh pengenceran pada HCl dan NaCl sangat
kecil dibandingkan CH3COOH dan NH4OH. Hal ini disebabkan oleh HCl dan
NaOH merupakan elektrolit kuat sehingga hampir semua terion, sedangkan
CH3COOH dan NH4OH elektrolit lemah atau terion sebagian pada konsentrasi
besar. Bila diencerkan, keduanya terion makin banyak dan akhirnya menyamai
elektrolit kuat.

Daya hantar suatu ion baik positif maupun negatif biasanya dinyatakan dalam
konsentrasi hantaran molar pembatas (Λmo) yaitu seperti pada tabel di bawah. Dari
data itu dapat ditentukan daya hantar senyawa dalam konsentrasi hantaran molar
pembatas yaitu dengan menjumlahkan daya hantar ionnya.

Λmo (MX) = Λmo (M+) + Λmo (X-)

Tabel daya hantar molar berbagai ion dalam konsentrasi hantaran molar pembatas
pada 25˚C

Kation Λmo (cm2 mol-1 ohm-1) Anion Λmo (cm2 mol-1 ohm-1)

H+ 349,8 OH- 198

15
Li+ 38,7 Cl- 76,3

Na+ 50,1 Br- 78,3

K+ 73,5 I- 76,8

Rb+ 77,8 NO3- 71,4

Cs+ 77,3 ClO4- 68,0

NH4+ 73,4 CH3COO- 40,9

Ag+ 61,9 SO42- 159,6

Mg2+ 106,2 CO32- 140,0

Ca2+ 119,0 C2O42- 48,0

Ba2+ 126,6 Fe(CN)64- 442,2

Cu2+ 107,2

Contoh soal:

Hitunglah Λmo dari senyawa CH3COOK !

Jawab:

Λmo CH3COOK = Λmo CH3COO- + Λmo K+

= 40,9 + 73,5

= 114,4 cm2 mol-1 ohm-1

E. LAJU REAKSI DALAM SUATU HANTARAN ELEKTROLIT


Kinetika reaksi atau biasa disebut kinetika kimia adalah studi tentang kecepatan
(speed) atau laju (rate) reaksi kimia. Kinetika Kimia (Chemical Kinetics) adalah salah satu
cabang ilmu kimia yang mengkaji mengenai seberapa cepat suatu reaksi kimia berlangsung.
Dari berbagai jenis reaksi kimia yang telah dipelajari para ilmuwan, ada yang berlangsung
dalam waktu yang sangat singkat (reaksi berlangsung cepat), seperti reaksi pembakaran gas
metana. Di sisi lain, ada pula reaksi yang berlangsung dalam waktu yang lama (reaksi

16
berlangsung lambat), seperti reaksi perkaratan (korosi) besi. Cepat lambatnya suatu reaksi
kimia dapat dinyatakan dalam besaran laju reaksi.
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk per
satuan waktu. Satuan laju reaksi adalah M/s (Molar per detik). Sebagaimana yang kita
ketahui, reaksi kimia berlangsung dari arah reaktan menuju produk. Ini berarti, selama reaksi
kimia berlangsung, reaktan digunakan (dikonsumsi) bersamaan dengan pembentukan
sejumlah produk. Dengan demikian, laju reaksi dapat dikaji dari sisi pengurangan
konsentrasi reaktan maupun peningkatan konsentrasi produk. Salah satu tujuan utama
mempelajari kinetika kimia adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
reaksi kimia. Reaksi yang sama dapat berlangsung dengan kelajuan yang berbeda,
bergantung pada keadaan zat pereaksi.
Dalam hal ini , laju reaksi dalam suatu hantaran elektrolit dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
1. Jumlah Ion yang Ada
Daya hantar listrik larutan elektrolit dipengaruhi oleh banyaknya ion-ion yang
terdapat didalam larutan tersebut. Jumlah ion yang ada tergantung dari jenis elektrolit
(kuat/lemah) dan konsentrasi selanjutnya pengenceran baik untuk elektrolit lemah/kuat
memperbesar daya hantar dan mencapai harga maksimum pada pengenceran tak
berhingga. Semakin banyak jumlah ion yang ada dalam larutan maka semakin besar daya
hantar listriknya dan sebaliknya.
Penghantar logam disebut penghantar kelas utama, dalam penghantar ini listrik
mengalir sebagai elektron. Tekanan dari penghantar ini bertambah dengan naiknya
temperatur. Larutan elektrolit juga dapat menghantarkan listrik, penghantar ini disebut
penghantar kedua. Pembawa muatan dapat berupa elektron seperti logam, dapat pula
berwujud ion positif dan ion negatif seperti dalam larutan elektrolit dan lelehan garam.
Pembawa muatan yang berwujud logam disebut elektrolit atau metalik, sedangkan
pembawa muatan yang berupa larutan disebut ionik atau elektrolit.
Pengukuran daya hantar listrik mempunyai arti penting dalam proses-proses
kimia. Pada pembuatan aquades, efisiensi dari penghilang zat terlarut yang berupa garam-
garam dapat diikuti dengan mudah dengan cara mengukur daya hantar larutan. Derajat
ionisasi elektrolit lemah dapat ditentukan dengan pengukuran daya hantarnya. Seperti
diketahui, daya hantar berbanding lurus dengan jumlah ion yang ada dalam larutan.

17
Dalam pengukuran konduktivitas spesifik larutan dipilih harga yang paling
konstan karena harga konduktivitas cenderung berubah setiap saat sehingga harga yang
paling konstan merupakan harga yang mendekati harga sebenarnya. Setiap pergantian
larutan, alat cuci dengan akuades. Pengukuran disertai dengan pengukuran akuades
(pelarut) karena harga konduktivitas spesifik merupakan koreksi dari konduktivitas
larutan dengan konduktivitas pelarut.
Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan semakin tinggi nilai
konduktivitasnya. Jumlah muatan dalam larutan sebanding dengan nilai hantar molar
larutan dimana hantaran molar juga sebading dengan konduktivitas larutan. Konsentrasi
elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas molar (∆m). Konduktivitas molar
adalah konduktivitas suatu larutan apabila konsentrasi larutan sebesar satu molar,
sehingga secara matematis dirumuskan:
k
∆m =
C
2. Kecepatan Ion pada Beda Potensial antara Kedua Elektroda yang Ada
Perpindahan muatan listrik dapat terjadi bila terdapat beda potensial antara satu
tempat terhadap yang lain, dan arus listrik akan mengalir dari tempat yang meiliki
potensial tinggi ke tempat potensial rendah. Didalam suatu larutan, terjadinya arus listrik
dikarenakan adanya ion yang bergerak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan ion adalah:
a. Berat dan muatan ion
b. Adanya hidrasi
c. Orientasi atmosfer pelarut
d. Gaya tarik antar ion
e. Temperatur
f. Viskositas

Jika larutan diencerkan maka untuk elektrolit lemah α-nya semakin besar dan
untuk elektrolit kuat gaya tarik antar ion semakin kecil. Pada pengenceran tidak terhingga,
daya hantar ekivalent elektrolit hanya tergantung pada jenis ionnya. Masing-masing ion
mempunyai daya hantar ekivalent yang berbeda.

Dalam penghantar ini disebabkan oleh gerakan dari ion-ion kutub satu ke kutub
lainnya. Berbeda dengan penghantar logam, penghantar elektrolit tahanannya berkurang
bila temperatur naik.
18
3. Pengaruh konsentrasi larutan (C)
Konsentrasi berkaitan dengan jumlah partikel yang bereaksi. Makin besar
konsentrasi berarti makin banyak pertikel sehingga makin banyak yang bergerak dan
makin banyak yang bertumbukan. Dua molekul yang akan bereaksi harus bertabrakan
langsung. Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti kerapatannya bertambah dan akan
memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat reaksi. Akan tetapi
harus diingat bahwa tidak selalu pertambahan konsentrasi pereaksi meningkatkan laju
reaksi di pengaruhi juga oleh faktor lain. Pada larutan encer, ion-ion dalam larutan
tersebut mudah bergerak sehingga daya hantarnya semakin besar. Pada larutan yang
pekat, pergerakan ion lebih sulit sehingga daya hantarnya menjadi lebih rendah.
Daya hantar ekuivalen didefenisikan sebagai daya hantar satu gram ekuivalen
suatu zat terlarut diantara 2 elektroda dengan jarak kedua elektroda 1 cm. Daya hantar
ekuivalen pada larutan encer diberi symbol “0” yang harganya tertentu untuk setiap ion.
Konduktivitas molar elektrolit tidak tergantung pada konsentrasi. Jika K tepat
sebanding dengan konsentrasi elektrolit. Walaupun demikian pada praktiknya,
konduktivitas molar bervariasi terhadap konsentrasi, salah satu alasannya adalah jumlah
ion dalam larutan mungkin tidak sebanding dengan konsentrasi larutan elektrolit,
misalnya konsentrasi ion dalam larutan asam lemah tergantung pada konsentrasi asam
secara rumit dan penduakalian konsentrasi nominal asam itu tidak menduakalikan jumlah
ion tersebut. Kedua, karena ion saling berinteraksi dengan kuat, maka konduktivitas
larutan tidak tepat sebanding dengan jumlah ion yang ada.
4. Jenis Larutan
Berdasarkan sifat daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi dua yaitu larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit. Sifat elektrolit dan non elektrolit didasarkan pada
keberadaan ion dalam larutan yang akan mengalirkan arus listrik. Larutan elektrolit
adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam pelarut (misalnya air) akan
menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Elektrolit diklasifikasikan
berdasarkan kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik yaitu elektrolit kuat dan
elektrolit lemah. Suatu elektrolit dapat berupa asam, basa maupun garam. Menurut
Michael Faraday, elektrolit merupakan suatu zat yang dapat menghantarkan listrik jika
berada dalam bentuk larutan atau lelehannya. Dalam suatu larutan elektrolit bila diberi
dua batang elektroda inert dan diberi tegangan listrik diantaranya, maka anion-anion akan
bergerak ke elektroda negatif (katoda). Proses ini merupakan fenomena transport seperti

19
halnya yang terjadi dalam molekul gas adalah adanya pengaruh medan listrik dan molekul
pelarut. Analisis kimia yang didasarkan pada daya hantar listrik berhubungan dengan
pergerakan suatu ion didalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar
listrik yang besar. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan
arus listrik. Hal ini ditandai lampu tidak menyala pada alat uji elektrolit dan tidak terdapat
gelembung gas pada permukaan elektrodanya. Contohnya antara lain larutan gula, larutan
UREA, larutan alkohol dan sebagainya.
Zat elektrolit yang memiliki daya hantar listrik sangat baik di dalam larutan
encernya (dilarutkan dalam air dalam jumlah sedikit) disebut sebagai elektrolit kuat,
sedangkan lautannya disebut sebagai larutan elektrolit kuat. Sedangkan zat elektrolit yang
memiliki daya hantar listrik yang kurang baik di dalam larutan encernya disebut sebagai
elektrolit lemah, dan larutannya disebut sebagai larutan elektrolit lemah.
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar arus listrik,
karena zat terlarut yang berada didalam pelarut (biasanya air), seluruhnya dapat berubah
menjadi ion-ion dengan harga derajat ionisasi adalah satu (α = 1). Yang tergolong
elektrolit kuat adalah :
a. Asam kuat, : HCl, HClO3, HClO4, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
b. Basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, : NaOH, KOH, Ca(OH)2,
Mg(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mempunyai kelarutan tinggi, : NaCl, KCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-
lain.

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang mampu menghantarkan arus listrik
dengan daya yang lemah, dengan harga derajat ionisasi lebih dari nol tetapi kurang dari
satu (0 < α < 1). Yang tergolong elektrolit lemah adalah:

a. Asam lemah, : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain.


b. Basa lemah, : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.
c. Garam-garam yang sukar larut, : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain.

Menurut Arrhenius, larutan elektrolit mengandung ion yang bergerak bebas. Ion
inilah yang menghantarkan arus listrik melalui larutannya. Zat elektrolit dapat berupa
senyawa ion dan senyawa. kovalen polar.

a. Senyawa ion : Terdiri atas ion, jika senyawa ion dilarutkan dalam air maka ion dapat
bergerak bebas dan larutan dapat menghantarkan arus listrik. Padatan / kristal senyawa
20
ion tidak dapat menghantarkan arus listrik , tetapi lelehan senyawa ion dapat
menghantarkan arus listrik.
b. Senyawa kovalen polar : Molekul senyawa kovalen polar dapat diuraikan oleh air
membentuk ion. Elektrolit jenis ini meliputi asam dan basa, tetapi lelehan senyawa
kovalen terdiri atas molekul netral, maka tidak ada lelehan senyawa kovalen yang
dapat menghantarkan arus listrik walaupun bersifat polar.

21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Larutan elektrolit adalah suatu zat yang larut ke dalam bentuk ion-ion, ketika zat
yang dilarutkan kedalam air akan berubah menjadi ion dan ion tersebut dapat
menghantarkan arus listrik. Oleh sebab itu, larutan senyawa yang menghantarakan listrik
disebut senyawa elektrolit, dan yang tidak disebut senyawa nonelektrolit.
Seperti telah dinyatakan bahwa senyawa elektrolit dalam larutan terurai menjadi
ion-ion. Pelarut memisahkan ion positif dan negatif karena terjadi ikatan antara ion dengan
pelarut yang disebut solvasi. Jika pelarutnya air disebut proses hidrasi. Ion dalam air dapat
terbentuk dengan tiga cara, yaitu:
 Zat terlarut adalah senyawa ion, seperti NaCl (s) dan K2SO4 (S).
NaCl (s) + air  Na+ (aq) + Cl- (aq)
K2SO4(s) + air  2K+ (aq) + SO4- (aq)
 Zat terlarut senyawa kovalen, tetapi dalam air terurai menjadi ion, seperti HCl (g) dan H2
SO4 (g) .
HCl(g) + air  H+ (aq) + Cl- (aq
H2SO4(g) + air  2H+ (aq) + SO42- (aq)
 Zat terlarut senyawa kovalen, tetapi bereaksi dengan air sehingga membentuk
ion positif dan negatif, seperti NH3 (g) dan CO2 (g).
NH3 (g) + H2O(aq)  NH4 + (aq) + OH- (aq)
CO2(g) + H2O (aq)  2H+ (aq) + CO32- (aq)
Menurut Arrhenius (tahun 1890) hantaran listrik larutan disebabkan oleh partikel
bermuatan yang disebut ion. Ion positif tertarik ke katoda dan ion negatif ke anoda.
Totalnya merupakan perpindahan muatan dari suatu kutub ke kutub lainnya. Oleh sebab
itu, listrik dapat mengalir dalam dua medium, yaitu logam dan larutan. Dalam logam listrik
dihantarkan oleh elektron (bermuatan negatif) yang bergerak sehingga disebut penghantar
elektronik. Dalam larutan listrik dihantarkan oleh ion yang bergerak dan disebut
penghantar elektrolitik.
Arus listrik ialah arus muatan listrik, yaitu banyaknya muatan listrik yang melintas
penampang per satuan waktu, dan rapat arus listrik bagi arus listrik yang terdistribusi secara
kontinyu seperti misalnya oleh gerakan ion-ion yang berserakan di udara didefinisikan

22
sebagai banyaknya muatan listrik yang melintas penampang seluas satu satuan luas per
satuan waktu.
Daya hantar merupakan tolak ukur mudah-sukarnya arus listrik mengalir, yang
ditentukan oleh mudah-sukarnya pembawa-pembawa muatan listrik, yakni elektron-
elektron ataupun ion-ion yang bergerak didalam medium.
Pengukuran daya hantar didasarkan pada salah satu dari dua macam besaran yaitu
daya hantar jenis dan daya hantar molar. Hantaran molar (Λ) adalah daya hantar larutan
yang mengandung 1 mol elektrolit dan ditempatkan diantara dua elektroda sejajar yang
terpisah sejauh 1 cm.

B. SARAN
Harapan dari penulisan ini, pembaca dapat mengetahui konsep sederhana yang
menjadi dasar terbentuknya arus listrik. Oleh karena itu pada penulisan ini disusun lebih
ringkas untuk memudahkan pembaca memahaminya. Melalui makalah ini juga diharapkan
penulis menjadi lebih paham lagi dengan konsep elektrolit serta hubungannya langsung
dengan arus listrik. Tidak lupa juga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membantu.

23
DAFTAR PUSTAKA

Andinata, Febryan; dkk. 2012. “Pengaruh pH Larutan Elektrolit Terhadap Tebal Lapisan
Elektroplating Nikel Pada Baja ST 37”. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya
(JPFA). 2 (2): 48-52.

Dogra, SK. 1990. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Jakarta: Universitas Indonesia.

Harizon, dkk. 2016. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make-A
Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit
Di SMA PGRI 2 Kota Jambi”. J. Indo. Soc. Integ. Chem. 8(2). 48.

Khairiah & Rita. 2017. “Analisis Pengaruh Penambahan Massa Ragi Dan Lama Waktu Proses
Fermentasi Terhadap Nilai Tegangan Listrik Pasta Limbah Kulit Durian (Durio
Zibethinus)”. Fisitek: Jurnal Ilmu Fisika Dan Teknologi. 1(2). 17-18.

S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.

Soedojo, Peter. 1998. Azaz-azaz Ilmu Fisika Jilid 2 Listrik Magnet. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

24

Anda mungkin juga menyukai