Anda di halaman 1dari 14

SOAL DAN JAWABAN

UJIAN AKHIR SEMESTER


KAPITA SELEKTA KIMIA SMA

Disusun Oleh:

Nama : Hezi Septi Iliana


NIM : E1M017027
Program Studi : Pendidikan Kimia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MATARAM
2021
1. Pengembangan Karakter, merupakan salah satu tuntutan kurikulum 2013 khususnya pada
pendidikan kimia
1) Jelaskan mengapa pengembangan karakter itu sangat penting bagi siswa?
Jawaban:
Pengembangan karakter itu sangat penting bagi siswa karena menurunnya
kualitas moral dalam kehidupan manusia sekarang ini terutama di kalangan siswa,
sehingga menuntut diselenggarakannya pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan
karakter diarahkan untuk memberikan tekanan pada nilai-nilai tertentu seperti rasa
hormat, tanggungjawab, jujur, peduli, dan adil.
2) Uraikan karakter siswa yang bagaimana yang dituntut melalui pembelajaran kimia?
Jawaban:
Karakter siswa yang harus dibentuk melalui pembelajaran kimia adalah nilai
kejujuran, tanggung jawab, hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa
wirausaha, berfikir positif, ingin tahu, kasih sayang, logis, inovatif, mandiri, cinta ilmu,
santun, toleransi, nasionalisme dan demokratis.
3) Uraikan bagaimana cara mengembangkan karakter siswa tersebut dalam pembelajaran!
Jawaban:
Cara mengembangkan karakter siswa tersebut dalam pembelajaran adalah:
a. Menjadi contoh bagi siswa
Guru dipandang sebagai orang tua yang lebih dewasa oleh para siswanya. Hal
itu artinya, siswa menilai guru sebagai contoh dalam bertindak dan berperilaku.
b. Mengajarkan nilai moral pada setiap pelajaran
Guru bisa mengajarkan nilai kehidupan seperti dengan mengerjakan soal
Kimia kita bisa belajar untuk bersabar dan berusaha untuk memecahkan suatu
masalah dengan mengasah logika berpikir.
c. Mengajarkan sopan santun
Ada baiknya, ketika ada siswa bersikap kurang baik atau kurang sopan, guru
berperan untuk mengoreksi sikap tersebut. Jangan memarahi, tetapi cukup
mengingatkan saja bahwa sikapnya itu kurang baik dan berikan alternatif tindakan
lain yang lebih positif.
d. Bersikap jujur dan terbuka pada kesalahan
Memberikan pemahaman bahwa ilmu yang kita pahami dan kuasai amat
sedikit artinya apabila kita mengikuti perkembangan ilmu itu sendiri. Perkembangan
ilmu wajib diketahui oleh setiap dosen dan guru. Tanpa mengetahui perkembangan
ilmu maka konsep yang dikuliahkan oleh seorang dosen atau diajarkan oleh seorang
guru mungkin sudah tidak tepat lagi. Sebagai contoh adalah konsep tentang bilangan
oksidasi atom pusat pada senyawa kompleks. Pada masa yang lalu atom pusat
senyawa-senyawa kompleks yang berhasil disintesis adalah memiliki bilangan
oksidasi positif. Misalnya bilangan oksidasi Co pada [Co(NH3)6]3+ dan [CoF6]3-,
adalah +3. Sekarang banyak sekali disintetis senyawa-senyawa kompleks yang atom
pusatnya memiliki bilangan oksidasi nol seperti pada senyawa kompleks [Fe(Co)5]
dan senyawa-senyawa kompleks yang atom pusatnya memiliki bilangan oksidasi
negatife seperti pada senyawa kompleks K2[Fe(Co)4]. Sampai sekarang banyak
penulis buku kimia hanya memberikan contoh senyawa-senyawa kompleks yang
bilangan oksidasinya atom pusatnya positif. Hal ini mungkin akibat penulis yang
tidak mengikuti perkembangan ilmu tentang senyawa kompleks.
2. Ciri lain dari Kurikulum 2013 adalah menuntut kepada guru untuk mengembangkan
ketrampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS).
1) Uraikan apa sebabnya kemampuan berpikir tingkat tinggi tersebut sebagai orientasi
pembelajaran (kimia) saat ini!
Jawaban:
High Order Thinking Skill (HOTS) adalah proses berfikir kompleks dalam
menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan
membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar.
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Transfer Knowledge, dimana
keterampilan berpikir tingkat tinggi ini sesuai dengan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor yang menjadi satu kesatuan dalam proses belajar dan mengajar khusunya
dalam pembelajaran kimia. Pengkategorian HOTS yang lebih modern tidak lagi hanya
melibatkan satu dimensi (dimensi proses kognitif saja), tetapi HOTS merupakan irisan
antara tiga komponen dimensi proses kognitif teratas (menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta) dan tiga komponen dimensi pengetahuan tertinggi (konseptual, procedural,
dan metakognitif).
2) Apa saja yang termasuk keterampilan berpikir tingkat tinggi tersebut?
Jawaban:
a. Mengetahui (Knowing-C1),
b. Memahami (Understanding-C2),
c. Menerapkan (Aplying-C3),
d. Menganalisis (Analyzing-C4),
e. Mengevaluasi (Evaluating-C5), dan
f. Mengkreasi (Creating-C6).
3. Pengembangan instrumen penelitian merupakan salah satu tahap penting dalam penelitian,
sebab peneliti harus dapat mengembangkan instrumen yang secara akademik dan teoretis
harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
1) Uraikan apa yang dimaksud instrumen penelitian harus valid dan reliable!
Jawaban:
Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian merupakan salah satu tahap
melakukan suatu penelitian yaitu tahap pengambilan data. Data yang diharapkan
tentunya adalah yang baik. Data yang baik yaitu data yang sesuai dengan kenyataan
yang sebenarnya dan dapat dipercaya. Data yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya inilah yang disebut dengan data yang valid. Sedangkan data yang dapat
dipercaya disebut dengan data yang reliabel. Supaya diperoleh data yang valid dan
reliabel, maka instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data baik tes maupun
non tes harus mempunyai bukti validitas dan reliabilitas.
a. Validitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen tersebut dapat dengan tepat
mengukur apa yang hendak di ukur. Sehingga dapat dikatakan bahwa validitas
berhubungan dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Instrumen yang valid akan
menghasilkan data yang valid pula.
b. Reliabilitas Instrumen
Kata reliabilitas dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Inggris yaitu
reliability, yang mana asalnya dari kata reliabel yang mempunyai arti dapat
dipercaya. Suatu instrumen tes dikatakan dapat dipercaya (reliabel) bila memberikan
hasil yang tetap (konsisten) bila diteskan berkali-kali. Misalnya suatu tes yang sama
diberikan siswa dalam suatu kelas pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa
akan tetap berada dalam urutan (rangking) yang sama dalam satu kelas tersebut. Jika
dikaitkan dengan validitas maka validitas berhubungan dengan ketepatan sedangkan
reliabilitas berkaitan dengan ketetapan. Instrumen yang reliabel belum tentu valid.
Contohnya mistar yang patah diujungnya, bila dipakai berulang akan selalu
menghasilkan data yang sama (reliabel) akan tetapi selalu saja tidak valid.
Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh
karena itu meskipun instrumen yang valid biasanya pasti reliabel, sehingga
pengujian reliabilitas instrumen tetap perlu dilakukan.
2) Uraikan langkah-langkah pengembangan instrumen penelitian, baik test maupun non
test yang valid dan reliable itu!
Jawaban:
Langkah-langkah pengembangan instrumen penelitian, baik test maupun non test yang
valid dan reliable adalah:
a. Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari variabel
yang hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk dari variabel tersebut. Konstruk
pada dasarnya adalah bangun pengertian dari suatu konsep yang dirumuskan oleh
peneliti.
b. Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator variabel yang
sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan konstruk variabel pada
langkah 1.
c. Membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi,
indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator.
d. Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum
dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah ke tinggi, dari
negatif ke positif, dari otoriter ke demokratik, dari dependen ke independen, dan
sebagainya.
e. Menulis butir-butir instrumen yang dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan.
Biasanya butir instrumen yang dibuat terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok
butir positif dan kelompok butir negatif. Butir positif adalah pernyataan mengenai
ciri atau keadaan, sikap atau persepsi yang positif atau mendekat ke kutub positif,
sedang butir negatif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan, persepsi atau
sikap negatif atau mendekat ke kutub negatif.
f. Butir-butir yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui
proses validasi, baik validasi teoretik maupun validasi empirik.
g. Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoretik, yaitu melalui
pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh
dimensi merupakan jabaran yang tepat dari konstruk, seberapa jauh indikator
merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir
instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator.
h. Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan hasil panel.
i. Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoretik atau secara konseptual,
dilakukanlah penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan ujicoba.
j. Uji coba instrumen di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik.
Melalui ujicoba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai
sampel uji-coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan
karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon dari sampel uji coba
merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas empiris atau
validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan.
k. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan kriteria baik kriteria internal
maupun kriteria eksternal. Kriteria internal, adalah instrumen itu sendiri sebagai
suatu kesatuan yang dijadikan kriteria sedangkan kriteria eksternal, adalah
instrumen atau hasil ukur tertentu di luar instrumen yang dijadikan sebagai
kriteria.
l. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya
sebuah butir atau sebuah perangkat instrumen. Jika kita menggunakan kriteria
internal, yaitu skor total instrumen sebagai kriteria maka keputusan pengujian adalah
mengenai valid atau tidaknya butir instrumen dan proses pengujiannya biasa disebut
analisis butir.
m. Untuk kriteria internal atau validitas internal, berdasarkan hasil analisis butir maka
butir-butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diujicoba ulang,
sedang butir-butir yang valid dirakit kembali menjadi sebuah perangkat instrumen
untuk melihat kembali validitas kontennya berdasarkan kisi-kisi. Jika secara konten
butir-butir yang valid tersebut dianggap valid atau memenuhi syarat, maka
perangkat instrumen yang terakhir ini menjadi instrumen final yang akan digunakan
untuk mengukur variabel penelitian kita.
n. Selanjutnya dihitung koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas dengan rentangan
nilai (0-1) adalah besaran yang menunjukkan kualitas atau konsistensi hasil ukur
instrumen. Makin tinggi koefisien reliabilitas makin tinggi pula kualitas instrumen
tersebut. Mengenai batas nilai koefisien reliabilitas yang dianggap layak tergantung
pada presisi yang dikehendaki oleh suatu penelitian. Untuk itu kita dapat merujuk
pendapat-pendapat yang sudah ada, karena secara eksak tidak ada tabel atau
distribusi statistik mengenai angka reliabilitas yang dapat dijadikan rujukan.
o. Perakitan butir-butir instrumen yang valid untuk dijadikan instrumen final.
4. Komponen HOTS itu antara lain Keterampilan berpikir kritis dan ketrampilan
memecahkan masalah.
1) Susun definisi kontruk/definisi konseptual kedua ketrampilan berpikir tingkat tinggi
tersebut berdasarkan konsep-konsep yang dikemukan para ahli (minimal 4 ahli)!
Jawaban:
a. Anderson & Krathwohl (2001) merevisi pada taksonomi Bloom (1956) dan
mengungkapkan bahwa kemampuan mensintesis adalah proses mencipta yang
dinilai lebih sulit daripada kemampuan evaluasi. Taksonomi yang telah direvisi
mendiskripsikan perbedaan antara proses kognitif dengan dimensi pengetahuan
(pengetahuan faktual, konseptual, procedural dan metakognitif). Revisi taksonomi
tersebut memberikan gambaran bahwa yang termasuk dalam kemampuan berpikir
tingkat rendah yaitu mengingat, memahami dan mengaplikasikan. Sedangkan yang
termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah menganalisis,
mengevaluasi dan mencipta. Hal tersebut sesuai dengan dimensi proses kognitif
yang semakin meningkat dari mengingat sampai mencipta/berkreasi. Anderson &
Krathwohl (2001) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi
kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Kemampuan menganalisis
memiliki tiga indikator yaitu dapat membedakan hal yang relevan dan tidak relevan,
dapat mengorganisasikan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, dan
dapat menghubungkan bagian-bagian yang ada dalam suatu konsep atau
permasalahan. Disamping itu kemampuan mengevaluasi memiliki dua indikator,
yaitu mampu memeriksa fakta-fakta yang ada dan dapat mengkritisi suatu hal yang
dirasa kurang tepat atau tidak pada tempatnya. Kemampuan mencipta merupakan
kemampuan menghasilkan sesuatu yang memiliki tiga indikator, yaitu menciptakan
hipotesis atau pemikiran dengan kriteria tertentu, merencanakan langkah pemecahan
masalah, dan menghasilkan produk baru (Anderson & Krathwohl, 2001).
b. Bloom (1956) mempublikasikan taksonomi berfikir, dari berfikir tingkat rendah
hingga tingkat tinggi, yaitu: a) pengetahuan (knowledge), b) pemahaman
(comprehension), (c) penerapan (application), (d) analisis (analysis), (e) sintesis
(syntetis), dan (f) evaluasi (evaluation). Berpikir tingkat tinggi menurut Bloom
(1956) meliputi kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan analisis
memiliki beberapa indikator, yaitu peserta didik dapat menganalisis bagian dari satu
kesatuan, mengetahui hubungan yang terjadi antar bagian tersebut, dan menyusun
struktur yang terbentuk dari bagian-bagian tersebut. Kemampuan mensintesis
mempunyai indikator dapat menyusun serangkaian rencana untuk menciptakan
sesuatu yang baru dari sesuatu yang telah ada sebelumnya. Sedangkan kemampuan
mengevaluasi memiliki indikator dapat mengevaluasi atau memberikan umpan balik
terhadap keteranngan atau fakta-fakta berdasarkan kriteria tertentu (Bloom 1956).
c. (Lewis & Smith, 1993) Higher order thinking skills bila diartikan dalam bahasa
Indonesia berarti keterampilan berpikir yang lebih tinggi. Pemikiran tingkat tinggi
terjadi ketika seseorang mengambil informasi baru dan menyimpan dalam memori
yang saling terkait serta mengatur ulang dan memperluas informasi untuk mencapai
tujuan atau menemukan kemungkinan jawaban dalam situasi membingungkan.
HOTS terdiri dari berpikir kritis, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, dan
berpikir kreatif. Secara lebih lanjut Lewis & Smith (1993) mengatakan setiap
disiplin ilmu butuh pemikiran tingkat tinggi untuk menambah pengetahuan.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses berpikir sehingga dapat
digunakan dalam berbagai disiplin ilmu.
d. Resnick (1987) menganggap bahwa higher order thinking skills (kemampuan
berpikir tingkat tinggi) tidak dapat didefinisikan secara tepat, namun dapat
diidentifikasi ketika hal tersebut terjadi. Beberapa indikator HOTS menurut Resnick
(1987) yaitu: (1) bersifat nonalgoritmik, merupakan bagian dari langkah tindakan,
(2) berpikir secara kompleks, (3) memiliki banyak pemecahan masalah, (4)
melibatkan interpretasi yang berbeda, (5) melibatkan berbagai kriteria aplikasi yang
melibatkan perdebatan, (6) sering melibatkan ketidakpastian, tidak semua yang
diajarkan dapat dikuasai, (7) melibatkan pengaturan diri dalam proses berpikir, (8)
dapat menemukan struktur dalam permasalahan, (9) melibatkan elaborasi dan
penilaian yang diperlukan. Secara garis besar Resnick (1987) mengutarakan bahwa
kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan suatu pemikiran yang kompleks
dengan melibatkan berbagai sumber dan kriteria sehingga dapat menyelesaikan
masalah.
2) Susun indicator pembelajaran kimia yang mencerminkan kedua ketrampilan berpikir
tingkat tinggi tersebut!
Jawaban:
Pasangan KD
KD 3.3: Mengevaluasi gejala atau proses yang terjadi dalam contoh sel elektrokimia
(sel volta dan sel elektrolisis) yang digunakan dalam kehidupan.
a. Materi Pokok : Gejala atau proses yang terjadi dalam
contoh sel elektrokimia (sel volta dan sel
elektrolisis) yang digunakan dalam
kehidupan.
b. Kata Kerja Kompetensi : Mengevaluasi (C5)
c. Dimensi Proses Kognitif : Mengevaluasi (C5)
KD 4.3: Menciptakan ide/gagasanprodukselelektrokimia.
a. Materi Pokok : Produk sel elektrokimia
b. Kata Kerja Kompetensi : Menyajikan (P5)
c. Dimensi Proses Kognitif : Menyajikan (P5)

Tabel KD dan Indikator


KD Indikator
3.3: Mengevaluasi 3.3.1 Menyebutkan contoh sel volta dalam kehidupan
gejala atau proses sehari-hari.
yang terjadi dalam 3.3.2 Menjelaskan pengertian sel volta dan definisi katoda
contoh sel dan anoda pada rangkaian sel volta.
elektrokimia (sel 3.3.3 Menunjukkan proses yang terjadi pada katoda dan
volta dan sel anoda sel volta.
elektrolisis) yang 3.3.4 Menuliskan reaksi yang terjadi di anoda dan katoda
digunakan dalam pada sel volta serta menentukan energi potensialnya.
kehidupan. 3.3.5 Menyimpulkan hasil reaksi yang terjadi pada reaksi
percobaan jembatan garam.
3.3.6 Menjelaskan prinsip kerja sel volta.
3.3.7 Menentukan notasi sel volta.
3.3.8 Menentukan susunan komponen sel volta.
3.3.9 Menggambarkan susunan sel volta dan menjelaskan
fungsi setiap bagiannya.
3.3.10 Menyimpulkan fungsi jembatan garam pada sel
volta.
3.3.11 Menganalisis reaksi yang terjadi di anoda dan katoda
pada larutan atau cairan dengan elektroda aktif atau
elektroda inert.
3.3.12 Menyimpulkan definisi sel volta.
3.3.13 Menilai reaksi redoks secara sepontan.
3.3.14 Membandingkan sel volta primer dan sekunder.
3.3.15 Membuktikan potensial sel berdasarkan data
potensial standar.
4.3: Menciptakan 4.3.1 Mengetahui prosedur percobaan sel volta.
ide/gagasan produk 4.3.2 Menentukan alat dan bahan dalam percobaan sel
sel elektrokimia. volta.
4.3.3 Melakukan percobaan mengenai sel volta.
4.3.4 Mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada
masing-masing katoda dan anodanya menggunakan
jembatan garam dan tidak menggunakan jembatan
garam.
4.3.5 Meramalkan kespotanan suatu redoks yang terjadi
berdasarkan potensial selnya.
4.3.6 Melatih keterampilan siswa merangkai alat percobaan
sel volta mengunakan jembatan garam.
4.3.7 Menganalisis proses terjadinya anoda dan katoda pada
percobaan jembatan garam pada sel volta.
4.3.8 Menyimpulkan hasil percobaan pada percobaan
jembatan garam pada sel volta.
4.3.9 Merancang reaksi yang terjadi di anoda dan katoda
pada larutan atau cairan dengan elektroda aktif atau
elektroda inert.
4.3.10 Menyusun rangkaian alat sel volta.

3) Berdasarkan indicator pada point b. Kembangkan instrument (Tes Kimia) masing-


masing satu soal objektif dan satu test uraian bersama rubric jawabannya!
Jawaban:
a. Soal Objektif
No. IPK Indikator soal Bentuk soal Nomor soal
3.3.7 Menentukan notasi sel Menentukan
PG 1
volta. notasi sel volta.

Naskah soal:
Kunci
No Naskah soal Rubrik penilaian
jawaban
1 Diketahui reaksi 2 AgNO3 + Cu → A  Skor 1 jika siswa
2 Ag + Cu(NO3)2. Notasi sel Volta menjawab sesuai kunci
yang didasarkan reaksi di atas jawaban
adalah….  Skor 0 jika siswa tidak
menjawab seperti kunci
2+ +
a. Cu / Cu || Ag / Ag jawaban

b. Cu / Cu2+ || Ag / Ag+

c. Ag2+ / Cu || Ag / Cu2+

d. Ag / Ag+ || Cu / Cu2+

b. Tes Uraian
No. IPK Indikator soal Bentuk soal Nomor soal
3.3.1 Menyebutkan contoh sel Menyebutkan Essay 1
volta dalam kehidupan contoh sel volta
sehari-hari. dalam
kehidupan
sehari-hari.

Naskah soal:
No Naskah soal Kunci jawaban Rubrik penilaian
1 Sebutkan contoh sel 1. Aki  Skor 2 jika siswa menjawab sesuai
volta dalam kehidupan 2. Batrai dengan kunci jawaban.
sehari-hari!  Skor 1 jika siswa hanya menjawab
(skor 2) satu saja.

5. Saat ini kita sudah berada pada Abad 21. Pada abad 21 ini, kita sebagai guru dituntut
mengembangkan pembelajaran yang inovatif, diantaranya mengembangkan pembelajaran
STEAM (Science, Technology, Engineering, Art and Mathematics).
1) Jelaskan pengertian pembelajaran STEAM tersebut!
Jawaban:
Pembelajaran STEAM merupakan suatu pendekatan pembelajaran interdisipliner
yang inovatif dimana IPA, teknologi, teknik, seni dan matematika diintegrasikan
dengan fokus pada proses pembelajaran pemecahan masalah dalam kehidupan nyata,
pembelajaran STEAM memperlihatkan kepada peserta didik bagaimana konsep-
konsep, prinsip-prinsip IPA, teknologi, teknik, dan matematika digunakan secara
terpadu untuk mengembangkan produk, proses, dan sistem yang memberikan manfaat
bagi kehidupan manusia yang kompetitif.
2) Uraikan prinsip-prinsip pembelajaran STEAM!
Jawaban:
a. Prinsip perhatian dan motivasi
Apa yang dipelajari dan seberapa banyak yang dipelajari, dipengaruhi oleh
motivasi peserta didik. Sedangkan motivasi dipengaruhi oleh kondisi emosional,
minat, maupun kebiasaan berpikir peserta didik.
b. Prinsip keaktifan
Peserta didik melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu
perilaku. Peserta didik dapat menciptakan dan menggunakan perbendaharaan
strategi-strategi pemikiran dan penalaran untuk memenuhi tujuan yang kompleks
(Schunk, 2012; Arassh, 2013).
c. Prinsip keterlibatan langsung
Pengetahuan akan bermakna jika adanya upaya konstruksi pengetahuan yang
dilakukan oleh peserta didik (Arassh, 2013).
d. Prinsip pengulangan
Melalui coba (trial) dan gagal (eror) peserta didik perlu melakukan
pengulangan dalam pembelajaran.
e. Prinsip tantangan
Suatu kondisi yang menantang seperti mengandung masalah yang perlu
dipecahkan, peserta didik akan tertantang untuk mempelajarinya (Arassh, 2013).
f. Prinsip balikan dan penguatan
Pemberian respon yang positif secara berulang dapat memperkuat tindakan
peserta didik sedangkan pemberian respon negatif memperlemah tindakan peserta
didik.
g. Prinsip perbedaan individual
Proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain
seperti fisik, maupun kapabilitas belajar (Schunk, 2012).
3) Uraikan bagaimana pembelajaran STEAM menggunakan Model Problem Based
Learning
Jawaban:
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah:
a. Fase 1, Orientasi peserta didik kepada masalah
b. Fase 2, Mengorganisasikan peserta didik
c. Fase 3, Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
d. Fase 4, Mengebangkan dan menyajikan hasil karya
e. Fase 5, Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Fase 1 dan fase 2 dapat diterapkan pada pertemuan ke-1, fase 3 dan fase 4 bisa
jadi membutuhkan dua kali pertemuan selanjutnya, dan fase 5 dapat diterapkan di
pertemuan ke-5. Tujuan akhir dari menerapakan model pembelajaran Problem Based
Learning adalah tercapainya kompetensi dasar, dalam hal ini kompetensi yang
berkaitan dengan bidang STEAM.
4) Uraikan Tantangan-Tantangan dalam Pembelajaran STEAM itu!
Jawaban:
Berikut adalah tantangan-tantangan yang dapat ditemukan dalam pembelajaran
STEAM:
a. Perbedaan pendekatan/cara dalam menerapkan pembelajaran STEAM
3 (tiga) pendekatan yang memungkinkan STEAM diterapkan. Ada pendekatan
silo, tertanam (embedded), dan terpadu (integrated). Ketiga pendekatan tersebut
memiliki kelemahan yang dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih pendekatan
terbaik sesuai kebutuhan dan kondisi praktik (Juniaty, Siti,Supriyono, 2016).
a) Pendekatan silo: karena diterapkan dengan memisahkan tiap bidang studi
STEAM, memungkinkan adanya kurang ketertarikan siswa terhadap salah satu
bidang STEAM. Misalnya perempuan kurang tertarik untuk berpartisipasi dalam
bidang teknik dibandingkan laki-laki.
b) Fokus dari pendekatan silo ialah konten materi agar peserta didik menguasai
semua materi. Hal ini dapat membatasi sejumlah stimulasi lintas disiplin dan
pemahaman peserta didik. Misalnya peserta didik mengatahui konsep hukum-
hukum fisika tetapi tidak pandai memecahkan masalah yang membutuhkan
integrasi hukum fisika dan bidang lain seperti teknologi terapan.
c) Kelemahan dalam pendekatan tertanam (embedded) adalah dapat mengakibatkan
pembelajaran terpotong-potong. Jika seorang peserta didik tidak bisa mengaitkan
materi tertanam dengan materi utama, peserta didik berpotensi hanya belajar
sebagian dari pelajaran daripada manfaat daripelajaran secara keseluruhan.
Misalnya, proses belajar peserta didik dapat terganggu jika peserta didik belum
menguasasi pengetahuan matematika dan teknik yang ditanam pada bidang IPA
(sebagai konten utama).
b. Kurangnya standar yang jelas
Implementasi pembelajaran STEAM tidak seragam dalam kurikulum tiap
sekolah. Pedoman tentang tujuan pembelajaran yang mengacu pada bidang STEAM
belum tersusun secara sistematik sehingga memungkinkan tiap sekolah menafsirkan
dengan cara yang berbeda. Karena tidak ada standar yang berlaku dan sekolah
berfokus pada topik yang berbeda, ada kemungkinan bahwa beberapa siswa tidak
cukup siap untuk melanjutkanstudi ke perguruan tinggi.
c. Dianggap terlambat saat STEAM hanya diterapkan pada pendidikan tingkat
menengah
Banyak orang berpendapat bahwa, dalam rangka mengembangkan minat untuk
mata pelajaran seperti IPA, teknologi, dan matematika, siswa perlu memulai
disekolah dasar. Saat ini, sebagian besar program STEAM dimulai disekolah
menengah. Sayangnya, saat ini mungkin sudah terlambat bagi siswa, yang
seharusnya sudah mempelajari keterampilan dasar yang diperlukan untuk memahami
ide-ide yang lebih kompleks nanti. Tanpa landasan inti untuk STEAM di sekolah
dasar, siswa cenderung menjadi kewalahan dan frustrasi serta kehilangan minat.

Anda mungkin juga menyukai