Anda di halaman 1dari 8

Instrument Penilaian Tes dalam Pembelajaran

Menurut arikunto (2003:40) instrument adalah alat yang digunakan untuk


mengukur kemampuan ataupun keterampilan siswa yang akan dinilai atau
dievaluasi. Maksudnya instrument adalah yang dapat digunkan untuk
membantu proses evaluasi sehingga hasil yang diperoleh akan lebih baik.
Menurut uno (2013:109) dalam tes hasil belajar instrument adalah alat yang
dibunakan untuk mengukur hasil belajar. Menurut sugiyono (2010:95)
menjelaskan bahwa instrument merupakan suatu alat yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati. Menurut
setyosari (2012:152) instrumen adalah alat ukur yang dipakai selama
pelaksanaan perlakuan. Sedangkan riduwan (2012:78) mengungkapkan
bahawa instrument merupakan alat untuk mengukur nilai variable yang
akan diteliti. Maksudnya adalah jika seorang peneliti ingin melakukan
peneliti terhadap nilai ujian siswa maka secara otomatis instrument yang
digunakan oleh peneliti tersebut adalah sebuah tes. Jadi dapat disimpulkan
bahwa salah satu jenis instrument itu ialah tes.

Menurut arifin (2012:3) tes adalah alat pengumpulan data yang dirancang
secara khusus. Menurut nurjanah (2015:70) alat yang digunakan sebagai
sarana untuk menentukan penilaian atau evaluasi adalah tes. Menurut
sudaryono (2013:63) tes adalah himpunan pertanyaan yang hasrus dijawab.
Ditanggapi atupun dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunkan untuk
mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang
telah disampaikan selama proses pembelajaran. Menurut uno (2013:111)
tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendaptkan jawaban-jawaban yang
menjadi dasar bagi penetapan skor angka.

Sehingga dapat disimpulakan bahwa instrument tes adalah suatu alat yang
terdiri dari himpunan pertanyaan yang digunkan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam memahami meteri pelajaran yang telah
disampaikan.
Fungsi Instrumen Tes
Menurut arikunto (2013::165-167) fungsi dari tes 3 yaitu:

1. Fungsi untuk kelas ada 7 yaitu:


a. Mengadakan diagnosis tergadap kesulitan belajar siswa,
b. Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian,
c. Menaikkan tingkat prestasi,
d. Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode
kelompok,
e. Merencanakan kegiatan prose belajar-mengajar untuk siswa
secara perorangan,
f. Menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus,
dan
g. Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak.
2. Fungsi untuk bimbingan ada 3 yaitu:
a. Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang
anak-anak mereka,
b. membantu siswa dalam menentukan pilihan,
c. Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.
3. Fungsi untuk administrasi ada 6 yaitu:

a. Memberi petunjuk dalam pengelompokan siswa,


b. Penempatan siswa baru,
c. Membantu siswa memilih kelompok,
d. menilai kurikulum,
e. Memperluas hubungan masyarakt (public relation),
f. Menyediakan informasi untuk badan-badan lain diluar sekolah.

Komponen Instrumen Tes


Menurut arikunto (2013::173-174) fungsi dari tes 4 yaitu:

1. Buku Tes, yakni lembaran atau buku yang memuat KD, indicator, kisi-
kisi soal, ringkasan rumus dan butir-butir soal yang harus dikerjakan
oleh siswa.
2. Lembar Jawaban Tes, yakni lembaran yang disediakan oleh penilaian
bagi testee untuk mengerjakan tes. Untuk lembaran jawaban pilihan
ganda disediakan petunjuk pengerjaan apakah akan dilingkari atau
disilang. Sedangkan untuk lembar jawaban essay akan diberikan satu
lembar halaman kosong uuntuk siswa mengerjakan soal yang
diberikan.
3. Kunci Jawaban, berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci
jawaban ini dapat diberupa huruf-huruf yang dikehendaki atau
kata/kalimat. Untuk tes uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci
ataupun kalimat singkat untuk memberikan ancar-ancar jawaban.
Kunc jawab ini diperlukan agar: 1) Pemeriksaan tes dapat dilakukan
oleh orang lain, 2) pemeriksaannya berul, 3) dilakukan dengan
mudah, 4) Sesedikitnya mungkin masuknya unsur subjektif.
4. Pedoman Penilaian atau pedoman skoring berisi keterangan
perincian tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi
soal-soal yang telah dikerjakan.

Penyusunan Instrumen Tes


Menurut Djali dalam Sudaryono (2013:65) langkah-langkah dalam
pengembangan instrument tes ada 12 yaitu:

1. Menetetapkan tujuan tes. Sebelum mengembangkan insturmen tes


terlebih dahulu tentukan tujuan untuk keprluan apa.
2. Analisis kurikulum. Hal ini bertujuan untuk menentukan bobot setiap
pokok bahasan.
3. Analisis buku pelajaran. Hal ini juga bertujuan untuk menentukan
bobot setiap pokok bahasan.
4. Membuat kisi-kisi. Manfaat kisi-kisi adalah untuk menjamin sampel
soal yang baik, dalam arti mencakup semua pokok bahasan secara
proposional.
5. Penulisan tujuan instruksional khusus. Penulisan TIK harus sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
6. Penulisan soal. Dalam penulisan soal hal perlu diperhatikan adalah:
a. soal yang dibuat harus valid dalam arti dapat mengukur
tercapai tidaknya tujuan pembelajaran,
b. soal yang dibuat harus dapat dikerjakan dengan menggunkan
satu kemampuan spesifik,
c. soal yang dibuat harus terlebih dahulu dikerjakan dan
diselesaikan dengan langkah-langkah lengkap sebelum
digunakan pada tes yang sesungguhnya,
d. menetapkan sejak awal aspek kemampuan yang hendak diukur
untuk setiap soal matematika yang dibuat,
e. dalam membuat soal matematika, hindari sejauh mungkin
kesalahan-kesalahan ketik betapa kecilny, karena hak itu akan
mempengaruhi validitas soal,
f. memberikan petunjuk mengerjakan soal secara lengkap dan
jelas untuk setiap bentuk soal matematika dalam suatu tes.
7. Telaah soal. Soal-soal yang dibuat masih mungkin terjadi kekurangan
atau kekeliruan yang menyangkut aspek kemampuan spesifik yang
diukur, bahasa yang digunakan, kesalahan ketik dan sebagainya.
8. Reproduksi tes terbatas. Tes yang sudah jadi diperbanyak dalam
jumlah yang cukup menurut jumlah sampel uji coba.
9. Uji-coba tes. Tes yang telah diperbanyak akan diuji-cobakan pada
sejumlah sampel yang telah ditentukan.
10.Analisis hasil uji-coba. Berdasarkan data hasil uji-coba dilakukan
analisis, terutama analisis butir soal yang meliputi validitas, reliable,
tingkat kesukaran dan daya beda.
11.Revisi soal. Soal-soal yang valid berdasarkan kriterian empiric yang
dikompirmasi dengan kisi-kisi.
12.Merakit soal menjadi tes. Urutan soal dalam suatu tes dilakukan
menurut tingkat kesukaran soal yaitu dari soal yang mudah sampai
soal yang sulit.

Kriteria Instrumen Tes yang Baik


Menurut Arikunto (2013::200-220) suatu tes dapat dikatakan baik apabila
memenuhi lima persyaratan, yaitu: validitas, reliabilitas, objektivitas,
praktikabilitas dan ekonomis.

1. Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi.


Suatu tes disebut valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa
yang hendak dan seharusnya diukur. Secara garis besar ada 2 (dua)
macam validitas, yaitu validitas tes dan validitas butir soal.
a. Validitas Tes terdiri dari dua macam validitas yaitu validitas isi
dan validitas konstruksi seperti dibawah ini
1. Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu
sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, yaitu: sejauh
mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasilbelajar
peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara
representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan
pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan). Pengujian
validitas isi yang dilakukan dengan menelaah butir (item
review) dilakukan dengan mencermati kesesuaian isi butir
yang ditulis dengan perencanaan yang dituangkan dalam
kisi-kisi. Butir-butir tes dinyatakan valid (logically valid)
apabila setelah mencermati isi butir-butir yang ditulis
telah menunjukkan kesesuaian dengan kisikisi.
2. Validitas konstruk adalah suatu tes di mana butir soal
tersebut membangun setiap aspek berfikir seperti yang
disebutkan dalam tujuan instruksional khusus.44 Menurut
Benjamin S. Bloom bahwa taksonomi (pengelompokan)
tujuan pendidikan harus senantiasa mengacu kepada tiga
jenis ranah (domain) yang melekat pada diri peserta
didik, yaitu: Ranah proses berpikir (cognitive domain),
Ranah nilai atau sikap (affective domain), Ranah
keterampilan (psychomotor domain). Setiap domain
disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai
dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang
kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal
yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai
dengan hal yang abstrak.
b. Validitas Butir Soal (item) dari suatu tes adalah ketepatan
mengukur yang dimiliki oleh sebuah item (yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam
mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item
tersebut. Setiap butir item yang ada dalam tes hasil belajar itu
merupakan bagian tak terpisahkan dari tes hasil belajar
tersebut sebagai suatu totalitas. Eratnya hubungan antara item
dengan tes hasil belajar sebagai suatu totalitas itu kiranya
dapat dipahami dari kenyataan, bahwa semakin banyak butir-
butir item yang dapat dijawab dengan betul oleh testee, maka
skor-skor total hasil tes tersebut akan semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin sedikit butir-butir item yang dapat dijawab
dengan betul oleh testee, maka skor-skor total hasil tes itu
akan semakin rendah atau semakin menurun.
2. Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu
tes atau alat evaluasi dikatakan andal jika ia dapat dipercaya,
konsisten, atau stabil dan produktif. Tes dikatakan dapat dipercaya
(reliable) jika memberikan hasil yang tetap atau ajeg (consistent)
apabila diteskan berkali-kali. Jika kepada siswa diberikan tes yang
sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap
berada dalam urutan (rangking) yang sama atau ajek dalam
kelompoknya.
3. Obyektivitas atau Objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang
mempengaruhinya. Lawan dari objektif adalah subjektif, artinya
terdapat unsur pribadi yang masuk memengaruhinya. Sebuah tes
dikatakan memiliki obyektivitas apabila dalam melaksanakan tes tidak
ada faktor subjektif yang memengaruhinya, terutama dalam sistem
skoringnya. Ada 2 faktor yang memengaruhi subjektivitas dari suatu
tes, yaitu bentuk tes dan penilai. Bentuk tes uraian akan memberi
banyak kemungkinan kepada penilai untuk memberikan penilaian
menurut caranya sendiri. Dengan demikian maka hasil dari seorang
siswa yang mengerjakan soal dari sebuah tes, akan memperoleh skor
yang berbeda apabila dinilai oleh dua orang. Itulah sebabnya pada
waktu sekarang ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif di
berbagai bidang. Untuk menghindari masuknya unsur subjektivitas
dari penilai, maka sistem skoringnya dapat dilakukan dengan sebaik-
baiknya, antara lain dengan membuat pedoman skoring terlebih
dahulu.
4. Praktikabilitas artinya praktis dan mudah pengadministrasiannya. Tes
yang praktis adalah tes yang: a) Mudah dilaksanakan, artinya tidak
menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada
siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap
mudah oleh siswa. b) Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu
dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya.
Untuk soal bentuk obyektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan
jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.c) Dilengkapi
dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat diberikan oleh orang lain.
5. Ekonomis berarti biaya dengan kata lain pelaksanaan tes tersebut
tidak membutuhkan biaya yang mahal,tenaga yang banyak dan
waktu yang lama.

Selain 5 kriteria yang disebutkan diatas ada 2 kriteria lagi. Akan tetapi 2
kriteria ini tidak terlalu berpengaruh dalam menentukan instrumen tes
tersebut baik atau tidak. Adapun 2 kriteria tersebut adalah sebagai berikut

1. Tingkat Kesukaran atau Analisis tingkat kesukaran soal artinya


mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitan sehingga dapat diperoleh
soal-soal yang termasuk muda, sedang dan sukar. Tingkat kesukaran
tes item pada umumnya ditunjukkan dengan persentase siswa yang
memperoleh jawaban item benar. Menentukan proporsi jumlah soal
kategori mudah, sedang dan sukar. Soal yang baik adalah soal yang
tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah
tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi
putus asa dan tidak mempunyai semangat Ada beberapa dasar
pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori
mudah, sedang dan sukar. Pertimbangan pertama adalah
keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ketiga kategori
tersebut. Artinya soal mudah, sedang dan sukar jumlahnya seimbang.
Pertimbangan kedua proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori
tersebut didasarkan atas kurva normal. Artinya, sebagian besar soal
berada dalam kategori sedang, sebagian lagi termasuk ke dalam
kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang.
Perbandingan antara soal mudah-sedang-sukar bisa dibuat 3-4-3.
Artinya, 30% soal kategori mudah, 40% soal kategori sedang, dan
30% lagi soal kategori sukar.
2. Daya Pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara peserta didik yang pandai (menguasai materi)
dengan peserta didik yang kurang pandai (kurang atau tidak
menguasai materi. Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal
dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam
membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggiprestasinya)
dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. Artinya,
bila soal tersebut diberikan kepada anak yang mampu, hasilnya
menunjukkan prestasi yang tinggi, dan bila diberikan kepada siswa
yang lemah, hasilnya rendah. Langkah-langkah Menghitung Daya
pembeda item itu dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar
kecilnya angka indeks diskriminasi D (d besar). Daya pembeda pada
dasarnya dihitung atas dasar pembagian testee ke dalam dua
kelompok, yaitu kelompok pandai atau kelompok atas (upper group)
dan kelompok bodoh atau kelompok bawah (lower group). Adapun
cara menentukan dua kelompok itu bisa bervariasi, misalnya dapat
menggunakan median sehingga pembagian menjadi dua kelompok
itu terdiri atas 50% testee kelompok atas dan 50% testee kelompok
bawah, dapat juga dengan hanya mengambil 20% dari testee yang
termasuk dalam kelompok atas dan 20% lainnya diambil dari testee
yang termasuk dalam kelompok bawah, dapat juga menggunakan
angka persentase lainnya. Namun pada umumnya para pakar di
bidang evaluasi pendidikan lebih banyak menggunakan persentase
sebesar 27% dari testee yang termasuk dalam kelompok atas dan
27% lainnya diambilkan dari testee yang termasuk dalam kelompok
bawah. Hal ini disebabkan karena berdasarkan bukti-bukti empirik
pengambilan subyek sebanyak 27% testee kelompok atas dan 27%
testee kelompok bawah itu telah menunjukkan kesensitifannya, atau
dengan kata lain cukup dapat diandalkan.

Anda mungkin juga menyukai