Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MERANGKUM MODUL 5 DAN MODUL 6

Mata Kuliah/Kode : Evaluasi Pembelajaran di SD / PDGK 4301


P. Studi/Semester : S1 PGSD BI/ I (satu)
Tutor : Basuki, S.Pd, M.Pd
NamaMahasiswa : Puri Siam Pangestuti
NIM : 857585488
Kelas :1B

MODUL 5
KUALITAS ALAT UKUR (INSTRUMEN)

KEGIATAN BELAJAR 1
VALIDITAS DAN RELIABILITAS HASIL PENGUKURAN
A. APAKAH VALIDITAS ITU ?
Validitas adalah Ketepatan Hasil Pengukuran. Menurut (Gronlund dan Linn, 1990) ada tiga
jenis validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran yaitu
:
1. Validitas isi (content validity)
Mengacu pada seberapa banyak materi tes tersebut dapat mengukur keseluruhan bahan
atau materi yang telah diajarkan.
2. Validitas konstrak (construct validity)
Mengacu pada seberapa banyak alat ukur tersebut dapat mengungkap keseluruhan
konstrak yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan tes tersebut. Konstrak adalah
konsep hipotesis yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat ukur.
3. Validitas yang dikaitkan dengan kriteria tertentu (criterion related validity)
Mengacu pada seberapa banyak materi tes dapat dengan tepat memprediksi kesesuaian
antara pengetahuan yang dimiliki sekarang dengan keberhasilannya pada masa yang akan
dating atau kesesuaian antara penguasaan suatu pengetahuan dengan keterampilan
penggunaan pengetahuan.
B. APAKAH RELIABILITAS ITU ?
Hasil pengukuran yang reliabel (tetap, konsisten, stabil). Hasil pengukuran yang
berhubungan dengan aspek fisik seperti mengukur panjang meja, berat badan, tinggi badan
dll biasanya menghasilkan reliabilitas yang tinggi sedangkan yang berhubungan dengan
aspek psikologi dan sosial seperti dalam pengukuran mewakili intelegensi,sikap dan konsep
diri yang tidak dapat diukur dengan ketepatan dan konsisten yang tinggi.
Menurut (gronlund dan linn, 1990) pengertian validitas mengacu pada ketepatan hasil
pengukuran maka pengertian reliabilitas mengacu pada ketetapan hasil yang diperoleh dari
suatu pengukuran. Hasil pengukuran dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika hasil
pengukuran pertama hampir sama dengan hasil pengukuran kedua. Dan sebaliknya hasil
pengukuran dikatakan mempunya reliabilitas yang rendah jika hasil pengukuran pertama
jauh berbeda dengan hasil pengukuran kedua.
Ada dua konsep reliabilitas adalah :
1. Konsep Reliabilitas dalam arti equivalent tes
Dimaksudkan untuk mengetahui apakah dua set tes yang digunakan paralel atau
tidak.
2. Konsep reliabilitas dalam arti konsistensi internal
Dimaksudkan untuk mengetahui apakah kumpulan butir soal yang ada dalam satu
set tes tersebut mengukur dimensi hasil belajar yang sama atau tidak.
C. BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA VALIDITAS DAN RELIABILITAS ?
Alat ukur yang mempunyai reliabilitas yang tinggi belum tentu secara otomatis
mempunyai validitas yang tinggi. Sebab tingginya reliabilitas yang dihasilkan suatu alat ukur
jika tidak dibarengi dengan tingginya validitas dapat memberikan informasi yang salah
tentang apa yang ingin diukur.
D. BAGAIMANA MENINGKATKAN RELIABILITAS ?
Reliabilitas suatu tes dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah butir soal ke dalam
tes tersebut. Butiran soal yang homogen artinya butiran soal-soal yang mengukur hal yang
sama dengan butir soal yang sudah ada. Penambahan butiran soal tidak akan menaikkan
reliabilitas tes jika butiran soal yang ditambahkan tidak homogen dengan butiran soal yang
telah ada.

KEGIATAN BELAJAR 2
ANALISIS DAN PERBAIKAN INSTRUMEN
A. MENGAPA ANALISIS BUTIRAN SOAL PENTING?
Menganalisi soal bermanfaat untuk memperoleh informasi yang bermanfaat bagi guru,
siswa, dan proses pembelajaran itu sendiri. Menurut Niko (1983) analisis butiran soal
menggambarkan suatu proses pengambilan data, dan penggunaan informasi tentang respon
siswa terhadap setiap butiran soal. Arti penting penggunaan analisis butiran soal adalah :
1. Untuk mengetahui apakah butir soal-butir soal yang disusun sudah berfungsi sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun soal.
2. Sebagai umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan mereka dalam menguasai
suatu materi .
3. Sebagai umpan balik bagi guru untuk mengetahui kesulitan - kesulitan yang dialami siswa
dalam memahami suatu materi.
4. Sebagai acuan untuk merevisi soal.
5. Untuk memperbaiki kemampuan guru dalam menulis soal.
B. KAPAN ANALISIS BUTIRAN SOAL DILAKUKAN?
Validitas set soal dapat diketahui dari kisi-kisi soal sedangkan reliabilitas soal baru
dapat diketahui setelah uji coba. Dalam menganalisis butir soal paling tidak ada dua
karakteristik butir soal yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kesukaran dan daya beda butir-
butir soal.
1. Tingkat kesukaran butir soal
Tingkat kesukaran merupakan salah satu karakteristik yang dapat menunjukkan kualitas
butir soal tersebut apakah termasuk mudah, sedang atau sukar.
2. Daya beda (D)
Daya beda butir soal memiliki pengertian seberapa jauh butir soal tersebut dapat
membedakan kemampuan individu peserta tes.
C. BAGAIMANA MELAKUKAN ANALISIS SECARA SEDERHANA?
Langkah - langkah dalam menganalisis butir soal:
1. Hitunglah jumlah jawaban yang benar untuk seluruh siswa.
2. Berdasarkan jumlah jawaban yang benar dari seluruh siswa tersebut susunlah skor siswa
mulai dari skor tertinggi ke skor terendah.
3. Berdasarkan urutan skor tersebut tertentu tentukan siswa yang masuk dalam kelompok
atas dan siswa yang termasuk dalam kelompok bawah.
4. Hitunglah jumlah siswa dalam kelompok atas yang memilih tiap-tiap alternatif jawaban
yang disiapkan.
5. Dengan cara yang sama hitung jumlah siswa dalam kelompok bawah yang memilih tiap
- tiap alternatif jawaban yang disediakan.
6. Hitung jumlah seluruh peserta yang menjawab benar.
7. Hitung tingkat kesukaran butiran soal dan daya beda dengan rumus yang disediakan.
D. BAGAIMANA MENGANALISIS TES URAIAN?
Cara menganalisis tes uraian oleh Whitney dan Sabers (Mehrens dan Lehmann, 1984)
sebagai berikut :
1. Tentukan jumlah yang termasuk dalam kelompok atas (25%) dan kelompok bawah
(25%).
2. Hitung jumlah skor kelompok atas dan jumlah skor kelompok bawah.
3. Hitung tingkat kesukaran dan daya beda setiap butiran soal.
E. BAGAIMANA MEMPERBAIKI BUTIRAN SOAL?
Beberapa hal dalam memperbaiki butiran soal sebagai berikut :
1. Perhatikan tingkat kesukaran butir soal. Butir soal dianggap baik jika mempunyai tingkat
kesukaran (p) antara 0.25 sampai dengan 0.75 atau yang mendekati angkat tersebut.
2. Perhatikan daya beda butir soal. Butir soal dianggap baik jika kunci atau jawaban yang
dianggap benar mempunyai daya beda positif tinggi dan alternative jawaban mempunyai
daya beda negative dan ada salah satu alternative jawaban mempunyai daya beda positif,
aka butir soal tersebut perlu ditelaah kembali,sebab ada kemungkinan terjadi salah kunci.
F. BAGAIMANA MEMPERBAIKI NON-TES?
Prosedur memperbaiki instrumen non-tes:
1. Meminta pakar untuk meriview atau menelaah instrument,
2. Uji coba kelapangan.
3. Analisis hasil uji coba dengan menggunakan program analisis instrument yang relevan.
4. Melihat kualitas instrument seperti validitas, reliabilitas serta kualitas soal.
5. Memperbaiki butir soal yang lemah.
6. Uji coba butir soal yang telah diperbaiki sampai yakin instrument non-tes yang akan
digunakan dapat dipertanggung jawabkan kualitasnya.
Penyebab butir soal kurang baik antara lain :
1. Penggunaan bahasa kurang komukatif.
2. Kalimat bersifat ambiguous (dapat ditafsirkan ganda).
3. Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator.
4. Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur.
MODUL 6
PEMBERIAN NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL PENILAIAN

KEGIATAN BELAJAR 1
PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN NILAI

A. Tujuan Penilaian Kelas


Penilaian kelas dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar
siswa, guna menetapkan sampai sejauhmana siswa telah menguasai kompetensi yang telah
ditetapkan dalam kurikulum.
1. Penilaian kelas hendaknya diarahkan pada empat tujuan berikut.
2. Penelusuran (keeping track) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk menulusuri agar
proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana.
3. Pengecekan (checking up) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk pengecekan apakah
siswa sudah benar-benar paham dengan pelajarannya.
4. Pencarian (finding-out) yaitu untuk mencari kelemahan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran.
5. Penyimpulan (summing up) atau disebut juga pelaporan tentang hasil proses
pembelajaran pada orang tua di akhir semester atau tahun pelajaran.
B. Fungsi Penilaian Kelas
1. Fungsi Motivasi yaitu penilaian harus mampu mendorong siswa untuk makin semangat
belajar.
2. Fungsi belajar tuntas, penilaian kelas harus mampu untuk mengarahkan dalam ketuntasan
belajar siswa.
3. Fungsi sebagai indikator efektivitas pengajaran, berarti disamping untuk memantau
kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga digunakan untuk melihat seberapa jauh
proses KBM telah berhasil.
4. Fungsi Umpan Balik , hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan
balik bagi siswa dan guru.
C. Prinsip-Prinsip Penilaian Kelas
1. Proses penilaian merupakan bagian dari pembelajaran.
2. Penilaian mencerminkan masalah dunia nyata.
3. Menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria.
4. Penilaian harus bersifat holistik yaitu kemampuan dibidang aspek koknitif, afektif, dan
psikomotorik.
5. Penilaian kelas mengacu kepada kemampuan sesuai standar yang ditetapkan (competency
Referenced).
6. Berkelanjutan (continuous) dalam rangkaian proses belajar mengajar guru dalam satu
semester.
7. Didaktis untuk mendorong dan membina siswa dalam meningkatkan hasil belajar.
8. Menggali informasi, untuk memberi informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil
keputusan dan umpan balik.
9. Melihat yang benar dan yang salah.
D. Metode Penilaian Penilaian Kelas
Metode tersebut meliputi :
1. Penilaian tertulis (paper-pencil test).
2. Tes praktek (performance test).
3. Penilaian produk.
4. Penilaian proyek.
5. Peta perkembangan.
6. Evaluasi diri siswa.
7. Penilaian afektif.
8. Portofolio.

KEGIATAN BELAJAR 2
PENILAIAN DIBERBAGAI JENJANG PENDIDIKAN
A. Pedoman Pelaksanaan dijenjang Pendidikan dasar dan Menengah
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
 sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur.
 objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
 adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,
status sosial ekonomi, dan gender.
 terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
 terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 63 menyebutkan
bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik.
2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan.
3. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Bentuk Penilaian :
1. Ulangan Harian.
2. Tugas-tugas.
3. Ulangan Tengah Semester.
4. Ulangan Akhir Semester.
5. Ulangan Kenaikan Kelas.
6. Pengamatan terhadap perubahan pelaku/sikap dan psikomotorik.
7. Bentuk penilaian lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.
8. Ujian Sekolah.
9. Ujian Nasional.
B. Pedoman pelaksanaan penilaian di perguruan tinggi
UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989, PP No. 60 tahun 1999, SK Mendiknas
No. 233/U/2000 tahun 2000.
1. Penilaian Terhadap kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa dilakukan penilaian secara
berkala yang dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan pengamatan oleh dosen.
2. Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian
akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis, dan ujian disertasi.
3. Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E yang masing-masing
bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0.
4. Predikat kelulusan terdiri atas 3 tingkat yaitu : memuaskan, sangat memuaskan, dan
dengan pujian, yang dinyatakan pada transkrip akademik.
5. IPK sebagai dasar penentuan predikat kelulusan program sarjana dan program diploma
adalah:
a. IPK 2,00 – 2,75 : memuaskan
b. IPK 2,76 – 3.50 : sangat memuaskan
c. IPK 3.51 – 4,00 : dengan pujian.
6. Predikat kelulusan untuk program magister:
a. IPK 2,75 – 3,40 : memuaskan;
b. IPK 3.41 – 3,70 : sangat memuaskan:
c. IPK 3,71 – 4,00 : dengan pujian.
7. Predikat kelulusan dengan pujian ditentukan juga dengan memperhatikan masa studi
maksimum yaitu n tahun (masa studi minimum) ditambah 1 tahun untuk program sarjana
dan tambah 0,5 tahun untuk program magister.
8. Predikat kelulusan untuk program doktor diatur oleh perguruan tinggi yang bersangkutan.
KEGIATAN BELAJAR 3
PEMANFAATAN HASIL TES UNTUK MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN
Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atausalah. Tes
dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Tes tertulis adalah tes yang
menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang
jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes
yang jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan adalah tes
yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik dengan
pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan. Tes praktik (kinerja) adalah tes yang
meminta peserta didik melakukan perbuatan / mendemonstasikan / menampilkanketerampilan.
Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai
macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan ujianterdiri atas ujian nasional dan ujian
sekolah. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk melakukan perbaikan pembelajaran,
memantau kemajuan dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik.
Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih. Ulangan
tengah semester adalah kegiatan yangdilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan
ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada
periode tersebut. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester. Cakupan ulangan akhir
semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik padaakhir semester
genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik padaakhir semester genap pada
satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket.Cakupan ulangan kenaikan kelas meliputi
seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester genap. Ujian adalah kegiatan
yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi
belajardan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. Ujian nasional adalah kegiatan
pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajarantertentu dalam
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian
Standar Nasional Pendidikan.
Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi pesertadidik yang
dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atasprestasi belajar dan
merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuanpendidikan. Mata pelajaran yang diujikan
pada ujian sekolah adalah mata pelajaranpada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tidak diujikanpada ujian nasional, dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik.
A. Memanfaatkan hasil Pre Test dan Post test
1. Pre-Test adalah tes yang dilaksanakan pada awal proses pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan siswa tentang pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.
2. Post-Test adalah tes yang dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran untuk mengetahui
daya serap pelajaran yang telah disampaikan kepada siswa dalam proses belajar mengajar.
B. Memanfaatkan Hasil Tes formatif
Tes formatif adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu (Arikunto, 2002:36). Dalam
kedudukannya seperti ini tes formatif dapat dipandang sebagai tes diagnostic pada akhir
pelajaran. Teknik pre-test dan post-test memiliki manfaat baik bagi guru, siswa, maupun
program itu sendiri.
1. Manfaat Bagi Guru
a. Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah diterima oleh siswa.
b. Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik
siswa.
c. Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang telah diberikan.
2. Manfaat Bagi Siswa
a. Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program yang
menyeluruh.
b. Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa.
c. Usaha perbaikan.
d. Sebagai diagnosis
3. Manfaat Bagi Program
a. Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai
dengan keakapan anak.
b. Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang
belum diperhitungkan.
c. Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan
dicapai.
d. Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.
C. Memanfaatkan Hasil Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut
berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa.
1. Fungsi Tes Diagnostik?
Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu:
a. Mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa,
b. Merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau
kesulitan yang telah teridentifikasi.
2. Karakateristik Tes Diagnostik
Tes diagnostik memiliki karakteristik:
a. dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan respons
yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik,
b. dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan
yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (penyakit) siswa,
c. menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat),
sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Bila ada alasan tertentu
sehingga mengunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda),
harus disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat
meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya,
dan.
d. disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan kesulitan (penyakit) yang
teridentifikasi.
D. Memanfaatkan Hasil Penilaian Nontes.
1. Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan
tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran,
dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara
dan lain-lain.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan
(dialog) baik secara langsung (face to pace relition), apabila wawancara itu dilakukan
kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan
wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
a. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini
hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai.
b. Keterampilan pewawancara.
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang
dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam
melaksanakan wawancara.
c. Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru
sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara
terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.
3. Angket (Questionave)
Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang
akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam
proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang
peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar
mereka.

Anda mungkin juga menyukai