Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RAMADHANI NIKMAH SIAGIAN

NIM : 856061242

RINGKASAN MODUL 5
KUALITAS ALAT UKUR (INSTRUMEN)

1. Kegiatan Belajar 1 : Validitas dan Reliabilitas Hasil Pengukuran


A. Apakah Validitas itu?
Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang dapat dengan tepat mengukur apa yang ingin
Anda ukur. Ketepatan hasil pengukuran inilah yang dinamakan validitas. Pengertian
validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau
evaluasi (Gronlund dan Linn, 1990). Secara umum validitas ada tiga jenis:
1. Validitas isi (content validity)
2. Validitas konstrak (construct validity)
3. Validitas yang dikaitkan dengan kriteria tertentu (criterion related validity)
 Validitas isi diperlukan untuk menjawab pertanyaan “sejauh mana item-item yang
ada dalam tes dapat mengukur keseluruhan materi yang telah diajarkan”. Tinggi
rendahnya validitas isi dapat ditetapkan berdasarkan analisis rasional atau
pertimbangan ahli terhadap isi tes tersebut. Hal ini merupakan tuntutan yang harus
dipenuhi oleh tes hasil belajar.tinggi rendahnya validitas isi suatu tes dapat Anda
lihat pada perencanaan atau kisi-kisi tes. Semakin representative materi yang dapat
ditanyakan dalam tes tersebut menunjukkan semakin tinggi validitas isinya.
 Validitas konstrak mengacu pada sejauh mana alat ukur tersebut dapat mengungkap
keseluruhan yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan tersebut.yang
dimaksud dengan konstrak di sini adalah konsep hipotesis yang digunakan sebagai
dasar dalam penyusunan alat ukur. Validitas konstrak ini banyak digunakan terutama
dalam pengukuran-pengukuran psikologi seperti pengukuran sikap, minat,tingkah
laku dan sebagainya.
 Validitas yang dikaitkan dengan kriteria lain mengacu pada sejauh mana alat ukur
tersebut dapat dengan tepat memprediksi kesesuaian antara pengetahuan yang
dimiliki sekarang dengan keberhasilannya pada masa yang akan datang atau
kesesuaian antara penguasaan suatu pengetahuan dengan keterampilan penggunaan
pengetahuan tersebut.
B. Apakah Reabilitas itu?
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes
dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih
subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar
penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat
diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari
suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam
kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang
konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang
berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.
Hasil-hasil pengukuran yang berhubungan dengan aspek-aspek fisik seperti mengukur
panjang meja, tinggi almari, berat badan, dan tinggi badan biasanya menghasilkan
reliabilitas yang sangat tinggi. Artinya walaupun pengukuran dilakukan lebih dari sekali
tetapi tetap memberikan lebih dari sekali tetapi tetap memberikan hasil yang tidak jauh
berbeda.
C. Bagaimana Hubungan antara Validitas dan Realibilitas
Ketetapan hasil pengukuran (reliabilitas) sangat diperlukan untuk memperoleh alat ukur
yang dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat (valid). Walaupun demikian alat
ukur yang mempunyai reliabilitas yang tinggi belum tentu secara otomatis mempunyai
validitas yang tinggi. Karena tingginya reliabilitas yang dihasilkan oleh suatu alat ukur
jika tidak dibarengi dengan tingginya validitas dapat memberikan informasi yang salah
tentang apa yang ingin Anda ukur.
D. Bagaimana Meningkatkan Realibiltas Tes?
Reliabilitas suatu tes dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah butir ke dalam tes
tersebut. Yang mungkin menjadi pertanyaan bagi Anda kemudian adalah apakah setiap
penambahan butir soal akan selalu dapat menaikkan reliabilitas tes? Jawabannya adalah
belum tentu.penambahan butir soal pada tes akan meningkatkan reliabilitas jika butir
soal yang ditambahkan adalah butir-butir soal yang homogeny dengan butir soal yang
ada. Yang dimaksud dengan butir soal yang homogen dengan butir soal-soal yang
mengukur hal yang sama dengan butir soal yang sudah ada. Penambahan butir soal tidak
akan menaikkan reliabilitas tes jika butir soal yang ditambahkan tidak homogeny dengan
butir soal yang telah ada.

2. Kegiatan Belajar 2 : Analisis dan Perbaikan Instrumen


A. Mengapa Analisis Butir Soal Penting?
Menurut Nitko (1983) analisis butir soal menggambarkan suatu proses pengambilan
data, dan penggunaan informasi tentang tiap-tiap butir soal terutama informasi
tentang respon siswa terhadap setiap butir soal. Lebih lanjut dikatakan bahwa arti
penting penggunaan analisis butir soal adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah butir soal-butir soal yang disusun sudah berfungsi
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun soal. Untuk menentukan soal-
soal yang Anda susun telah berfungsi sebagaimana seharusnya maka Anda harus
memperhatikan antara lain hal-hal sebagai berikut :
a. Apakah soal-soal yang Anda susun sudah sesuai untuk mengukur perubahan
tingkah laku seperti telah dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus?
b. Apakah tingkat kesukaran sudah Anda perhitungkan?
c. Apakah soal tersebut sudah mampu membedakan antara siswa yang pandai
dengan siswa yang kurang pandai?
d. Apakah kunci soal yang Anda buat sudah benar sesuai dengan maksud soal?
e. Jika Anda menggunakan tes pilihan berganda, apakah pengecoh yang Anda
pilih sudah berfungsi dengan baik?
f. Apakah soal tersebut masih dapat ditafsirkan ganda atau tidak?
2. Sebagai umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan mereka dalam
menguasai suatu materi.
3. Sebagai umpan balik bagi Anda sendiri sebagai guru untuk mengetahui kesulitan-
kesulitan yang dialami siswa dalam memahami suatu materi.
4. Sebagai acuan untuk merevisi soal
5. Untuk memperbaiki kemampuan Anda dalam menulis soal.
B. Kapan Analisis Butir Soal Dilakukan?
Dalam menganalisis butir soal paling tidak ada dua karakteristik butir soal yang perlu
Anda perhatikan yaitu tingkat kesukaran dan daya beda butirr-butir soal.
1. Tingkat kesukaran butir soal
Tingkat kesukaran merupakan salah satu karakteristik yang dapat menunjukkan
kualitas butir soal tersebut apakah termasuk mudah, sedang, atau sukar.
2. Daya Beda (D)
Daya beda butir soal memiliki pengertian seberapa jauh butir soal tesebut dapat
membedakan kemampuan individu peserta tes. Butir soal didukung potensi daya
beda yang baik, akan mampu membedakan peserta didik yang memiliki
kemampuan tinggi (pandai) dengan peserta didik yang memiliki kemampuan
rendah (kurang pandai)
C. Bagaimana Cara Melakukan Analisis Secara Sederhana?
Untuk melakukan analisis butir soal secara sederhana, berikut ini disajikan langkah-
langkah dalam menganalisis butir soal:
1. Hitunglah jumlah jawaban yang benar untuk seluruh siswa
2. Berdasarkan jumlah jawaban yang benar dari seluruh siswa tersebut susunlah skor
siswa mulai skor tertinggi ke skor terendah
3. Berdasarkan urutan skor tersebut tentukan siswa yang termasuk dalam kelompok
atsa dan siswa yang terrmasuk dalam kelompok bawah. Untuk menentukan
berapa persen siswa yang termasuk kelompok atas dan berapa persen yang masuk
kelompok bawah gunakan rambu-rambu sebagai berikut (Nitko, 1983 dan Hanna,
1993):
a. Jika jumlah nilai siswa <21-40 maka jumlah kelompok atas dan kelompok
bawah masing-masing 50%
b. Jika jumlah siswa 21-40 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah
masing-masing 33,3%
c. Jika jumlah siswa > 41 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah
msing-masing 27%
4. Hitunglah jumlah siswa dalam kelompok atas yang memilih tiap-tiap alternative
jawaban yang disediakan
5. Dengan cara yang sama hitung jumlah siswa dalam kelompok bawah yang
memilih tiap-tiap alternative jawaban yang disediakan
6. Hitung jumlah seluruh peserta tes (kelompok atas, tengah, dan bawah)
7. Hitung tingkat kesukaran butir soal dan daya beda dengan menggunakan rumus
yang telah disediakan
D. Bagaimana menganalisis tes uraian?
Cara menganalisis tes uraian diberikan oleh Whitney dan Sabers (Mehrens dan
Lehman, 1984) sebagai berikut :
1. Tentukan jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok atas (25%) dan kelompok
bawah (25%)
2. Hitung jumlah skor kelompok atas dan jumlah skor kelompok bawah
3. Hitung tingkat kesukaran dan daya beda setiap butir soal dengan rumus berikut :

P= ∑A + ∑B – (2Nskormin)
2N (skormaks – skormin)
D= ∑A-∑B
N (skormaks – skormin)

E. Bagaimana memperbaiki butir soal?


Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dalam memperbaiki butir soal adalah
sebagai berikut:
1. Perhatikan tingkat kesukaran butir soal,. Butir soal dianggap baik jika mempunyai
tingkat kesukaran (p) antara 0,25 sampai dengan 0,75 atau yang mendekati angka
tersebut.
2. Perhatikan daya beda butir soal. Butir soal dianggap baik jika kunci atau jawaban
yang dianggap benar mempunyai daya beda positif tinggi dan pengecohnya
mempunyai daya beda negatif.
F. Bagaimana memperbaiki Non-Tes?
Prosedur memperbaiki instrument non-tes sama dengan prosedur memperbaiki tes.
Perbaikan yang dapat Anda lakukan pada tahp ini adalah dengan meminta pakar
untuk meriview atau menelaah instrument tersebut. Setelah instrument Anda ditelaah
dan diperbaiki oleh pakar, langkah berikutnya adalah uji coba ke lapangan. Kemudian
analisislah hasil uji coba tersebut dengan menggunakan program analisis instrument
yang relevan. Penyebab butir soal kurang baik antara lain :
1. Penggunaan Bahasa kurang komunikatif
2. Kalimat bersifat ambiguous (dapat ditafsirkan ganda)
3. Pertanyaan atau pernyataanyang dibuat menyimpang dari indicator;
4. Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

Anda mungkin juga menyukai