NIM : 856061242
RINGKASAN MODUL 2
PENGEMBANGAN HASIL TES BELAJAR
Tes adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur ketercapaian suatu kompetensi
belajar.Ada dua jenis tes yang digunakan di sekolah yaitu tes objektif dan tes uraian.
Tes objektif sering digunakan terutama pada saat penerimaan siswa baru, tes sumatif, dan Ujian
Nasional (UN) sedangkan tes uraian sering digunakan pada saat ulangan harian.
> Pemberian skor yang kurang Objektif dan kurang Konsisten Dapat Disebabkan Karena beberapa
hal yaitu:
1. Adanya hallo effect
2. Adanya efek bawaan ( carry over effect)
3. Efek urutan pemeriksaan ( order effect)
4. Pengaruh penggunaan bahasa
5. Pengaruh tulisan tangan
6. Upaya menghindari order effect
Ada dua jenis tes yang paling sering digunakan di sekolah yaitu tes objektif dan tes uraian. Jika
menulis tes objektigf maka tidak hanya menulis pertanyaannya saja tetapi juga dituntut untuk
menyediakan alternatif jawaban yang harus dipilih siswa. Peserta tes hanya tinggal memilih jawaban
mana yang dianggap paling benar. Tetapi jika meulis tes uraian maka tidak perlu menyediakan
alternative jawabannya karena untuk mengerjakan tes uraian, siswa diminta menjawab pertanyaan
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Secara umum pengelompokan tes dapat dilakukan sebagai
berikut :
A. Tes Objektif , tes tersebut terdiri dari:
1. Benar- Salah (True- False Item) yang berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa untuk
mengidentifikasi kebenaran suatu pernyataan mengenai fakta, definisi, prinsip, teori, hukum,
dan sebagainya. Selain itu dapat mengukur kemampuan siswa unuk membedakan antara fakta
dengan pendapat atau opini. Juga dapat mengukur hasil belajar yang lebih tinggi dari sekedar
ingatan.Tes objektif juga ada kelemahan dan keunggulan nya. Keunggulannya yaitu mudah
dikonstruksikan, dapat menanyakan banyak sampel materi, mudah penskoran, tepat digunakan
untuk mengukur proses berpikir sederhana. Kelemahannya yaitu probabilitas siswa dalam
menebak jawaban sangat tinggi yaitu 50%, sebagian besar soal benar salah hanya digunakan
untuk mengukur hasil belajar siswa yang sederhana yaitu aspek ingatan.
2. Menjodohkan (Matching Exercise) yang berfungsi untuk mengukur hasil belajar yang
berhubungan dengan pengetahuan tentang definisi, fakta, istilah, dan peristiwa atau kejadian.
Disamping itu tes ini juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
menghubungkan dua hal baik yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung.
Keunggulan dari tes menjodohkan ini yaitu mudah dibuat, mudah penskorannya, dan dapat
menguji banyak materi yang telah diajarkan kepada siswa. Kelemahan tes menjodohkan yaitu
butir soal yang dibuat cenderung mengukur hasil belajar yang sederhana.
3. Tes pilihan ganda (Multiple Choice) merupakan jenis tes objektif yang paling banyak
digunakan di sekolah. Konstruksi tes pilihan ganda terdiri atas dua bagian yaitu pokok soal
(stem) dan alternatif jawaban (option). Satu di antara alternative jawaban tersebut adalah
jawaban yang benar atau yang paling benar (kunci jawaban) sedangkan alternatif jawaban yang
lain berfungsi sebagai pengecoh (distractor). Sebagian besar ahli tes mengatakan tes pilihan
ganda dikatakan baik jika probabilitas menebaknya berkisar antara 20 % - 25 %. Tetapi
berdasarkan pengalaman, penulis soal banyak yang menemui kesulitan untuk membuat
alternative jawaban yang baik apabila mereka diminta untuk menulis tes pilihn ganda dengan
alternative jawaban.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kisi-kisi soal antara lain:
a. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi harus diupayakan
serepresentatif mungkin.
b. Penentuan jenis tes yang akan digunakan. Penentuan jenis tes yang akan digunakan apakah
akan menggunakan tes pilihan ganda, tes uraian, atau gabungan antara keduanya harus
diperhitungkan terutama terkait dengan materi, jumlah butir soal dan waktu tes yang
disediakan.
c. Jenjang kemampuan berpikir yang diujikan harus sesuai dengan kemampuan berpikir yang
dilatihkan selama proses pembelajaran.Dalam hubungan ini kita mengenal ranah kognitif yang
dikembangkan oleh Bloom dan kawan-kawan yang kemudian direvisi ole Karthwoll (2001).
Revidi Krathwoll terhadap tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan (C1), pemahaman
(C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi (C6). Tingkat kesukaran Soal
dimulai dari C1 dan C2 masuk kekategori tingkat Mudah, C3 dan C4 masuk kategori sedang,
serta C5 dan C6 masuk kategori sukar.
d. Ragam tes yang digunakan. Ada beberapa ragam tes yang dapat dipergunakan senagai alat
ukur hasil belajar siswa baik itu berupa tes objektif maupun tes uraian.
e. Sebaran tingkat kesukaran butir soal. Pada umumnya ahli pengukuran sepakat bahwa butir
soal yang dapat memberikan informasi yang besar kepada guru adalah butir soal yang tingkat
kesukarannya sedang.
f. Waktu ujian yang disediakan untuk pelaksanaan ujian. Lamanya waktu ujian merupakan faktor
pembatas yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes. Lamanya waktu ujiam
misalnya 90 menit.
g. Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung waktu ujian yang disediakan.