Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH

Keunggulan dan Kelemahan Tes,


Mengembangkan Tes serta Perencanakan Tes

Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran di SD

Disusun oleh :
1. Nuralita Afifah (857154857)
2. Irfani Rahmayani (857160073)
3. Nurul Rizqi Hana (857161867)

BI PGSD (Semester I)

UNIVERSITAS TERBUKA
PROGRAM STUDI S1 PGSD
POKJAR CILANDAK
A. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TES
1. Keunggulan Tes Objektif
1. Tes objektif tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir rendah sampai dengan
sedang (ingatan, pemahaman, dan penerapan).
2. Dengan menggunakan tes objektif maka semua atau sebagian besar materi yang telah
diajarkan dapat ditanyakan saat ujian. Dengan menanyakan semua materi yang telah
diajarkan maka semua atau sebagian besar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dalam Satuan Pembelajaran (SP) ataupun dalam Rencana Pembelajara (RP) dapat
diukur ketercapaiannya.
3. Dengan menggunakan tes objektif maka pemberian skor pada setiap siswa dapat
dilakukan dengan cepat, tepat dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap
butir soal sudah jelas dan pasti.
4. Dengan tes objektif khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk dilakukan
abalisis butir soal. Dari hasil analisis butir soal maka dapat diperoleh informasi tentang
karakteristik setiap butir soal seperti tingkat kesukaran, daya beda, efektivitas pengecoh,
serta reliabilitasnya set tes. Berdasarkan informasi dari analisis butir soal maka kita akan
dapat memperbaiki atau merevisi butir soal sehingga akan menjadi lebih baik.
5. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan. Dengan menggunakan tes objektif
khususnya pilihan ganda maka kita dapat mengendalikan tingkat kesukaran butir soal
hanya dengan mengubah homogenitas alternativ jawaban. Semakin homogen alternatif
jawaban yang kita buat maka tingkat kesukaran butir soal akan semakin tinggi. Dan
sebaliknya.
6. Informasi yang diperoleh dari tes objektif lebih kaya. Jika tes objektif di kontruksi
dengan baik maka kita aka.ng banyak dari respon yang diberikan siswan memperoleh
informasinya.

2. Kelemahan Tes Objektif


1. Walaupun tes objektif dapat digunakan untuk mengukur semua proses berpikir dalam
ranah kognitif mulai dari jenjang berpikir sederhana (ingatan) sampai dengan jenjang
berpikir tinggi (kreasi), tetapi pada kenyataannya butir soal yang diujikan kepada
siswa atau mahasiswa kebanyakan hanya mengukur proses berpikir rendah, walaupun
tujuan pembelajaran yang akan diukur sebenarnya lebih tinggi dari sekedar ingatan
atau pemahaman.
2. Membuat pertanyaan tes objektif yang baik lebih sukar daripada membuat pertanyaan
tes uraian. Sebenarnya menulis tes uraian yang baik juga sukar tetapi kalau
dibandinngkan dengan menulis tes objektif khususnya pilihan ganda maka menulis
tes pilihan ganda yang baik lebih sukar.
3. Kemampuan anak dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca dan
menerka. Jika tes objektif dibuat dengan kurang baik Misalnya susunan Bahasanya
kurang mudah dimengerti oleh anak, maka maksud butir soal tersebut akan sulit
dipahami oleh siswa. Jika hal ini terjadi maka kesalahan siswa dalam menjawab butir
soal dapat terjadi bukan karena siswa tidak memahami materi yang ditanyakan tetapi
karena siswa mengalami kesukaran dalam memahami kalimat dalam butir soal.
Disamping itu kemampuan siswa juga dapat dipengaruhi karena adanya unsur
tebakan. Hal ini akan terjadi apabila siswa merasa ragu atau kehabisan waktu untuk
mengerjakan soal.
4. Siswa tidak dapat mengorganisasikan idenya sendiri karena semua alternatif jawaban
untuk setiap pertanyaan sudah diberikan oleh penulis soal. Dalam hal ini siswa hanya
dapat mengingat hidup orang lain yaitu itu penulis soal.

Menyadari akan adanya kelemahan yang ada pada tes objektif Maka sebagai seorang
guru kita harus berupaya untuk meminimalkan kelemahan tersebut. Berbagai upaya yang
dapat ditempuh untuk meminimalkan kelemahan tes objektif antara lain sebagai berikut.
1. Upaya untuk mengatasi agar butir soal yang ditulis tidak cenderung mengukur proses
berpikir rendah caranya adalah membuat soal harus selalu berorientasi pada kisi-kisi
soal. Tulislah butir soal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan diukur.
2. Upaya untuk mengatasi lamanya waktu penulisan butir soal adalah dengan cara
menguasai materi yang baik dan latihan membuat soal yang terus-menerus maka
Masalah ini tidak akan menjadi hambatan lagi. Semua butir soal yang telah ditulis dan
diujikan sebaiknya tidak dibuang tetapi terus dikumpulkan dalam suatu kumpulan butir
soal.
3. Upaya untuk mengatasi agar kemampuan siswa tidak terganggu oleh kemampuan
membaca dan menerka, caranya adalah dengan menulis butir soal yang baik sesuai
dengan kaidah penulisan butir soal objektif yang telah ditentukan. Sedangkan untuk
mengatasi masalah tebakan dapat diatasi dengan memperbanyak jumlah alternatif
jawaban menjadi 4 atau 5. Dengan bertambahnya jumlah alternatif jawaban maka
kemungkinan menebak akan semakin kecil.
4. Dengan tes objektif siswa tidak dapat mengemukakan ide yang sendiri tetapi harus
mengikuti ide orang lain dalam hal ini ide penulisan. Caranya adalah dengan
menggunakan tes uraian dan objektif secara bergantian selama proses penilaian hasil
belajar.

Keunggulan Tes Uraian antara lain :


 Tepat dipakai untuk mengukur proses berpikir tinggi. Ini artinya kalau tujuan
pembelajaran yakni mengajarkan proses berpikir tinggi maka untuk mengukurnya
akan lebih sempurna bila memakai tes uraian. Tentu saja dengan aksesori
pertimbangan bahwa jumlah siswa kita tidak terlalu banyak. Jika jumlah siswa kita
terlalu banyak maka kita akan menghadapi kesulitan pada ketika menyidik hasil
ujian.
 Tepat dipakai untuk mengukur hasil mencari ilmu yang kompleks yang tidak
sanggup diukur dengan tes objektif. Dapatkah keterampilan menulis, kemampuan
dalam menghasilkan, mengorganisasi dan mengekspresikan wangsit atau gagasan,
serta kemampuan dalam menciptakan rancangan penelitian diukur dengan tes
objektif? Inilah Salah satu keunggulan tes uraian yang tidak dimiliki oleh tes
objektif. Jika kita memiliki tujuan pembelajaran yang menyerupai ini maka kita
tidak sanggup mengukurnya dengan memakai tes objektif tetapi kita harus
mengukurnya dengan memakai tes uraian walaupun jumlah siswanya banyak.
 Waktu yang dipakai untuk menulis satu set tes uraian untuk satu waktu ujian lebih
cepat daripada waktu yang dipakai untuk menulis satu set tes objektif.
 Menulis tes uraian yang baik relatif lebih mudah daripada menulis tes objektif
(pilihan ganda) yang baik.
Kelemahan tes uraian antara lain:
 Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan
 Sukar memeriksa jawaban siswa

B. MENGEMBANGKAN TES
Ada dua jenis tes yang paling sering digunakan di sekolah yaitu tes objektif dan tes uraian.
Secara umum pengelompokan tes dapat dilakukan sebagai berikut:
Tes Objektif
1. Benar – salah
2. Menjodohkan
3. Pilihan ganda

Tes Uraian :
1. Uraian Terbatas (Restricted Question)
2. Uraian Terbuka (Open Ended Question)
a. Menulis Tes Uraian yang baik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat mengkontruksi tes uraian antaralain:
o Tulislah tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang telah dibuat.
o Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang sukar atau tidak tepat jika
diukur dengan tes objektif
o Untuk mempermudah dalam membuat tes uraian agar dapat mengukur jenjang
berpikir tinggi. Kembangkanlah butir soal tersebut dari suatu kasus. Dari kasus
tersebut tuliskan beberapa pertanyaan yang anda inginkan,
o Gunakan tes uraian terbatas. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh
menggunakan tes uraian terbatas. Pertama, memperkecil kemungkinan salah
penafsiran terhadap maksud pertanyaan yang ada pada butir soal. Kedua sampel
materi yang dapat ditanyakan dalam satu waktu ujian akan lebih banyak jika
dibandingkan menggunakan tes uraian terbuka. Ketiga, lebih mudah memeriksa
jawaban siswa karena jawaban siswa sudah terarah, dan Keempat, dapat
memberikan skor yang lebih objektif dan konsisten untuk setiap jawaban siswa.
o Gunakan kata-kata tanya seperti jelaskan, bandingkan, hubungkan, simpulkan,
analisislah, kelompokkanlah, identifikansikanlah, dan sebagainya.
o Rumuskan pertanyaan dengan jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan salah
tafsir bagi siswa.
o Rancanglah sejumlah pertanyaan yang memang dapat dikerjakan oleh siswa
dalam satu waktu ujian yang telah ditentukan
o Menyediakan sejumlah pertanyaan kemudian siswa diberi kebebasan untuk
mengerjakan beberapa butir saja.
o Pada setiap butir soal, tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa apabila
ia dapat mengerjakan butir soal tersebut dengan baik.

b. Memeriksa Hasil Tes Uraian


Ada dua acara yang dapat digunakan untuk memeriksa hasil tes uraian siswa
yaitu metode analitik atau metode holistic tergantung jenis tes uraian yang digunakan.
Pemeriksaan jawaban siswa dengan menggunakan metode holistic dilakukan dalam dua
tahap, Pertama,
pemeriksa memeriksa secara keseluruhan jawaban siswa. Dengan berdasar pada
garis besar jawaban yang telah dibuat, pemeriksa memeriksa kualitas jawaban tersebut
kemudian membuat pertimbangan untuk pengelompokkan jawaban tersebut ke dalam
kelompok jawaban dengan kualitas A, B, C, D, atau E. Kedua, pemeriksa mengulang
kembali pemeriksaan tersebut untuk lebih meyakinkan bahwa jawaban tersebut memang
tepat masuk dalam kategori A, B, C. D atatu E atau tidak. Dalam pemeriksaan kedua ini
masih terbuka kemungkinan untuk berpindahnya kualitas jawaban siswa dari kelompok
satu ke kelompok lain, missal dari kelompok A ke B atau sebaliknya. Karena penilaian
kualitas jawaban siswa lebih banyak didasarkan pada pertimbangan maka pemberian
skor pada metode holistic kurang objektif jika dibandingkan dengan analitik.
Pemeriksaan jawaban siswa dengan metode analitik dilakukan berdasarkan
pedoman penskoran yang telah dibuat oleh penulis soal. Setiap penulis soal uraian
terbatas, setelah selesai menulis butir soal, wajib membuat pedoman penskoran.

Tes Benar – Salah (True False Item)


Butir soal Benar – Salah merupakan butir soal yang terdiri dari suatu pernyataan di mana
siswa diminta untuk menuntukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Karena pada
umumnya siswa diminta untuk menentukan benar atau salah tentang suatu pernyataan maka butir
soal ini lebih dikenal dengan butir soal benar-salah.
Pada umumnya tes benar-salah digunakan untuk mengukur kemampuan siswa untuk
mengidentifikasi kebenaran suatu pernyataan mengenai: fakta, definisi, prinsip, teori, hokum, dan
sebagainya.

Tes Menjodohkan (Matching Exercise)


Tes menjodohkan merupakan tes objektif yang ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama
merupakan pokok soal atau disebut juga dengan premis sedangkan kolom kedua adalah kolom
jawabab atau disebut juga dengan respon. Siswa diminta untuk menjodohkan pernyataan-
pernyataan yang ada pada kolom pertama dengan jawaban-jawaban yang ada pada kolom kedua.
Untuk mengurangi kemungkinan siswa dalam menebak maka jumlah jawaban pada kolom kedua
dibuat lebih banyak dari jumlah pernyataan yang ada pada kolom pertama.

Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)


Tes objektif pilihan ganda ini merupakan jenis tes objektif yang paling banyak digunakan
di sekolah. Kontruksi tes pilihan ganda terdiri atas dua bagian yaitu pokok soal (stem) dan
alternative jawaban (option). Satu diantara alternative jawaban tersebut adalah jawaban yang benar
atau yang paling benar (kunci jawaban) sedangkan alternative jawaban yang lain berfungsi sebagai
pengecoh (distractor). Pokok soal dapat dibuat dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk pernyataan
tidak selesai atau dalam bentuk kalimat tanya.
Tata tulis tes pilihan ganda diatur sebagai berikut. Jika pokok soal (stem) ditulis dengan
kalimat tidak selrsai maka awal kalimat ditulis dengan huruf besar dan awal option ditulis dengan
huruf kecil (kecuali untuk nama diri atau nama tempat).

Ragam Tes Pilihan Ganda


c. Melengkapi pilihan
d. Hubungan antarhal
e. Analisis Kasus
f. Membaca Diagram, Tabel atau Grafik

C. PERENCANAKAN TES

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes anatara lain:
1. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi yang akan
diujikan. Pemilihan sampel materi yang akan ditulis butir soalnya hendaknya
dilakukan dengan mengacu pada tujuan pembelejaran yang ingin dicapai.
2. Jenis tes yang akan digunakan. Pemilihan jenis tes yang akan digunakan berhubungan
erat dengan jumlah sampel materi yang dapat diukur, tingkat kognitif yang akan
diukur, jumlah peserta tes, serta jumlah butir soal yang akan dibuat.
3. Jenjang kemampuan berpikir yang ingin diuji. Setiap mata pelajaran mempunyai
penekanan kemampuan yang berbeda dalam mengembangkan proses berpikir siswa.
Dengan demikian jenjang kemampuan berpikir yang akan diuji pun berbeda-beda.
4. Ragam tes yang digunakan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada beberapa
ragam tes yang dapat dipergunakan sebagai alat ukur hasil belajar siswa baik itu
beraupa tes objektif maupun tes uraian. Untuk tes objektif dapat dipilih tes B-S, tes
menjodohkan, atau tes pilihan ganda.
5. Sebaran tingkat kesukuran butir soal. Pada umumnya ahli pengukuran sepakat bahwa
butir soal yang dapat memberikan informasi besar kepada guru adalah butir soal yang
tingkat kesukarannya sedang.
6. Waktu yang disediakan untuk pelaksanaan ujian. Lamanya waktu ujian merupakan
factor pembatas yang harus diperhatikan dalam membuat prencanaan tes. Lamanya
waktu ujian (misalnya 90 menit) akan membawa konsekuensi kepada banyaknya butir
soal yang harus dibuat.
7. Jumlah butir soal. Penentuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujian
tergantung pada beberapa hal antara lain : tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
ragam soal yang akan digunakan, proses berpikir yang ingin diukur, dan sebaran
tingkat kesukaran dalam set tes tersebut.

Anda mungkin juga menyukai