Evalusia Pembelajaran di SD
Izzah Alfajri
857233888
UNIVERSITAS TERBUKA
KB 1
Jika alat ukur tersebut digunakan untuk mengukur atau mengamati hasil
belajar siswa maka akan menghasilkan angka-angka atau skor. Angka-angka inilah
yang merupakan penerapan dari konsep pengukuran. Angka-angka hasil pengukuran
apabila dilengkapi dengan data-data hasil pengamatan dan kemudian dari data-data
tersebut ditarik suatu kesimpulan maka akan menghasilkan apa yang disebut dengan
asesmen. Jadi asesmen merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi
hasil belajar siswa yang diperoleh dari berbagai jenis pengukuran atau tagihan dan
mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar
siswa. Berbagai jenis tagihan yang digunakan dalam asesmen antara lain: kuis,
ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan akhir semester, laporan kerja
dan lain sebagainya. Apabila pada akhir pembelajaran Anda ingin mengetahui
seberapa efektifkah program pembelajaran yang telah Anda laksanakan maka Anda
perlu mengumpulkan data dari semua bagian atau komponen yang menentukan
keberhasilan program pembelajaran. Data yang terkumpul kemudian diolah dan
dibandingkan dengan target yang telah Anda rencanakan untuk kemudian diambil
kesimpulan. Jika ini Anda lakukan maka Anda telah melakukan evaluasi. Pada saat
Anda melakukan penilaian maka Anda perlu memperhatikan beberapa prinsip
penilaian antara lain: menyeluruh, berkesinambungan, adil, objektif, terbuka, dan
bermakna. Selama ini penilaian hasil belajar siswa kebanyakan hanya dilakukan
dengan menggunakan alat ukur tes saja. Dengan cara ini maka kita tidak dapat
mengukur keseluruhan hasil belajar yang telah dicapai siswa. Untuk itu para ahli
pendidikan mengusulkan penilaian hasil belajar dengan menggunakan asesmen.
Dengan melakukan asesmen kita akan dapat mengukur tidak hanya hasil belajar saja
tetapi kita juga dapat mengukur proses belajar siswa. Dengan cara ini kita akan dapat
menilai hasil belajar siswa lebih menyeluruh
KB 2
Agar proses pembelajaran yang Anda lakukan dapat berhasil secara efektif dan
efisien, terdapat beberapa jenis tes yang dapat Anda manfaatkan yaitu tes
penempatan, pre test, post test, tes diagnostik, dan tes formatif. Tes penempatan dan
pre-test dilakukan sebelum program dimulai. Tes penempatan bertujuan untuk
menempatkan peserta program pada tempat yang sesuai dengan kemampuannya.
Dengan cara ini kita akan dapat memperoleh kelompok-kelompok peserta yang lebih
homogen kemampuannya. Dengan kelompok yang homogen proses pembelajaran
yang dilakukan akan berjalan lebih baik, siswa akan belajar serius dan terhindar dari
kebosanan sehingga tujuan pembelajaran akan lebih cepat tercapai. Sedangkan pre
test bermanfaat untuk menentukan materi mana yang masih perlu atau tidak untuk
Anda ajarkan. Jika pre test ini dipadukan dengan post test pada akhir program maka
Anda akan dapat menilai efektivitas program tersebut.
Pada saat program berjalan, Anda perlu mendiagnosis kesulitan belajar setiap
siswa dengan melakukan tes diagnostik. Tujuan utama dari tes ini adalah untuk
menemukan kesulitan belajar yang dialami siswa. Kemudian Anda sebagai guru harus
berupaya untuk mencari apa penyebab kesulitan belajar siswa tersebut dan sekaligus
berupaya untuk menghilangkan penyebab kesulitan belajar tersebut. Kegiatan ini
perlu segera dilakukan agar siswa tidak gagal pada akhir program. Di samping
berupaya mendiagnosis kesulitan belajar siswa, sebagai guru Anda juga harus
memonitor proses pembelajaran yang sedang Anda lakukan untuk mengetahui apakah
tujuan pembelajaran yang sedang Anda ajarkan dapat dicapai oleh siswa. Tes formatif
sangat tepat jika Anda gunakan untuk keperluan tersebut. Jika dari hasil tes formatif
ternyata ditemukan sejumlah siswa yang belum dapat mencapai tujuan pembelajaran
yang sedang Anda ajarkan, Anda harus mencari penyebabnya, apakah bersumber pada
diri siswa atau karena proses pembelajaran Anda yang kurang tepat. Jika Anda telah
mengetahui penyebabnya Anda wajib mengajarkan kembali materi yang belum
dikuasai sampai siswa dengan memperhatikan penyebab kesulitan siswa sampai siswa
tersebut dapat mengerti. Pada akhir pembelajaran Anda dapat melakukan tes sumatif
untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai keseluruhan tujuan pembelajaran
yang telah Anda tetapkan.
Modul 2
• Kelemahan:
a. Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan
b. Sukar memeriksa jawaban siswa
• Pemberian skor yang kurang Objektif dan kurang Konsisten Dapat Disebabkan
Karena beberapa hal yaitu :
Adanya hallo effect
Adanya efek bawaan ( carry over effect)
Efek urutan pemeriksaan ( order effect)
Pengaruh penggunaan bahasa
Pengaruh tulisan tangan
Upaya untuk meminimalkan kelemahan :
1. Upaya untuk meningkatkan jumlah sampel materi yang ditanyakan Saat Ujian Adalah
Membuat tes uraian yang dapat dijawab dengan cepat oleh siswa ( tes uraian terbatas )
2. Upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pemeriksa adalah dengan memeriksa
hasil ujiantanpa nama.
3. Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam memeriksa hasil tes siswa adalah :
Gunakan tes uraian terbatas
Gunakan 2 pemeriksa untuk memeriksa setiap hasil tes siswa
Sepakat tentang cara pemberian skor dengan pemeriksa kedua
Lakukan uji coba pemeriksaan
4. Upaya untuk mengurangi hallo effect adalah dengan menghilangkan menutup nama
peserta tes
5. Upaya untuk menghindari carry over effect adalah dengan cara memeriksa jawaban
soal no 1 untuk keseluruhan siswa baru kemudian baru memeriksa soal no 2
juga Untuk keseluruh Siswa begitu seterusnya sampai butir soal terakhir
6. Upaya menghindari order effect adalah dengan berhenti memeriksa jika anda sudah
merasa lelah dalam memeriksa.
B. Tes Uraian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonstruksi tes uraian yaitu :
1) Tulis tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang dibuat.
2) Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang sukar.
3) Kembangkan butir soal dari suatu kasus.
4) Gunakan tes uraian terbatas.
5) Usahakan pertnyaan mengungkap pendapat siswa bukan hanya fakta.
6) Rumuskan pertanyaan dengan jelas dan tegas.
7) Rancanglah pertanyaan sesuai waktu yang disediakan dalam ujian.
8) Hindari penggunaan pernyataan pilihan.
9) Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa apabila ia mengerjakan
soal dg benar.
Pedoman penskoran :
1) apa jawaban terbaik dari pertanyaan tersebut? Jika ada jawaban lain maka
jawaban tersebut harus ditulis.
2) Tandai butir, kata kunci / konsep penting yang harus muncul pada jawaban
tersebut.
3) Adakah butir, kata kunci / konsep yang lebih penting dari yang lain.
4) Beri skor pada setiap butir, kata kunci / konsep yang harus muncul pada
jawaban tersebut.
5) Butir , kata kunci, atau konsep yang lebih penting dapat diberi skor lebih dari
yang lain.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kisi-kisi antara
lain :
a. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi harus
diupayakan serepresentatif mungkin.
b. Penentuan jenis tes yang akan digunakan. Penentuan jenis tes yang akan
digunakan apakah akan menggunakan tes pilihan ganda, tes uraian, atau
gabungan antara keduanya harus diperhitungkan terutama terkait dengan
materi, jumlah butir soal dan waktu tes yang disediakan.
c. Jenjang kemampuan berpikir yang diujikan harus sesuai dengan kemampuan
berpikir yang dilatihkan selama proses pembelajaran.
d. Sebaran tingkat kesukaran.
e. Waktu ujian yang disediakan
f. Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung waktu ujian yang
disediakan.
MODUL 3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF
C. LANDASAN PSIKOLOGIS
Assesment alternatif tidak hanya menilai hasil/produk belajar saja namun
menilai proses belajarnya juga. Assesment alternatif juga mengacu dari beberapa teori
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Teori Fleksibilitas Koqnitif dari R.Spiro (1990)
Teori ini menyatakan bahwa hakikat belajar adalah kompleks dan tidak
terstruktur.
2. Teori Belajar Bruner (1996)
Mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses aktif dilakukan siswa
dengan cara mengkontruksi sendiri gagasan baru ,pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki.Dalam teori ini diharapkan siswa dapat menerapkan
kempuannya kedalam hal yang lebih luas.
3. Generative Learning Model dari Obsorne dan Ittrock (1983)
Menjelaskan bahwa otak tidak hanya pasif menerima informasi tetapi
aktif membentuk dan menginterpretasikan sesuatu.Lebih ke fungsi otak
beserta fungsinya.
4. Experiental learning theory dari C.Rogers (1969)
Teori yang membedakan dua jenis belajar yaitu cognitive learning
(pengetahuan) dan experiental learning (pengalaman).
5. Multiple Intelligent Theory dari Howard Gardner (1983)
Suatu kemampuan seseorang yang digunakan untuk memecahkan masalah
atau kemampuan untuk menunjukkan suatu produk yang dihargai oleh suatu
budaya.
D. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ASESMEN ALTERNATIF
1. Keunggulan asesmen alternatif :
a. Dapat menilai hasil belajar yang kompleks
b. Menyajikan hasil penilaian yang lebih kongkrit,langsung dan lengkap.
c. Meningkatkan motivasi siswa
d. Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata.
e. Siswa mampu mengevaluasi diri sendiri terhadap hasil karyanya sendiri.
f. Membantu guru untuk menilai efektifitas pembelajaran yang dilakukan.
g. Membantu memecahkan masalah yang dihadapi di kehidupan sehari hari
2. Kelemahan asesmen alternatif :
a. Membutuhkan banyak waktu
b. Adanya unsur subyektif dalam penilaian
c. Ketetapan penskoran rendah
d. Tidak tepat untuk kelas besar
MODUL 3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF
B. Perencanaan Portofolio
Menurut Shaklee (1997) delapa pedoman yang harus diperhatikan saat
merencanakan portofolio adalah:
1. Menentukan kriteria atau standar yang digunakan sebagai dasar asesmen
portofolio.
2. Menerjemahkan kriteria atau standar tersebut ke dalam rumusan hasil
belajar yang dapat diamati. Kriteria atau standar tersebut harus sesuai
dengan umur, kelas dan materi yang akan dinilai
3. Menggunakan kriteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi
dalam kurikulum.
4. Menentukan orang yang berkepentingan secara langsung (stakeholder)
dengan portofolio siswa. Stakeholders yang terpenting dalam portofolio
siswa adalah guru, siswa, teman sekelas dan orang tua siswa.
5. Menentukan jenis – jenis bukti yang harus dikumpulkan
6. Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan
berdasar bukti yang dikumpulkan
7. Menetukan sistem yang akan digunakan untuk membahas hasil
portofolio, pelaporan informasi dan asesmen portofolio.
8. Mengatur bukti – bukti portofolio berdasar umur, kelas atau isi agar kita
dapat membandingkan.
Pelaksanaan Portofilo
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati dengan siswa maka
tugas guru kemudian adalah melaksanakan asesmen portofolio sesuai dengan apa
yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan tersebut, tugas guru adalah:
1. Mendorong dan memotivasi siswa.
Memberi dorongan, semangat dan motivasi kepada siswa untuk menghasilkan
karya terbaik. Tugas portofolio merupakan tugas yang diberikan sesuai dengan
kondisi yang nyata pada kehidupan siswa.
2. Memonitor pelaksanaan tugas.
Guru perlu melakukan pertemuan rutin dengan siswa guna mendiskusikan
permasalahan yang dihadapi siswa. Berilah komentar terhadap karya siswa.
Mintalah juga siswa untuk memberi komentar terhadap hasil karyanya sendiri.
Komentar yang diberikan oleh siswa sendiri terhadap hasil karyanya diharapkan
dapat digunakan utuk memperbaiki kelemahan dan hambatan yang dialami siswa.
Hasil monitoring yang dilakukan oleh guru akan dapat dijadikan sebagai bahan
bagi pembelajaran berikutnya. Agar guru memperoleh gambaran yang utuh
mengenai kemampuan siswa, guru perlu juga mengadakan pertemuan dengan
orang tua siswa. Guru dapat meminta siswa masukkan dari orang tua siswa
tentang aktivitas siswa di rumah. Orang tua daoat memberikan masukkan tersebut
secara lisan atau tertulis.
3. Memberikan umpan balik.
Umpan balik dapat berupa komentar terhadap karya sswa yang bersifat kritis
dengan tujuan untuk memperbaiaki atau meningkatkan kemampuan siswa.
4. Memamerkan hasil portofolio siswa
Pamerkanlah hasil karya siswa yang mengundang stakeholders yang
berhubungan langsung dengan fortofolio.
Pengumpulan Bukti Portofolio
Beberapa guru memilih untuk menyimpan dua portofolio untuk setiap siswa.
Satu portofolio disimpan sebagai bukti akhir pencapaian hasil belajar siswa dan satu
lagi digunakan sebagai portofolio yang terus dikembangakan oleh siswa. Setiap satu
minggu sekali atau dua minggu sekali, guru dan siswa mereview karya siswa
kemudian memperbaikinya. Setelah itu guru dan siswa menyeleksi atau memilih hasil
perbaikan pekkerjaan untk dikumpulkan dan disimpan ke dalam folder sebagai bukti
perkembangan karya siswa.
Tahap peilaian
1. Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian yang disepakati bersama
antara guru dengan siswa pada awal pembelajaran
2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten. Bila ada
perubahan atau ada persepsi yang berbeda dalam menerjemahkan kriteria tersebut
maka masalah tersebut harus dibicarakan bersama – sama antara guru dengan
murid pada waktu pertemuan berkala yang telah dirancang.
3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran
berikutnya.
4. Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus menerus
dan berkesinambungan.
A. Konsep dasar
Kemampuan efektif meruapakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat
penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat
ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap
positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut
sehingga mereka akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para
guru sadar akan hal ini tetapi belum banyak tindakan yang dilakukan guru untuk
meningkatakan minat dan mengembangkan sikap positif terhadap mata pelajaran. Fakta
yang ada sampai saat ini pembelajaran masih di dominasi pada pengembangan ranah
kognitif. Menurut Krathwohl (dalam Groundlund and Linn, 1990), ranah fektif terdiri
atas 5 level yaitu:
1. Receiving merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau
stimulus misalnya aktifvitas dalam kelas, buku atau musik.
2. Responding merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang
dipelajari. Hasil pembelajaran pada level ini menekankan pada perolahan respon,
leinginan memberi respon, atau kepuasan dalam memberi respon.
3. Valuing merupakan kemampuan siswauntuk memberikan nilai, keyakinan atau sikap
dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.
4. Organization merupakankemampuan anaka untuk mengorganisasi nilai yang satu
dengan yang lain dan konflik antar nilai internal dan konsisten.
5. Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini siswa
sudah memiliki sistem sudah memiliki sistem nilai yang mampu mengendalikan
perilaku sampai pada waktu tertentu hingga menjadi pola hidupnya.
Karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri, dan
nilai.
1) Sikap
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila pihak sekolah mampu mengubah
sikap siswa dari sikap negatif menjadi sikap positif.
2) Minat
Menurut Getzel, minat adalahsuatu disposisi yang terorganisir melaluipegalaman
yang mendorong sesorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman,
dan keterampilan untuk tujuan memperoleh sesuatu.
3) Konsep diri
Dengan mengetahui informasi konsep diri setiap siswa, sekolah diharapkan mampu
menyediakan lingkungan belajar yang kondusif serta memotivasi siswa dengan
tepat.
4) Nilai
Sekolah perlu membantu siswa untuk menentukan dan menguatkan nilai yang
bermakna bagi siswa agar siswa mampu mencapai kebahagiaan diri dan mampu
memberikan hal yang positif bagi masyarakat.
Sama seperti dengan cara pengembangan alat ukur pada umumnya, pengembangan
alat ukur afektif dimulai dengan:
1. Merumuskan tujuan pengukuran afektif
Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui apakah perangkat alat ukur tersebut
sudah dapat memberikan hasil pengukuran seperti yang kita inginkan.
8. Menyempurnakan Instrumen
Pada saat ini sudah banyak program analisis data yang beredar di pasaran yang
dapat kita manfaatkan untuk mengolah data. Berdasarkan data hasil uji coba
kita akan dapat memperbaiki butir 0 butur pertanyaan yang dianggap lemah.
9. Mengadministrasikan Instrumen
Artinya adalah pengambilan data di lapangan. Untuk mengambil data di
lapangan perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Kesiapan perangkat instrumen
b. Tenaga lapangan
c. Kesiapan responden
MODUL 4
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI HASIL BELAJAR
Tujuan utama dari kegiatan penilaian adalah untuk mengetahui apakah kompetensi dasar
yang telah ditetapkan sudah dapat dicapai oleh siswa atau belum. Untuk keperluan tersebut
guru perlu menyusun prosedur penilaian dalam bentuk kisi-kisi pengukuran.
Informasi hasil belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi yang telah ditentukan
dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai bentuk penilaian, masalnya dari tes
tertulis serta panilaian unjuk kerja. Informasi hasil belajar yang diperoleh dari tes tertulis
dikumpulkan dari hasil tes tertulis yang telah dikerjakan siswa, baik yang berasal dari
ulangan harian, tes tengah semester, ataupun tes akhir semester. Jenis tes yang sering
digunakan di lapangan adalah tes objektif dan tes uraian.
B. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi haisl Belajar dari Unjuk Kerja Siswa
Informasi hasil belajar yang diperoleh dari unjuk siswa kerja siswa, baik yang berupa
unjuk kerja yang langsung diamati guru, pembuatan laporan, pengumpulan hasil karya,
pengumpulan portofoio dan lain sebagianya. Satu hal yang tidak kalah penting adalah
informasi yang berkenaan dengan proses selama menghasilkan karya tersebut. Untuk
memperoleh informasi tersebut sudah barang tentu guru harus mempersiapkan pedoman
pengamatan yang dilengkapi dengan kriteria penskoran. Inilah yang dikenal dengan rubrik
Pengolahan Data dari Pengukuran Unjuk Kerja Siswa (melalui Skala Rating atau Skala
Sikap dari Likert), dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
Hitung jumlah skor maksimal dan minimal yang mungkin diperoleh siswa untuk semua
indikator.
Jumlahkan skor yang diperoleh setiap siswa.
Bandingkan skor yang diperoleh dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan atau
Membagi jumlah skor yang diperoleh siswa dengan skor maksimal kali 100%.
MODUL 5
KEGIATAN BELAJAR I
KUALITAS ALAT UKUR (INSTRUMEN)
PENDAHULUAN
Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar siswa, perlu dilakukan suatu
penilaian dengan menggunakan berbagai teknik yang tepat. Penilaian dalam pembelajaran
dilakukan tidak hanya untuk menilai hasil belajar siswa melainkan juga menilai proses belajar
siswa. Dalam melakukan penilaian pembelajaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
guru, terutama yang berhubungan dengan jenis kompetensi yang akan dinilai, tujuan
penilaian yang dilakukan, teknik – teknik penilaian yang digunakan, dan jenis penilaian yang
akan digunakan. Dengan demikian kegiatan penilaian yang dilakukan menjadi tepet sasaran,
terarah, dan terencana.
Secara teoritis terdapat hubungan timbal balik antara tujuan pembelajaran, proses
pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Jika tujuan pembembelajaran yang dirumuskan
sudah tepat dan proses pembelajaran yang dilakukan sudah maksimal maka salah satu hal
yang perlu kita cermati adalah alat penilaian hasil belajar. pengukuran memiliki dua
karakteristik utama yaitu pertama penggunaan angka atau skala tertentu, dan kedua menurut
suatu aturan atau formula tertentu. Contoh kegiatan pengukuran adalah ketika kita mengukur
tinggi atau berat badan seseorang. Kita akan mengetahui berapa tingginya atau beratnya.
Atribut atau karakteristik yang kita cari dari contoh pengukuran tersebut yaitu tinggi atau
berat, kemudian hasil pengukuran tersebut kita akan memperoleh angka, misalkan tinggi 1,75
meter atau beratnya 70 kilogram.
-benar mampu mengukur kemampuan siswa.
apakah alat ukur yang anda gunakan ( dalam hal ini tes yang anda susun atau instrumen
lain yang anda gunakan ) mempunyai kualitas yang baik sehingga dapat digunakan untuk
mengukur tujuan pembelajaran yang telah anda tetapkan ?.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, kita akan diajak untuk mempelajari lebih rinci
berbagai cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kualitas alat ukur atau instrumen
yang anda gunakan agar benar – benar dapat mengukur apa yang ingin anda ukur. Dalam
pembahasan ini akan dibahas mengenai pengujian kualitas alat ukur atau instrumen yang
akan membahas tentang validitas dan reliabilitas hasil pengukuran dan tentang bagaimana
cara menganalisis butir soal dan bagaimana cara meningkatkan kualitas butir soal
berdasarkan hasil analisis serta bagaimana meningkatkan kualitas alat ukur non-tes.
A. Validitas
Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang dapat dengan tepat mengukur apa yang
ingin diukur. Jika kita ingin mengukur panjang sebuah meja maka kita harus dapat memilih
alat ukur yang tepat untuk mengukur panjang meja tersebut.Untuk menghitung waktu tempuh
pelari cepat dalam perlombaan lari cepat 100 meter maka kita juga harus dapat memilih alat
ukur yang tepat untuk digunakan. Demikian juga jika kita ingin mengukur hasil belajar siswa
maka kita juga dituntut untuk menggunakan alat ukur ( dalam hal ini tes ) yang dapat dengan
tepat mengukur hasil belajar yang kita harapkan.
Pengertian validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil
pengukuran atau evaluasi ( Gronlund dan Linn, 1990). Secra umum validitas ada tiga jenis :
a. Validitas isi ( concent validity ).
b. Validitas konstrak ( construct validity ).
c. Validitas yang dikaitkan dengan kriteria tertentu ( criterion related validity ).
Validitas isi diperlukan untuk menjawab pertanyaan “ sejauh mana item – item yang
ada dalam tes dapat mengukur keseluruhan materi yang telah diajarkan “. Tinggi rendahnya
validitas isi dapat ditetapkan berdasarkan analisis rasional atau pertimbangan ahli terhadap isi
tes tersebut.Hal ini merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh tes hasil belajar. Tinggi
rendahnya validitas isi suatu tes dapat dilihat pada perencanaan atau kisi – kisi tes. Semakin
representatif materi yang dapat ditanyakan dalam tes tersebut menunjukkan semakin tinggi
validitas isinya.
Validitas konstrak mengacu pada sejauh mana alat ukur tersebut dapat mengungkap
keseluruhan konstrak yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan tes tersebut.Yang
dimaksud dengan konstrak disini adalah konsep hipotesis (hipotetical concept) yang
digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat ukur.Validitas konstrak ini banyak
digunakan terutama dalam pengukuran – pengukuran psikologi seperti pengukuran sikap,
minat, tingkah laku dan sebagainya.Campbell dan Fiske (Demari Mardapi, 2004)
mengembangkan satu pendekatan untuk menentukan validitas konstrak dengan menggunakan
teknik multi trait-multi method.Validasi dengan multi trait – multi method dilakukan dengan
menggunakan lebih dari satu metode untuk mengukur lebih dari satu acam trait ( sifat ).
Dengan menggunakan matrik korelasi sehingga interkorelasi antara trait dan metode dapat
dilihat dengan jelas.
Jika suatu tes dimaksudkan untuk memprediksi keberhasilan seseorang di masa yang
akan datang atau dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian anatar pengetahuan dengan
keterampilan yang dimiliki maka alat ukur yang digunakan harus mempunyai criterion
related validity yang tinggi.
B.. Reliabilitas
Hasil – hasil pengukuran yang berhubungan dengan aspek – aspek fisik seperti
mengukur panjang meja, tinggi almari, berat badan dan tinggi badan biasanya menghasilkan
reliabilitas yang sangat tinggi.Artinya walaupun pengukuran dilakukan lebih dari sekali tetapi
tetap memberikan hasil yang ridak jauh berbeda. Hasil pengukuran yenag berbeda akan
sering kita temukan jika kita melakukan pengukuran terhadap hal – hal yang berhubungan
dengan aspek – aspek psikologi dan sosial seperti dalam pengukuran mewakili intelegensi,
sikap, dan konsep diri. Aspek – aspek sosial-psikologi seperti itu tidak dapat diukur dengan
ketepatan dan konsistensi yang tinggi.Hal ini disebabkan karena hasil pengukuran yang
diperoleh tidak dapat lepas dari pengaruh hal - hal diluar maksud pengukuran tersebut
misalnya alat ukur itu sendiri bukan merupakan alat ukur yang tepat untuk mengukur aspek
yang diinginkan. Disamping itu karena subjek pengukurannya adalah manusia maka cara –
cara penyajian tes, emosi, motivasi. Kondisi fisik dan keadaan ruangan tes akan
mempengaruhi hasil pengukuran walaupun sebenarnya aspek – aspek yang ingin kita ukur
tersebut tidak berubah. Dengan demikian hasil pengukuran yang diperoleh menjadi kurang
reliabel.
Pengertian reliabilitas mengacu pada ketetapan hasil yang diperoleh dari suatu
Pengukuran ( Grondlund dan Linn, 1990 ). Salah satu cara untuk mengetahui ketetapan atau
reliabilitas suatu pengukuran, dapat diperoleh dengan cara melakukan pengukuran dua kali.
Hasil pengukuran dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika hasil pengukuran
pertama hampir sama dengan hasil pengukuran kedua. Dan sebaliknya hasil pengukuran
dikatakan mempunyai reliabilitas yang rendah jika hasil pengukuran pertama jauh berbeda
dengan hasil pengukuran kedua. Hubungan antar skor yang diperoleh pada pengukuran
pertama dengan kedua akan menghasilkan angka korelasi bergerak antara -1 sampai dengan
+1. Semakin tinggi angka koefisien reliabilitas (mendekati 1) maka semakin tinggi reliabilitas
tersebut. Suatu perangkat tes dinyatakan cukup reliabel jika mempunyai reliabilitas lebih
besar 0,5 (Fernandes, 1984).
Konsep reliabilitas dalam arti equivalent tes dimaksudkan untuk mengetahui apakah
dua set tes yang digunakan paralel atau tidak. Keparalelan dua set tes ini diperoleh dengan
cara mengembangkan dua set tes yang paralel dari kisi - kisi tes yang sama kemudian masing
- masing tes tersebut diujikan pada dua kelas yang mempunyai tingkat kemampuan yang
sama. Hasil kedua tes tersebut dikorelasikan, jika hasil korelasinya tinggi, hal ini menunjukan
kedua tes paralel.koefisien korelasinya dapat dihitung dengan menggunakan formula product-
moment.
konsep reliabilitas dalam arti konsistensi internal dimaksudkan untuk mengetahui
apakah kumpulan butir soal yang ada dalam satu set tes tersebut mengukur dimensi hasil
belajar yang sama atau tidak. Konsep reliabilitas dalam asrti konsistensi dapat dihitung
menggunakan formula Kuder-Richardson (KR-20 atau KR-21). Jika hasil korelasinya tinggi,
hal ni menunjukan bahwa antara butir soal dalam satu set tes tersebut adalah konsisten
dengan yang lain.
C. Hubungan antara validitas dan reliabilitas
Ketepatan hasil pengukuran ( validitas ) sangat diperlukan untuk memperoleh alat
ukur yang dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat ( valid ). Walaupun demikian alat
ukur yang mempunyai reliabilitas tinggi belum tentu secara otomatis mempunyai validitas
yang tinggi. Karena tingginya reliabilitas yang dihasilkan oleh suatu alat ukur jika tidak
dibarengi dengan tingginya validitas dapat memberikan informasi yang salah tentang apa
yang ingin kita ukur.
KEGIATAN BELAJAR 2
ANALISIS DAN PERBAIKAN INSTRUMEN
Secara teoritis indeks beda soal (D) = 1 akan tercapai apabila semua siswa dalam
kelompok atas menjawab benar dan semua siswa dalam kelompok bawah menjawab salah.
Indeks daya beda soal (D) = -1 jika semua sisa dalam kelompok atas menjawab salah dan
semua siswa dalam kelopok bawah justru menjawab benar. Sedangkan indeks daya beda soal
(D) = 0 apabila proporsi siswa yang menjawab benar dalam kelompok atas dan kelompok
bawah adalah sama. Menurut Fernandes (1984) kategori indeks daya beda butir soal adalah :
D ≥ 0,40 = sangat baik
0,30 ≤ D ≤ 0,40 = baik
0,20 ≤ D < 0,30 = sedang
D < 0,20 = tidak baik
Butir soal yang perlu diperbaiki adalah butir soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah
dan butir soal yang pengecohnya mempunyai daya beda positif atau kuncinya mempunyai
daya beda negatif. Perbaikan butir soal dapat dilakukan pada pokok soal atau pada alternatif
jawaban.
KEGIATAN BELAJAR 2
PENILAIAN DI BERBAGAI JENJANG PENDIDIKAN
A. PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN DI JENJANG PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH
1. Ketuntasan belajar
Prinsip Ketuntasan Belajar merupakan suatu keharusan dengan diterpkannya
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pelaksanaannya diwujudkan dengan adanya ketentuan
Standar ketuntasan Minimal.
2. Kenaikan kelas
Kenaikan kelas dilaksanakan pada stiap akhir tahun pelajaran.
3. Kriteria kululusan
Peserta didik dapat dikatan lulus dari satuan pendidikan dasar dan menengah setelah:
Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
Memperoleh nilai minimal
Lulus ujian sekolah
Lulus ujian nasional