1. Bagaimanakah keterkaitan antara tes, pengukuran, asesmen dan evaluasi?
Jawab: Tes merupakan salah satu jenis alat ukur yang digunakan untuk menagih hasil belajar siswa. Jika seorang guru telah melaksanakan tes matematika maka guru tersebut akan memperoleh data hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Data hasil belajar siswa tersebut merupakan hasil pengukuran. Jadi untuk melakukan pengukuran guru perlu alat ukur. Guru tidak dapat melakukan pengukuran tanpa alat ukur. Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh informasi hasil belajar dapat berupa tes atau non-tes. Jika seorang guru melakukan beberapa kali tes matematika maka guru tersebut akan akan dapat menarik kesimpulan tentang perkembangan belajar matematika siswa. Kegiatan inilah yang disebut dengan asesmen. Jadi untuk melakukan asesmen guru memerlukan alat ukur, hasil pengukuran, dan penyimpulan dari data-data hasil pengukuran. Jika setelah selesai pembelajaran seorang guru ingin melihat efektivitas program pembelajaran yang dilakukan, guru tersebut perlu melihat kembali peran setiap komponen dalam program pembelajaran. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari setiap komponen kegiatan pembelajaran maka dapat dinilai efektivitas program pembelajarannya. Inilah yang dikenal dengan evaluasi program pembelajaran. 2. Seorang guru ketika akan melakukan penilaian ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan diantaranya; Adil, Valid, Terbuka. Jelaskan apa maksud dari prinsip-prinsip penilaian yang dimaksud! Jawab: 1) Adil Adil maksudnya penialian yang dilakukan oleh seorang guru harus adil untuk seluruh siswa. Siswa harus memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama. Contohnya, ketika melaksanakan PTS yang berupa tes tulis dengan 35 butir soal pilihan ganda. Semua siswa diwajibkan untuk menjawab semua soal tidak terkecuali tanpa memberikan siswa kebebasan memilih soal yang diinginkan saja. 2) Valid Penilaian yang dilakukan oleh seorang guru harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Contohnya, pada akhir pembelajaran IPA siswa diharapkan dapat mempraktekkan cara mencangkok yang baik dan benar. Untuk mencapai kompetensi tersebut guru tidak dapat menilainya hanya dengan menggunakan tes tertulis (paper and pencil test), karena hanya akan dapat mengukur pengetahuan siswa tentang mencangkok saja. Agar dapat mengetahui keterampilan siswa dalam mencangkok, guru perlu menilai unjuk kerja siswa sehingga guru dapat member tugas kepada siswa untuk mempraktekkan cara mencangkok. Untuk menilai keterampilan siswa dalam mencangkok, guru harus membuat pedoman pengamatan yang dilengkapi dengan kriteria penskorannya (rubrik). Rubrik tersebut digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam mencangkok. Dengan cara seperti inilah kompetensi siswa dalam mencangkok dapat terukur dengan tepat. 3) Terbuka Kriteria penilaian harus terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan hasil belajar siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Contohnya, pada tahun ajaran baru, di awal pembelajaran guru menerangkan tentang kesepakatan pemberian nilai dengan bobot masing-masing aspek, misalnya partisipasi kehadiran diberi bobot 20%, tugas individu dan kelompok 20%, PTS 25%, dan PAT 35%. Sehingga di sini terjadi keterbukaan kriteria penilaian antara siswa dan guru. 3. Jelaskan tentang pre test_post test dan fungsinya serta bagaimana penerapannya di sekolah! Jawab: Pre test merupakan salah satu jenis tes yang dilaksanakan pada awal proses pembelajaran dan post test merupakan salah satu jenis tes yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Pre test bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai materi yang diajarkan. Sedangkan post test bertujuan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam penerapannya di sekolah, pre test bermanfaat untuk menentukan materi mana yang masih perlu atau tidak untuk diajarkan. Sehingga materi untuk pre test diambil dari seluruh materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Butir soal pre test dikembangkan untuk mengukur semua tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam rencana pembelajaran. Jiak hasil pre test jelek maka guru harus mengajarkan materi dari awal, namun jika hasil pre test menunjukkan bahwa materi telah dikuasai dengan baik oleh siswa maka guru tidak perlu mengajarkan tersebut tetapi lebih baik memulai proses pembelajaran dengan materi yang memang belum dipahami oleh siswa dan waktu yang tersisa dapat digunakan untuk memberikan penguatan atau pengayaan sehingga pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang dibahas menjadi lebih baik. Untuk penerapan post test di sekolah agar dapat mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan berhasil atau tidak maka tes yang digunakan pada saat pre test dan post tes harus mengukur tujuan yang sama tetapi tidak tes yang sama atau disebut dengan tes paralel. 4. Jelaskan perbandingan antar tes obyektif dan tes uraian dari unsur; waktu penyusunan tes, pengolahan hasil tes dan penggangu hasil tes! Jawab: Perbandingan antara tes objektif dan tes uraian dari unsur: 1) Waktu penyusunan tes Untuk menyusun satu set tes objektif memerlukan waktu yang cukup lama, dibanding tes uraian di mana waktu yang diperlukan untuk menyusun satu set tes uraian memerlukan waktu yang singkat. Untuk menyusun satu set tes objektif memerlukan waktu yang cukup lama karena membuat tes objektif yang baik lebih sulit daripada membuat pertanyaan tes uraian. Kesulitan dalam menulis tes objektif dalam bentuk pilihan ganda akan muncul pada saat penulis harus membuat alternatif jawaban yang memenuhi syarat sebagai tes objektif yang baik, misalnya semua alternatif jawaban harus homogen dan pengecoh menarik untuk dipilih. Upaya untuk mengatasi lamanya waktu penulisan butir soal objektif dapat dilakukan dengan sering berlatih secara terus menerus. Semua butir soal yang telah ditulis dan diujikan tidak dibuang tetapi dikumpulkan dalam kumpulan butir soal kemudian di analisis. Jika terus dilakukan maka butir soal akan menjadi bank soal. Dengan jumlah butir soal yang cukup banyak maka kita tidak perlu lagi menulis butir soal baru tetapi dapat memanfaatkan butir soal yang sudah ada dalam bank soal. Sehingga lamanya waktu penulisan bukan menjadi hambatan lagi. Tes uraian dikatakan memerlukan waktu yang singkat dalam menyusun satu set tes karena untuk satu waktu ujian misalnya 90 menit cukup dengan memberikan soal uraian sebanyak 5 atau 6 butir soal, sedangkan satu set tes pilihan ganda membuthkan butir soal yang lebih banyak bisa sampai 50-60 butir soal. Sehingga waktu yang diperlukan untuk menyusun satu set tes uraian lebih singkat. 2) Pengolahan hasil tes Hasil tes objektif dapat diolah dengan cepat dan objektif. Ketetapan hasil pemeriksanaan tinggi. Artinya, dengan menggunakan tes objektif maka pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan pasti. Kita juga dapat menggunakann fasilitas komputer untuk memproses hasil ujian sehingga kecepatan, ketepatan, dan konsistensinya dapat lebih terjamin. Penggunaan fasilitas komputer sangat membantu terutama jika jumlah peserta tes sangat besar. Sedangkan dalam tes uraian ada unsur subjektivitas dalam pemeriksanaan. Kemudian ketetapan hasil pemeriksanaan juga rendah. Misalnya, dalam menjawab pertanyaan yang diberikan, siswa menjawabnya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Jawaban yang diberikan siswa tersebut mungkin sesuai atau kurang sesuai dengan jawaban yang dikehendaki oleh pembuat soal. Karena sifat jawaban yang seperti itu maka pemberian skor sangat tergantung pada pertimbangan pemeriksa. Dalam keadaan seperti inilah unsur subjektivitas pemeriksa sering ikut mewarnai pemberian skor. Upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pemeriksa dapat dilakukan dengan menutup nama siswa sehingga pemeriksa tidak ada siapa yang sedang diperiksa. 3) Pengganggu hasil tes Pada tes objektif kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca dan menerka. Artinya, jika tes objektif tidak dikonstruksi dengan baik misalnya ditulis dengan menggunakan kalimat yang terlalu panjang serta tidak menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar maksud butir soal tersebut akan sukar dipahami oleh siswa. Jika hal ini terjadi maka kesalahan anak dalam menjawab butir soal dapat terjadi bukan karena anak tidak memahami materi yang ditanyakan tetapi karena anak mengalami kesukaran dalam memahami kalimat dalam butir soal. Di samping itu kemampuan anak juga dapat dipengaruhi karena adanya unsur tebakan. Hal ini akan terjadi apabila anak merasa ragu atau kehabisan waktu unttuk mengerjakan soal. Upaya untuk mengatasi agar kemampuan anak tidak terganggu oleh kemampuan membaca bisa dengan menulis butir soal yang baik sesuai dengan kaidah penulisan butir soal objektif yang telah ditentukan. Untuk mengatasi masalah tebakan dapat diatasi dengan memperbanyak jumlah alternative jawaban menjadi empat atau lima. Dengan bertambahnya jumlah alternative jawaban maka probabilitas menebak akan semakin kecil. Sedangkan pada tes uraian kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan siswa dalam menulis atau bercerita. Baik buruknya tulisan tangan siswa ternyata mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap skor yang diperoleh siswa dimana tulisan yang bagus cenderung diberi skor lebih tinggi daripada kualitas tulisan tangan yang jelek. Kemudian kemampuan siswa dapat terganggu dalam bercerita karena dipengaruhi oleh penggunaan bahasa, ejaan, pembentukan kalimat, tanda baca dan struktur kalimat yang harus baik. 5. Apa saja keungulan dan kelemahan dari tes obyektif, Jelaskan!. Jawab: Keunggulan tes objektif, antara lain: 1) Tes objektif tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir rendah sampai sedang (ingatan, pemahaman, penerapan). 2) Dengan menggunakan tes objektif maka semua atau sebagian besar materi yang telah diajarkan dapat ditanyakan saat ujian. Dengan menanyakan semua materi yang telah diajarkan maka semua atau sebagian besar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam Satuan Pembelajaran (SP) ataupun Rencana Pembelajaran (RP) dapat diukur ketercapaiannya. 3) Dengan menggunakan tes objektif maka pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan pasti. Kita juga dapat menggunakann fasilitas komputer untuk memproses hasil ujian sehingga kecepatan, ketepatan, dan konsistensinya dapat lebih terjamin. Penggunaan fasilitas komputer sangat membantu terutama jika jumlah peserta tes sangat besar. 4) Dengan tes objektif khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk dilakukan analisis butir soal. Dari hasil analisis butir soal maka akan dapat diperoleh informasi tentang karakteristik setiap butir soal seperti tingkat kesukaran, daya beda, efektivitas pengecoh, serta reliabilitasnya set tes. Berdasarkan informasi dari hasil analisis butir soal maka kita akan dapat memperbaiki atau merevisi butir soal sehingga akan menjadi lebih baik. 5) Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan. Dengan menggunakan tes objektif khususnya pilihan ganda maka kita dapat mengendalikan tingkat kesukaran butir soal hanya dengan mengubah homogenitas alternative jawaban. Semakian homogenitas alternative jawaban maka tingkat kesukaran butir soal akan semakin tinggi. Dan sebaliknya semakin kurang homogeny alternative jawaban yang kita buat maka tingkat kesukaran butir soal akan semakin rendah. 6) Informasi yang diperoleh dari tes objektif lebih kaya. Jika tes objektif di konstruksi dengan baik maka kita akan memperoleh informasi yang banyak dari respon yang diberikan oleh siswa. Setiap respons siswa terhadap setiap alternative jawaban akan memberikan informasi kepada kita tentang penguasaan kognitif siswa terhadap materi yang diujikan. Dengan demikian kita dapat mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa. Kelemahan tes objektif, antara lain: 1) Pada kenyataannya butir soal tes objektif yang diujikan kepada siswa atau mahasiswa kebanyakan hanya mengukur proses berpikir rendah, walaupun tujuan pembelajaran yang akan diukur sebenarnya lebih tinggi dari sekedar ingatan atau pemahaman. Hal ini disebabkan oleh penulis soal yang belum dapat menulis tes objektif yang mengukur proses berpikir tinggi. 2) Membuat pertanyaan tes objektif yang baik lebih sukar daripada membuat pertanyaan tes ujian. Kesulitan dalam menulis tes objektif dalam bentuk pilihan ganda akan muncul pada saat penulis harus membuat alternatif jawaban yang memenuhi syarat sebagai tes objektif yang baik, misalnya semua alternatif jawaban harus homogen dan pengecoh menarik untuk dipilih. 3) Kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca dan menerka. Jika tes objektif tidak dikonstruksi dengan baik misalnya ditulis dengan menggunakan kalimat yang terlalu panjang serta tidak menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar maksud butir soal tersebut akan sukar dipahami oleh siswa. Jika hal ini terjadi maka kesalahan anak dalam menjawab butir soal dapat terjadi bukan karena anak tidak memahami materi yang ditanyakan tetapi karena anak mengalami kesukaran dalam memahami kalimat dalam butir soal. Di samping itu kemampuan anak juga dapat dipengaruhi karena adanya unsur tebakan. Hal ini akan terjadi apabila anak merasa ragu atau kehabisan waktu unttuk mengerjakan soal. 4) Siswa tidak dapat mengorganisasikan, menghubungkan, dan menyatakan idenya sendiri karena semua alternative jawaban untuk setiap pertanyaan sudah diberikan oleh penulis soal. Dalam hal ini siswa hanya mengingat, menginterpretasikan, atau menganalisis ide oarng lain yaitu ide penulis soal.