Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL 1

EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD PDGK4301

1. Bagaimanakah keterkaitan antara tes, pengukuran, asesmen dan evaluasi?


Jawab:
Tes merupakan salah satu jenis alat ukur yang digunakan untuk menagih hasil belajar
siswa. Jika seorang guru telah melaksanakan tes matematika maka guru tersebut akan
memperoleh data hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Data hasil belajar
siswa tersebut merupakan hasil pengukuran. Jadi untuk melakukan pengukuran guru
perlu alat ukur. Guru tidak dapat melakukan pengukuran tanpa alat ukur. Alat ukur yang
digunakan untuk memperoleh informasi hasil belajar dapat berupa tes atau non-tes. Jika
seorang guru melakukan beberapa kali tes matematika maka guru tersebut akan akan
dapat menarik kesimpulan tentang perkembangan belajar matematika siswa. Kegiatan
inilah yang disebut dengan asesmen. Jadi untuk melakukan asesmen guru memerlukan
alat ukur, hasil pengukuran, dan penyimpulan dari data-data hasil pengukuran. Jika
setelah selesai pembelajaran seorang guru ingin melihat efektivitas program
pembelajaran yang dilakukan, guru tersebut perlu melihat kembali peran setiap
komponen dalam program pembelajaran. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari
setiap komponen kegiatan pembelajaran maka dapat dinilai efektivitas program
pembelajarannya. Inilah yang dikenal dengan evaluasi program pembelajaran.
2. Seorang guru ketika akan melakukan penilaian ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan diantaranya; Adil, Valid, Terbuka. Jelaskan apa maksud dari prinsip-prinsip
penilaian yang dimaksud!
Jawab:
1) Adil
Adil maksudnya penialian yang dilakukan oleh seorang guru harus adil untuk
seluruh siswa. Siswa harus memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama.
Contohnya, ketika melaksanakan PTS yang berupa tes tulis dengan 35 butir soal
pilihan ganda. Semua siswa diwajibkan untuk menjawab semua soal tidak terkecuali
tanpa memberikan siswa kebebasan memilih soal yang diinginkan saja.
2) Valid
Penilaian yang dilakukan oleh seorang guru harus dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Contohnya, pada akhir pembelajaran IPA siswa diharapkan dapat
mempraktekkan cara mencangkok yang baik dan benar. Untuk mencapai kompetensi
tersebut guru tidak dapat menilainya hanya dengan menggunakan tes tertulis (paper
and pencil test), karena hanya akan dapat mengukur pengetahuan siswa tentang
mencangkok saja. Agar dapat mengetahui keterampilan siswa dalam mencangkok,
guru perlu menilai unjuk kerja siswa sehingga guru dapat member tugas kepada
siswa untuk mempraktekkan cara mencangkok. Untuk menilai keterampilan siswa
dalam mencangkok, guru harus membuat pedoman pengamatan yang dilengkapi
dengan kriteria penskorannya (rubrik). Rubrik tersebut digunakan untuk menilai
kemampuan siswa dalam mencangkok. Dengan cara seperti inilah kompetensi siswa
dalam mencangkok dapat terukur dengan tepat.
3) Terbuka
Kriteria penilaian harus terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan hasil
belajar siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Contohnya, pada tahun
ajaran baru, di awal pembelajaran guru menerangkan tentang kesepakatan pemberian
nilai dengan bobot masing-masing aspek, misalnya partisipasi kehadiran diberi
bobot 20%, tugas individu dan kelompok 20%, PTS 25%, dan PAT 35%. Sehingga
di sini terjadi keterbukaan kriteria penilaian antara siswa dan guru.
3. Jelaskan tentang pre test_post test dan fungsinya serta bagaimana penerapannya di
sekolah!
Jawab:
Pre test merupakan salah satu jenis tes yang dilaksanakan pada awal proses
pembelajaran dan post test merupakan salah satu jenis tes yang dilaksanakan setelah
proses pembelajaran selesai.
Pre test bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai materi
yang diajarkan. Sedangkan post test bertujuan untuk mengetahui keberhasilan proses
pembelajaran yang telah dilakukan.
Dalam penerapannya di sekolah, pre test bermanfaat untuk menentukan materi
mana yang masih perlu atau tidak untuk diajarkan. Sehingga materi untuk pre test
diambil dari seluruh materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Butir
soal pre test dikembangkan untuk mengukur semua tujuan pembelajaran yang ditetapkan
dalam rencana pembelajaran. Jiak hasil pre test jelek maka guru harus mengajarkan
materi dari awal, namun jika hasil pre test menunjukkan bahwa materi telah dikuasai
dengan baik oleh siswa maka guru tidak perlu mengajarkan tersebut tetapi lebih baik
memulai proses pembelajaran dengan materi yang memang belum dipahami oleh siswa
dan waktu yang tersisa dapat digunakan untuk memberikan penguatan atau pengayaan
sehingga pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang dibahas menjadi lebih baik.
Untuk penerapan post test di sekolah agar dapat mengetahui apakah pembelajaran
yang dilakukan berhasil atau tidak maka tes yang digunakan pada saat pre test dan post
tes harus mengukur tujuan yang sama tetapi tidak tes yang sama atau disebut dengan tes
paralel.
4. Jelaskan perbandingan antar tes obyektif dan tes uraian dari unsur; waktu penyusunan
tes, pengolahan hasil tes dan penggangu hasil tes!
Jawab:
Perbandingan antara tes objektif dan tes uraian dari unsur:
1) Waktu penyusunan tes
Untuk menyusun satu set tes objektif memerlukan waktu yang cukup lama,
dibanding tes uraian di mana waktu yang diperlukan untuk menyusun satu set tes
uraian memerlukan waktu yang singkat.
Untuk menyusun satu set tes objektif memerlukan waktu yang cukup lama
karena membuat tes objektif yang baik lebih sulit daripada membuat pertanyaan tes
uraian. Kesulitan dalam menulis tes objektif dalam bentuk pilihan ganda akan
muncul pada saat penulis harus membuat alternatif jawaban yang memenuhi syarat
sebagai tes objektif yang baik, misalnya semua alternatif jawaban harus homogen
dan pengecoh menarik untuk dipilih. Upaya untuk mengatasi lamanya waktu
penulisan butir soal objektif dapat dilakukan dengan sering berlatih secara terus
menerus. Semua butir soal yang telah ditulis dan diujikan tidak dibuang tetapi
dikumpulkan dalam kumpulan butir soal kemudian di analisis. Jika terus dilakukan
maka butir soal akan menjadi bank soal. Dengan jumlah butir soal yang cukup
banyak maka kita tidak perlu lagi menulis butir soal baru tetapi dapat memanfaatkan
butir soal yang sudah ada dalam bank soal. Sehingga lamanya waktu penulisan
bukan menjadi hambatan lagi.
Tes uraian dikatakan memerlukan waktu yang singkat dalam menyusun satu
set tes karena untuk satu waktu ujian misalnya 90 menit cukup dengan memberikan
soal uraian sebanyak 5 atau 6 butir soal, sedangkan satu set tes pilihan ganda
membuthkan butir soal yang lebih banyak bisa sampai 50-60 butir soal. Sehingga
waktu yang diperlukan untuk menyusun satu set tes uraian lebih singkat.
2) Pengolahan hasil tes
Hasil tes objektif dapat diolah dengan cepat dan objektif. Ketetapan hasil
pemeriksanaan tinggi. Artinya, dengan menggunakan tes objektif maka pemberian
skor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan konsisten karena
jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan pasti. Kita juga dapat
menggunakann fasilitas komputer untuk memproses hasil ujian sehingga kecepatan,
ketepatan, dan konsistensinya dapat lebih terjamin. Penggunaan fasilitas komputer
sangat membantu terutama jika jumlah peserta tes sangat besar.
Sedangkan dalam tes uraian ada unsur subjektivitas dalam pemeriksanaan.
Kemudian ketetapan hasil pemeriksanaan juga rendah. Misalnya, dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan, siswa menjawabnya dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Jawaban yang diberikan siswa tersebut mungkin sesuai atau kurang sesuai
dengan jawaban yang dikehendaki oleh pembuat soal. Karena sifat jawaban yang
seperti itu maka pemberian skor sangat tergantung pada pertimbangan pemeriksa.
Dalam keadaan seperti inilah unsur subjektivitas pemeriksa sering ikut mewarnai
pemberian skor. Upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pemeriksa dapat
dilakukan dengan menutup nama siswa sehingga pemeriksa tidak ada siapa yang
sedang diperiksa.
3) Pengganggu hasil tes
Pada tes objektif kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuannya
dalam membaca dan menerka. Artinya, jika tes objektif tidak dikonstruksi dengan
baik misalnya ditulis dengan menggunakan kalimat yang terlalu panjang serta tidak
menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar maksud butir soal
tersebut akan sukar dipahami oleh siswa. Jika hal ini terjadi maka kesalahan anak
dalam menjawab butir soal dapat terjadi bukan karena anak tidak memahami materi
yang ditanyakan tetapi karena anak mengalami kesukaran dalam memahami kalimat
dalam butir soal. Di samping itu kemampuan anak juga dapat dipengaruhi karena
adanya unsur tebakan. Hal ini akan terjadi apabila anak merasa ragu atau kehabisan
waktu unttuk mengerjakan soal. Upaya untuk mengatasi agar kemampuan anak tidak
terganggu oleh kemampuan membaca bisa dengan menulis butir soal yang baik
sesuai dengan kaidah penulisan butir soal objektif yang telah ditentukan. Untuk
mengatasi masalah tebakan dapat diatasi dengan memperbanyak jumlah alternative
jawaban menjadi empat atau lima. Dengan bertambahnya jumlah alternative jawaban
maka probabilitas menebak akan semakin kecil.
Sedangkan pada tes uraian kemampuan siswa dapat terganggu oleh
kemampuan siswa dalam menulis atau bercerita. Baik buruknya tulisan tangan siswa
ternyata mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap skor yang diperoleh siswa
dimana tulisan yang bagus cenderung diberi skor lebih tinggi daripada kualitas
tulisan tangan yang jelek. Kemudian kemampuan siswa dapat terganggu dalam
bercerita karena dipengaruhi oleh penggunaan bahasa, ejaan, pembentukan kalimat,
tanda baca dan struktur kalimat yang harus baik.
5. Apa saja keungulan dan kelemahan dari tes obyektif, Jelaskan!.
Jawab:
Keunggulan tes objektif, antara lain:
1) Tes objektif tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir rendah sampai sedang
(ingatan, pemahaman, penerapan).
2) Dengan menggunakan tes objektif maka semua atau sebagian besar materi yang
telah diajarkan dapat ditanyakan saat ujian. Dengan menanyakan semua materi yang
telah diajarkan maka semua atau sebagian besar tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan dalam Satuan Pembelajaran (SP) ataupun Rencana Pembelajaran (RP)
dapat diukur ketercapaiannya.
3) Dengan menggunakan tes objektif maka pemberian skor pada setiap siswa dapat
dilakukan dengan cepat, tepat dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap
butir soal sudah jelas dan pasti. Kita juga dapat menggunakann fasilitas komputer
untuk memproses hasil ujian sehingga kecepatan, ketepatan, dan konsistensinya
dapat lebih terjamin. Penggunaan fasilitas komputer sangat membantu terutama jika
jumlah peserta tes sangat besar.
4) Dengan tes objektif khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk dilakukan
analisis butir soal. Dari hasil analisis butir soal maka akan dapat diperoleh informasi
tentang karakteristik setiap butir soal seperti tingkat kesukaran, daya beda,
efektivitas pengecoh, serta reliabilitasnya set tes. Berdasarkan informasi dari hasil
analisis butir soal maka kita akan dapat memperbaiki atau merevisi butir soal
sehingga akan menjadi lebih baik.
5) Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan. Dengan menggunakan tes objektif
khususnya pilihan ganda maka kita dapat mengendalikan tingkat kesukaran butir
soal hanya dengan mengubah homogenitas alternative jawaban. Semakian
homogenitas alternative jawaban maka tingkat kesukaran butir soal akan semakin
tinggi. Dan sebaliknya semakin kurang homogeny alternative jawaban yang kita
buat maka tingkat kesukaran butir soal akan semakin rendah.
6) Informasi yang diperoleh dari tes objektif lebih kaya. Jika tes objektif di konstruksi
dengan baik maka kita akan memperoleh informasi yang banyak dari respon yang
diberikan oleh siswa. Setiap respons siswa terhadap setiap alternative jawaban akan
memberikan informasi kepada kita tentang penguasaan kognitif siswa terhadap
materi yang diujikan. Dengan demikian kita dapat mengetahui kemampuan dan
kelemahan siswa.
Kelemahan tes objektif, antara lain:
1) Pada kenyataannya butir soal tes objektif yang diujikan kepada siswa atau
mahasiswa kebanyakan hanya mengukur proses berpikir rendah, walaupun tujuan
pembelajaran yang akan diukur sebenarnya lebih tinggi dari sekedar ingatan atau
pemahaman. Hal ini disebabkan oleh penulis soal yang belum dapat menulis tes
objektif yang mengukur proses berpikir tinggi.
2) Membuat pertanyaan tes objektif yang baik lebih sukar daripada membuat
pertanyaan tes ujian. Kesulitan dalam menulis tes objektif dalam bentuk pilihan
ganda akan muncul pada saat penulis harus membuat alternatif jawaban yang
memenuhi syarat sebagai tes objektif yang baik, misalnya semua alternatif jawaban
harus homogen dan pengecoh menarik untuk dipilih.
3) Kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca dan
menerka. Jika tes objektif tidak dikonstruksi dengan baik misalnya ditulis dengan
menggunakan kalimat yang terlalu panjang serta tidak menggunakan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar maksud butir soal tersebut akan sukar dipahami oleh
siswa. Jika hal ini terjadi maka kesalahan anak dalam menjawab butir soal dapat
terjadi bukan karena anak tidak memahami materi yang ditanyakan tetapi karena
anak mengalami kesukaran dalam memahami kalimat dalam butir soal. Di samping
itu kemampuan anak juga dapat dipengaruhi karena adanya unsur tebakan. Hal ini
akan terjadi apabila anak merasa ragu atau kehabisan waktu unttuk mengerjakan
soal.
4) Siswa tidak dapat mengorganisasikan, menghubungkan, dan menyatakan idenya
sendiri karena semua alternative jawaban untuk setiap pertanyaan sudah diberikan
oleh penulis soal. Dalam hal ini siswa hanya mengingat, menginterpretasikan, atau
menganalisis ide oarng lain yaitu ide penulis soal.

Anda mungkin juga menyukai