Anda di halaman 1dari 9

Nama : TRI DEVI YANTI

NIM : 858050134
Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran di SD

Quiz Sesi 2.
1. Jelaskan tes objektif dan tes uraian serta berikan contoh!
2. Jelaskan kelemahan dan keunggulan tes objektif dan tes uraian!
3. Jelaskan pemilihan jenis tes yang tepat untuk mengukur hasil tes!
4. Jelaskan cara menulis tes yang baik!
5. Jelaskan secara rinci memperbaiki kelemahan tes objektif dan tes uraian!
6. Jelaskan secara detail dalam merencanakan tes!
7. Jelaskan faktor- faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan perencanaan tes!

Jawaban
1. Test objektif adalah tes yang terdiri dari beberapa pilihan jawaban. Para siswa dapat
memilih jawaban dari opsi atau pilihan jawaban yang telah disediakan oleh guru. Namun
tes ini memiliki kelemahan yaitu siswa dapat dengan mudah mengingat atau menebak
pilihan jawaban. Contoh tes ini adalah soal pihan ganda yang biasanya digunakan oleh
guru dalam ujian akhir semester.
Test uraian adalah tes yang jawabannya adalah uraian jawaban dari siswa, siswa
menjawab pertanyaan tes yang diberikan dengan kata-kata atau bahasanya sendiri. Tes
ini biasanya disebut juga dengan tes essay atau tes subjektif. Contoh tes ini adalah tes
ulangan harian, dimana pada saat ulangan harian guru membuat bentuk tes dalam bentuk
uraian soal.

2. Kelemahan Tes objektif adalah


1) tes objektif ini sifatnya mengukur proses berpikir rendah, siswa yang malas untuk
berpikir dapat menerka atau asal dalam memberikan jawaban.
2) membuat tes objektif lebih susah daripada membuat tes uraian, karena dalam
membuat tes objektif yang baik dibutuhkan pilihan-pilihan jawaban yang memenuhi
syarat seperti kehomogenan pilihan jawaban, guru juga harus bisa menentukan
pengecoh soal. Sehingga untuk membuat tes jenis ini diperlukan waktu yang cukup
lama.
Keunggulan Tes Objektif adalah
1) tes objektif dapat dipergunakan untuk mengukur proses berpikir rendah sampai
dengan sedang.
2) sebagian besar materi yang telah dipelajari dapat ditanyakan pada saat ujian, hal ini
dikarenakan dalam tes objektif biasanya soal yang disajikan jumlahnya sangat
banyak, berbeda dengan tes uraian yang biasanya hanya berkisar 5 sampai 10 soal.
3) tes objektif memungkinkan guru untuk menganalisis soal, seperti mengetahui tingkat
kesulitannya, daya beda, efektivitas pengecoh, serta reliabilitasnya.
4) pemberian skor terhadap siswa dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Karena setiap
butir soal memiliki poin/skor penilaian yang jelas.
5) Tingkat kesukaran soal dapat dikendalikan oleh guru yang membuat soal, caranya
hanya dengan mengubah homogenitas alternatif jawaban.
6) Informasi yang diperoleh dari tes objektif lebih kaya, jika tes objektif di konstruksi
dengan baik maka kita akan memperoleh informasi yang banyak dari respon yang
diberikan oleh siswa. Setiap respon siswa terhadap setiap alternatif jawaban akan
memberikan informasi kepada kita tentang penguasaan kognitif siswa terhadap
materi yang diujikan. Dengan demikian kita dapat mengetahui kemampuan dan
kelemahan siswa.
Kelemahan Tes Uraian adalah
1) Materi tes yang diujikan cakupannya terbatas. Hal ini dikarenakan biasanya dalam tes
uraian soal yang disajikan jumlahnya hanya sedikit, tidak sebanyak tes objektif atau
tes pilihan ganda.
2) Jumlah soal terbatas, hal ini sama penjelasannya dengan jawaban di soal nomor 1.
Keterbatasan jumlah soal juga menjadi kelemahan dari tes uraian ini.
3) Membutuhkan waktu yang lama untuk memberikan nilai pada jawaban siswa. Hal ini
dikarenakan dalam tes uraian untuk memeriksa jawaban tiap siswa guru perlu
memeriksa nomor demi nomor barulah bisa menentukan skor yang didapat oleh
siswa, hal ini berbeda sekali dengan tes objektif yang tiap jawabannya sudah
memiliki poin penilaian yang jelas.
4) Variasi jawaban siswa tinggi. Dikarenakan tes uraian ini memerlukan jawaban
berdasarkan pemahaman siswa itu sendiri, maka siswa tersebut kadang menggunakan
bahasa mereka sendiri sehingga membuat guru memerlukan pertimbangan untuk
menentukan skor jawaban.
Keunggulan Tes Uraian adalah
1) Tepat digunakan apabila kita akan mengukur proses berpikir tinggi, dengan
pertimbangan lagi jumlah siswa terlalu banyak atau tidak, karena jika jumlah siswa
terlalu banyak maka nantinya guru akan mengalami kesulitan dalam proses penilaian
mengingat dalam proses penilaian tes uraian memerlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan tes objektif.
2) Tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang tidak dapat
diukur dengan tes objektif. Karena salah satu keunggulan dari tes uraian adalah dapat
mengukur keterampilan menulis, kemampuan dalam menghasilkan, mengorganisasi
dan mengekspresikan ide atau gagasan, serta kemampuan dalam membuat rancangan
penelitian. Hal tersebut tidak dapat diukur melalui tes objektif.
3) Waktu yang digunakan untuk menulis tes uraian lebih singkat dibandingkan menulis
tes objektif dikarenakan jumlah soal tes objektif lebih banyak dan harus menyertakan
pilihan jawaban pada saat proses pembuatannya.
4) Menulis tes uraian jauh lebih mudah daripada tes objektif, karena pada tes objektif
kita diharuskan mampu membuat pilihan jawaban yang homogen, dan dapat
menentukan pilihan jawaban pengecoh yang tepat. Hal ini tidak berlaku untuk soal
berbentuk tes uraian.

3. Pemilihan jenis tes yang tepat untuk mengukur hasil tes


1. Dari segi bentuk pelaksanaan
a. Tes tertulis. Tes tertulis pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan
kertas, pulpen, alat tulis sebagai instrumen utamanya. Tes ini menggunakan
tulisan tangan dalam pengerjaannya, meskipun terkadang ada juga yang melalui
komputer.
b. Tes lisan. Tes lisan dilakukan secara tatap muka antara guru dengan murid. Tes
lisan dilakukan untuk mengetahui kemampuan berbahasa murid.
c. Tes perbuatan. Tes ini mengacu pada proses penampilan seseorang dalam
melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan
perbuatan peserta didik. Tes ini dilakukan untuk menilai perilaku atau perbuatan.
2. Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawaban
a. Tes essay (uraian). Tes essay yang disusun dalam bentuk terstruktur dalam tes ini
dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengembangkan
kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam
bahasa sendiri.
b. Tes objektif. Tes ini untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam
memahami materi pembelajaran.
3. Dari segi fungsi tes di sekolah
a. Tes formatif. Tes formatif adalah tes yang diberikan oleh guru pada setiap akhir
suatu topik atau pokok bahasan pembelajaran. Tujuannya adalah untuk
memonitor kemajuan belajar, memberikan feedback atau umpan balik ke peserta
didik.
b. Tes sumatif. Tes sumatif adalah tes yang diberikan pada tengah atau akhir
semester. Tes ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian
peserta didik dalam bidang tertentu.

4. Cara menulis tes yang baik adalah yang kita perlu memperhatikan 11 hal yaitu; validitas,
reliabilitas, daya pembeda, keseimbangan, efesiensi atau daya guna, objektivitas,
kekhususan, tingkat kesulitan, tingkat kepercayaan, keadilan, dan alokasi waktu.
- Validitas tes merupakan sifat terpenting dari tes dalam kaitannya dengan mutu atau
kualitas. Tes yang baik memiliki validitas yang tinggi atau baik. Validitas tes adalah
kesesuaian hasil dengan kriteria-kriteria yang telah dirumuskan serta sejauh mana
sebuah tes dapat mengukurnya. Sebuah alat ukur (tes) dapat dikatakan mempunyai
validitas yang baik apabila tes tersebut tepat mengukur kemampuan siswa dengan
benar sesuai kenyataan yang ada.
- Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama
(tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran
yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip.
- Daya pembeda tes merupakan kemampuan sebuah tes untuk menunjukkan
perbedaan-perbedaan sifat/faktor tertentu yang terdapat pada siswa yang satu dengan
yang lain.
- Sebuah tes yang baik mempunyai sifat seimbang. Keseimbangan merujuk pada tes
terdapat semua aspek yang akan diukur. Tidak boleh tes hanya menumpuk pada suatu
aspek tertentu sehingga hasil tes benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur
dan dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya harus diungkapkan. Bagian-bagian
pembelajaran yang sifatnya penting mendapat porsi yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan bagian-bagian pembelajaran yang sifat kurang penting.
- Sebuah alat ukur atau tes harus memiliki sifat efisien (berdaya guna). Apakah suatu
tes akan memberikan informasi yang cukup bila dibandingkan dengan waktu yang
digunakan oleh guru saat menggali informasi tersebut. Contohnya, sebuah tes yang
dilakukan secara lisan (oral test) tidak efisien bila dilakukan terhadap 100 siswa
kalau hanya untuk mencek sejauh mana siswa telah membaca buku tertentu yang
ditugaskan pada mereka.
- Tes sebaiknya memiliki obyektivitas yang tinggi. Bilapun non-obyektif, maka
subyektivitas yang mungkin akan muncul harus dapat diminimalkan. Suatu tes
(instrumen) yang memiliki obyektivitas tinggi akan memberikan kemungkinan
jawaban siswa benar atau salah saja. Bila unsur subyektivitas terlalu tinggi, maka
berarti guru telah melakukan tindakan yang kurang jujur (adil) kepada siswanya
sendiri.
- Sifat penting lainnya yang harus dimiliki oleh tes yang baik adalah kekhususan.
Kekhususan bermakna: pertanyaan-pertanyaan yang merupakan komponen-
komponen tes tersebut hanya akan dapat dijawab oleh siswa-siswa yang mempelajari
bahan pembelajaran yang diberikan. Sementara, siswa-siswa yang tidak mempelajari
bahan pembelajaran tidak akan dapat menjawabnya.
- Tingkat kesulitan tes perlu diperhatikan jika ingin menyusun sebuah tes yang
berkualitas. Pertanyaan-pertanyaan dirumuskan sesuai dengan taraf kemampuan
siswa untuk menjawabnya. Guru harus pandai mengira, agar tes yang dibuat tidak
terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit (sukar).
- Tes harus dibuat sedemikian rupa sehingga siswa-siswa yang berada pada tingkat
kemampuan yang sama akan memperoleh hasil yang sama. Tingkat kepercayaan
terhadap sebuah tes dikatakan rendah atau tidak baik apabila justru siswa-siswa yang
memiliki kemampuan bagus memperoleh nilai jelek dan sebaliknya siswa-siswa
berkemampuan kurang bagus memperoleh nilai yang baik.
- Tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap siswa yang mengikutinya
(mengerjakannya) mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh nilai yang
baik. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk menunjukkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap apa saja yang telah mereka kuasai setelah mengikuti
pembelajaran.
- Saat menggunakan sebuah tes (alat ukur), guru harus menyediakan alokasi waktu
yang wajar (memadai). Tidak kurang, tidak lebih.

5. Cara mengatasi kelemahan tes objektif dan tes uraian


Cara mengatasi kelemahan tes objektif
a. Untuk mengatasi agar butir soal yang ditulis tidak cenderung mengukur proses
berpikir rendah caranya adalah menuliskan butir soal sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan diukur
b. Untuk mengatasi lamanya waktu penulisan butir soal adalah dengan cara menguasai
materi yang baik dan latihan membuat soal yang terus-menerus. Semua soal-soal
yang pernah dibuat dan diujikan sebelumnya jangan dibuang, hendaknya
dikumpulkan menjadi kumpulan butir soal.
c. Untuk mengatasi agar kemampuan siswa tidak terganggu oleh kemampuan membaca
dan menerka, caranya adalah dengan menulis butir soal yang baik sesuai dengan
kaidah penulisan butir soal objektif yang telah ditentukan.
d. Untuk mengatasi masalah tebakan dapat diatasi dengan memperbanyak jumlah
alternatif jawaban menjadi 4 atau 5. Dengan bertambahnya jumlah alternatif jawaban
maka kemungkinan menebak akan semakin kecil.
Cara mengatasi kelemahan tes uraian
a. Upayakan untuk meningkatkan jumlah sampel materi yang ditanyakan saat ujian
Upaya untuk meningkatkan jumlah sampel materi yang ditanyakan saat ujian adalah
dengan cara membuat tes uraian yang dapat dijawab dengan cepat oleh siswa (tes
uraian terbatas).
b. Upayakan untuk mengurangi unsur subjektivitas pemeriksa
Upaya ntuk mengurangi unsur subjektivitas pemeriksa dapat dilakukan dengan cara
ketika guru memeriksa hasil tes uraian siswa, masuknya unsur subjektivitas
pemeriksa harus ditekan seminima mungkin. Upaya yang dapat ditempuh untuk
menekan adalah dengan memeriksa hasil ujian tanpa nama.
c. Upayakan mengatasi pemeriksaan hasil tes siswa
Supaya hasil pemeriksaan tes uraian yang anda lakukan dapat lebih objektif dan
konsisten maka guru dapat melakukan pemeriksaan dengan cara sebagai berikut : 1.
Menggunakan tes uraian terbatas, dengan tes uraian terbatas maka jawban yang
diinginkan dari butir soal tersebut lebih jelas. 2. Menggunakan dua pemeriksa untuk
memeriksa setiap hasil test siswa. Dengan menggunakan dua pemeriksaan maka
unsur subjektivitas pemeriksaan dapat diminimalkan. 3. Menyepakati cara
pemberian skor dengan pemeriksa kedua. 4. Melakukan uji coba pemeriksaan.

d. Upayakan untuk mengurangi hallo effect


Halo effect adalah penilaian seseorang berdasarkan pendapat pribadi yang dilakukan
secara sepintas/singkat dipengaruhi oleh penampilan pertama atau kesan pertama
yang melekat pada orang yang dinilai. Cara yang paling mudah untuk menhindari
adanya hallo effect adalah dengan menghilangkan atau menutup nama peserta tes.
e. Upayakan untuk menghindari order effect
Order Effect (Urutan pemeriksaan) cenderung terjadi jika pemeriksa sudah lelah
sehingga ia tidak konsisten lagi dalam memberi skor. Untuk itu berhentilah
memeriksa jika anda sudah merasa lelah dalam memeriksa.

6. Dalam merencanakan tes, kita perlu mempersiapkan langkah-langkah apa saja yang
harus dilakukan nantinya. Seperti
1) menentukan tujuan penilaian, dimana tujuan penilaian ini sangat penting karna
setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes
prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi yang ditanyakan atau diukur  disesuaikan
seperti untuk kuis/menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, laporan
kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik.
2) Kemudian kita juga perlu Memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Standar kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau
yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan
kompetensi dasar. 3) Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non tes atau
mempergunakan keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi
penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diajukan
harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik). Kontinuitas
(merupakan materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan
keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selajutnya adalah
menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara
tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka materi yang bersangkutan tepat diujikan
dengan bentuk soal atau uraian. Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat
adalah tes perbuatan: kinerja (performance), Penugasan (Project), hasil karya
(Product), atau lainnya.
4) Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir-butir soal beserta pedoman penskorannya.

7. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan tes, yaitu :


1) pemilihan sampel materi yang diujikan
Pemilihan atau sampling butir soal dilakukan dengan mempertimbangkan konsep,
generalisasi, dalil, atau teori yang akan diuji peranannya terhadap bidang studi
secara keseluruhan untuk memperoleh butir-butir yang mewakili keseluruhan
konsep yang penting dalam suatu bidang studi.
2) jenis tes yang digunakan
Ada 2 macam tes yang biasa digunakan, yaitu: objektif dan tes uraian. Tes uraian
yang baik akan dapat mengukur ranah kognitif yang manapun seperti yang dapat
diukur oleh soal objektif yang baik, demikian juga sebaliknya. Pemilihan tipe tes
yang akan digunakan lebih banyak ditentukan oleh kemampuan dan waktu yang
tersedia pada penyusun tes daripada kemampuan peserta tes atau aspek yang ingin
diukur.
3) jenjang kemampuan berpikir yang diuji
Setiap bidang studi mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda begitu juga
dengan aspek yang diuji. Aspek ranah kognitif yang akan diuji harus sinkron
dengan kemampuan atau tujuan pendidikan yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
Ada enam tingkatan kemampuan yang akan diuji, yaitu pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, atau yang lazim diberi simbol C1, C2, C3,
C4, C5, dan C6. Kemampuan dari ranah yang lain juga harus diperhatikan, seperti
afektif dan psikomotor.
4) ragam tes yang digunakan
Ragam tes yang dapat dipergunakan sebagai alat ukur hasil belajar siswa antara
lain dapat berupa tes objektif maupun tes uraian.
5) sebaran kesukaran butir soal
Tes yang terbaik adalah tes yang mampu membedakan antara kelompok yang baik
dan kelompok yang kurang belajar. Salah satunya diindikasikan dengan tingkat
kesukaran di titik sekitar 0,50. Selain itu, tingkat kesukaran soal ditentukan oleh
tujuan tes (untuk seleksi, diagnostik,formatif, sumatif). Perlu diperhatikan bahwa
soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah hendaknya diletakkan di awal tes,
sedangkan soal dengan tingkat kesukaran tinggi pada akhir tes. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan notivasi agar peserta tes lebih terdorong untuk
mengerjakan seluruh butir soal. Perlu diingat bahwa tes yang terlalu sukar atau
terlalu mudah tidak akan memberi informasi yang berarti .
6) waktu yang tersedia
Lamanya waktu ujian merupakan faktor pembatas yang harus diperhatikan dalam
membuat perencanaan tes. Lamanya waktu ujian (misalnya 90 menit) akan
membawa konsekuensi kepada banyaknya butir soal yang harus dibuat.
7) jumlah soal
Jumlah butir soal berhubungan dengan reliabilitas (konsistensi dari serangkaian
pengukuran atau serangkaian alat ukur ) tes dan representasi isi bidang studi yang
diteskan, semakin besar jumlah butir soal yang digunakan maka kemungkinan
semakin tinggi reliabilitasnya. Dari segi jumlah, tes objektif memiliki kekuatan
lebih dibanding tes esei karena waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes
objektif lebih singkat sehingga memungkinkan jumlah butir soal yang lebih
banyak.

Anda mungkin juga menyukai