Anda di halaman 1dari 12

Nama : Alfiatus Sholikhah

NIM : 18050394003
Prodi : S1 Pendidikan Tata Boga 2018
Tugas 3
1. Pengertian tes
Tes adalah suatu instrument atau alat untuk memperoleh informasi atau objek, dengan
cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Jadi tes yaitu serangkaian pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan,
kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok.

2. Fungsi tes
Tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh
peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Jadi
disini akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah
ditentukan, dan yang sudah dapat dicapai.
fungsi tes dapat ditinjau dari tiga hal:
a. Fungsi untuk kelas.
1. Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa.
2. Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian.
3. Menaikkan tingkat prestasi.
4. Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok.
5. Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa secara perseorangan.
6. Menetukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus.
7. Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak
b. Fungsi untuk bimbingan.
1. Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak mereka.
2. Membantu siswa dalam menentukan pilihan.
3. Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan
4. Memberikan kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua dalam memahami
kesulitan anak
c. Fungsi untuk administrasi
1. Memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa.
2. Penempatan siswa baru.
3. Membantu siswa memilih kelompok.
4. Menilai kurikulum.
5. Memperluas hubungan masyarakat (pulic relation)
6. Menyediakan informasi untuk badan lain di luar sekolah

3. Syarat dan Ciri-ciri tes


sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi persyaratan
tes yaitu memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, ekonomis
1. Validitas
Kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, absah dan shahih. Jadi kata validitas
ketepatan, kebenaran. Apabila dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur maka
sebuah tes dikatakan valid apabila alat ukur tersebut dapat dengan tepat mengukur apa
yang hendak diukur atau diungkap lewat tes tersebut. Jadi tes hasil belajar dapat
dinyatakan valid (alat pengukur keberhasilan) dengan secara tepat dapat mengukur atau
mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik setelah menempuh
proses belajar mengajar dalam waktu tertentu. Untuk tes hasil belajar aspek validitas yang
paling penting adalah validitas isi. Yang dimaksud dengan validitas isi adalah ukuran
yang menunjukkan sejauh mana skor dalam tes yang berhubungan dengan penguasaan
peserta tes dalam bidang studi yang diuji melalui perangkat tes tersebut.
2. Reliabilitas
Kata reliabilitas dari kata reliability (Inggris) yang artinya dapat dipercaya. Tes yang
reliable jika memberikan hasil yang tetap (consistent) apabila diteskan berkali-kali. Jika
kepada siswa diberikan tes yang sama yang pada waktu yang berlainan, maka setiap
siswa akan tetap berada dalam urutan rangking yang sama tetap dalam kelompoknya.
Validitas berhubungan dengan ketepatan sedangkan reliabilitas berhubungan dengan
ketetapan atau keajekan. Sebuah tes dikatakan relibel apabila hasil-hasil pengukuran
yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap subyek
yang sama hasilnya tetap sama atau sifatnya stabil. Yang dimaksud stabil disini yaitu
tetap berada pada urutan kelompoknya ketika tes dilakukan berulang-ulang meskipun
terjadi perubahan nilai secara keseluruhan oleh kelompoknya tetapi pada posisi urutan
rangkingnya tetap atau berubah tetapi perubahannya tidak berarti. Jadi penekannanya
bukan pada tetapnya nilai tetapi pada tetapnya posisi urutan nilai atau rangking dalam
kelompoknya.
3. Objectivitas
Objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhinya bukan subjectif.
Sebuah tes dikatakan memiliki objectivitas apabila dalam melaksanakan tes tidak ada
faktor subjectif yang mempengaruhi terutama dalam sistem skornya.
Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objectivitas menekankan ketetapan
(consistency) pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam
hasil tes. Ada 2 faktor yang mempengaruhi subjectivitas dari sesuatu tes yaitu bentuk
tes dan penilai :
a. Bentuk Tes
Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada sipenilai untuk
memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Untuk menghindari masuknya unsur
subjektivitas dari penilai maka sistem skoringnya dapat dilakukan dengan cara
sebaik-baiknya antara lain lain dengan membuat pedoman skoring terlebih dahulu.
b. Penilai
Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara leluasa terutama dalam tes bentuk
uraian. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektivitas antara lain kesan penilai
terhadap siswa, tulisan bahasa, kelelahan untuk menghindari subjektivitas maka harus
mengacu pedoman terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas
dan komprehensivitas.

4. Praktikabilitas (practicability)
Sebuah tes disebut memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat
praktis, Tes yang praktis adalah tes yang mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan
yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa mengerjakan terlebih dahulu bagian
yang dianggap mudah. Karena bersifat sederhana dalam arti tidak memerlukan
peralatan yang sulit pengadaannya. Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu
dilengkapi kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Dilengkapi dengan petunjuk-
petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan atau diawali orang lain.

5. Ekonomis
Pelaksaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang
banyak serta waktu yang lama.

4. Bentuk-bentuk tes
A. Tes Ojektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal
ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essai.
Tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara
kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan
melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat cocok
untuk menilai kemampuan peserta didik yang mununtut proses mental yang tidak begitu
tunggi seperti kemampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali,
pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip.
a. Kelebihan Test Objektif yaitu:
 Untuk menjawab test objektif tidak banyak memakai waktu.
 Reabilitasnya lebih tinggi kalau di bandingkan dengan test Essay, karena
penilainnya bersifat objektif.
 Pemberian nilai dan cara menilai test objektif lebih cepat dan mudah karena tidak
menuntut keahlian khusus dari pada si pemberi nilai.
 Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes
bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
 Untuk menjawab test objektif tidak banyak memakai waktu
 Pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain.
 Tes Objektif tidak memperdulikan penguasaan bahasa, sehingga mudah
dilaksanakan.
b. Kelemahan Test Objektif yaitu :
 Murid sering menerka-nerka dalam memberikan jawaban, karena mereka belum
menguasai bahan pelajaran tersebut.
 Memang test sampling yang diajukan kepada murid- murid cukup banyak, dan
hanya membutuhkan waktu yang relative singkat untuk menjawabnya
 Tidak biasa mengajak murid untuk berpikir taraf tinggi.
 Banyak memakan biaya, karena lembaran item- item test harus sebanyak jumlah
pengikut test.
 Kerjasama antar peserta didik pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
c. Usaha Untuk Mengurangi Kelemahan Bentuk Tes Objektif
 Penyusunan butir-butir soal bentuk tes objektif hendaknya mendasarkan diri
pada kisi-kisi yang telah dipersiapkan sebelumnya.
 Berlatih mempelajari tes bentuk objektif susunan orang lain, bahkan harus
memahami kompetensi dasar dan indikator serta menguasai bahan ajar terkait
yang akan disusun alat tesnya.
 Kemungkinan adanya peserta didik yang bersikap untung- untungan atau
bekerja sama dapat diatasi dengan mengenakan rumus tebakan dalam
penyekoran hasil pekerjaan peserta didik, pengawasan yang ketat ketika
pelaksanaan ujian.
 Besarnya dana yang dibutuhkan dalam pengadaan tes objektif kiranya antara
lain dapat diatasi dengan memergunakan alat tes itu lebih dari hanya satu kali.
 Karena pada bentuk tes uraian maupun bentuk objektif memunyai kelebihan
dan kelemahan, akan lebih bijaksana jika kita menerapkan keduanya, Untuk
yang tidak bersamaan waktu misalnya, tes uraian dilaksanakan dalam tes-tes
formatif dengan pertimbangan bahwa waktu lebih longgar.

B. Tes Sujektif
Tes dikategorikan sebagai tes subjektif apabila penskoran pekerjaan peserta
tes tidak mungkin dilakukan secara objektif dan hanya dapat dilakukan secara
subjektif.
a. Kelebihan Tes Subjektif
 Tes ini mudah dipersiapkan dan disusun.
 Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-
untungan
 Mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat serta
menysun dalam bentuk kalimat yang bagus
 Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengutarakan
maksudnya dengan gaya bahasa dan carannya sendiri.
 Dapat mengetahui sejauhmana peserta didik mendalami suatu masalah
yang diujikan/dites.
b. Kekurangan Tes Subjektif
 Terbatasnya lingkup bahan pelajaran yang dinilai dan sulitnya
mengoreksi jawaban dengan objektif.
 Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-
mana dai pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
 Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan
pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja
(terbatas)
 Cara pemeriksaannya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif
 Pemeriksaaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan
individual lebih banyak dari penilai.
 Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada
orang lain.
c. Adapun petunjuk penyusunan tes subjektif adalah sebagai berikut:
 Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang
diteskan
 Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin
langsung dari buku atau catatan
 Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci
jawaban serta pedoman penilaian
 Hendaknya diusahakan agar pertanyaanya bervariasi antara “jelaskan”,
“mengapa”, “bagaimana”, “seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih
jauh penguasaan siswa terhadap bahan
 Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh
penyusun tes. untuk ini pertanyaan tidak boleh umum, tapi harus
spesifik

5. Cara melaksanakan tes


Di tinjau dari bentuk pelaksanaannya, tes dapat di bagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Prosedur Pelaksanaan Tes Tertulis
Dalam melaksanakan tes tertulis ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu
sebagaimana di kemukakan berikut ini.
 Agar dapat mengerjakan soal tes para peserta tes mendapat ketenangan, ruang
tempat berlangsungnya tes di pilihkan yang jauh dari keramaian, kebisingan,
suara hiruk pikuk dan lalu lalangnya orang.
 Ruangan tes harus cukup longgar, tidak berdesak-desakan, tempat duduk di atur
dengan jarak tertentu yang memungkinkan tercegahnya kerja sama yang tidak
sehat di antara testee.
 Ruangan tes sebaiknya memiliki system pencahayaan dan pertukaran udara yang
baik. Ruangan yang gelap atau remang-remang disamping menyulitkan testee
dalam membaca soal dan menuliskan jawabanya, juga menyulitkan bagi tester
atau pengawas tes dalam menunaikan tugasnya. Ruang tes yang terlalu terang atau
terlalu menyilaukan mata, disamping dapat menimbulkan udara panas juga dapat
menyebabkan testee cepat menjadi letih.
 Jika dalam ruangan tes tidak tersedia meja tulis atau kursi yang memiliki alas
tempat penulis, maka sebelum tes di laksanakan hendaknya sudah disiapkan alat
berupa alas tulis yang terbuat dari triplex, hardboard atau bahan lainya, sehingga
testee tidak harus menuliskan jawaban soal tes yang di letakkan di atas paha
sebagai alas tulisnya.
 Agar testee dapat memulai mengerjakan soal tes secara bersamaan, hendaknya
lembar soal-soal tes di letakkan secara terbalik, sehingga tidak memungkinkan
bagi testee untuk membaca dan mengerjakan soal lebih awal dari pada teman-
temanya. Dalam hubungan ini testee harus di beri tahu bahwa mereka baru boleh
memulai mengerjakan soal tes setelah tanda waktu bekerja di lakukan.
2. Prosedur Pelaksanaan Tes Lisan
Beberapa petunjuk praktis ini kiraya dapat dipergunakan sebagagai pegangan dalam
pelaksanaan tes lisan.
 Sebelum tes lisan di lakasanakan setidaknya tester sudah melakukan
inventarisasi sebagai jenis soal yang akan di ajukan kepada testee dalam tes
lisan tersebut, sehingga tes lissan dapat di harapkan memiliki validitas yang
tinggi, baik dari segi isi maupun kontruksinya.
 Setiap butir soal yang telah di tetapkan untuk di ajukan dalam tes lisan itu,
juga harus disiapkan sekaligus pedoman atau petunjuk jawaban betulnya.
Karena para tester atau evaluator berasal dari latar belakang kailmuan yang
berbeda-beda dengan berbagai nilai dan pandangan dasar yang berbeda pula.
Hal ini di maksudkan agar tester disamping mempunyai kriteria yang pasti
dalam memberikan skor atau nilai kepada testee atas jawaban yang mereka
berikan dalam tes lisan tersebut, juga tidak akan terpukau atau terkecoh
dengan jawaban panjang lebar atau berbelit-belit.
 Jangan sekali-kali menentukan skor atau nilai hasil tes lisan setelah seluruh
testee menjalani tes lisan. Skor atau nilai hasil tes lisan harus sudah dapat di
tentukan di saat masing-masing testee selesai dites. Hal ini di maksudkan agar
bemberikan skor atau nilai hasil tes lisan yang diberikan kepada testee itu
tidak di pengaruhi oleh jawaban yang diberikan oleh testee yang lain.
 Tes hasil belajar yang di laksanakan secara lisan hendaknya jangan sampai
menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi. Tester harus
senantiasa menyadari bahwa testee yang ada di hadapanya adalah testee yang
sedang “diukur” dan “dinilai” prestasi belajarnya setelah mereka menempuh
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
 Dalam rangka menegakkan prinsip objektivitas dan prinsip keadilan, dalam
tes yang di laksanakan secra lisan itu, tester hendaknya jangan sekali-kali
“memberikan angina segar” atau “memancing-mancing” dengan kata-kata,
kalimat-kalimat, atau kode tertentuyang sifatnya menolong testee tertentu
alasan “kasihan” karena tester menaruh “rasa simpati” kepada testee yang di
hadapinya itu. Menguji pada hakekatnya adalah “mengukur” dan bukan
“membimbing” testee.

6. Perbandingan antara tes standar dan penilaian autentik


Tes Standar
Istilah standar dalam tes dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan dengan menggunakan
petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula. Dengan demikian maka
seolah-olah ada suatu standar atau ukuran sehingga diperoleh suatu standar penampilan
(performance) dan penampilan kelompok lain dapat dibandingkan dengan penampilan
kelompok standar tersebut. Istilah standar tidak mengandung arti bahwa tes tersebut
mengukur apa yang harus dan dapat diajarkan pada suatu tingkat tertentu atau bahwa tes
itu menyiapkan suatu standar prestasi dimana siswa harus dan dapat mencapai suatu
tingkat tertentu. Sekali lagi, tes standar dipolakan untuk penampilan prestasi sekarang
(yang ada) yang dilaksanakan secara seragam, diusahakan dalam kondisi yang seragam,
baik itu diberikan kepada siswa dalam pelaksanaan perseorangan maupun siswa sebagai
anggota dari suatu kelompok.
- Mereduksi kehidupan peserta didik yang kompleks dan kaya menjadi kumpulan skor,
presentase atau nilai.
- Menciptakan tekanan yang memberikan pengaruh negatif bagi peserta didik.
- Mencipatakan standar atau norma mistis yangmenggambarkan sekian persen peserta
didik mengalami kegagalan.
- Menekan peran guru untuk mempersempit kurikulum dengan hanya fokus pada materi
yang diujikan/tes
- Menekankan ujian langsung yang menilai pengetahuan yang ada di benak pada waktu
dan tempat itu saja
- Cenderung memfokuskan perhatian pada kesalahan, kekliruan, skor rendah, dan hal-hal
yang tidak dapt dilakukan oleh peserta didik.
Penilaian Autentik
Penilaian autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. Penilaian
autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk
menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari
mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang
jenius. Penilaian autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni
atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil
pembelajaran. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang
untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus mampu
menggambarkan sikap, keterampilan,dan pengetahuan apa yang sudah atau belum
dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal
apa merekasudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
- Membuat guru merasakan pengalaman peserta didik yang unik
- Menawarkan pengalaman yang menarik, aktif, hidup dan menyenangkan
- Membangun lingkungan yang memberikan kesempatan yang sama bagi setiap peserta
didik untuk belajar
- Memungkinkan guru mengembangkan krikulum yang bermakna dan melakukan
penilaian didalam konteks program tersebut
- Menilai berdasarkan proses yang berkesinambungan sedemikian rupa sehingga
menghasilkan gambaran yang lebih akurat tentang prestasi peserta didik
- Memberikan penekanan pada kekuatan peserta didik; menyediakan informasi apa yang
dapt mereka lakukan dan coba lakukan.

7. Jenis-jenis teknik tes


a. Tes buatan guru
Tes buatan guru adalah tes yang disusun sendiri oleh guru yang akan mempergunakan tes
tersebut. Tes ini biasanya digunakan untuk ulangan harian, formatif, dan ulangan umum
(sumatif). Tes buatan guru ini disusun untuk mengukur tingkat penugasan peserta didik
terhadap materi pelajaran yang sudah disampaikan.
b. Tes baku
Tes baku adalah tes yang sudah memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi
berdasarkan percobaan-percobaan terhadap sampel yang cukup besar dan representatif.
Disamping itu tes baku telah diklasifikasikan sesuai dengan tingkat kelas dan
klasifikasiannya. Tes buku bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam 3
aspek yaitu kedudukan belajar, kemajuan belajar, dan diagnostik. Tes baku juga
digunakan untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.
Dalam mata pelajaran tertentu, artinya jika guru selesai menyelasaiakn salah satu atau
beberapa pokok pelajaran guru melakukan ujian kepada siswa.
c. Berdasarkan banyaknya peserta tes:
1) Tes kelompok
Tes kelompok adalah tes yang diadakan secara kelompok sehingga guru akan
menghadapi sekelompok peserta didik
2) Tes perseorangan
Tes perseorangan adalah tes yng dilakukan secara perseorangan sehingga guru akan
dihadapkan pada seorang peserta didik.
d. Dari segi bentuk pelaksanaannya
1) Tes Tertulis (paper and pencil test)
Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan
pensil sebagai instrumen utamanya, sehingga peserta tes mengerjakan soal atau jawaban
ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan
komputer. Proses koreksi dapat dilakukan secara manual maupun dengan OMR (alat scan
lembar jawaban komputer).
2) Tes Lisan (oral test)
Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru
(orang yang memberikan tes) dengan siswa (orang yang sedang dites).

3) Tes Perbuatan (performance test)


Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu
unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik. Guru
melakukan pengamatan secara seksama dengan menggunakan instrumen (tes perbuatan)
yang memuat rubrik kualitas performen siswa.

8. Deskripsi alat asesmen teknik tes


Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu teknik tes
dan teknik bukan tes (nontes). Berikut ini, merupakan penjelasannya:
1. Teknik Tes
Tes ini ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), ada tes tulisan
(menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk
perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk objektif, ada juga yang dalam
bentuk esai atau uraian.
Tes adalah suatu alat pengumpul data yang bersifat resmi karena penuh dengan batasan-
batasan. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa,
terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran sesuai
dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Namun tes juga dapat digunakan untuk
menilai hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris.
Ada dua jenis tes yang akan dibahas, yakni tes uraian atau tes essai dan tes objektif. Tes
uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur. Sedangkan tes
objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda
dengan berbagai variasinya, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi.
a. Tes uraian (tes subjektif)
Secara umum, tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam
bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan,
dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan
kata-kata dan bahasa sendiri.

Bentuk tes uraian dibedakan menjadi tiga, yaitu:


1) Uraian bebas (free essay)
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu
sendiri karena pertanyaannya bersifat umum.
Kelemahan tes ini ialah guru sukar menilainya karena jawaban siswa bervariasi, sulit
menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena tergantung pada gurunya sebagai
penilai.
2) Uraian terbatas
Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan
tertentu. Pertanyaan sudah lebih spesifik pada objek tertentu.
3) Uraian berstruktur
Uraian berstruktur merupakan soal yang jawabannya berangkai antara soal pertama
dengan soal berikutnya, sehinga jawaban di soal pertama akan mempengaruhi benar-
salahnya jawaban di soal berikutnya. Data yang diajukan biasanya dalam bentuk angka,
tabel, grafik, gambar, bagan, kasus, bacaan tertentu, diagram, dan lain-lain.

Kebaikan-kebaikan tes uraian:


1. Mudah disiapkan dan disusun
2. Tidak banyak memberikan kesempatan untuk berspekulasi atau menduga-duga
3. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam
bentuk kalimat yang bagus
4. Member kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya
bahasa dan caranya sendiri
5. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan.
Kelemahan-kelemahan tes uraian:
1. Kadar validitas dan reabilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari
pengetahuan siswa yang betul-betul dikuasai.
2. Kurang mewakili seluruh bahan pelajaran karena soalnya hanya beberapa saja.
3. Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur subjektif.
4. Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih
banyak dari penilai.
5. Waktu untuk koreksinya lebih lama dan tidak dapat diwakilkan orang lain.

b. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.
Dalam penggunaan tes objektif jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes
essay.
Macam-macam tes objektif:
1) Tes benar-salah (true- false)
2) Tes pilihan ganda (multiple choice test)
3) Tes menjodohkan (matching test)
4) Tes isian (completion test)
Kebaikan tes objektif:
1. Lebih mewakili bahan ajar karena soalnya lebih banyak
2. Lebih mudah dan cepat cara membacanya karena terdapat jawabannya sudah
disediakan, tinggal memilih saja
3. Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain
4. Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
Kelemahan tes objektif:
1. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes essai
2. Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan
kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi
3. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan
4. Kerjasama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka

2. Teknik bukan tes (Non tes)


Hasil belajar dan proses tidak hanya dinilai oleh tes, tetapi juga dapat dinilai oleh alat-alat
non tes atau bukan tes. Penggunaan non tes untuk menilai hasil dan proses belajar masih
sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan tes dalam menilai hasil dan proses
belajar. Para guru disekolah pada umumnya lebih banyak menggunakan tes daripada
bukan tes mengingat alatnya mudah dibuat, penggunaannya lebih praktis dan yang dinilai
terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh siswa setelah
menyelesaikan pengalaman belajarnya. Berikut ini penjelasan dari alat bukan tes atau
nontes:
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban
dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu wawancara bebas dan wawancara terpimpin.
b. Kuesioner
Kuesioner sering disebut juga angket. Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang
harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Kuesioner dapat ditinjau dari
beberapa segi:
1) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada:
a) Kusioner Langsung
b) Kuesioner Tidak Lansung
2) Ditinjau dari segi cara menjawab maka dibedakan atas:
a) Kuesioner Tertutup
b) Kuesioner Terbuka
c. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, dan perhatian yang disusun dalam
bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan
nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Skala dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Skala Penilaian
Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalu
pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinuum atau suatu katagori yang
bermakna nilai.
2) Skala Sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya
berupa katagori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral.
d. Daftar Cocok (Cheklist)
Daftar cocok adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat) dimana
responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ditempat yang sudah
disediakan.
e. Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada 3 jenis observasi yakni:
1) Observasi Langsung
2) Observasi Dengan Alat (Tidak Langsung)
3) Observasi Partisipasi
f. Sosiometri
Sosiometri adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyesuaikan dirinya,
terutama hubungan sosial siswa dengan teman sekelasnya. Sosiometri dapat dilakukan
dengan cara menugaskan kepada semua siswa dikelas tersebut untuk memilih satu atau
dua temannya yang paling dekat atau paling akrab. Usahakan dalam kesempatan memilih
tersebut agar tidak ada siswa yang berusaha melakukan kompromi untuk saling memilih
supaya pilihan tersebut bersifat netral, tidak diatur sebelumnya. Tuliskan nama pilihan
tersebut pada kertas kecil, kemudian digulung dan dikumpulkan oleh guru. Setelah
seluruhnya terkumpul, guru mengolahnya dengan dua cara. Cara pertama melukiskan
alur-alur pilihan dari setiap siswa dalam bentuk sosiogram sehingga terlihat hubungan
antar siswa berdasarkan pilihannya. Cara kedua adalah memberi skor kepada pilihan
siswa.
Sumber
Buku dasar-dasar evaluasi pendidikan (Prof. Dr. Suharsimi Arikunto)
https://lobikampus.blogspot.com/2016/06/perbedaan-tes-objektif-dan-subjektif.html
https://www.academia.edu/31590838/Penilian_Autentik_Tes_Tulis
https://www.coursehero.com/file/p4tigb1/Tabel-1Perbedaan-Penilaian-Standar-dengan-
Penilaian-Otentik-Tes-Standar/

Anda mungkin juga menyukai