Dosen Pengampu :
Indah Widiati, S. Pd., M. Pd
Disusun Oleh :
Fany Novita Sari (146411130)
Nindita Pradnya Sakanti (146410995)
Rahmadhani (146411288)
Rahayu (146411074)
Tes ini dimaksud untuk mengevaluasi hal yang telah diperoleh dalam suatu
kegiatan. Tes Hasil Belajar (THB), baik itu tes harian (formatif) maupun tes
akhir semester atau Ebtanas (sumatif) bertujuan untuk mengevaluasi hasil
belajar setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam suatu kurun waktu
tertentu. Dengan demikian tes tersebut termasuk kategori tes perolehan.
4. Tes Kemajuan Belajar (Assesment Test)
Tes kemauan belajar disebut juga dengan tes perolehan. Sulit dibedakan
antara tes pencapaian dengan tes perolehan sebab keduanya banyak
kesamaan. Perbedaan terletak pada hal berikut, yaitu tes pencapaian tidak
mempersoalkan sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan, yang penting
adalah hasil belajar setelah kegiatan dilakukan. Sedangkan tes perolehan
belajar meninjau pula kondisi (keadaan) sebelum kegiatan balajar mengajar
dilaksanak. Dilakukan tes awal (pre test), yaitu tes yang dilakukan sebelum
kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui kondisi awal testi, dan tes akhir
(post test) sebagai tes pencapaian. Kedua tes tersebut untuk mengevaluasi
perbadaan (kemajuan) antara kondisi awal sebelum kegiatan belajar mengajar
dilakukan dan kondisi akhir sesudah kegiatan itu dilaksanakan. Perbedaan itu
disebut perolehan (gains) siswa dalam belajar.( Erman Suherman, 2002: 71 )
5. Tes Diagnostik (Diagnostic Tes)
Tes Diagnostik (Diagnostic Test) adalah tes yang dilaksanakan untuk
menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik
dalam suatu mata pelajaran tertentu.(Anas Sudijono, 2012 : 70).
Diagnostik mengandung makna mendiagnose yang berarti mancari,
menyelidiki, atau meneliti penyebab dari sesuatu hal yang muncul. Tes diagnostik
berarti tes yang dilakukan oleh guru yang dimakud untuk mencari dan meneliti
kekuatan dan hambatan siswa dalam memahami materi pelajaran yang telah
disajikan.
6. Tes Formatif
Formatif berasal dari kata form yang berarti bentuk. Dari akar pengertian
tersebut tes formatif dimaksud untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
terbentuk (kognitif, afektif, dan psikomotor)setelah mengikuti program tertentu.
Dalam mengikuti KBM matematika disekolah tes formatif ini lebih dikenal
dengan istilah tes (ulangan) harian.tes formatif berfungi ganda, yaitu untuk
diagnostic dan bahan pertimbangan penentuan nilai akhir. Manfaat lain dari tes
formatif ini adalah :
a. Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
yang disajikan dalam KBM.
b. Sebagai penguatan (reinforcement) bagi siswa.
c. Sebagai diagnose, tes ini dapat digunakan untuk mengetahui konsep
mana yang belum dikuasai siswa atau mendapat kesulitan belajar dari
materi yang telah disajikan.
d. Sebagai balikan (feed back) bagi guru.
7. Tes Sumatif
Istilah sumatif berasal dari kata sum yang berarti jumlah. Tes sumatif
bertujun untuk mengetahui penguasaan siswa dalam sejumlah materi pelajaran
(pokok bahasan) yang telah dipelajari. Tes sumatif sering disebut tes akhir
semester (caturwulan untuk SD) atau EBTA/EBTANAS atau ujian akhir.
Manfaat yang dapat dipetik dalam pelaksanaan tes sumatif tersebut adalah:
a) Untuk menentukan nilai atau prestasi siswa dalam matapelajaran
tertentu.
b) Sebagai alat untuk menentukan prakiraan (prediction). Dengantes ini
seseorang siswa dapat diperkirakan apakah dapat mengikuti program
berikutnya atau tidak
c) Sebagai laporan kemajuan (nilai raport/STTB) yang akan beguna bagi
orang tua, guru bimbingan penyuluhan, pihak lain, dan siswa itu
sendiri.
baik.pada umumnya tes bentuk uraian menggunakan kata tanya seperti selesaikan,
tentukan, uraikan, jelaskan, buktikan, hitunglah, dan carilah.
Penyajian soal tipe subyektif dalam bentuk uraian ini mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu:
a) Pembuatan soal bentuk uraian relative lebih mudah dan bia dibuat
dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama. Hal ini disebabkan karena
soal tersebut jumlah soalnyatidak terlalu banyak. Biasanya untuk soal
matematika tidak lebih dari 5 butir soal.
b) Karena dalam menjawab soal bentuk uraian siswa dituntut untuk
menjawabnya secara rinci, maka proses berfikir, ketelitian, sistematika
penyusunan dapat dievaluasikan.
c) Proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas
positif siswa, karena tes tersebut menuntut siswa agar berfikir secara
sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi, mengaitkan
fakta fakta yang releven.
Disamping kelebihan yang dimiliki soal bentuk uraian , ia tidak luput dari
kelemahan, kelemahan soal bentuk uraian antara lain :
a. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan setiap butir soal cukup
banyak, sehingga banyak butir soal yang disajikan.
b. Tidak dilakukan pemeriksaan seluruh jawaban untuk setiap pekerjaan
peserta tes. Pada setiap langkah pengerjaan sebaiknya diberi skor
tertentu agar skor akhir untuk setiap soal tidak jauh berbeda.
c. Pemeriksaan jawaban soal bentuk uraian ini tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang , tetapi harus dipriksa oleh orang yang benar benar
ahli dalam bidangnya.
d. Memeriksa jawaban tes bentuk uraian cukup rumit sehingga
memerlukan waktu yang cukup banyak.
Untuk mengatasi kelemahan kelemahan dalam pelaksanaan tes bentuk
uraian dapat kita tempuh hal hal berikut ini.
a) Hendaknya penulis soal menentukan batas jawaban yang diharapkan
agar jawaban testi tidak terlalu beraneka ragam, misalnya pembatasan
banyak baris atau memberikan kata kunci.
a) Karena tes tipe ini mementingkan hasil akhir (product) dari pada
proses pengerjaan (process), akibatnya proses berfikir siswa tidak
dapat dievaluasi.
b) Kesempatan testi untuk menerka nerka (berspekulasi) cukup besar,
sehingga siswa yang tidak belajar pun atau menguasai materi dengan
baik, mungkin saja dapat menjawab dengan tepat.
c) Tes tipe obyektif kurang mampu memberikan gambaran sampai sejauh
mana daya analisis siswa dan mengemukakan pikiran dan gagasan.
d) Pembuatan tes tipe obyektif bukan saja sulit namun membutuhkan
waktu yang tidak sedikit pula.
e) Biaya perbanyakan soal dengan tipe obyektif relative lebih mahal
dibandingkan dengan tes tipe uraian.
f) Jika pengawasan pada saat ujian berlangsung kurang baik, siswa
mudah sekali untuk melakukan kerjasama dengan temannya.
Untuk mengurangi kelemahan kelemahan yang ada pada tes tipe
obyektif,
ada
baiknya
kita
ikuti
pembahasan
tentang
cara
cara
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hamzah,(2014).pengantar evaluasi pendidikan.PT rajagrafindo persada :
Jakarta