Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

EVALUASI DAN TEKNIK PENCA. HASIL BEL. MATEMATIKA


Tes Menurut Tujuan dan Tipe dengan Bentuk Tes

Dosen Pengampu :
Indah Widiati, S. Pd., M. Pd

Disusun Oleh :
Fany Novita Sari (146411130)
Nindita Pradnya Sakanti (146410995)
Rahmadhani (146411288)
Rahayu (146411074)

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Islam Riau
2016/2017

1. Tes Menurut Tujuan


Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan aturan yang sudah
ditentukan.
Ada ciri-ciri tes yang baik yaitu valid (tesnya tepat dalam menguku ), reliable
( tesnya tetap dalam mengukur ), objektif ( penilaiannya tidak berubah ubah ),
fraktikabilitas dan ekonomis. ( Ali Hamzah, 2014 : 100 )
1. Tes Kecepatan (Speed Test)
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam hal kecepatan
berfikir (kognitif) atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas ( logik )
maupun hapalan dan pemahaman dalam matapelajaran yang telah
dipelajarinya. Waktu yang disediakan untuk menjawab atau menyelesaikan
seluruh materi tes ini relative singkat dibandingkan dengan tes lainnya, sebab
yang lebih diutamakan adalah waktu yang minimal dan dapat mengejakan tes
itu sebanyak banyaknya dengan baik dan benar, cepat dan tepat
penyelesaiannya.
Tes yang termasuk kategori tes kecepatan misalnya adalah :
a) Tes Inteligensi
Dalam hal ini test dituntut untuk mengerjakan soal tes sebanyak
banyaknya dengan benar dalam waktu tertentu yang relative singkat.
b) Tes Keterampilan Bongkar pasang suatu alat
Dalam hal ini kecepatan dan kebenaran membongkar dan
memasangkan kembali setiap komponen alat tersebut yang dilakukan
oleh test yang dievaluasi. Hasil evaluasi akan baik jika membokar dan
memasang kembali alat itu dengan benar dan dalam waktu yang
minimal.
2. Tes Kemampuan (Power Test)
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi test dalam mengungkapkan
kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat
oleh waktu yang disediakan.
Soal soal tes kemampuan biasanya relative sukar, menyangkup berbagai
konsep atau pemencahan masalah dan menuntut peserta tes untuk
mencurahkan segala kemampuan, menyangkut daerah kognitif analisis,
sintesis, dan evaluasi.
3. Tes pencapaian (Achievement Test)

Tes ini dimaksud untuk mengevaluasi hal yang telah diperoleh dalam suatu
kegiatan. Tes Hasil Belajar (THB), baik itu tes harian (formatif) maupun tes
akhir semester atau Ebtanas (sumatif) bertujuan untuk mengevaluasi hasil
belajar setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam suatu kurun waktu
tertentu. Dengan demikian tes tersebut termasuk kategori tes perolehan.
4. Tes Kemajuan Belajar (Assesment Test)
Tes kemauan belajar disebut juga dengan tes perolehan. Sulit dibedakan
antara tes pencapaian dengan tes perolehan sebab keduanya banyak
kesamaan. Perbedaan terletak pada hal berikut, yaitu tes pencapaian tidak
mempersoalkan sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan, yang penting
adalah hasil belajar setelah kegiatan dilakukan. Sedangkan tes perolehan
belajar meninjau pula kondisi (keadaan) sebelum kegiatan balajar mengajar
dilaksanak. Dilakukan tes awal (pre test), yaitu tes yang dilakukan sebelum
kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui kondisi awal testi, dan tes akhir
(post test) sebagai tes pencapaian. Kedua tes tersebut untuk mengevaluasi
perbadaan (kemajuan) antara kondisi awal sebelum kegiatan belajar mengajar
dilakukan dan kondisi akhir sesudah kegiatan itu dilaksanakan. Perbedaan itu
disebut perolehan (gains) siswa dalam belajar.( Erman Suherman, 2002: 71 )
5. Tes Diagnostik (Diagnostic Tes)
Tes Diagnostik (Diagnostic Test) adalah tes yang dilaksanakan untuk
menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik
dalam suatu mata pelajaran tertentu.(Anas Sudijono, 2012 : 70).
Diagnostik mengandung makna mendiagnose yang berarti mancari,
menyelidiki, atau meneliti penyebab dari sesuatu hal yang muncul. Tes diagnostik
berarti tes yang dilakukan oleh guru yang dimakud untuk mencari dan meneliti
kekuatan dan hambatan siswa dalam memahami materi pelajaran yang telah
disajikan.
6. Tes Formatif
Formatif berasal dari kata form yang berarti bentuk. Dari akar pengertian
tersebut tes formatif dimaksud untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
terbentuk (kognitif, afektif, dan psikomotor)setelah mengikuti program tertentu.
Dalam mengikuti KBM matematika disekolah tes formatif ini lebih dikenal
dengan istilah tes (ulangan) harian.tes formatif berfungi ganda, yaitu untuk

diagnostic dan bahan pertimbangan penentuan nilai akhir. Manfaat lain dari tes
formatif ini adalah :
a. Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
yang disajikan dalam KBM.
b. Sebagai penguatan (reinforcement) bagi siswa.
c. Sebagai diagnose, tes ini dapat digunakan untuk mengetahui konsep
mana yang belum dikuasai siswa atau mendapat kesulitan belajar dari
materi yang telah disajikan.
d. Sebagai balikan (feed back) bagi guru.
7. Tes Sumatif
Istilah sumatif berasal dari kata sum yang berarti jumlah. Tes sumatif
bertujun untuk mengetahui penguasaan siswa dalam sejumlah materi pelajaran
(pokok bahasan) yang telah dipelajari. Tes sumatif sering disebut tes akhir
semester (caturwulan untuk SD) atau EBTA/EBTANAS atau ujian akhir.
Manfaat yang dapat dipetik dalam pelaksanaan tes sumatif tersebut adalah:
a) Untuk menentukan nilai atau prestasi siswa dalam matapelajaran
tertentu.
b) Sebagai alat untuk menentukan prakiraan (prediction). Dengantes ini
seseorang siswa dapat diperkirakan apakah dapat mengikuti program
berikutnya atau tidak
c) Sebagai laporan kemajuan (nilai raport/STTB) yang akan beguna bagi
orang tua, guru bimbingan penyuluhan, pihak lain, dan siswa itu
sendiri.

2. Tipe dan Bentuk Tes


Tes tertulis menurut tipenya dikelompokan manjadi 2 macam yaitu tes tipe
subyektif (subjectif test) dan tes tipe obyektif (objective test).
1. Tes Tipe Subyektif
Bentuk soal tes tipe subyektif adalah bentuk uraian (essay). Hal ini
disebabkan karena untuk menjawab soal tersebut siswa dituntut untuk menyusun
jaaban secara terurai. Jawaban tidak cukup hanya dengan satu atau dua kata saja,
tetapi memerlukan uraian yang lengkap dan jelas. Selain harus menguasai materi
tes, siswa dituntut untuk bisa mengungkapkannya dalam bahasa tulisan dengan

baik.pada umumnya tes bentuk uraian menggunakan kata tanya seperti selesaikan,
tentukan, uraikan, jelaskan, buktikan, hitunglah, dan carilah.
Penyajian soal tipe subyektif dalam bentuk uraian ini mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu:
a) Pembuatan soal bentuk uraian relative lebih mudah dan bia dibuat
dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama. Hal ini disebabkan karena
soal tersebut jumlah soalnyatidak terlalu banyak. Biasanya untuk soal
matematika tidak lebih dari 5 butir soal.
b) Karena dalam menjawab soal bentuk uraian siswa dituntut untuk
menjawabnya secara rinci, maka proses berfikir, ketelitian, sistematika
penyusunan dapat dievaluasikan.
c) Proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas
positif siswa, karena tes tersebut menuntut siswa agar berfikir secara
sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi, mengaitkan
fakta fakta yang releven.

Disamping kelebihan yang dimiliki soal bentuk uraian , ia tidak luput dari
kelemahan, kelemahan soal bentuk uraian antara lain :
a. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan setiap butir soal cukup
banyak, sehingga banyak butir soal yang disajikan.
b. Tidak dilakukan pemeriksaan seluruh jawaban untuk setiap pekerjaan
peserta tes. Pada setiap langkah pengerjaan sebaiknya diberi skor
tertentu agar skor akhir untuk setiap soal tidak jauh berbeda.
c. Pemeriksaan jawaban soal bentuk uraian ini tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang , tetapi harus dipriksa oleh orang yang benar benar
ahli dalam bidangnya.
d. Memeriksa jawaban tes bentuk uraian cukup rumit sehingga
memerlukan waktu yang cukup banyak.
Untuk mengatasi kelemahan kelemahan dalam pelaksanaan tes bentuk
uraian dapat kita tempuh hal hal berikut ini.
a) Hendaknya penulis soal menentukan batas jawaban yang diharapkan
agar jawaban testi tidak terlalu beraneka ragam, misalnya pembatasan
banyak baris atau memberikan kata kunci.

b) Bahasa yang digunakan diusahakan seefesien mungkin, ringkas, dan


langsung pada pemasalahannya sehingga mudah dipahami siswa.
c) Sebaiknya jika kita mengambil soal dari buku kata katanya diubah
menurut redaksi penulisan soal, jangan langsung dikutip dari
sumbernya.
d) Dalam tahap pemeriksan sebaiknya dilakukan per nomor soal dan
buka persiswa.
e) Untuk mengurangi subyektivitas ada baiknya jika hasil pemeriksaan
yang telah kita lakukan, kembali kita periksa untuk yang kedua
kalinya setelah beberapa aktu tertentu.
f) Sebelum soal soal tes diujikan, kita membuat dulu kunci jawaban
atau penyelesaiannya, atau paling tidak pokok pokok jawabannya.
g) Soal soal yang akan diujikan sebaiknya diperbanyak, distensil atau
difotocopy dan jangan ditulis dipapan tulis atau didektekan.
2. Tes Tipe Obyektif
Dalam pengertian ini, istilah obyektif adalah tidak adanya faktor lain yang
mempengaruhi proses pemeriksaan pekerjaan testi dan penentuan skor/nilai akhir
yang diberikan oleh tester. Jadi benar benar murni hasil pekerjaan siswa.
Istilah lain dari tes tipe obyektif ini adalah tes dengan jawaban singkat
(shot answer test).
Kelebihan atau keunggulan disajikan soal tipe obyektif antara lain adalah :
a) Proses dan hasil pemeriksaan bersifat obyektif sehingga hasilnya
sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
b) Ruang lingkup materi yang diujikan lebih menyeluruh sehingga cukup
representatif mewakili materi yang telah dipelajari siswa.
c) Jika pembuatan soal tes disibukkan oleh tugas lain atau pemeriksaan
terlalu banyak bisa dibantu oleh orang lain.
d) Jawaban yang benar sudah tentu dan pasti.
e) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
f) Ketidakmampuan testi dalam bagian bagian tertentu pada sebuah
konsep atau topik lebih mudah dikenali secara langsung dari jawaban
butir soal yang salah.
Kelemahan kelemahan yang harus kita ketahui agar kita dapat menguranginya
seoptimal mungkin antara lain :

a) Karena tes tipe ini mementingkan hasil akhir (product) dari pada
proses pengerjaan (process), akibatnya proses berfikir siswa tidak
dapat dievaluasi.
b) Kesempatan testi untuk menerka nerka (berspekulasi) cukup besar,
sehingga siswa yang tidak belajar pun atau menguasai materi dengan
baik, mungkin saja dapat menjawab dengan tepat.
c) Tes tipe obyektif kurang mampu memberikan gambaran sampai sejauh
mana daya analisis siswa dan mengemukakan pikiran dan gagasan.
d) Pembuatan tes tipe obyektif bukan saja sulit namun membutuhkan
waktu yang tidak sedikit pula.
e) Biaya perbanyakan soal dengan tipe obyektif relative lebih mahal
dibandingkan dengan tes tipe uraian.
f) Jika pengawasan pada saat ujian berlangsung kurang baik, siswa
mudah sekali untuk melakukan kerjasama dengan temannya.
Untuk mengurangi kelemahan kelemahan yang ada pada tes tipe
obyektif,

ada

baiknya

kita

ikuti

pembahasan

tentang

cara

cara

penangulangannya, seperti dipaparkan berikut ini :


a) Soal hendaknya dibuat sederhana dan jangan terlalu kompleks.
b) Agar siswa tidak melihat pekerjaan temannya, hendaknya soal tes tipe
ini dibuat cukup banyak dan disediakan waktu secukupnya hingga
tidak banyak waktu terluang yang mukin dipakai untuk kesempatan
berkerja sama dengan temannya.
c) Bahasa yang digunakan harus jelas.
d) Dalam ragam pilihan ganda (multiple choice), option pengecoh
(distractor) dan option kunci semuanya harus berfungsi secara efektif,
agar tiap tiap option yang disajikan mempunyai daya tarik untuk
dipilih.
e) Khusus dalam matematika, bila kita menghendaki jawaban dalam
bentuk isinya, maka hasil yang diperoleh haruslah dinyatakan dalam
pertunjukan secara jelas.
f) Jawaban untuk tes pilihan ganda sebaiknya merupakan rangkaian yang
terletak diakhir kalimat.
g) Jawaban sebaiknya harus ada satu yang benar.
h) Untuk menghindari spekulasi jawabantesti, jawaban hendaknya tidak
terpola, misalnya tidak jawaban berturut turut.

i) Dalam ragam memasangkan atau menjodohkan ( matching item )


banyak memungkinkan jawaban yang harus dipilih harus lebih banyak
dari pada stem dan semua kemungkinan jawaban harus homogeny.
j) Hendaknya diperhatikan pula penyebaran aspek kognitif pada setiap
butir soal yang dibuat.
Menurut bentuknya tes tipe obyektif terdiri dari :
1. Bentuk Benar-Salah
Tes bentuk benar salah (B-S) soalnya disajikan dalam bentuk
pernyataan (statement). Pernyataan tersebut mengandung nilai kebenaran
Benar ( B ) atau Salah ( S ), tetapi tidak mungkin keduanya sekaligus
2. Bentuk Pilihan Ganda (Multipe Choice)
Soal tipe obyektif bentuk pilihan ganda pada saat ini mendapatkan
perhatian dan sering kali digunakan dalam evaluasi pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Ali Hamzah,(2014).pengantar evaluasi pendidikan.PT rajagrafindo persada :
Jakarta

Anas Sudijono,(2012).evaluasi pembelajaran matematika. PT rajagrafindo


persada : Jakarta
Erman Suherman,(2002). evaluasi pembelajaran matematika. Universitas
Pendidikan Indonesia : Bandung

Anda mungkin juga menyukai