Anda di halaman 1dari 15

GABUNGAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

DENGAN METODE INKUIRI PADA MATERI FISIKA

Oleh:
NAMA : FRANSISKA PASKALINA AYU
NPM : 130401070030
KELAS: 2013 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu

komponen penting dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia. Untuk mewujudkan hal itu, maka sekolah sebagai
komponen utama pendidikan perlu mengelola pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
kegiatan pembelajaran antara lain: (1) kegiatan berpusat pada siswa; (2) belajar melalui
berbuat; (3) belajar mandiri dan belajar bekerja sama. Namun fakta yang terlihat di
lapangan, proses pembelajaran masih saja bersifat verbal, dimana siswa tampak pasif dan
menerima pengetahuan sesuai dengan yang diberikan guru. Proses pembelajaran yang
dilakukan di sekolah masih berpusat pada guru (teacher centered). Pada waktu guru
memberi kesempatan untuk menjawab atau pun bertanya, siswa bingung apa yang akan
dijawab dan ditanyakan. Hal ini merupakan indikasi bahwa kemampuan berpikir dan
pemahaman konsep pembelajaran siswa masih sangat rendah. Model pembelajaran
problem based learning juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan kegiatan pembelajaran berorientasi pada dua aspek yaitu
proses dan hasil. Pada hakekatnya pendidikan ialah usaha sadar yang dilakukan oleh
seseorang terhadap orang lain agar orang lain memiliki pengetahuan dan keterampilan.
Dalam proses pendidikan selalu terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi
tahu, tetapi lebih dari itu perubahan yang diharapkan meliputi seluruh aspek pendidikan
yaitu: afektif, kognitif dan psikomotor.

Namun, mengubah kebiasaan guru dari

pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) ke pembelajaran berpusat pada siswa
(student centered) bukanlah hal yang mudahPemilihan model pembelajaran yang tepat
atau sesuai untuk setiap konsep akan membuat tujuan pembelajaran yang sudah
ditentukan tercapai dengan baik, sehingga dapat memfasilitasi pembelajaran IPA menjadi
lebih bermakna bagi siswa. Karena itu, masih dibutuhkan pembelajaran yang dapat
meningkatkan keaktifan siswa di dalam melatih cara berfikir kritis dan melatih sikap
kemandirian mereka, salah satu diantaranya adalah menggunakan model pembelajaran
discovery learning.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Model Discovery Learning
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar siswa dan gaya
mengajar guru. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu siswa untuk
mendapatkan informasi, keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan idenya.
Prastowo (2013: 68) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah acuan pembelajaran
yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola-pola pelajaran tertentu. Model
pembelajaran tersusun atas beberapa komponen yaitu fokus, sintaks, sistem sosial, dan
sistem pendukung.
Menurut Sani (2013: 89) model pembelajaran adalah kerangka konseptual berupa pola
prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam
mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.
Lebih lanjut, Suprihatiningrum (2013: 145) mengemukakan bahwa model pembelajaran
merupakan suatu rancangan yang di dalamnya menggambarkan sebuah proses
pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan
maupun nilai-nilai kepada siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti
menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola pembelajaran yang
tergambar dari awal hingga akhir kegiatan pembelajaran yang tersusun secara sistematis
dan digunakan sebagai pedoman untuk merencanakan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ciri utama dari model pembelajaran
adalah adanya tahapan atau sintaks pembelajaran.

2.1.2 Model Discovery Learning


Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih & Sani (2014: 64) discovery
learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila materi pembelajaran
tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Pernyataan lebih lanjut dikemukakan oleh Hosnan (2014: 282) bahwa discovery learning
adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri,
menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan.
Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba
memecahkan

sendiri

masalah

yang

dihadapi.

Selanjutnya,

Sani

(2014:

97)

mengungkapkan bahwa discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data


atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.
Menindaklanjuti beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti
menyimpulkan bahwa model discovery learning adalah suatu proses pembelajaran yang
penyampaian materinya disajikan secara tidak lengkap dan menuntut siswa terlibat secara
aktif untuk menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum diketahuinya.
2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Learning
Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran harus diiringi
dengan suatu pertimbangan untuk mendapatkan suatu kebaikan ataupun kelebihan.
Hosnan (2014: 287-288) mengemukakan beberapa kelebihan dari model discovery
learning yakni sebagai berikut.
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan
dan proses-proses kognitif.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer
c. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.
d. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan
bekerja sama dengan yang lain.
e. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.
f. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
g. Melatih siswa belajar mandiri.

h. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
Hosnan (2014: 288-289) mengemukakan beberapa kekurangan dari model
discovery learning yaitu
a. Menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang
umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan
pembimbing.
b. Kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas, dan
c. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kekurangan, namun kekurangan tersebut dapat
diminimalisir agar berjalan secara optimal.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti
menyimpulkan bahwa kelebihan dari model discovery learning yaitu dapat melatih siswa
belajar secara mandiri, melatih kemampuan bernalar siswa, serta melibatkan siswa secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan sendiri dan memecahkan masalah
tanpa bantuan orang lain. Kekurangan dari model discovery learning yaitu menyita
banyak waktu karena mengubah cara belajar yang biasa digunakan, namun kekurangan
tersebut dapat diminimalisir dengan merencanakan kegiatan pembelajaran secara
terstruktur, memfasilitasi siswa dalam kegiatan penemuan, serta mengonstruksi
pengetahuan awal siswa agar pembelajaran dapat berjalan optimal.
2.1.4 Langkah-langkah Model Discovery Learning
Pengaplikasian model discovery learning dalam pembelajaran, terdapat beberapa
tahapan yang harus dilaksanakan. Kurniasih & Sani (2014: 68-71) mengemukakan
langkah-langkah operasional model discovery learning yaitu sebagai berikut.
1. Langkah persiapan model discovery learning
a. Menentukan tujuan pembelajaran.
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa.
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif.
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas,
dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
2. Prosedur aplikasi model discovery learning

a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang)


Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan
untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah.
b. Problem statemen (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalahmasalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
c. Data collection (pengumpulan data)
Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara, melakukan uji coba
sendiri untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
d. Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh siswa melalui wawancara, observasi dan sebagainya. Tahap ini
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi, sehingga siswa akan
mendapatkan pengetahuan baru dari alternatif jawaban yang perlu mendapat
pembuktian secara logis.
e. Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melalakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif dan
dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
f. Generalization (menarik kesimpulan)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau
masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan para ahli, model discovery learning
adalah suatu proses pembelajaran yang penyampaian materinya disajikan secara tidak
lengkap dan menuntut siswa terlibat secara aktif untuk menemukan sendiri suatu konsep
ataupun prinsip yang belum diketahuinya. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan
model discovery learning yaitu (1) memberikan stimulus kepada siswa, (2)
mengidentifikasi permasalahan yang relevan dengan bahan pelajaran, merumuskan
masalah kemudian menentukan jawaban sementara (hipotesis), (3) membagi siswa
menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi, (4) memfasilitasi siswa dalam
kegiatan pengumpulan data, kemudian mengolahnya untuk membuktikan jawaban
sementara (hipotesis), (5) mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan berdasarkan
hasil pengamatannya, dan (6) mengarahkan siswa untuk mengomunikasikan hasil
temuannya.
2.2 Metode Inkuiri
2.2.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Sani (2013: 90) mengungkapkan bahwa metode adalah cara menyampaikan materi
pelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah disusun berdasarkan
prinsip dan sistem tertentu. Lebih lanjut Hamiyah & Jauhar (2014: 16) mengemukakan
metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Majid (2014: 150) mengemukakan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan guru untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode merupakan alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan memiliki peranan yang sangat strategis karena
mempengaruhi jalannya pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran di kelas bergantung
pada cara atau metode mengajar yang digunakan oleh guru.
Beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, maka peneliti menyimpulkan
bahwa

metode

pembelajaran

adalah

suatu

cara

yang

digunakan

guru

untuk

mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam pembelajaran sehingga tujuan


pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai secara optimal. Penggunaan metode
yang tepat akan mempengaruhi proses belajar serta tujuan yang hendak dicapai.
2.2.2

Metode Inkuiri

Melalui meode inkuiri siswa diarahkan untuk mengembangkan kemampuannya dalam


membangun pengetahuan yang bermula dari observasi, bertanya, investigasi, analisis,
kemudian membangun teori atau konsep. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu
disampaikan di kelas untuk dipecahkan dan menyediakan sumber belajar bagi siswa untuk
memecahkan masalah, dalam hal ini peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai
pembimbing dan fasilitator (Hamiyah & Jauhar, 2014: 189). Bimbingan dan pengawasan
guru dalam kegiatan pembelajaran masih diperlukan, tetapi intervensinya harus dikurangi.
Pembelajaran dengan metode inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sehingga
siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran saja, tetapi juga cara mereka
dalam menggunakan potensi yang dimilikinya untuk menyelidiki sesuatu. Penerapan
metode inkuiri akan menghasilkan peserta didik yang mampu memecahkan masalah dan
membangun hipotesis tentatif yang akan dijawab dengan hasil penelitian mereka (Yamin,
2013: 73).
Menindaklanjuti beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, maka peneliti
menyimpulkan bahwa metode inkuiri adalah salah satu cara mengajar dengan rangkaian
kegiatan belajar yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran sehingga
melibatkan siswa secara aktif untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
permasalahan melalui investigasi.
2.2.3

Kelebihan dan kekurangan metode inkuiri


Setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, namun kelebihan dan kekurangan
tersebut hendaknya dijadikan referensi untuk penekanan terhadap hal yang positif dan
meminimalisir kekurangannya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung
sesuai rencana. Hosnan (2014: 344) mengungkapkan beberapa kelebihan metode inkuiri
yaitu sebagai berikut.
a. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan aspek pengetahuan, sikap,
dan keterampilan secara seimbang.
b.

Pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang bagi siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka.

c. Pembelajaran ini dapat melayani siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.

d. Inkuiri merupakan metode yang dianggap paling sesuai dengan perkembangan


psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman.
Disamping memiliki kelebihan, metode inkuiri juga memiliki kekurangan seperti yang
diungkapkan Sanjaya (2006: 208-209) yaitu sebagai berikut.
a. Pembelajaran inkuiri sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
b. Kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menguasai
materi pelajaran.
c. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
d. Memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikan dengan waktu
yang telah ditentukan.
Agar pembelajaran berjalan secara optimal maka kekurangan tersebut perlu diminimalisir
melalui peran guru dalam kegiatan belajar mengajar. Gulo (2004: 86-87) menjelaskan
peranan utama guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran inkuiri yaitu sebagai berikut.
a. Motivator, memberikan rangsangan agar siswa aktif dan gairah dalam berpikir.
b. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir
siswa.
c. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan
memberikan keyakinan pada diri sendiri.
d. Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.
e.

Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.

f. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.


g. Rewarder, yang memberikan penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka
peningkatan semangat heuristik pada siswa.
Menindaklanjuti beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, maka peneliti
menyimpulkan kelebihan dari metode inkuiri yaitu pembelajaran inkuiri menekankan pada
pengembangan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara seimbang. Melalui

metode inkuiri siswa dibina agar mampu mengembangkan sikap rasa ingin tahu dan cara
berpikir objektif kritis analitis baik secara individu maupun kelompok dalam memecahkan
permasalahan serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri. Kekurangan dari
metode inkuiri yaitu memerlukan waktu yang lama, sehingga untuk meminimalisir
kekurangan tersebut maka guru perlu memperhatikan perannya dalam pembelajaran yaitu
sebagai motivator, fasilitator, penanya, administrator, pengarah, manajer, dan rewarder.
2.2.4

Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Inkuiri


Metode inkuiri memiliki prosedur pembelajaran yang terstruktur sesuai dengan

karakteristiknya. Hosnan (2014: 342-344) mengemukakan langkah pembelajaran dengan


metode inkuiri yakni sebagai berikut.
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif. Guru mengondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran.
Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
b. Merumusakan masalah
Langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka teki.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir
memecahkan masalah dan mencari jawaban yang tepat.
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji dan perlu diuji
kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus
memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat
rasional dan logis.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode inkuiri, mengumpulkan data merupakan
proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh karena itu,
tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
e. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis
berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban
yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung data
yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan tujuan akhir
dalam proses pembelajaran.
2.3 Sintak dan Langkah-langkah Pembelajaran Discovery learning dan metode inkuiri
2.3.2 Langkah-langkah Pembelajaran Discovery learning
Tahap
Tahap I
Stimulation
(stimulasi/pemberian

Kegiatan Guru
Guru memaparkan topik yang
akan dikaji, tujuan belajar,
motivasi, dan memberikan
penjelasan singkat

rangsang)
Tahap 2
Problem statemen
(pernyataan/identifikasi
masalah)

Tahap 3
Data collection
(pengumpulan data)

Tahap 4
Data processing
(pengolahan data)

Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk
mengidentifikasi masalah
yang relevan, kemudian
dirumuskan dalam
bentuk hipotesis.
Guru memberi
kesempatan kepada
siswa untuk melakukan
uji coba sendiri untuk
membuktikan benar
tidaknya hipotesis.
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan
menyiapkan laporan serta
membantu siswa untuk
berbagai tugas dalam
kelompoknya

Kegiatan Siswa
Siswa menginventarisasi dan
mempersiapkan kebutuhan
yang diperlukan dalam proses
pembelajaran.Siswa berada
dalam kelompok yang telah
ditetapkan.
Siswa membatasi
permasalahannya yang akan
dikaji dan merumuskan
hipotesis

siswa mengumpulkan
berbagai informasi yang
relevan, mengamati
objek, dan membuktikan
benar tidaknya hipotesis.

Siswa menyusun laporan


dalam kelompok dan
menyajikannya dihadapan
kelas dan berdiskusi dalam
kelas

Tahap 5
Verification
(pembuktian)

Tahap 6
Generalization
(menarik kesimpulan)
2.3.2

Guru membimbing siswa


melakukan pemeriksaan data
sebelum menarik kesimpulan

Guru membentu siswa menarik


kesimpulan

siswa melalakukan
pemeriksaan secara
cermat untuk
dihubungkan dengan
hasil pengolahan data.
Siswa bersama guru
membuat kesimpulan

Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Inkuiri


Tahap
Tahap 1
Observasi
Tahap 2
Merumuskan
masalah

Tahap 3
Mengajukan
hipotesis
Tahap 6
Melakukan
pengamatan dan
pengumpulan data
Tahap 7
Menguji hipotesis

Tahap 8
Penarikan
kesimpulan

Kegiatan Guru
Guru menyajikan kejadian
yang memungkinkan siswa
menemukan masalah
Guru membimbing siswa
merumuskan masalah
penelitian berdasarkan
kejadian dan fenomena yang
disajikan
Guru membimbing siswa
untuk mengajukan hipotesis
terhadap masalah yang telah
dirumuskan
Guru membantu siswa
melakukan pengamatan
tentang hal-hal yang penting
dan membantu mengumpulkan
data mengorganisasi data.
Guru membentu siswa
melakukan pemeriksaan
hipotesis sebelumya
dengan data yang
diperoleh
Guru membimbing siswa
mengambil kesimpulan
berdasarkan data dan
menemukan sendiri konsep
yang ingin ditanamkan.

Kegiatan Siswa
Siswa mendengarkan dan
memperhatikan yang di
sampaikan oleh guru
Siswa mencoba untuk
merumuskan permasalahan
berdasarkan fenomena yang
disajikan
Siswa mengajukan hipotesis
dari masalah yang telah
dirumuskan
Siswa mengumpulkan data
dari hasil pengamatan

siswa melalakukan
pemeriksaan benar atau
tidaknya hipotesis yang
dibuat sebelumnya.

Siswa mengambil kesimpulan


berdasarkan data yang ada

2.3.3

Gabungan Langkah-langkah Pembelajaran Discovery learning dan metode inkuiri


Tahap
Tahap 1
memberikan
stimulus
Tahap 2
mengidentifikas
i permasalahan

Tahap 3
merumuskan
masalah

Tahap 4
menentukan
jawaban
sementara
(hipotesis)
Tahap 5
pengumpulkan
data

Tahap 6
Menguji hipotesis

Tahap 7
Menarik
Kesimpulan

Kegiatan Guru
Guru menyajikan kejadian
yang memungkinkan siswa
menemukan masalah
Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk
mengidentifikasi masalah
yang relevan.
Guru membimbing siswa
merumuskan masalah
penelitian berdasarkan
kejadian dan fenomena yang
disajikan
Guru membimbing siswa
untuk mengajukan hipotesis
terhadap masalah yang telah
dirumuskan

Kegiatan Siswa
Siswa mendengarkan dan
memperhatikan yang di
sampaikan oleh guru
Siswa mencoba untuk
merumuskan permasalahan
berdasarkan fenomena yang
disajikan

Guru membantu siswa


melakukan pengamatan
tentang hal-hal yang penting
dan membantu mengumpulkan
data mengorganisasi data.
Guru membentu siswa
melakukan pemeriksaan
hipotesis sebelumya
dengan data yang
diperoleh
Guru membentu siswa menarik
kesimpulan

Siswa mengumpulkan data


dari hasil pengamatan

Siswa mencoba untuk


merumuskan permasalahan
berdasarkan fenomena yang
disajikan
Siswa mengajukan hipotesis
dari masalah yang telah
dirumuskan

siswa melalakukan
pemeriksaan benar atau
tidaknya hipotesis yang
dibuat sebelumnya.
Siswa bersama guru
membuat kesimpulan

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang telah dikemukakan para ahli mengenai model discovery
learning dan metode inkuiri, maka peneliti menyimpulkan bahwa discovery dan inkuiri
merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan. Discovery merupakan adalah
menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui
pengamatan atau percobaan. Inkuiri adalah proses menjawab pertanyaan dan menyelesaikan
masalah berdasarkan fakta dan pengamatan. Jadi belajar dengan menemukan (discovery)
merupakan bagian dari proses inkuiri.
Penelitian ini mengimplementasikan model discovery learning dengan metode inkuiri
yang digunakan secara bersamaan dalam pembelajaran IPA, sehingga dalam pelaksanaannya
tertuang langkah- langkah dari keduanya. Adapun langkah-langkah perbaikan berkenaan
dengan penerapan model discovery learning dengan metode inkuiri yaitu (1) memberikan
stimulus dan mengajak siswa berpikir untuk memecahkan masalah, (2) mengarahkan siswa
untuk mengidentifikasi permasalahan yang relevan dengan bahan pelajaran, (3)
mengarahkan siswa untuk merumuskan masalah, (4) mengarahkan siswa untuk menentukan
jawaban sementara (hipotesis), (5) membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk
melakukan diskusi, (6) memfasilitasi siswa dalam pengumpulkan data kemudian
mengolahnya untuk membuktikan jawaban sementara (hipotesis), (7) mengarahkan siswa
untuk merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil temuannya, dan (8) mengarahkan siswa
untuk mengomunikasikan hasil temuannya.
3.2

Saran

Sebelum melaksanakan pembelajaran sebaiknya seorang pendidik harus pandai dalam


memlih model pembelajaran, agar kegiatan belajar mengajar di kelas bermakna dan
konsisten. Kita bisa menggabungkan beberapa model untuk pembelajaran di kelas sebelum
diterapkan dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. PT. Raja Grafindo Persada
Jacobsen, D.A.et al. 2009. Methodes for Teaching: Metode-metode Pengajaran
Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rustaman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Balm, Ali Gnay. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students Success and Inquiry
Learning Skills. Egitim Arastirmalari-Eurasian Journal of Educationa Research, 35, 1-20.

Anda mungkin juga menyukai