Anda di halaman 1dari 28

Matematika 1a

1

BAB I
SISTEM MATEMATIKA

Matematika merupakan suatu ilmu yang digunakan oleh banyak kalangan dan berbagai ilmu
untuk mempermudah maupun mempercepat perkembangan ilmu yang lain. Dalam matematika
sering dijumpai operasi penjumlahan (+), pengurangan (-),perkalian (x), pembagian (:),perpangkatan
(a
n
), akar ( ) dan kombinasi operasi lainnya.
Sistem matematika terdiri dari himpunan S dan operasi *, maka sistem matematika
tersebut diberi notasi (S,*); ada pula sistem matematika yang terdiri dari himpunan S dengan operasi
* dan #, dan sistem matematika tersebut diberi notasi (S,*,#)

Definisi 1.1: Sistem matematika adalah sesuatu yang memenuhi tiga syarat berikut:
Adanya suatu himpunan tertentu.
Adanya suatu operasi dalam himpunan tersebut
Hasil operasi merupakan anggota himpinan tersebut.

Definisi1.2: Jika * suatu operasi dalam himpunan S, maka operasi * dinamakan:
a. Tertutup jika p * q = r dan r e S untuk setiap p, q e S.
b. Komutatif jika p *q = q * p = r untuk setiap p, q e S.
c. Assosiatif jika p * (q * r) = (p * q)* r untuk setiap p, q, r e S.
d. Mempunyai unsur identitas jika untuk setiap p e S, ada i e S, sehingga p * i =i *
p = p, i disebut unsur identitas operasi *.
e. Mempunyai unsur invers jika untuk semua p e S, ada x e S, sehingga p * x = x *
p = I, x disebut invers dari p, dan p disebut invers dari x.

Definisi 1.3: Jika * suatu operasi pertama dan # suatu operasi kedua pada himpunan S, maka:
operasi * bersifat distributif terhadap operasi # jika p * (q # r) = (p * q) # (p * r)
untuk semua p, q, r e S

Definisi 1.4: Grup adalah sistem matematika yang terdiri dari suatu himpunan dengan satu
operasi dan memenuhi sifat:
tertutup,
sifat asosiatif,
mempunyai unsur identitas dan
mempunyai unsur invers.

Jika dalam grup berlaku sifat komutatif maka sistem matematika tersebut dinamakan grup komutatif
atau grup Abel. Ini sebagai penghormatan terhadap ahli matematika Nurwegia yang bernama Niels
Henrik Abel

1.1 Sistem Matematika Bilangan Asli
Sejak sekitar tahun 400 sebelum masehi, orang mulai memikirkan bilangan sebagai konsep
abstrak. Mereka menyebutkan bahwa lima kerikil mempunyai kesamaan dengan lima binatang yaitu
suatu kuantitas yang disebut lima. Kuantitas merupakan suatu kebutuhan dasar manusia dalam
kehidupan sehari-hari, terutama dalam menghitung (mencacah) dan membandingkan jumlah barang
atau benda. Hal ini mendorong manusia untuk membuat lambang untuk dapat dikomunikasikan
kepada pihak lain dengan mudah dan tidak salah pengertian. Beberapa bangsa (dan mungkin juga
suku bangsa) yang sudah mengembangkan bilangan dan cara penggunaannya antara lain Mesir
(sekitar th 300 S.M), Babylonia (sekitar th 200 S.M), Yunani (sekitar th 600 S.M), Mayan (sekitar th
300 S.M), Jepang-China (sekitar th 200 S.M), Romawi (sekitar th 100 S.M), Hindu-Arab (sekitar th 300
S.M), dan Jawa (sekitar th ?).
Matematika 1a
2

Dalam penulisan lambang bilangan dipilih lambang tertentu dengan aturan tertentu pula.
Tampaknya petama kali untuk mengetahui lambang bilangan sangat terbatas dan bilangan terkecil
satu, dan selama jari tangan manusia sepuluh tidak mengherankan jika yang sering banyak digunakan
bilangan basis sepuluh. Berdasarkan hal-hal tersebut kita perlu mengasumsikan bahwa manusia telah
menemukan himpunan konsep bilangan asli beserta lambangnya. Lambang Hindu Arab yang sampai
sekarang banyak digunakan adalah : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 0. Aturannya, nilai tempat angka
paling kanan satu, nilai tempat kedua dari kanan sepuluh, nilai tempat ketiga dari kanan seratus, nilai
tempat keempat dari kanan seribu dan seterusnya. Untuk bilangan pecahan kurang dari satu,
ditempatkan di kanan tempat yang bernilai satu dengan diberi batas koma. Tempat pertama di
belakang koma bernilai sepersepupuh, tempat kedua di kanan koma bernilai seperseratus, tempat
ketiga di kanan koma bernilai seperseribu dan seterusnya. Selanjutnya himpunan bilangan bulat
positip dinamakan himpunan bilangan asli dan dinyatakan dengan N = {1, 2, 3, ..}.

1.1.1 Operasi penjumlahan
Definisi 1.5: Jika p = n(A), q = n(B) , A dan B dua himpunan yang saling lepas, dan r = n(AB), maka
p + q = r
Sekarang akan kita selidiki sifat apa sajakah yang dimiliki himpunan bilangan asli dengan
operasi pejumlahannya. Berdasarkan definisi penjumlahan bilangan asli kita dapat memilih beberapa
contoh operasi bilangan bulat. 2 + 3 = 5, 23 +64 = 87, 135 +320 = 355, .. dst. Dari beberapa contoh
ini terlihat bahwa jumlah dua bilangan asli hasilnya merupakan bilang asli juga. Berdasarban contoh-
contoh tersebut, bisakah disimpulkan bahwa jumlah sebarang dua bi1angan asli merupakan suatu
bilangan asli pula?. Jawabnya tidak bisa. Tidak boleh. Mengapa demikian? Banyak bilangan asli itu
tidak terhingga, sedangkan contohnya hanya beberapa saja, contoh tersebut merupakan sesuatu
yang tidak berarti. Untuk mengatasi ini disusun suatu aksioma yaitu aksioma bilangan asli.

Aksioma 1.1: Jika a dan b dua bilangan asli maka hasil penjumlahan (a + b) merupakan suatu
bilangan asli.

Berdasarkan aksioma tersebut kita katakan bahwa penjumlahan pada himpunan bilangan asli bersifat
tertutup. Dengan demikian himpunan bilangan asli beserta operasi penjumlahannya memenuhi 3
sifat tentang sistem matematika. Jadi tidak diragukan lagi bahwa bilangan bulat dengan operasi
penjumlahan merupakan suatu sistem, dan disebut sistem matematika bilangan asli dalam operasi
penjumlahan. Dari sistem bilangan asli dengan operasi penjumlahan ini, kita dapat menyelidiki sifat-
sifat apa saja yang dimilikinya.
Sesuai dengan sifat ketertutupan operasi penjumlahan pada bilangan asli, untuk sifat
asosiatif dan komutatif operasi penjumlahan bilangan asli disusun aksioma berikut:

Aksioma 1.2: Dalam {N,+} berlaku sifat asosiatif. Jika a, b dan c sebarang tiga bilangan asli maka
berlaku (a + b) + c = a + (b + c).

Aksioma 1.3: Dalam {N,+} berlaku sifat komutatif. Jika a dan b sebarang dua bilangan asli maka
maka berlaku a + b = b + a

{N,+} tidak mempunyai unsur identitas karena tidak ada bilangan asli yang jika ditambah bilangan asli
(misalnya p) hasil penjumlahannya p. Dengan demikian sistem bilangan asli ini juga tidak mempunyai
sifat invers.

1.1.2 Operasi pengurangan
Definisi 1.6: Suatu bilangan asli r merupakan hasil pengurangan bilangan asli q terhadap
bilangan asli p (ditulis p q = r) jika r + q = p. (p q = r jika r + q = p)
Matematika 1a
3

Berdasarkan definiai tersebut untuk operasi pengurangan untuk bilangan asli tidak berlaku
sifat komutatif. Untuk ini kita cukup menunjukkan satu contoh yang tidak memenuhinya. 6 2 = 4,
karena 4 + 2 =6. Tetapi 2 6 = 4, karena 4 + 6 = 2. Lalu berapa dua dikurangi enam? 2 6 = ?
Ternyata tidak ada bilangan asli yang jika ditambah 6 menghasilkan 2. Berdasarkan hal ini
tampak bahwa bilangan asli dengan operasi pengurangannya bukan merupakan sisim matematika.
karena ternyata operasi pengurangan dalam himpunan bilangan asli tidak tertutup.
Bagaimana dengan sifat asosiatif operasi pengurangan bilangan asli? Selidiki!

1.1.3 Operasi perkalian
Definisi 1.7: Suatu bilangan asli r merupakan hasil kali p x q jika q + q + q + sampai p kali sama
dengan r (p x q = r jika q + q + q + + q = r)
p suku

Sesuai dengan operasi penjumlahan, sekarang akan kita selidiki sifat apa sajakah yang dimiliki
himpunan bilangan asli dengan operasi perkaliannya. Berdasarkan definisi perkalian bilangan asli, kita
dapat memilih beberapa contoh operasi perkalian bilangan bulat. Yaitu: 2 x 3 = 6, 23 x 3 = 63, 135 x 2
= 270, .. dst. Dari beberapa contoh ini terlihat bahwa hasil kali bilangan asli juga merupakan
bilangan asli juga. Sesuai dengan penjumlahan bilangan asli disusun suatu aksioma yaitu aksioma
berikut:

Aksioma 1.4: Jika a dan b dua bilangan asli maka hasil hasil kali (a x b) juga merupakan suatu
bilangan asli.

Berdasarkan aksioma tersebut kita katakan bahwa operasi perkalian pada himpunan bilangan
asli bersifat tertutup. Dengan demikian himpunan bilangan bulat beserta operasi perkaliannya
memenuhi 3 sifat tentang sistem matematika. Jadi tidak diragukan lagi bahwa bilangan bulat dengan
operasi perkalian merupakan suatu sistem, dan disebut sistem bilangan asli dalam operasi
perkalian. Dari sistem bilangan asli dengan operasi perkalian ini, kita dapat menyelidiki sifat-sifat apa
saja yang dimilikinya.
Sesuai dengan sifat ketertutupan operasi perkalian pada bilangan asli, untuk sifat asosiatif
dan komutatif operasi perkalian bilangan asli disusun aksioma berikut:

Aksioma 1.5: Dalam {N,x} berlaku sifat asosiatif. Jika a, b dan c sebarang tiga bilangan asli maka
berlaku (a x b) x c = a x (b x c).

Aksioma 1.6: Dalam {N,x} berlaku sifat komutatif. Jika a dan b sebarang dua bilangan asli maka
maka berlaku a x b = b x a

Berbeda dengan {N,+}, {N,x} mempunyai unsur identitas yaitu 1, karena sesuai dengan definisi
perkalian bilangan asli, untuk setiap bilangan a e N berlaku a x 1 = 1 x a = a. Tetapi walaupun
mempunyai unsur identitas (i = 1), hanya ada satu bilangan asli yang mempunyi invers. 1 x 1 = 1 = i.
Jadi {N,x} tidak memenuhi sifat invers.

1.1.4 Operasi pembagian
Definisi 1.8: Suatu bilangan asli r merupakan hasil bagi bilangan asli q terhadap bilangan asli p (ditulis
p : q = r) jika q x r= p

Sesuai dengan operasi pengurangan, operasi pembagian pada bilangan asli tidak berlaku sifat
tertutup, karena jika pembagi lebih dari bilangan yang dibagi hasil baginya bukan merupakan
bilangan asli lagi. Dengan demikian sesuai dengan opetrasi pengurangan, operasi pembagian pada
bilangan asli tidak bersifat tertutup. Jadi himpunan bilangan asli dengan operasi pembagiannya
bukan merupakan sistem.
Matematika 1a
4

Bagaimana dengan sifat asosiatif bilang asli? Selidiki!.

Dari {N,+} dan (N,x} dapat dibentuk sistem baru yaitu {N,x,+} yang di dalamnya beraku sifat
distributif Secara keseluruhan, sifat-sifat yang dimiliki {N,+,x} adalah:
1. komutatif :
p + q = q + p dan p x q = q x p untuk semua p, q e Z
2. assosiatif :
p + (q + r) = (p + q) + r dan p x (q x r) = (p x q) x r untuk semua p, q, r e Z
3. mempunyai unsur identitas perkalian
untuk semua p e Z, ada 1 e Z sahingga p x 1 = 1 x p = p
1 adalah unsur identitas perkalian
4. berlaku sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan
(p + q) . r = (p . r) + (q . r)
5. memenuhi hukum kanselasi:
Jika p, q, r e Z, r 0, dan pr = qr, maka p = q
Jika p, q, s e Z, s 0, dan p/s = q/s, maka p = q


1.2 Sistem Matematika Bilangan Bulat
Bersamaan dengan perkembangan zaman masyarakat memerlukan sistem bilangan supaya
dapat memenuhi keperluan lain, yaitu mengurangi dan membagi. Dengan demikian mereka
mempunyai tuntutan pekerjaan yang tidak sekedar berhitung tetapi hal lain yang lebih luas.
Pengurangan dua bilangan yang sama besar hasilnya tidak ada balam bilangan asli, karena itu perlu
lambang bilangan baru yaitu 0. Dengan adanya tambahan lambing 0 ini diperoleh himpunan baru
yang disebut himpunan bilangan cacah, dan dinyatakan dengan W = {0, 1, 2, 3, }
Perkembangan lebih lanjut muncul pertanyaan, bagai mana jika dalam suatu pengurangan
bilangan pengurangnya lebih dari bilangan yang dikurangi? Untuk menjawab ini muncul lambang
baru yang disebut bilangan negative, yaitu 1, 2, 3 .. Dengan demikian diperoleh himpunan baru
yang dinamakan himpunan bilangan bulat dan dinyatakan dengan Z = { ..3, 2, 1, 0, 1, 2, 3, ..}.
Karena perkembangan kehidupan manusia maka muncul permasalahan-permasalahan baru yang
diikuti perkembangan pola pikir manusia sehingga muncul bilangan rasional, bilangan irrasional dan
bilangan kompleks. Ketiga jenis bilangan ini dibahas pada bab lain.
Sekarang perhatikan himpunan semua bilangan bulat, yaitu Z = {.... -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...}.
Operasi penjumlahan pada himpunan Z bersifat tertutup, yaitu apabila a dan b dua bilangan bulat
sebarang maka hasil penjumlahan (a + b ter)masuk dalam Z. Oleh karena hasil kali dua bilangan bulat
sebarang merupakan suatu bilangan bulat pula maka operasi perkalian pada himpunan Z bersifat
tertutup pula. Jadi, himpunan semua bilangan bulat dengan operasi penjumlahan dan operasi
perkalian membentuk suatu sistem yang biasa disebut sistem bilangan bulat.
Suatu bilangan bulat dengan penjumlahan mempunyai unsur identitas, yaitu 0 (nol) sebab
untuk sebarang bilangan bulat a, berlaku a + 0 = 0 + a = a. Misalnya, 5 + 0 = 0 + 5 = 5, -7 + 0 = 0+ (-7) =
-7, 16 + 0 = 0 + 16 = 16, dan sebagainya. Secara umum, jika a suatu bilangan bulat maka -a juga suatu
bilangan bulat sedemikian hingga a + (-a) = (-a) + a = 0. Selanjutnya, -a disebut invers penjumlahan
(lawan) dari a. Hal ini dapat dikatakan bahwa setiap bilangan bulat memiliki tepat satu unsur invers
penjumlahan (lawan) yang termasuk dalam himpunan bilangan bulat.

Jadi semua sifat yang dimiliki {N,+,x} dimiliki pula oleh {Z,+,x}, bahkan {Z,+,x} mempunyai satu
kelebihan sifat, yaitu adanya unsur invers pada operasi penjumlahan.




Matematika 1a
5

1.2.1 Penjumlahan bilangan negatif
Contoh:
1. Hitunglah 9 +

4
(9 +

4) +

5 = 9 + (

4 +

5)
= 9 +

9 = 0
Terlihat bahwa

5 merupakan invers penjumlahan (9 +

4). Padahal

5 juga merupakan invers


5. Jadi 9 +

4 = 5.
2. Hitunglah 4 +

7
(4 +

7) + 3 = 4 + (

7 +3)
= 4 +

4 = 0
Terlihat bahwa 3 merupakan invers penjumlahan (4 +

7). Padahal

3 juga merupakan invers


3. Jadi 4 +

7.= -3
3. Hitunglah

6 + 5
(

6 + 5) + 1 =

6 + (5 + 1)
=

6 + 6 = 0
Terlihar bahwa 1 merupakan invers penjumlahan dari (

6 + 5). Padahal

1 juga merupakan
invers penjumlahan dari 1. Jadi (

6 + 5) = -1

1.2.2 Perkalian bilangan negatif
Contoh:
1. Hitunglah 2 x

3
(2 x

3) + 6 = (2 x

3) + (2 x 3)
= 2 x (

3 + 3)
= 2 x 0 = 0
Ini menunjukkan bahwa (2 x

3) merupakan invers penjumlahan 6. Padahal

6 + 6 = 0. Hal ini
menunjukkan pula bahwa

6 merupakan invers penjumlahan 6. Karena 6 hanya mempunyai


satu invers penjumlahan, maka 2 x

3 =

6
2. Hitunglah

2 x

3
(

2 x

3) +

6 = (

2 x

3) + (2 x

3)
= (

2 + 2) x

3
= 0 x

3 = 0
Ini menunjukkan bahwa (

2 x

3) merupakan invers penjumlahan

6. Padahal 6 juga
merupakan invers penjumlahan

6. Jadi

2 x

3 = 6
Berdasarkan contoh di atas bolehkah disimpulkan bahwa
Untuk sebarang bilangan bulat a dan b berlaku:

a x

b = a x b

1.2.3 Operasi Pengurangan
Definisi 1.9: Suatu bilangan bulat merupakan hasil pengurangan bilangan bulat q terhadap
bilangan bulat p (ditulis p q = r) jika r + q = p. (p q = r jika r + q = p)
Contoh:
1. 8 2 = 6 karena 6 + 2 = 8
2. 3 6 =

3 karena

3 + 6 = 3
3. Hitunglah 5

2
Misalkan 5

2 = p,
maka (berdasarkan definisi) p +

2 = 5
(p +

2) + 2 = 5 + 2 (hukum kanselasi)
P + (

2 + 2) = 7
p + 0 = 7
p = 7
Matematika 1a
6

4. Hitunglah 5

8
Misalkan 5

8 = p,
maka (berdasarkan definisi) p +

8 = 5
(p +

8) + 8 = 5 + 8 (hukum kanselasi)
P + (

8 + 8) = 13
p + 0 = 13
p = 13
Berdasarkan dua contoh terakhir di atas bolehkah disimpulkan bahwa
Untuk sebarang bilangan bulat a dan b berlaku:
a

b = a + b



Soal latihan
1. Apakah himpunan bilangan bulat dengan operasi pengurangannya merupakan grup
komutatif
2. Selidikki sifat-sifat yang dimiliki/tidak dimiliki himpunan bilangan bulat dengan operasi
pengurannya.
3. Untuk a, b, dan c e N, didefinisikan: aob = a + b 4.
Selidiki apakah operasi o pada bilangan bulat merupakan grup?
Selidiki sifat apa saja yang dimilikki opersi tersebut?
4. (idem soal no. 3) untuk operasi * = 2a + b +1
5. (idem soal no. 3) untuk operasi # = 2a b +1
6. (idem soal no. 3) untuk operasi & = 2a + bc 3

1.3 Sistem Matematika Bilangan Jam / Modulo
1.3.1 Jam empatan (J
4
)
Bilangan jam adalah bilangan yang banyak bilangannya terbatas. Bilangan jam empatan (J
4
)
berarti banyak bilangannya hanyaempat, yaitu 1, 2, 3, dan 4. Gambar 1.1 menunjukkan (J
4
). gambar
(a) menunjukkan 1, gambar (b) menunjukkan 3 dan gambar (c) menunjukkan 4









(a) (b) (c)
Gambar 1.1

Jika jarum diputar ke kanan berarti ditambah sedangkan jika diputar ke kiri berarti dikurangi.
1 + 2 = 3 (semula gb (a) menjadi gb (b)
3 +1 = 4 (semula gb (b) menjadi gb (c)
3 + 2 = 1 (semula gb (b) menjadi gb (a)
4 + 3 = 3 (semula gb (c) menjadi gb (b)
1 2 = 3 (semula gb (a) menjadi gb (b)
3 3 = 4 (semula gb (b) menjadi gb (c)
3 2 = 1 (semula gb (b) menjadi gb (a)
4 3 = 1 (semula gb (c) menjadi gb (a)
1
2
3
4
1
3
4 2
1
3
4
2
1
3
4 2
1
3
4
Matematika 1a
7

Berikut akan kita selidiki sifat-sifat yang dimiliki bilangan jam empatan (J
4
). Untuk
menyelidikinya tidak harus dari hal yang umum dulu, karena banyak elemen (unsur) dalam jam
empatan tidak tidak terbatas seperti halnya pada himpunan bilangan asli maupun bilangan bulat.
Banyak elemen pada J
4
hanya 4.

1.3.1.1 Penjumlahan
1 + 1 = 2 2 + 1 = 3 3 + 1= 4 4 + 1 = 1
1 + 2 = 3 2 + 2 = 4 3 + 2= 1 4 + 2 = 2
1 + 3 = 4 2 + 3 = 1 3 + 3= 2 4 + 3 = 3
1 + 4 = 1 2 + 4 = 2 3 + 4= 3 4 + 4 = 4

Dari table di atas terlihat bahwa operasi penjumlahan pada J
4
bersifat: tertutup dan komutatif. Jadi J
4

dengan operasi penjumlahannya merupakan sistema matematika yang berlaku sifat komutatif
Untuk menyelidiki berlaku tidaknya sifat asosiatifnya, cukup dengan memberikan satu
contoh saja (1 + 2) + 3 = 3 + 3 = 2 1 + (2 + 3) = 1 + 1 = 2 Terlihat pada {J
4
,+) berlaku sifat
asosiatif. Untuk menyelidiki elemen identitasnya kita perhatikan table penjumlahan di atas dan kita
tulis lagi sebagaiberikut:
1 + 1 = 2 2 + 1 = 3 3 + 1= 4 4 + 1 = 1
1 + 2 = 3 2 + 2 = 4 3 + 2= 1 4 + 2 = 2
1 + 3 = 4 2 + 3 = 1 3 + 3= 2 4 + 3 = 3
1 + 4 = 1 2 + 4 = 2 3 + 4= 3 4 + 4 = 4

setelah memperhatikan bilangan yang tertulis tebal dapat disimpulkan unsur identitas bilangan jam
empatan adalah bilangan 4.
Untuk mengetahui tentang elemen invernya kita perhatikan table penjumlahan dan kita tulis
lagi sebagai berikut:
1 + 1 = 2 2 + 1 = 3 3 + 1= 4 4 + 1 = 1
1 + 2 = 3 2 + 2 = 4 3 + 2= 1 4 + 2 = 2
1 + 3 = 4 2 + 3 = 1 3 + 3= 2 4 + 3 = 3
1 + 4 = 1 2 + 4 = 2 3 + 4= 3 4 + 4 = 4

Dengan memperhatikan bilangan yang tertulis tebal dapat kita ketahui invers dari setiap elemen
pada J
4
tersebut

1.3.1.2 Perkalian
Sesuai dengan operasi penjumlahan, kita buat table perkalian sebagi berikut.
1 x 1 = 1 2 x 1 = 2 3 x 1= 3 4 x 1 = 4
1 x 2 = 2 2 x 2 = 4 3 x 2= 2 4 x 2 = 4
1 x 3 = 3 2 x 3 = 2 3 x 3= 1 4 x 3 = 4
1 x 4 = 4 2 x 4 = 4 3 x 4= 4 4 x 4 = 4

Dari table tersebut terlihat bahwa dalam J
4
berlaku sifat-sifat: tertutup, komutatip, asosiatif adanya
elemen identitas dan invers.
Bagaimana dengan sifat distributif pekalian terhdap penjumlahan?
Bagaimana dengan sifat-sifat yang dimiliki pada operasi pengurangan?
Jelaskan (untuk latihan)


1.3.2 Jam limaan (J
5
)
Perhatikan himpunan bilangan jam limaan J
5
= {1, 2, 3, 4, 5}. Sesuai dengan pembahasan pada
jam empatan, kita buat tabel penjumlahannya Hasil penjumlahan bilangan jam limaan pada
himpunan jam limaan J
5
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Matematika 1a
8

Penjumlahan Bilangan Jam Limaan
+ 1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
2
3
4
5
1
3
4
5
1
2
4
5
1
2
3
5
1
2
3
4
1
2
3
4
5

Tampak pada tabel di atas bahwa hasil penjumlahan bilangan jam limaan pada himpunan J
5

selalu menjadi elemen dari J
5
pula. Hal ini menunjukkan bahwa penjumlahan pada J
5
bersifat
tertutup. Maka, himpunan bilangan jam limaan J
5
dengan operasi penjumlahan membentuk suatu
sistem.
Anda dengan mudah dapat menunjukkan bahwa sistem bilangan jam limaan dengan
penjumlahan memiliki sifat asosiatif dan sifat komutatif karena semua hasil operasi penjumlahan
telah tersusun dalam tabel, maka sifat ko-mutatif itu ditunjukkan oleh tabel yang simetris terhadap
diagonal yang dibuat dari kiri atas ke kanan bawah (diagonal utama).

Kolom terakhir dari tabel merupakan hasil-hasil dari
(1) 1 + 5 = 1,
(2) 2 + 5 = 2,
(3) 3 + 5 = 3,
(4) 4 + 5 = 4,
(5) 5 + 5 = 5
Sedangkan baris terakhir merupakan hasil-hasil dari :
(1) 5 + 1 = 1,
(2) 5 + 2 = 2,
(3) 5 + 3 = 3,
(4) 5 + 4 = 4,
(5) 5 + 5 = 5.

Ini berarti bahwa elemen identitas penjumlahan dari sistem tersebut adalah 5, dan elemen J
5
mempunyai invers penjumlahan yang termasuk dalam J
5
pula. Adanya elemen invers dan sifat
asosiatif pada operasi perkaliana serta sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan dipersilahkan
maha siswa menyelidikinya.

1.4 Sistem Matematika Bilangan Bulat Selain Penjumlahan dan Perkalian
Kita dapat membuat operasi baru pada bilangan bulat, misalnya operasi o (dibaca
bundaran) dengan aturan sebagai berikut.
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat maka a o b = a + b 2. Berdasarkan definisi (aturan) tersebut
apakah himpunan bilangan bulat dengan operasi o membentuk suatu sistem? Selanjutnya, kita akar
menyelidiki sifat-sifat yang dimiliki oleh bilangan bulat dengan operasi o tersebut.
Misalkan a, b, dan c adalah bilangan-bilangan bulat
a o b = a + b 2
b o a = b + a 2
Dari hasil operasi bundaran terlihat bahwa a + b 2 = b + a 2. Dengan demikian 0perasi >bundaran
untuk bilangan bulat berlaku sifat tertutup , jadi himpunan bilangan bulat dengan operasi o
membentuk suatu sistem.Selanjudnya kita selidiki sifat-sifat yang dimilikinya.
(a o b) o c = (a + b 2) o c
= (a + b 2) + c 2
= a + b 2 + c 2
= a + b + c 4
Matematika 1a
9

a o (b o c) = a o (b + c 2)
= a + (b + c 2) 2
= a + b + c 2 2
= a + b + c 4
Terlihat bahwa (a o b) o c = a o (b o c)
Jadi berlaku sifat asosiatif
Apakah himpunan semua bilangan bulat dengan operas o tersebut mempunyai elemen
identitas? Misalnya, sistem ini memiliki elemen identitas e maka apabila a suatu bilangan bulat
berlaku -a o i = a. Padahal (berdasarkan definisi) a o i = a + i 2. Berdasarkan dua persamaan terakhir
a + i 2 = a. Ini berarti bahwa i = 2. Jadi {Z,0} mempunyai elemen identitas. yaitu 2
Apakah setiap elemen dari sistem ini mempunyai invers terhadap operasi o ? Marilah hal ini
kita selidiki. Misalkan, a suatu bilangan bulat dan invers dari a adalah e maka berlaku a o e = i = 2 (2
adalah elemen identitasnya)
Berdasarkan definisi, a o e = a + e 2
Dari dua persamaan terakhir, a + e 2 = 2 e =

a + 4 e = 4 2
Jadi invers dari a adalah 4 2
Jadi, himpunan semua bilangan bulat dengan operasi o (bundaran) yang didefinisikan oleh a
o b = a + b 2 untuk setiap bilangan bulat a dan b membentuk suatu sistem yang memiliki sifat
asosiatif, sifat komutatif, elemen identitasnya 2 dan setiap bilangan bulat mempunyai invers.

Soal Latihan :
1. Selidiki apakan operasi berikut merupakan sebuah sistem matematika
a. p*q = a + ab + b
b. n*m = (n m)(m n)
c. p*q = 1/p + 1/q
d. n*m = 1/(p + q)
e. p*q = 1/(p + pq + q)
2. Diketahui Z
(-)
= bilangan bulat negative dan Z
(+)
= bilangan bulat positif. Buktikan pernyataan
berikut
a. Z
(-)
+ Z
(+)
= Z
(+)

b. Z
(-)
+ Z
(+)
= Z
(-)

c. Z
(-)
- Z
(+)
= Z
(-)

d. Z
(-)
- Z
(+)
= Z
(+)

e. Z
(-)
+ Z
(+)
= 0
3. Diketahui Z
(-)
= bilangan bulat negative dan Z
(+)
= bilangan bulat positif. Buktikan pernyataan
berikut
a. Z
(+)
x Z
(+)
= Z
(+)

b. Z
(-)
x Z
(+)
= Z
(-)

c. Z
(+)
x Z
(-)
= Z
(-)

d. Z
(-)
x Z
(-)
= Z
(+)

4. Apakah operasi bilangan jam berikut merupakan sebuah sistem matematika pada operasi
penjumlahan dan perkalian
a. jam limaan
b. jam enaman
c. jam dua belasan
Matematika 1a
10

BAB II
FPB, KPK DAN BILANGAN BERBASIS NON SEPULUH

2.1 Faktor Persekutuan Terbesar
Suatu bilangan bulat dibagi oleh bilangan bulat lain yang bukan nol, maka hasil baginya
adalah bilangan bulat atau bukan bilangan bulat. Jika 20 : 4, maka hasil baginya 5 (bilangan bulat) dan
jika 22 dibagi 4 hasilnya 5,5 (bukan bilangan bulat)

Definisi 2.1: Suatu bilangan bulat a habis dibagi bilangan bulat b 0 jika dan hanya jika ada
bilangan bulat c sehingga a = bc

Keterbagian tersebut dinotasikan b,a dan dibaca b membagi a, atau a habis dibagi b, atau a kelipatan
b, atau b faktor a
Contoh 1. 4,20 karena ada bilangan bulat 5 sehingga 12 = 4.5
2. Kelipatan 3 adalah 3,-3, 6, -6, 9, -9 .. dst karena 3,3, 3,-3. 3,6, 3,-6, .
3. Faktor 4 adalah 4, -4, 2,-2, 1, dan -1 karena 4,4, -4,4, 2,4, -2,4, 1,4, dan -1,4

Definisi 2.2 : Jika a,b e Z, a dan b tidak kedua-duanya bernilai nol, maka:
a. c e Z disebut factor persekutuan (common factor) dari a dan b jika c,a dan c,b.
b. c dinamakan FPB (greatest common factor) dari a dan b jika c bilangan bulat positif
terbesar sehingga c,a dan c,b. Ditulis (a,b) = c

Contoh : Tentukan FPB dari 12 dan 16
Jawab.
Faktor-faktor yang positif dari 12 adalah A = {1, 2, 3, 4, 6, 12}
Faktor-faktor yang positif dari 16 adalah B = {1, 2, 4, 8, 16}
Faktor-faktor persekutuan yang positif dari 12 dan 16 adalah A B = {1, 2, 4}
Jadi (12,16) = 4

2.2 Kelipatan Persekutuan Terbesar
Definisi 2.3 : Jika a, b e Z, a 0, dan b 0, maka:
a. c e Z disebut kelipatan persekutuan (common multiple) dari a dan b jika a,c dan
b,c.
b. c dinamakan KPK (greatest common multiple) dari a dan b jika c bilangan bulat
positif terkecil sehingga a,c dan b,c. Ditulis [a,b] = c

Contoh : Tentukan KPK dari 12 dan 16
Jawab.
Kelipatan 12 yang positif adalah A = {12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, 108, ..}
Kelipatan 16 yang positif adalah B = {16, 32, 48, 64, 80, 96, 112, ..}
Kelipatan persekutuan yang positif dari 12 dan 16 adalah A B = {48, 96, , }
Jadi [12,16] = 48

Definisi 2.4 : Bilangan prima adalah suatu bilangan asli lebih dari 1 yang tepat mempunyai dua
faktor positif n,n dan 1,4. Bilangan asli yang mempunyi faktor lebih dari satu disebut
bilangan komposit.

Untuk menentukan FPB dan KPK akan lebih mudah dengan menggunakan pohon faktor. Untuk ini,
masing-masing bilangan difaktorkan dalam faktor-faktor prima.


Matematika 1a
11

Contoh:
24 = 2
3
,3 36 = 2
2
.3
2
. Jadi (12,36) = 2
2
.3 dan [12,36] = 2
3
.3
2
.

ilustrasi pengerjaan dengan pohon faktor yaitu :

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa faktor-faktor bilangan dari
24 = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24
= 1, (1x2), (1x3), (1x2
2
), (1x2x3), (1x2
3
), (1x2
2
x3), (1x2
3
x3)
36 = 1, 2, 3, 4, 6, 9, 12, 19, 36
= 1, 2, 3, (1x2
2
), (1x2x3), (1x3
2
), (1x2
2
x3), (1x2x3
2
), (1x2
2
x3
2
)

sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa :
KPK dari 24 dan 36 adalah 1 x 2
3
x 3
2
= 1 x 8 x 9 = 72
FPB dari 24 dan 36 adalah 1 x 2 x 3 = 1 x 2 x 3 = 6

Terlihat bahwa faktor persekutuan terbesar (FPB) merupakan hasil kali faktor persekutuan prima
yang berpangkat kecil, sedangkan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) merupakan hasil kali factor
persekutuan prima yang berpangkat besar. Untuk lebih mudah mengingat; FPBesar.kecil
KPKecil.besar

Masalah: Mengapa FPBesar dipilih yang pangkat kecil ?
Sebaliknya KPKecil dipilih yang pangkat besar?

2.3 Bilangan berbasis non sepuluh
Bilangan yang kita kenal sekarang umumnya berbasis sepuluh. Bilangan ini disebut sistem
Hindu-Arab, karena sistem ini ditemukan oleh orang Hindu dan disempurnakan oleh orang Arab dan
diperkenalkan di benua eropa. Karena menggunakan bilangan dasar sepuluh, maka disebut pula
sistem decimal. Sistem bilangan berbasis sepuluh mempunyai sepuluh angka yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, dan 0; sedangkan system bilangan berbasis non sepuluh angka yang dipergunakan tidak
sepuluh.
Sistem bilangan berbasis tujuh mempunyai tujuh angka yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 0. Sistem
bilangan berbasis duabelas mempunyai duabelas angka yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, V, 0. Angka A
dan V berturut-turut menunjukkan nilai sepuluh dan sebelas (basis sepuluh).

Matematika 1a
12

2.3.1 Bilangan berbasis lima
Sistem bilangan berbasis lima mempunyai lima angka yaitu 1,2, 3, 4, 0. Lambang bilangan
berbasis lima, angka paling kanan menunjukkan satuan, angka kedua dari kanan menunjukkan
limaan, angka ketiga dari kanan menunjukkan lima limaan, angka keempat dari kanan menunjukkan
lima lima limaan.
Contoh: 42
5
= 4.5 + 2 = 22
10
304
5
= 3.5
2
+ 0.5 + 4 = 79
10

2143
5
= 2.5
3
+ 1.5
2
+ 4.5 + 3 = 298
10
3412
5
= ..? (untuk latihan)

Untuk mengubah bilangan berbasis sepuluh menjadi bilangan berbasis lima, bilangan tersebut dibagi
lima. Sisa pembagian pertama merupakan satuan, sisa pembagian kedua merupakan limaan, sisa
pembagian ketiga merupakan lima limaan, demikian seterusnya
Contoh: 79
10
= .? (basis 5)
79 : 5 = 15 sisa 4 298
10
= ..? (untuk latihan)
15 : 5 = 3 sisa 0
3 : 5 = 0 sisa 3
Jadi 79
10
= 304
5
.

a. Penjumlahan
Sesuai dengan penjumlahan yang sering kita lakukan pada bilangan decimal, pada
penjumlahan bilangan perbasis lima ini diawali dari menjumlahkan satuannya. Jika hasil
penjumlahan lebih dari empat, yang ditulis satuannya, sedangkan satu limaan ditambahkan pada
angka sekelah kirinya (limaan). Demikian pula untuk penjumlahan limaan. Jika hasil penjumlahan
lebih dari empat, yang ditulis kelebihannya (jika hasil penjumlahan 7 yang ditulis 3, jika hasil
penjumlahan 5 yang ditulis 0), sedangkan satu lima limaan ditambahkan pada lima limaan yang
berada diririnya. Demikian seterusnya untuk angka-angka sebelah kirinya.
Contoh:
42
5
2 satuan + 4 satuan = 6 satuan
304
5
= 1 limaan + 1 satuan
401
5
= 1.5 + 1
= 11
5

1 satuan ditulis di tempat satuan, sedangkan 1 limaan ditambahkan
pada 4 limaan pada bilangan pertama.
4 limaan + 1 limaan = 5 limaan + 0 limaan
= 1 lima limaan + 0 limaan
= 1.5
2
+ 0.5
0 limaan ditulis di tempat limaan (tempat kedua dari kanan), sedangkan 1 lima limaan ditambahkan
pada tempat lima limaan (tempat ketiga dari kanan). Karena bilangan pertama hanya ada dua angka,
maka ditambahkan pada bilangan kedua. Di tempat ketiga dari kanan pada bilangan kedua ada angka
3, yang berarti 3 lima limaan.
3 lima limaan + 1 lima limaan = 4 limaan limaan = 4.5
2

Jadi hasilnya adalah 4.5
2
+ 0.5 + 1.1 = 401
5
Jika masing-masing bilangan dijabarkan, penjumlahan tersebut demikian:
42 = 4.5 + 2.1
304 = 3.5
2
+ 0.5 + 4.1
3.5
2
+ 4.5 + (2+4).1 = 3.5
2
+ 4.5 + (5+1).1
= 3.5
2
+ 4.5 + (5.1 + 1.1)
= 3.5
2
+ (4.5 + 5.1) + 1.1
= 3.5
2
+ (4.5 + 1.5) + 1.1
= 3.5
2
+ 5.5 + 1.1
= 3.5
2
+ 1.5
2
+ 1.1
= 4.5
2
+ 0.5 + 1.1
= 401
Matematika 1a
13

b. Pengurangan
Pada dasarnya sama dengan penjumlahan sama. Jika satuan yang dikurangi kurang dari
pengurangnya, maka diambilkan pada limaan. Jika limaan yang dikurangi kurang dari limaan
penguranggya, maka diambilkan dari lima limaan. Demikian seterusnya.
Contoh: 304 = 3.5
2
+ 0.5 + 4.1 = 2.5
2
+ (5+0).5 + 4.1 = 2.5
2
+ 5.5 + 4.1
42 = 4.5 + 2.1 4.5 + 2.1
2.1 2.5
2
+ 1.5 + 2.1 = 215
5


2. Bilangan berbasis duabelas
Untuk membahas bilangan berbasis dua belas ini perlu dua lambang untuk menunjukkan
angka sepuluh dan angka sebelas. Misalnya kita pilih lambang A untuk angka sepuluh dan V untuk
angka sebelas. Jadi A = 10
10
dan V = 11
10

Contoh: 9
12
= 9
10

26
12
= 2.12

+ 6 = 24 + 6 = 30
10

V3
12
= 11.12 + 3 = 132 + 3 = 135
10

6V
12
= 6.12 + 11 = 72 + 11 = 83
10

50AA
12
= 5.12
3
+ 0.12
2
+ 10.12 + 11
= 1728 + 0 + 120 + 11 =1859
10


a. Penjumlahan
Contoh: Hitunglah V3
12
+ 6V
12

Jawab V3
12
+ 6V
12
= (11.12 + 3) + (6.12 + 11)
= (11 + 6).12 + (3 + 11)
= (12 + 5).12 + (12 + 2)
= 12.12 + (5.12 + 12) + 2
= 1.12
2
+ (6.+1).12 + 2
= 172
12
b. Pengurangan
Contoh: Hitunglah 50AA
12
6A4
Jawab: 50AA
12
= 5.12
3
+ 0.12
2
+ 10.12 + 11 = 4.12
3
+ 12.12
2
+ 10.12 + 11
6A4
12
= 6.12
2
+ 10.12 + 4 = 6.12
2
+ 10.12 + 4
= 4.12
3
+ 6.12
2
+ 0.12 + 7
= 4607
12



Soal Latihan :
1. Dengan menunjukkan faktor-faktor dari bilangan, tunjukkan cara menentukan FPB dari
bilangan berikut:
a. 12 dan 9
b. 10 dan 12
c. 36 dan 24
d. 12, 9 dan 24
e. 10, 18 dan 16
2. Dengan menunjukkan kelipatan dari bilangan, tunjukkan cara menentukan KPK dari bilangan
berikut:
a. 12 dan 9
b. 15 dan 12
c. 7 dan 8
d. 6, 7 dan 12
e. 5, 9 dan 15
Matematika 1a
14

3. Dengan menggunakan pohon faktor , tunjukkan cara menentukan FPB dari bilangan berikut:
a. 12 dan 9
b. 10 dan 12
c. 36 dan 24
d. 12, 9 dan 24
e. 10, 18 dan 16
4. Dengan menggunakan pohon faktor, tunjukkan cara menentukan KPK dari bilangan berikut:
a. 12 dan 9
b. 15 dan 12
c. 7 dan 8
d. 6, 7 dan 12
e. 5, 9 dan 15
5. Hitunglah penjumlahan bilangan basis non decimal berikut
a. 512
8
+ 367
8
=
b. 234
5
+ 123
5
=
c. 1+
12
+ 1+
12
=
d. 1101
2
+ 1001
2
=
e. 521
8


+ 231
5
+ 1011
2
=
6. Hitunglah pengurangan bilangan basis non decimal berikut
a. 531
8
346
8
=
b. 231
5
113
5
=
c. 1+
12
1+
12
=
d. 1111
2
1101
2
=
e. 521
8
213
5
1001
2
=
7. Hitunglah penjumlahan dan pengurangan berikut
a. (521
8


+ 211
5
) 1011
2
=
b. 521
8
(231
5
+ 101
2
) =

Matematika 1a
15

BAB III
BILANGAN RASIONAL, BILANGAN IRASIONAL DAN BILANGAN KOMPLEKS

Bada bab I telah kita bahas tentang bilangan bulat dan sekerang kita akan membahas
bilangan rasional dan irarional. Supay mempunyai banyangan secara menyeluruh tentang bilangan,
berikut ditunjukkan (diingatkan kembali) skema tentang bilangan, dan secara rinci bilangan tersebut
dibahas kemudian. Perhatikan skema bilangan berikut :




Dari skema di atas terlihat bahwa posisi bilangan rasional dan bilangan irasional berada pada
tingkat 3, sedangkan bilangan bulat, bilangan cacah, bilangan asli, bilangan genap/ganjil, dan
bilangan prima/komposit berturut-trut berada pada tingkat 4, 5, 6, 7 dan 8. Telah disinggung di bab I
bagaimana munculnya bilangan yang pertama kali (dinamakan bilangan asli), diikuti dengan bilangan
cacah dan bilangan bulat.
Kenyataan, sesudah berabad abad menggunakan bilangan bulat seiring dengan
perkembangan pengetahuan dan peradapan manusia, sangat diperlukan bilangan-bilangan di antara
0 dan 1, di antara 1 dan 2, di antara 2 dan 3 dan seterusnya. Berkaitan dengan hal tersebut para
matematisi menyadari perlunya merumuskan suatu bilangan kusus sesuai dengan kasus-kasus dalam
penyelesaian masalah sederhana: Tidak ada pengganti bilangan x sehingga kalimat berikut menjadi
benar
5 : 2 = x 17 : 3 = x 23 : 4 = x
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan bilangan baru yang menunjukan nilai x sehingga kalimat a :
b = x dengan a dan b bilangan cacah dan b 0 merupakan kalimat yang benar. Lambang yang
menggantikan x ditulis a/b, dibaca a per b dan dinamakan pecahan. Berkaitan dengan hal ini muncul
definisi berikut:

Matematika 1a
16

Definisi 3.1 Pecahan adalah suatu lambang yang memuat pasangan bilangan bulat a dan b (b 0)
dan ditulis a/b untuk menyatakan nilai x sehingga pernyataan (kalimat) a : b = x
menjadi benar.

Berdasarkan definisi tersebut tampak jelas bahwa 3 :5 = x dipenuhi oleh x = 3/5. Jadi 3 : 5 = 3/5.
Sesuai dengan hal tersebut ini dapat ditentukan bahwa:
12 : 5 = 12/5 3 :

8 = 3/

9 : 13 =

9/13

15 :

8 =

15/

8
Secara umum
a/b = c/d ad = cd

Definisi 3.2 Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan balam bentuk a/b yang mana a
dan b merupakan bilangan bulat dan b 0

Jika FPB (faktor persekutuan terbesar) dari a dan b sama dengan 1, (a,b) = 1, maka a/b
dinamakan pecahan sederhana. 7/11 adalah pecahan sederhana karena (7,11) = 1. 12/27 bukan
pecahan sederhana karena (12,27) = 3 1. Mengubah pecahan yang bukan sederhana menjadi
pecahan sederhana dinamakan menyederhanakan
Untuk mengubah pecahan yang tidak sederhana menjadi pecahan sederhana, dilaksanakan
dengan membagi pembilang a dan penyebut b dengan (a,b). Misalkan (a,b) 1 maka a/b bukan
pecahan sederhana dan [a/(a,b)]/[b/(a,b)] merupakan hasil penyederhanaan pecahan a/b. Sebagai
contoh untuk menyederhanakan pecahan 12/27 dapat dilaksanakan sebagai berikut:

12/27 = [12/(12,27)]/27/(12,27)]
= (12/3)/(27/3)
= 4/9

Telah kita bahas bahwa pecahan tadak sederhana dapat disederhanakan. Sebaliknya,
pecahan sederhana dapat dibuat tidag sederkana dengan mengalikan pembilang dan penyebutnya
dengan bilangan yang sama. Misalkan a/b adalah suatu pecahan yang sederhana, jika pembilang dan
penyebutnya dikalikan dengan c (c0), maka diperoleh pecahan baru ac/bc yang tidak sederhana
yaitu bc/sc dengan (ac,bc) = c. pecahan a/b dan ac/bc merupakan dua pecahan yang senilai
(mempunyai nilai yang sama). Selanjutnya didefinisikan:

Definisi 3.3 a/b = (ac)/(bc) untuk semua bilangan bulat a, b 0 dan c 0

3.1 Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Rasional
Bilangan rasional yang dinyatakan dalam bentuk pecahan dapat diartikan sebagai lambang
untuk menyatakan beberapa bagian dari sejumlah bagian yang sama. 1/5 berarti 1 bagian dari 5
bagian, 2/5 berarti 2 bagian dari 5 bagian, 3/5 berarti 3 bagian dari 5 bagian dan seterusnya. Dengan
demikian jelas bahwa 1/5 + 2/5 = (1+2)/5 = 3/5. Jadi jika 1/5 dianggap sebagai satu unit, maka 2/5
berarti 2 unit dan 3/5 berarti 3 unit. Jika penyebut dua bilangan rasional tidak sama kedua bilangan
tidak dapat dijumlahkan karena masing-masing bilangan tidak menunjuk pada unit yang sama.
2/3 tidak dapat dijumlahkan dengan 3/4 karena sebagai unit pada bilangan pertama 1/3
sedangkan pada bilangan kedua 1/4. Supaya kedua bilangan itu dapat dijumlahkan, masing-masing
harus dinyatakan dalam unit yang sama, yaitu 1/12. Jadi penjumlahan kedua bilangan itu dapat
dilaksanakan demikian:

2/3 + 3/4 = 8/12 + 9/12= (8+9)/12 = 17/12

Definisi 3.4 : - a/b + c/b = (a+c)/b - a/b + c/d = ad/bd + cb/db
- a/b c/b = (ac)/b - a/b c/d = ad/bd cb/db

Matematika 1a
17

Untuk operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan rasionl berlaku sifat-sifat berikut:
1. penjumlahan dan pengurangan bersifat tertutup.
2. penjumlahan bersifat komutatif.
3. penjumlahan bersifat sosiatif.
4. penjumlahan mempunyai unsur identitas 0.
5. setiap bilangan rasional mempunyai invers terhadap operasi penjumlahan.

3.2 Perkalian dan pembagian Bilangan Rasional
Perkalian dan pembagian dua bilangan rasional didefinisikan sebagai berikut:

Definisi 3.5 Jika a/b dan c/d adalah dua bilangan rasional, maka
- a/b x c/d = ac/bd
- a/b : c/d = ad/cd

Untuk operasi perkalian dan pembagian bilangan rasional berlaku sifat-sifat
1. perkalian bersifat tertutup
2. perkalian bersifat komutatif
3. perkalian bersifat asosiatif
4. perkalian mempunyai unsur identitas yaitu 1
5. setiap bilangan rasional (kecuali 0) mempunyai invers terhadap operasi perkalian.
6. perkalian dengan 0 hasilnya 0
7. perkalian bersifat distributif terhadap penjumlahan

3.3 Bilangan Desimal
Desimal artinya sepuluh (berasal dari bahasa latin decem), yang mana penggunaan kata ini
dipengaruhi oleh banyak jari tangan kanan dan kiri dan menandai banyak lambang dasar yang
disebut angka (digit). Sistem penulisan lambang bilangan decimal maksudnya penulisan lambing
bilangan berbasis sepuluh.
Lambang bilangan 0 s/d 9 sama dengan lambang angka, sedangkan lambang bilangan yang
lebih dari 9 dinyatakan sebagai suku-suku penjumlahan perpangkatan dari 10. dan bersifat posisional
dan penjumlahan. Untuk bilangan bulat, posisi angka paling kanan bernilai 1 (= 10
0
), posisi kirinya
(kedua dari kanan) bernilai 10 (=10
1
), posisi kirinya lagi (ketiga dari kanan) bernilai 100 (=10
2
), .. dan
seterusnya.
Jadi jika suatu bilangan bulat N = a
n
a
n-1
a
n-2
a
3
a
2
a
1
a
0
nilainya adalah a
n
x 10
n
+ a
n-1
x 10
n-1
+
a
n-2
x 10
n-2
+ . +a
3
x 10
3
+ a
2
x 10
2
+ a
1
x 10
1
+ a
0
x 10
0

Untuk bilangan positif yang kurang dari satu, posisi lambangnya berada di belakang koma.
Posisi pertama di belakang koma bernilai 1/10 (=10
1
), posisi kedua di kanan koma bernilai 1/100
(=10
2
), . dan seterusnya

Contoh : 253,04 = 2x100 + 5x10 + 3x1 + 0x1/10 + 4x1/100
= 200 + 50 + 3 + 0 + 1/25

Jika nilai bilangan tersebut harus dinyatakan dalam bentuk pecahan, maka masing-masing
suku harus ditulis dalam bentuk pecahan yang penyebutnya sama, yaitu

5000/25 + 1250/25 + 75/25 + 1/25 = 6376/25

Pada pecahan di atas nilai pembilang lebih dari nilai penyebut. Pecahan yang pembilang lebih dari
penyebut dinamakan pecahan tidak sejati, sedangkan pecahan yang pembilangnya kurang dari
penyebut dinamakan pecahan sejati. Pecahan tidak sejati dapat pula disebut pecahan campuran
dapat ditulis sebagai campuan antara bilanga bulat dan pecahan sejati.
Matematika 1a
18

Jika suatu pecahan dinyatakan dalam bentuk decimal mama banyak angka di belakang koma
terbatas atau tak terbatas tetapi berulang.
Contoh:
1. 3/4 = 0,75
2. 31/8 = 3,875
3. 20/6 = 3,333 ..
4. 74/55 = 1,3454545.. = 1,345

Contoh di atas menunjukkan bahwa pecahan decimal ada yang terbatas dan ada yang tidak terbatas.
Dua contoh pertama menunjukkan terbatas sedangkan dua contoh terakhir tidak terbatas tetapi
berulang. Ada pecahan yang tigak terbatas dan tidak berulang. Bilangan yang demikian disebut
bilangan irasional yang akan dibahas pada bagian akhir bab ini.
Jika contoh soaldiatas dibalik, yaitu mengubah pecahan desimal menjadi pecahan dalam
bentuk a/b dua contoh pertama tidak sukar, karena untuk bagian yang pecah (sebelah kanan koma)
cukup mebaginya dengan 100 (pada contoh pertama) dan membaginya dengan 1000 untuk contoh
kedua. Pada contoh ketiga dan keempat tidak semudah itu karena banyak angka di kanan koma tak
terhingga. Untuk mengubah contoh tiga menjadi bilangan dalam bentuk a/b, bilangan itu dimisalkan
x, kemudian dikalikan sepuluh.
Misalkan 3,3333.. = x, maka
10 x = 33,33333
x = 3,33333
9 x = 30,0. Jadi x = 30/9
Untuk lalihan, Ubahlah bilangan 1,345menjadi bilangan dengan bentuk a/b jika bilangan tersebut (a)
berbasis 10, (b) berbasis 6, dan (c) berbasis 8

3.4 Pembulatan dan bentuk baku
Jika bilangan pecah ditulis dalam bentuk decimal, maka banyak angka di belakang koma
berbeda-beda. Ada yang dua angka, tiga angka, enam angka dan sebagainya. Untuk menghindari
supaya angka di belakang koma tidak banyak dilakukan pembulatan (nilai pendekatan) dan ada
aturannya sebagai berikut:
1. pembulatan sampai persepuluhan terdekat berarti satu angka di belakang koma.
2. pembulatan sampai perseratusan terdekat berarti dua angka di belakang koma.
3. pembulatan sampai perseribuan terdekat berarti tiga angka di belakang koma .. dst.
4. jika angka di kanan angka pendekatan < 5, maka dibulatkan ke bawah, yaitu semua angka di
kanannya dihilangkan (dihapus). Contoh: 2,5364 = 2,536 (pendekatan perseribuan, atau
pembulatan tiga angka di belakang koma).
5. jika angka di kanan angka pendekatan > 5, maka dibulatkan ke atas, yaitu semua angka di
kanannya dihapus dan angka pendekatan ditambah satu. Contoh: 2,5364 = 2,5351 = 2,54
(pendekatan perseratusan atau dua angka di belakang koma).
Dalam penulisan bilangan, angka yang bernilai pendekatan (angka terakhir) pada bilangan tersebut
dinamakan angka penting, karena angka inilah yang menentukan sejauh mana penyimpangan nilai
yang tertulis dengan nilai sebenarnya

Contoh : 2,351 ditulis 2,4 terjadi penyimpangan
+
0,049
2,446 ditulis 2,4 terjadi penyimpangan

0,046
2,401 ditulis 2,4 terjadi penyimpangan

0,001
2,399 ditulis 2,4 terjadi penyimpangan
+
0,011

Terlihat dari empat contoh di atas semua (setelah dibulatkan) menunjukka bilangan yang sama,
padahal sebenarnya berbeda-beda. Perbedaan yang paling besar adalah pada contoh pertama dan
kedua, yaitu 0,095. Ini berarti pembulatan persepuluhan dapat mengakibatkan perbedaan
sepersepuluh.
Matematika 1a
19

Notasi ilmiah baku (bentuk baku) suatu bilangan adalah penulisan bilangan dengan cara
mengalikan bilangan b dengan perpangkatan n dari 10 yang mana 1 s ,b, < 10
Contoh : 0,4519 ditulis 0,5 x 10
1
.
0,00514 ditulis 0,5 x 10
2
.
7111942 ditulis 7,1 x 10
6
.

3.5 Bilangan Irasional
Telah kita ketahui bahwa bilangan rasional selalu dapat dinyatakan dalam decimal yang
banyak angka di belakang koma terbatas atau tidak terbatas tetapi berulang. Bilangan yang banyak
angka dibelakang koma tak terbatas dan tak berulang dinamakan bilangan irasional.
Contoh bilangan irasional:
1. 2,3759824097514 (dst, tak berulang) 3. \2 = 1,414214 .
2. 0,9763586192375 (dst, tak berulang) 4. \3 = 1,732050 ..

Bilangan irasional dapat ditunjukkan dengan panjang segmen garis sebagai berikut:
Jika panjang ruas garis AB = BC = CD = EF = satu satuan
panjang, panjang ruas garis DE = AD dan besar ukuran
ZABC = ZACD =Z ADE = ZEFA = 90
0
,maka panjang
ruas garis AC = \2 AD = \3 AE = \6 dan AF = \5.
Jelaskan mengapa demikian? Bagaimana menentukan
titik F?



Gambar 3.1
Soal : Gambarkan segmen garis yang panjangnya \31, \56 dan \90

3.6 Bilangan kompleks
Bilangan dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu bilangan nyata atau riel (real)
yaitu bilangan yang mencakup bilangan rasional dan bilangan irasional, sedangkan bilangan kayal
atau imajiner (imaginary) adalah bilangan yang satuannya \(
-
1) dan umumnya dinyatakan dengan
huruf i (yang maksudnya imajiner). Bilangan kompleks adalah bilangan yang berbentuk a + bi, yang
mana a dan b merupakan
bilangan nyata. Untuk mempermudah dalam memahami
bilangan kompleks, bilangan kompleks dipetakan pada
titik-titik dalam sistem koordinat kartesius siku-siku.
Bilangan kompleks a + bi (dalam bentuk persegi
panjang)ditunjukkan oleh titik yang mempunyai
koordinat (a,b), yaitu suatu titik yang berkoordinat x = a
dan y = b
Gambar 3-1 menunjukkan bahwa
titik A = 2 + 3i titik C =

4 2i
Gambar 3.2 titik B = 4 titik D =

6i
Karena i = \
-
1, maka i
2
= (\
-
1)
2
=

1.
Berikut beberapa contoh yang berkaitan dengan i.
. \
-
9 = \(9)(
-
1) = (\9)(\
-
1) = 3i
. \
-
12 = \(12)(
-1
1) = (2\3)(\
-
1) = 2\3i
. i
5
= (i
2
)
2
i = (
-
1)
2
i = i
. (\
-
9)(\
-
9) = \(
-
9)(
-
9) = \81 = 9 (salah)
. (\
-
9)(\
-
9) = (3i)(3i) = 9i
2
=

9 (benar)

A
B
C
D
E
F
.
A
.C
D.
.B
Matematika 1a
20

Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan kompleks
Jika a, b, c dan bilangan nyata, maka
. (a+bi) + (c+di) = (a+c) + (b+d)i
. (a+bi) (c+di) = (ac) + (bd)I

Contoh
1. Tentukan (2 + 6i) + (5 + 3i), kemudian gambar grafiknya
Secara aljabar. (2 + 6i) + (5 + 3i) = 7 + 9i
Secara grafik, dua bilangan kompleks masing-masing tersebut dinyatakan oleh titik P
1
dan P
2

seperti ditunjukkan pada gambar Gb. 3.2 (a) di dawah. Misalkan 2 + 6i dinyatakan dengan P
1

sedangkan 5 + 3i dinyatakan denh P
2
. Hubungkan P
1
dan P
2
dengan titik asal O. Jajaran genjang
lengkap dengan sisi-sisi yang berdekatan OP
1
dan OP
2
. Puncak P (titik 7 + 9i) menyatakan jumlah
dari dua bilangan kompleks yang diberikan.














Gambar 3-2


2. Tentukan, (-4 + 2i) (3 + 5i), kemudian gambar grafiknya
Secara aljabar. (-4 + 2i) (3 + 5i) = -7 3i
Secara grafik. (-4 + 2i) (3 + 5i) = (-4 + 2i) + (-3 5i). Kita sekarang memproses untuk menjumlah
(-4 + 2i) dengan (-3 5i).
Dua bilangan kompleks (-4 + 2i) dan (-3 5) masing-masing dinyatakan oleh titik P
1
dan P
2

sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 3.2(b) diatas. Hubungkan titik P
1
dan P
2
dengan titik asal
O. Jajaran genjang lengkap mempunyai sisi-sisi yang berdekatan OP
1
dan OP
2
. Puncak P (titik -7
3i) menyatakan pengurangan (-4 + 2i) (3 + 5i).
3. 4\3 +4i adalah bilangan kompleks dalam bentuk persegi panjang. Untuk mengubah bentuknya
menjadi dalam bentuk polar, ditentukan u dan r. u = tang
-1
(4/4\3) = 30
0
dan r = \[(4\3)
2
+ 4
2
)] =
8. Jadi 4\3 + 4i = 8(cos 30
0
+ i sin 30
0
). Gambarlah
4. 2 2i
u = tang
-1
(
-
2/2) = 315
0
dan r = \[2
2
+ (
-
2)
2
] = \8 = 2\2
Jadi 2 2i = 2\2(cos 315
0
+ i sin 315
0
).
Gambarlah

3.6.1 Bilangan Kompleks dalam Bentuk Polar
Jika koordinat titik-titik yang menunjukkan bilangan kompleks dinyatakan dalam system
koordinat polar, jarak titik terhadap pusat koordinat dinamakan modulo atau harga mutlak (bisa
disebut besar) bilangan kompleks, dan biasa dinyatakan dengan huruf r. Gambar 3-4 menunjukkan
bilangan kompleks
Matematika 1a
21

x + yi = r(cos u + i sin u)





Gambar 3-4
u dinamakan amplitudo atau argument bilangan nyata. Berdasarkan gambar3-4, tidak diragukan lagi
bahwa besar bilangan kompleks tersebut adalah


Contoh= r (cos + I sin )
Carilah bentuk polar tiap-tiap bilangan kompleks berikut.

1. 2 + 2i
Amplitudo atau argument,
0 1 1
45 1 tan
2
2
tan = = =


Modulo atau harga mutlak, 2 2 8 2 2 r
2 2
= = + =
Sehingga 2 + 2i
= ( )
0 0
45 sin i 45 cos 2 2 +
Gambar 3.5
2. i 3 1+
Amplitudo atau argumen,
0 1
60
2
1
cos = =


Medulo atau harga mutlak, 2 1 3 r = + =
Sehingga i 3 1+ = r (cos + i sin )
= 2 (cos 60
0
+ i sin 60
0
)

Gambar 3.6
3. -3 + 3i
= 180
0
45
0
= 135
0
, 2 3 9 9 r = + = ; maka ( )
0 0
135 sin i 135 cos 2 3 3i 3 + = +

4. i 3 1
= 180
0
+ 60
0
= 240
0
, 2 1 3 r = + = ; maka ( )
0 0
240 sin i 240 cos 2 i 3 1 + =
5. i 3
= 360
0
30
0
= 330
0
, 2 1 3 r = + = ; maka ( )
0 0
330 sin i 330 cos 2 i 3 + =






Gb. 3.7





r = \(x
2
+ y
2
)
Contoh 3 Contoh 4 Contoh 5
.(x,y)
O.
r
x
u
y
Matematika 1a
22

6. Tulislah bilangan kompleks berikut dalam bentuk persegi panjang (a + bi)
a) 2 (cos 30
0
+ i sin 30
0
) = i 3 i
2
1
3
2
1
2 + = |
.
|

\
|
+
b) 6 (cos 60
0
+ i sin 60
0
) = i 3 3 3 i 3
2
1
2
1
6 + = |
.
|

\
|
+
c) 10 (cos 45
0
+ i sin 45
0
) = i 2 5 2 5 i 2
2
1
2
2
1
10 + = |
.
|

\
|
+
d) 3 (cos 90
0
+ i sin 90
0
) = 3(0 + i) = 3i
e) 2 (cos 150
0
+ i sin 150
0
) = i 3 i
2
1
3
2
1
2 + = |
.
|

\
|
+
f) 8 (cos 240
0
+ i sin 240
0
) = i 3 4 4 i 3
2
1
2
1
8 = |
.
|

\
|

g) 6 (cos 315
0
+ i sin 315
0
) = i 2 3 2 3 i 2
2
1
2
2
1
6 =
|
.
|

\
|

h) 4 (cos 720
0
+ i sin 720
0
) = 4(cos 0
0
+ i sin 0
0
) = 4(1 + 0) = 4

Perkalian dan Pembagian Bilangan Kompleks
Jika a, b, c dan d bilangan nyata, maka
. (a + bi) x (c + di) = (ac bd) +(ad + bc)i
.
di c
bi a
+
+
=
di c
bi a
+
+
x
di c
di c

=
d d c c
i ad bc bd ac
. .
) ( ) (
+
+ +
=
dd cc
bd ac
+
+
+
dd cc
ad bc
+

i
. r
1
(cos u
1
+ i sin u
1
) x r
2
(cos u
2
+ i sin u
2
) = r
1
r
2
[cos(u
1
+ u
2
) + i sin(u
1
+ u
2
)]
. r
1
(cos u
1
+ i sin u
1
)/ r
2
(cos u
2
+ i sin u
2
) = (r
1 /
r
2
)[cos(u
1
- u
2
) + i sin(u
1
- u
2
)]

Contoh:
1. Tentukan perkalian berikut kemudian nyatakan dalam bentuk persegi panjang.
a) ( ) | | ( ) | | ( )
0 0 0 0 0 0
45 sin i 45 cos 12 25 cos i 25 cos 3 20 sin i cos20 4 + = + +
= i 2 6 2 6 i 2
2
1
2
2
1
12 + = |
.
|

\
|
+
b) ( ) | | ( ) | | ( )
0 0 0 0 0 0
60 sin i 210 cos 10 42 sin i 42 cos 5 sin18 i 18 cos 9 + = + +
= i 2 5 5 i 3
2
1
2
1
10 + = |
.
|

\
|
+
c) ( ) | | ( ) | | ( )
0 0 0 0 0 0
210 sin i 210 cos 18 130 sin i 130 cos 6 80 sin i 80 cos 3 + = + +
= i 9 3 9 i
2
1
3
2
1
18 = = |
.
|

\
|



2. Tentukan hasil perkalian berikut secara analitik dan grafik
a) ( )( ) 3i 3 i 3 + +
Analitik : ( )( ) 3i 2 6 3 i 3 i 3 3 3 3i 3 i 3 + = + = + +
Grafik : P
1
= ( )
0 0
30 sin i 30 cos 2 i 3 + = +
P
2
= ( ) dan , 120 sin i 120 cos 3 2 3i 3
0 0
+ = +
P = ( )
0 0
2 1
150 sin i 150 cos 3 4 .P P + =



Matematika 1a
23








Gambar. 3.8
[
3. Tentukan hasil pembagian berikut kemudian nyatakan dalam bentuk persegi panjang.
a)
( )
( )
( ) 2i 3 2 i
2
1
3
2
1
4 30 sin i 30 cos 4
24 sin i 24 cos 3
54 sin i 54 cos 12
0 0
0 0
0 0
+ = |
.
|

\
|
+ = + =
+
+

b)
( )
( )
( )
0 0
0 0
0 0
270 sin i 270 cos 2 2
315 sin i 315 cos 2
45 sin i 45 cos 2 4
+ =
+
+

= ( ) ( ) i 2 2 i 0 2 2 90 sin i 90 cos 2 2
0 0
= + = +
c)
i
i
+

1
3 2 2


2
3 2 3 2 2 2
1
1
.
1
3 2 2
=

+
i i
i
i
i
i

( ) ( ) . 3 1 3 1 i + =
Grafik (Gb 3.9) ( ). 300 sin 300 cos 4 3 2 2
0 0
1
i i P + = =
( ). 45 sin 45 cos 2
0 0
2
i P + = dan
( )
0 0
2
1
255 sin 255 cos 2 2 i
P
P
P + = =

Gambar. 3.9
3.6.2 Perpangkatan
Seperti halnya pada bilangan riel, perpangkatan sama halnya perkalian berulang, dan hukum-
hukum yang berlaku pada bilangan riel berlaku pula pada bilangan kompleks. Untuk menentukan
hasil perpangkatan bilangan kompleks lebih mudah jika dinyatakan dengan bentuk polar, karena
tinggal memangkatkan besarnya (harga mutlaknya) dan mengalikan amplitudonya.
Contoh:
1. [2(cos 30
0
+i sin 30
0
)]
5
= 2
5
[cos (5x30
0
) + i sin (5x30
0
)]
= 32(cos 150
0
+ i sin 150
0
)
Perlu diingat cos u = cos (u + k.360
0
), dan sin u = sin (u + k.360
0
) untuk k = bilangan bulat.
2. [(\3 + i)]
100
=[ \3 + i]
100
= [1(cos 30
0
+ i sin 30
0
)]
100

= 1
100
(cos 100x30
0
+ i sin 100x30
0
)
= cos 3000
0
+ i sin 3000
0
= Cos (120
0
+ 8.360
0
) + i sin (120
0
+ 8.360
0
)
Matematika 1a
24

= cos 120
0
+ i sin 120
0
= cos (180
0
-120
0
) + i sin (180
0
-120
0
)
= -cos 60
0
+ I sin 60
0
= - + \3i
Dipersilahkan menggambar bilangan yang dipangkatkan dan hasil perpangkatannya.
PANGKAT-PANGKAT BILANGAN KOMPLEKS
Tentukan pangkat yang ditunjukkan bilangan kompleks berikut dan nyatakan hasil-hasilnya ke
dalam bentuk empat persegi panjang
a) ( ) | | ( ) ( ) i i i i 8 3 8 3 16 30 sin 30 cos 4 15 sin 15 cos 4
2
1
2
1
0 0 2
2
0 0
+ = + = + = +
b) ( ) | | ( ) ( ) 81 0 1 81 180 sin 180 cos 3 45 sin 45 cos 3
0 0 4
4
0 0
= + = + = + i i i
c) ( ) | | ( )
0 0 6
6
0 0
480 sin 480 cos 2 45 sin 45 cos 2 i i + = +

= ( )
0 0
120 sin 120 cos 64 i +
( ) i i 3 32 32 3 64
2
1
2
1
+ = + =
d) ( ) ( ) ( ) i i i i = + = + = + 0 1 90 sin 90 cos 1 30 sin 30 cos
0 0 3
3
0 0

e) ( ) ( ) | | ( )
0 0
3
0 0 3
135 sin 135 cos 2 2 45 sin 45 cos 2 1 i i i + = + = +
( ) i i 2 2 2 2 2 2
2
1
2
1
+ = + =
f) ( ) ( ) | | ( )
0 0
4
0 0 4
180 sin 180 cos 4 45 sin 45 cos 2 1 i i i + = + = +
( ) ( ) 4 0 1 4 180 sin 180 cos 4
0 0
= + = + = i i
g) ( ) ( ) | |
0 0
100
0 0
100
2
1
2
1
3000 sin 3000 cos 30 sin 30 cos 1 3 i i i + = + = +
= i i 3 120 sin 120 cos
2
1
2
1
0 0
+ = +

3.6.3 Akar Bilangan Kompleks.
Perlu disadari bahwa satu bilangan kompleks dapat diberi lambang lebih dari satu dalam
bentuk polar. Karena cos u = cos (u + k.360
0
), dan sin u = sin (u + k.360
0
) untuk k = bilangan bulat.
Contoh: 2 2\3i = 2(cos 300
0
+i sin 300
0
) untuk k = 0
= 2(cos 660
0
+i sin 660
0
) untuk k = 1
= 2(cos 60
0
+ isin 60
0
) untuk k =

1
= 2(cos 420
0
+i sin 420
0
) untuk k = 2
Akibat perbedaan nilai k, banyak suatu bilangan sama dengan pangkat akar tersebut.
. akar pangkat dua suatu bilangan ada dua bilangan
. akar pangkat tiga suatu bilangan ada tiga bilangan
. akar pangkat empat suatu bilangan ada empat bilangan
.dan seterusnya.
Contoh:
1. .
3
\8 =
3
\8(cos 0
0
+ i sin 0
0
)
=
3
\8[cos (0
0
+ k.360
0
) + i sin (0
0
+ k.360
0
)]
= 2 cos [(k.360
0
)/3] + 2 sin [(k.360
0
)/3].
= 2 untuk = 0, 3, 6, 9,
= 2 (cos 120
0
+ i sin 120
0
) =

1 + \3i untuk k = 1, 4, 7. 10, .


= 2 (cos 240
0
+ i sin 240
0
) =

1 +

\3i untuk k = 2, 5, 8,

2.

( )
2
360 60
sin
2
360 60
cos 4 60 sin 60 cos 16
0 0 0 0
0 0
k
i
k
i
+
+
|
|
.
|

\
| +
= + (Gb. 3.9)
Matematika 1a
25

( ) ( )
0 0
1
30 sin 30 cos 4 0 i k z + = = = ( ) i i 2 3 2 3 4
2
1
2
1
+ = +
( ) ( )
0 0
2
210 sin 210 cos 4 1 i k z + = =
=
( ) i i 2 3 2 3 4
2
1
2
1
=

Z
2
(k = 2) = 4 (cos(780/2) + i sin (780/2) = 4 (cos 390 + I sin 390) = 4 (cos 30 + I sin 30)

= ( ) i
2
1
2
1
3 4 +
= i 2 3 2 +

Gambar. 3.9


3. ( )
5
360 50
sin
5
360 50
cos 2 50 sin 50 cos 32
0 0 0 0
5
0 0
k
i
k
i
+
+
|
|
.
|

\
| +
= + (Gb. 3.10)
( ) ( )
0 0
1
10 sin 10 cos 2 0 i k z + = =
( ) ( )
0 0
2
82 sin 82 cos 2 1 i k z + = =
( ) ( )
0 0
3
154 sin 154 cos 2 2 i k z + = =
( ) ( )
0 0
4
226 sin 226 cos 2 3 i k z + = =
( ) ( )
0 0
5
298 sin 298 cos 2 4 i k z + = =

Gamba. 3.10

Catatan bahwa akar-akar z
1
, z
2
, z
3
. z
4
, z
5
terletak pada suatu lingkaran yang jari-jarinya (2)
adalah modulo tiap-tiap bilangan kompleks dan sudutnya adalah
0
0
72
5
360
=



4. ( ) | |
|
|
.
|

\
| +
+
+
= + = =
3
360 0
sin
3
360 0
cos 2 0 sin 0 cos 8 8 8
0 0 0
0 0 3 3
1
3
1 k
i
k
i (Gb. 3.11)
( ) ( ) ( ) 2 0 1 2 0 sin 0 cos 2 0
0 0
1
= + = + = = i i k z
( ) ( ) ( ) i i i k z 3 1 3 2 120 sin 120 cos 2 1
2
1
2
1
0 0
2
+ = + = + = =
Matematika 1a
26

( ) ( ) ( ) i i i k z 3 1 3 2 240 sin 240 cos 2 2
2
1
2
1
0 0
3
= + = + = =

Gambar. 3.11

5. ( ) ( ) | |
3
360 180
sin
3
360 180
cos 180 sin 180 cos 1 1 1
0 0 0 0
0 0 3 3
1
3
1 k
i
k
i
+
+
+
= + = =
( ) i i k z 3 60 sin 60 cos 0
2
1
2
1
0 0
1
+ = + = =
( ) 1 180 sin 180 cos 1
0 0
2
= + = = i k z
( ) i i k z 3 300 sin 300 cos 2
2
1
2
1
0 0
3
= + = =


AKAR-AKAR BILANGAN KOMPLEKS
Perolehan semua akar-akar yang ditunjukkan (z
1
, z
2
dan seterusnya) dan dinyatakan secara grafik.

6. Carilah semua akar-akar yang ditunjukkan.
a. Keempat akar 1
b. Ketiga akar 1- i
c. Ketiga akar 8i
d. Keempat akar i 3 2 2 +
i. ( ) | |
4
360 0
sin
4
360 0
cos 0 sin 1 0 cos 1 1
0 0 0
0 0 4
1
4
1 k
i
k +
+
+
= + =

( ) 1 0 1 0 sin 0 cos 0
0 0
1
= + = + = = i i k z

( ) i i i k z = + = + = = 0 90 sin 90 cos 1
0 0
2


( ) 1 180 sin 180 cos 2
0 0
3
= + = = i k z

( ) 1 270 sin 270 cos 3
0 0
4
= + = = i k z
ii. ( ) ( ) | |
3
360 315
sin
3
360 315
2 315 sin 1 315 cos 2 1
0 0 0 0
6 0 0 3 / 1 3
1
k
i
k
i
+
+
+
= + =


( ) ( )
0 0 6
1
105 sin 105 cos 2 0 i k z + = =

( ) ( )
0 0 6
2
225 sin 225 cos 2 1 i k z + = =
( ) ( )
0 0 6
3
345 sin 345 cos 2 2 i k z + = =
Matematika 1a
27

iii. ( ) ( ) | |
|
|
.
|

\
| +
+
+
= + =
3
360 270
sin
3
360 270
cos 2 270 sin 1 270 cos 8 81
0 0 0 0
0 0 3 / 1 3
1
k
i
k

( ) ( ) ( ) i i i k z 2 0 2 90 sin 90 cos 2 0
0 0
1
= + = + = =
( ) ( ) ( ) i i i k z = = + = = 3 3 2 210 sin 210 cos 2 1
2
1
2
1
0 0
2

( ) ( ) ( ) i i i k z = = + = = 3 3 2 330 sin 330 cos 2 2
2
1
2
1
0 0
3

iv. ( ) ( ) | |
|
|
.
|

\
| +
+
+
= + = +
4
360 60
sin
4
360 60
cos 2 60 sin 1 60 cos 4 3 2 2
0 0 0 0
0 0
4 / 1
4
1
k
i
k
i

( ) ( )
0 0
1
15 sin 15 cos 2 0 i k z + = =
( ) ( )
0 0
2
105 sin 105 cos 2 1 i k z + = =
( ) ( )
0 0
3
195 sin 195 cos 2 2 i k z + = = ( ) ( )
0 0
4
285 sin 285 cos 2 3 i k z + = =






Soal Latihan
1. Gambarkan bilangan kompleks dalam bentuk persegi panjang berikut kemudian nyatakan
menjadi dalam bentuk polar
a.

2. Gambarkan bilangan kompleks dalam bentuk polar berikut kemudian nyatakan menjadi dalam
bentuk persegi panjang
a.

Matematika 1a
28

Anda mungkin juga menyukai