Anda di halaman 1dari 3

Pemikiran AuSubel dalam pembelajaran Matematika

1. Biografi Ausubel
David Paul Ausubel (1918-2008) merupakan salah seorang ahli psikologi
Amerika. Beliau telah memberi banyak sumbangan yang penting khususnya dalam
bidang psikologi pendidikan, sains kognitif dan juga pembelajaran pendidikan sains.
Ausubel dilahirkan pada 25 Oktober 1918 dan dibesarkan di Brooklyn, New York.
Beliau mendapat pendidikan di Universiti of Pennsylvania dan mendapat ijazah
kehormatan pada tahun 1939 dalam bidang psikologi. Kemudian Ausubel
menamatkan pelajarannya di sekolah perubatan di Universiti Middlesex. Beliau juga
telah berkhidmat dengan jabatan pertahanan US Public Health Service, dan telah
memperoleh M.A dan Ph.D dalam Psikologi Perkembangan dari Universiti Columbia
pada 1950.
Pada 1973, Ausubel membuat keputusan untuk terjun ke bidang akademik
dan menyertai latihan psikiatri. Sepanjang menjalani latihan psikaitri, Ausubel telah
menghasilkan berbagai judul buku dan artikel tentang psikiatri dan jurnal
psikologikal.

2. Teori Pembelajaran Ausubel


David Ausubel banyak mencurahkan perhatiannya pada pentingnya
mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna (meaningful
learning) dan belajar verbal yang dikenal dengan expository learning. Pandangan
Ausubel tentang belajar ini sangat bertentangan dengan ahli psikologi kognitif
lainnya, yaitu Bruner dan Piaget. Menurut Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh
pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsep-konsep, prinsip,
dan ide-ide yang disajikan pada siswa akan diterima oleh siswa. Suatu konsep
mempunyai arti bila sama dengan ide yang telah dimiliki, yang ada dalam struktur
kognitifnya Agar konsep¬konsep yang diajarkan menjadi bermakna, harus ada
sesuatu di dalam kesadaran siswa yang bisa disamakan. Sesuatu itu adalah “struktur
kognitif ’. Belajar bermakna adalah belajar yang disertai dengan pengertian. Belajar
bermakna akan terjadi apabila informasi yang baru diterima siswa mempunyai kaitan
erat dengan konsep yang sudah ada/diterima sebelumnya tersimpan pada struktur
kognitifnya.

3. Klasifikasi Belajar Ausubel dan Cara Pengajarannya Ausubel


Mengklasifikasikan makna belajar ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama
berhubungan dengan cara bagaimana informasi atau materi pelajaran disajikan kepada
siswa, apakah melalui penerimaan atau melalui penemuan. Belajar menurut dimensi
ini diperoleh melalui pemberian informasi dengan cara dikomunikasikan kepada
siswa. Belajar penerimaan dan menyajikan informasi itu dalam bentuk final, ataupun
dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
keseluruhan informasi yang harus diterimanya. Cara kedua berhubungan dengan
bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi yang diterima dengan struktur kognitif
yang sudah dimilikinya. Dalam hal ini siswa menghubungkan atau mengaitkan
informasi yang diterima dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, itulah yang
dikatakan belajar bermakna. Siswa dapat juga mencoba-coba menghapal informasi
baru tanpa menghubungkan dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya.
Kedua dimensi itu tidak menunjukkan dikotomi yang sederhana, tetapi lebih
merupakan suatu kontinum. Menurutnya, belajar penerimaan tidak sama dengan
belajar hapalan. Belajar penerimaan dapat dibuat bermakna, yaitu dengan cara
menjelaskan hubungan antara konsep-konsep. 25 Sehubungan dengan itu agar bahan
pelajaran mudah dipelajari, Ausubel (1963) berpendapat bahwa pengetahuan
diorganisasikan dalam ingatan seseorang secara hierarki. Oleh karena itu, ia
menyarankan supaya materi pelajaran disusun secara berurutan dari atas ke bawah,
dari yang paling inklusif/umum/ abstrak hingga yang paling spesifik (terinci);
pembelajaran harus berjalan dari yang paling umum dan inklusif hingga rinci, disertai
contoh yang khas. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar belajar
menjadibermakna. geberapa syarat/ strategi tersebut di antaranya adalah dengan
melakukan: advance organizer; progressive differentiation; integrative reconciliation;
dan consolidation.
a. Pengaturan awal (advance organizer). Pengaturan awal ini berisi konsep-
konsep atau ide-ide yang diberikan kepada siswa jauh sebelum materi
pelajaran yang sesungguhnya diberikan. Berdasarkan suatu penelitian,
pengaturan awal dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap berbagai
macam materi pelajaran. Pengaturan awal sangat berguna dalam mengajarkan
materi pelajaran yang sudah mempunyai struktur yang teratur (Melly Andriani
dan Mimi Hariyani, 2013: 20)
b. Progressive differentiation. Menurut Ausubel pengembangan konsep
berlangsung paling baik bila dimulai dengan cara menjelaskan terlebih dahulu
hal-hal yang umum terus sampai kepada hal-hal yang khusus dan rinci disertai
dengan pemberian contoh-contoh.
c. Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation). Guru menjelaskan dan
menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan
materi yang telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa. Dengan
demikian siswa akan mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan
dijelaskan tersebut.
d. Konsolidasi (consolidation). Guru memberikan pemantapan atas materi
pelajaran yang telah diberikan untuk memudahkan siswa memahami dan
mempelajari materi selanjutnya.

4. Penerapan Pemikiran Ausubel


Dalam perkembangannya belajar bermakna dapat diterapkan melalui berbagai
cara pengajaran, misalnya pengajaran dengan menggunakan peta konsep.Penerapan
peta konsep dalam pembelajaran dapat dilakukan untuk menguji dan mengetahui
penguasaan siswa terhadap pokok materi yang akan diberikan, serta untuk mengetahui
konsep esensial apa saja yang perlu diajarkan.Adapun cara pembelajarannya adalah
sebagai berikut.
a. Pilih suatu bacaan atau salah satu bab dari sebuah buku pelajaran.
b. Tentukan konsep-konsep yang relevan dari topik yang akan atau sudah
diajarkan.
c. Urutkan konsep-konsep tersebut dari yang paling inklusif ke yang paling tidak
inklusif berikut contoh-contohnya.
d. Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas dari konsep yang paling inklusif
ke konsep yang tidak inklusif secara berurutan dari atas ke bawah.
e. Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata sehingga menjadi sebuah peta
konsep. Contoh Penerapan Teori Ausubel dalam kasus Matematika: Dalam
belajar program linier, siswa yang belajar bermakna bisa mengkaitkannya
dengan materi menggambar grafik fungsi linear dan menyelesaikan
pertidaksamaan linear serta mampu menyelesaikan masalah sehari-hari yang
berkaitan dengan program linier. Dan sebaliknya apabila tidak bermakna,
maka siswa tidak bisa mengkaitkannya dengan materi sebelumnya dan tidak
mampu mengaplikasikannya.

Anda mungkin juga menyukai