DOSEN PENGAMPU:
NAHOR M. HUTAPEA, M. PD
OLEH:
KELAS:
3B PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS RIAU
2020
A. PENGERTIAN KBKM
Menurut B.Clark dalam Munandar (2009) berpikir adalah keadaan
berpikir rasional yang dapat diukur dan dapat dikembangkan dengan latihan
sadar dan sengaja. Maka tujuan berpikir adalah untuk menemukan
pemahaman atau pengertian yang dikehendaki. Ruggiero dalam Siswono
(2006) berpendapat bahwa berpikir merupakan aktivitas mental untuk
membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat
suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan. Hal ini menunjukkan
bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah,
ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia melakukan suatu aktivitas
berpikir.
Kreativitas merupakan suatu kemampuan menciptakan suatu produk
baru (Komarudin, 2011:279); ciptaan itu tidak perlu seluruh produknya harus
baru, mungkin saja gabungan atau kombinasinya, sedangkan unsur-unsurnya
sudah ada sebelumnya.
Sriraman dan Liljedahl (dalam, Aizikovitsh 2014) mendefenisikan
kreatifitas matematika dalam konteks sekolah sebagai tingkat proses yang
menghasilkan solusi kebaruan yang dapat diberikan pada permasalahan dan
atau menjadikan pendekatan lama menjadi baru. Chamberlain and Moon
(2005) menunjukkan bahwa siswa kreatif berbakat memiliki kemampuan
yang tidak biasa untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan solusi berguna
untuk masalah simulasi atau nyata, menggunakan model matematika. Lebih
jauh Chiu (2009) menghubungkan kreatifitas matematika siwa dengan
kemampuan menyelesaikan masalah rutin dan non rutin dan bahkan untuk
mendekati masalah terstruktur.
Menurut (Mann, 2005) menggambarkan bahwa kreatifitas
matematika itu seperti proses dari perumusan hipotesis mengenai penyebab
dan mempengaruhi dalam situasi matematika, menguji hipotesis dan
membuat modifikasi-modifikasi dan mengkomunikasikan hasil akhirnya.
Maka dapat kita ketahui bahwa berfikir kreatif matematik sebagai
kemampuan menmukan dan menyelesaikan masalah matematika yang
meliputi komponen-komponen: Kelancaran, Fleksibilitas, Elaborasi, dan
Keaslian.
Dwijanto (2007) menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika
perlu dikembangkan kemampuan berpikir kreatif matematik, yaitu
kemampuan untuk menyelesaikan masalah matematika secara kreatif.
Kemampuan berpikir kreatif matematik meliputi kemampuan untuk
menyelesaikan masalah dan atau membangun berpikir dalam struktur,
menyatakan pernyataan yang berbeda dengan logika deduktif yang biasa, dan
mengemukakan konsep yang umum untuk menyatukan hal yang penting
dalam matematika. Namun pengembangan kemampuan berpikir kreatif
matematik seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah, hal ini jelas
memerlukan ketekunan, latihan, dan pembinaan yang cukup panjang (lama)
dan berkesinambungan.
Kemampuan berpikir kreatif matematis yang dimaksud adalah
kemampuan mengemukakan ide-ide dalam menyelesaikan soal-soal
matematika. Munandar (2009) mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif
matematis adalah kemampuan dalam matematika yang meliputi empat
kriteria, antara lain kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), keaslian
(orisinalitas) dan kerincian (elaborasi).
Sriraman dan Liljedahl (dalam, Aizikovitsh 2014) mendefenisikan
kreatifitas matematika dalam konteks sekolah sebagai tingkat proses yang
menghasilkan solusi kebaruan yang dapat diberikan pada permasalahan dan
atau menjadikan pendekatan lama menjadi baru. Chamberlain and Moon
(2005) menunjukkan bahwa siswa kreatif berbakat memiliki kemampuan
yang tidak biasa untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan solusi berguna
untuk masalah simulasi atau nyata, menggunakan model matematika. Lebih
jauh Chiu (2009) menghubungkan kreatifitas matematika siwa dengan
kemampuan menyelesaikan masalah rutin dan non rutin dan bahkan untuk
mendekati masalah terstruktur.
Livne (2008) berpendapat bahwa berpikir kreatif matematis merujuk
pada kemampuan untuk menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru
terhadap masalah matematika yang bersifat terbuka. Dari dua definisi di atas,
dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis adalah
kemampuan menemukan solusi bervariasi yang bersifat baru terhadap
masalah matematika yang bersifat terbuka secara mudah dan fleksibel, namun
dapat diterima kebenarannya.
B. PENTINGNYA KBKM
Ghufron & Rini (2014: 101) mengemukakan bahwa kemampuan
berpikir kreatif memiliki perananan penting dalam kehidupan karena
kreativitas merupakan sumber kekuatan sumber daya manusia yang handal
untuk menggerakkan kemajuan manusia dalam hal penelusuran,
pengembangan, dan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dalam semua bidang usaha manusia.
Kemampuan berpikir kreatif diperlukan untuk mengembangkan diri manusia
dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari. Tanpa kemampuan berpikir kreatif, seseorang tidak akan menemukan
jawaban untuk mengatasi permasalahannya sehingga dimungkinkan tidak
akan pernah terjadi kemajuan dalam hidupnya.
Pentingnya Kemampuan berpikir kreatif matematis diungkapkan oleh
Pater (2012:39) bahwa “Student who are able to think creatively are able to
solve problem effectively” (Siswa yang mampu berpikir kreatif mampu
memecahkan masalah secara efektif). Agar dapat bersaing dalam dunia kerja
dan kehidupan pribadi, siswa harus memiliki kemapuan pemecahaan masalah
dan harus berfikir dengan kreatif. Oleh karean itu, kemampuan befikir kreatif
penting dikembangkan dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Pentingnya kemampuan berfikir kreatif dalam matematika
diungkapkan oleh Lunenburg (2011: 3) yang berpendapat bahwa “in the
minds of students thinking creatively, mathematical content is transformed
into mhathematical thinking”. (Pada pikiran siswa yang berpikir kreatif,
konten matematika diubah menjadi pemikiran matematis)
C. JENIS-JENIS KBKM
Siswono (2007) mengembangkan jenis berpikir kreratif matematika ini
terdiri dari yaitu :
1. Tingkat berpikir kreatif 4 (sangat kreatif),
2. Tingkat berpikir kreatif 3 (kreatif),
3. Tingkat berpikir kreatif 2 ( cukup kreatif),
4. Tingkat berpikir kreatif 1 (kurang kreatif),
5. Dan tingkat berpikir kreatif 0 (tidak kreatif).
Ada juga jenis kemampuan berfikir kreatif yang lain menurut Sumono
(2009)
1. Kemampuan berpikir lancar (fluency),
2. Kemampuan mengontrol diri (self eficacy)
3. Kemampuan berpikir orisinal (originality),
4. Kemampuan berpikir terperinci (elaboration).
D. INDIKATOR KBKM
Menurut Guilford (Herdian, 2010) indikator dari berpikir kreatif yaitu:
a. Kepekaan (problem sensitivity) adalah kemampuan mendeteksi
(mengenali dan memahami) serta menanggapi suatu pernyataan, situasi
dan masalah.
b. Kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan.
c. Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk mengemukakan
bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
d. Keaslian (originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan
dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan
orang.
e. Elaborasi (elaboration) adalah kemampuan menambah situasi atau
masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang
di dalamnya dapat berupa table, grafik, gambar, model, dan kata-kata.
Silver dalam Yuliana (2015: 168) menjelaskan bahwa untuk menilai
kemampuan berpikir kreatif anak dan orang dewasa dapat dilakukan dengan
menggunakan “The Torrance Test of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga
komponen yang digunakan untuk menilai kemampuan berpikir kreatif
melalui TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility) dan
kebaruan (novelty).
1. Kefasihan (fluency) adalah jika siswa mampu menyelesaikan masalah
matematika dengan beberapa alternatif jawaban (beragam) dan benar.
2. Fleksibilitas (flexibility) adalah jika siswa mampu menyelesaikan
masalah matematika dengan dengan cara yang berbeda.
3. Kebaruan (novelty) adalah jika siswa mampu menyelesaikan masalah
matematika dengan beberapa jawaban yang berbeda tetapi bernilai
benar dan satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh siswa pada
tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya.
Sedangkan Menurut Haerudin (2011: 289-290) indikator kemampuan
berpikir kreatif adalah sebagai berikut:
1. Berpikir lancar (Fluency)
Indikator: mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, atau
penyelesaian. Perilaku siswa:
a. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.
b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.
c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.
2. Berpikir luwes (Flexibility)
Indikator: mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang
bervariasi. Perilaku siswa:
a. Jika diberikan masalah biasanya memikirkan bermacam-macam
cara untuk menyelesaikannya.
b. Memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu masalah.
3. Berpikir orisinal (Originality)
Indikator: mampu memberikan gagasan yang baru dalam menyelesaikan
masalah atau memberikan jawaban yang lain dari yang sudah biasa dalam
menjawab suatu pernyataan. Perilaku siswa
a. Mampu membuat ungkapan yang baru dan unik.
b. Memilih cara berpikir lain dari pada yang lain.
4. Berpikir elaborasi (Elaboration)
Indikator: mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau
produk. Perilaku siswa:
a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.
b. Mengembangkan dan memperkaya gagasan yang telah ada.
E. RUBRIK KBKM
Menurut Hendiriani dan Sumarmo (2014), Rubrik Penilaian
Kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu :
1. Tentukan dua buah titik yang tidak mungkin dilalui oleh grafik fungsi
kuadrat 𝑓 (𝑥 ) = 𝑎𝑥 2 + 𝑏𝑥 + 𝑐.
2. Tentukan beberapa cara untuk menentukan sumbu simetri grafik fungsi
kuadrat 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 2 + 4𝑥
3. Tentukan titik balik fungsi kuadrat 𝑓(𝑥 ) = −𝑥 2 + 6𝑥 − 5 tanpa
menggunakan rumus, gambar, atau prosedur yang telah ada.
4. Fungsi kuadrat f mempunyai sumbu simetri garis 𝑥 = 2 dan mempunyai
titik balik maksimum. Tentukan dua buah titik yang mesti diketahui suapaya
dapat diperoleh tepat sebuah rumus fungsi kuadrat f.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono. (2009). Perbandingan peningkatan kemampuan berfikir kreatif dan
aplikasi matematika siswa pada pembelajaran Open-ended dengan
konvensional di sekolah menengah pertama.
King, F. J., Goodson, L., & Rohani, F. 2009. Higher Order Thinking Skills. In
Publication of the Educational Services Program, now known as the Center
for Advancement of Learning and Assessment. Obtido de:
www.cala.fsu.edu (pp. 1–177). Retrieved from
http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf (online)