Anda di halaman 1dari 8

CREATIVE THINKING (BERPIKIR KREATIF) DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA

Agustina Hariani Panjaitan, Edy Surya

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang kemampuan creative thinking


(berpikir kreatif), terutama dalam pembelajaran matematika. Artikel ini disajikan untuk
membahas tentang definisi berpikir kreaif, pendapat para ahli, ciri-ciri berpikir kreatif,
faktor yang mempengaruhi kreativitas, teori kreativitas, dan tahapan proses berpikir
kreatif, kutipan dan sitasi dari jurnal-jurnal nasional dan internasional yang bisa
digunakan sebagai referensi dalam memahami kemampuan creative thinking siswa
dalam pembelajaran matematika.

Definisi
Salah satu tujuan pendidikan adalah membuat anak berpikir kreatif baik untuk
memecahkan masalah maupun untuk bisa berkomunikasi atau menyampaikan
pemikiran mereka. Padahal, penerapan pembelajaran tidak mendorong siswa untuk
berpikir kreatif. Dua faktor yang menyebabkan pemikiran kreatif tidak berkembang
selama pendidikan adalah kurikulum yang pada umumnya dirancang dengan target
material yang luas, sehingga pendidik lebih fokus menyelesaikan materi daripada pada
metode pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif (Hasanah dan
Surya, 2017).
Dalam kemampuan berpikir kreatif, kreativitas adalah jalan menuju kemampuan
itu. Jika seseorang memiliki kreativitas tinggi maka itu membuktikan bahwa ia memiliki
kemampuan untuk berpikir kreatif. Seperti yang dinyatakan oleh Mardianto, kreativitas
adalah produk dari cara berpikir yang baik dan benar (Mardianto, 2012). Sedangkan
Munandar (1999) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan umum untuk
menciptakan sesuatu yang baru, karena kemampuan untuk memberikan ide baru yang
bisa diterapkan pada pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk mengetahui
hubungan antara unsur yang sudah ada.
Menurut Dahlan (dalam Nasution, 2015) kemampuan berpikir tingkat tinggi
matematika atau Mathematical Thinking terdiri dari kemampuan berpikir logis, kritis,
sistematis, analitis, kreatif, produktif, penalaran, koneksi, komunikasi, dan pemecahan
masalah matematis. Salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang perlu untuk
diberdayakan adalah kemampuan berpikir kreatif. Pengembangan kemampuan berpikir
kreatif merupakan salah satu fokus dalam pembelajaran matematika. Kemampuan
berpikir kreatif dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah matematika diantaranya pada
langkah perumusan, penafsiran, dan penyelsaian model atau perencanaan penyelesaian
masalah.
Menurut La Moma (2015) Berpikir kreatif dalam matematika dapat dipandang
sebagai orientasi atau disposisi tentang instruksi matematis, termasuk tugas penemuan
dan pemecahan masalah. Aktivitas tersebut dapat membawa siswa mengembangkan
pendekatan yang lebih kreatif dalam matematika. Tugas aktivitas tersebut dapat
digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal yang berkaitan
dengan dimensi kreativitas. Krutetskii mengatakan bahwa kreativitas identik dengan
keberbakatan matematika. Lebih lanjut, Krutetskii mengatakan kreativitas dalam
pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan dalam merumuskan masalah
matematika secara bebas, bersifat penemuan, dan baru. Ide-ide ini sejalan dengan ide-
ide seperti fleksibilitas dan kelancaran dalam membuat asosiasi baru dan menghasilkan
jawaban divergen yang berkaitan dengan kreativitas secara umum.
Menurut Nurmasari dkk (2014) Berpikir kreatif dalam matematika dan dalam
bidang lainnya merupakan bagian keterampilan hidup yang perlu dikembangkan
terutama dalam menghadapi era informasi dan suasana bersaing semakin ketat. Individu
yang diberi kesempatan berpikir kreatif akan tumbuh sehat dan mampu menghadapi
tantangan. Sebaliknya, individu yang tidak diperkenankan berpikir kreatif akan menjadi
frustrasi dan tidak puas. Pengembangan aktivitas kreatif tersebut adalah dengan
melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuandengan mengembangkan pemikiran
divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
Menurut James R. Evans: Kreativitas adalah keterampilan untuk menentukan
pertalian baru, melihat subjek perspektif baru, dan membentuk kombinasi-kombinasi
baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran.
Daniel Fasko (dalam Nehe dan dkk, 2017) menyatakan bahwa kemampuan
berpikir kreatif matematis adalah kemampuan berpikir tingkat matematis itu termasuk
dengan keaslian, elaborasi, kelenturan dan kefasihan. Karakteristik pemikiran kreatif
yaitu orisinalitas, elaborasi, kelancaran dan kelenturan. Agar kreativitas anak bisa
terwujud dibutuhkan mendorong individu (motivasi intrinsik) dan dorongan lingkungan
(motivasi ekstrinsik). Dari beberapa pernyataan di atas menyimpulkan bahwa untuk
memahami matematika membutuhkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil pemikiran
kreatif mendorong siswa untuk secara aktif terlibat dalam pembelajaran matematika
sekolah.
Semiawan (2002) menjelaskan bahwa Kreativitas adalah kemampuan untuk
memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Kreativitas meliputi baik ciri-ciri aptitude seperti kelancaran (fluency), keluwesan
(flexibility), dan keaslian (originality) dalam pemikiran, maupun ciri-ciri non aptitude,
seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari
pengalaman-pengalaman baru.
Menurut Munandar (2009)Kreativitas adalah kemampuan untuk mengkombi-
nasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional
anak kreatif.
Menurut Lindren (dalam Yamin, 2013) Berpikir kreatif yaitu memberikan
macam-macam kemungkinan jawaban atau pemecahan masalah berdasarkan informasi
yang diberikan dan mencetuskan banyak gagasan terhadap suatu persoalan.
Menurut Hamruni (2012), salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan
berpikir siswa adalah dengan menggalakkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memacu
proses berpikir. Dalam pengertian ini konsep masalah atau pertanyaan-pertanyaan
digunakan untuk memunculkan “budaya berpikir“ pada diri siswa.
Evans (dalam Siswono, 2008) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu
aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan yang terus menerus, sehingga
ditemukan kondisi yang “benar” atau sampai seseorang itu menyerah.
Menurut Siswono (2008) berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan dari
pemikiran yang tajam dengan intuisi, menggerakkan imajinasi, mengungkapkan (to
reveal) kemungkinan-kemungkinan baru, membuka selubung (unveil) ide-ide yang
menakjubkan dan inspirasi ide-ide yang tidak diharapkan.
Dalam KBBI, kreatif didefenisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau
proses timbulnya ide baru.
Pada intinya pengertian berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang untuk
menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam
bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi
dengan hal-hal yang sudah ada, dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada
sebelumnya. Sebenarnya, ada banyak pengertian kreativitas, misalnya ada yang
mengartikan kreativitas sebagai upaya melakukan aktivitas baru dan mengagumkan.

Ciri-ciri Kreativitas
Adapun ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif menurut Azhari (2013) antara lain meliputi:
1. Keterampilan berpikir lancar
a. Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan
b. Menghasilkan motivasi belajar
c. Arus pemikiran lancar
2. Keterampilan berpikir lentur (fleksibel)
a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam
b. Mampu mengubah cara atau pendekatan
c. Arah pemikiran yang berbeda
3. Keterampilan berpikir orisinil
a. Meberikan jawaban yang tidak lazim
b. Memberkan jawaban yang lain daripada yang lain
c. Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang
4. Keterampilan berpikir terperinci (elaborasi)
a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
b. Memperinci detail-detail
c. Memperluas suatu gagasan

Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas antara


lain:
a. Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan
banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran
berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.
b. Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah
ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat
suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah
yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan
atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir.
Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan
menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
c. Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan
menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi
sehingga menjadi lebih menarik.
d. Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau
kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.
Maka kreativitas merupakan kemampuan seseorang berfikir dan bertingkah laku.
Seseorang yang memiliki kreativitas atau kemampuan berfikir divergensi yang tinggi
tidak banyak kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu,
kreativitas yang didefinisikan para ahli selalu berkaitan dengan kemampuan berfikir
dan bertingkah laku.

Faktor yang mempengaruhi


Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat mendorong
terwujudnya kreativitas individu diantaranya:
a. dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)
b. dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)

Teori Kreativitas
Mackler dan Shontz (Semiawan, 1998) mengemukakan bahwa dalam studi
kreativitas ada 6 (enam) teori pokok kreativitas, yaitu :
1. Teori Psikoanalisis. 4. Teori Eksistensial
2. Teori Assosiasionistik 5. Teori Interpersonal.
3. Teori Gestalt 6. Teori Trait
Sehubungan degan teori kreativitas di atas, Sunarti, dkk (2001) mengemukakan
mengenai deskripsi singkat tentang teori kreativitas tersebut yang antara lain sebagai
berikut :
1. Teori Psikoanalisis.
Teori psikoanalisis dikembangkan oleh Freud dengan konsep sublimasi sebagai
titik tolaknya. Kemampuan sublimasi merupakan kemampuan merubah tujuan seksual
asli menjadi tujuan lain. Perbedaan individu dapat terjadi karena kekuatan instink
seksual dan kemampuan sublimasi tersebut. Menurut Freud dalam upaya mengadaptasi
kesukaran hidup terdapat tiga alat/cara yang dapat ditempuh yaitu : (1) peralihan minat
yang sangat kuat, (2) gratifikasi sunstantif, dan (3) substansi yang memabukkan.
Kreativitas dalam hal ini dipandang sebagai pengganti yaitu alat yang dapat melepaskan
diri dari kesukaran sehingga dapat mencapai berbagai tingkat kepuasaan dalam waktu
yang terbatas.
2. Teori Assosiasionistik.
Teori assosiasionistik berkenaan dengan kreativitas yang dipelopori oleh Ribot
yang merupakan pelopor assosiasionist. Assosiasionist menunjukkan pada pertautan
dalam proses mental sehingga suatu proses cenderung menimbulkan proses mental
lainnya. Menurut teori assosiasionistik, dalam proses berfikir kreatif, berfikir analogis
memainkan peranan penting.
3. Teori Gestalt.
Teori gestalt memfokuskan perhatiannya terhadap proses terjadinya persepsi dan
pengertian pada manusia. Teori ini mengemukakan bahwa pengalaman manusia
berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Manusia mengamati stimulus
dalam keseluruhan yang terorganisir, bukan dalam bagian-bagian yang terpisah.
4. Teori Eksistensial.
Teori eksistensial menjelaskan bahwa pribadi kreatif dalam momen-momen
kreatifnya. Teori eksistensial tidak mencoba mengurangi keseluruhan menjadi segmen-
segmen dan menjelaskan proses secara keseluruhan. Jika teori Gestalt memberikan
konsep kekuatan medan, struktur, gestalt dan vektor-vektor, maka teori eksistensial
hanya memberikan konsep encounter (pertemuan).
5. Teori Interpersonal.
Teori interpersonal memandang kreativitas menekankan pada creator sebagai innovator
dan orang lain yang mengenal dan mengakui kreasinya. Dengan kata lain teori ini
memandang penting arti nilai dalam karya kreatif, karena nilai mengimplikasikan
pengakuan dan kontrol sosial.
6. Teori Trait.
Karakteristik pada individu yang dapat diteliti melalui suatu pendekatan yang
menekankan pada perbedaan individual. Guilford menjelaskan bahwa trait utama pada
manusia berkaitan dengan kreativitas. Trait tersebut mencakup antara lain: sensitivitas
terhadap masalah, kelancaran berfikir, keluwesan berfikir, orisanalitas berfikir,
redefinisi dan elaborasi.

Tahapan proses berpikir kreatif


Menurut Cropley (1999), terdapat tiga tahapan perkembangan kreativitas
diantaranya:
1. tahap prekonvensional
2. tahap konvensional
3. tahap poskonvensional
Agar seseorang menjadi kreatif dapat melakukan langkah-langkah
1. berpikir di luar kerangka masalah, dapat bersifat terbuka terhadap observasi dan
pemikiran baru, walaupun terlihat aneh pada awalnya
2. mengenali kapan asumsi harus dibuat dan saat tidak boleh menggunakan asumsi.
3. berpikir picik dan memperluas bidang visi.
4. Mengembangkan dan menyesuaikan ide-ide lebih dari satu sumber.
5. practice serendipity (menemukan suatu keterangan yang bernilai secara tidak
sengaja pada saat mencari suatu yang lain.
6. teknologi menransfer, dll
DAFTAR PUSTAKA
Azhari. (2013). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Melalui
Pendekatan Konstruktivisme Di Kelas VII Sekolag Menengah Pertama (SMP)
Negeri 2 Banyuasin III. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 7, No.2.
Hamruni. 2012. Strategi pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.
Hasanah, M., dan Surya, E. 2017. Differences in the Abilities of Creative Thinking and
Problem Solving of Students in Mathematics by Using Cooperative Learning
and Learning of Problem Solving. International Journal of Sciences: Basic and
Applied Research (IJSBAR)(2017) Volume 34, No 1.
La Moma. (2015). Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Untuk Siswa SMP. Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika. Vol. 4,
No. 1.
Munandar, U. 2009. Perkembangan Kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution, P. R., Surya, E. dan Syahputra, E. Perbedaan Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa pada Pembelajaran
Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional di SMPN 4
Padangsidempuan. Jurnal Paradikma, Vol. 8, Nomor 3, Desember 2015.
Nehe, M., Surya, E., Syahputra, E. 2017. Creative Thinking Ability to Solving Equation
and Nonequation of Linear Single Variable in VII Grade Junior High School.
IJARIIE: Vol-3 Issue-2 2017.
Nurmasari, N., Kusmayadi, A, T., Riyadi. (2014). Analisis Berpikir Kreatif Siswa
Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Pada Materi Peluang Ditinjau Dari
Gender Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kota BanjarBaru. Jurnal
Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol. 2, No. 4.
Semiawan, R. C. 1998. Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Semiawan, R. C. 2002. Belajar dan pembelajaran dalam taraf usia dini. Jakarta: PT Ikrar
Mandiri Abadi.
Sunarti, Kustiah, dkk. 2001. Psikologi Perkembangan II. Makassar: FIP UNM
Yamin, Martinis. Strategi dan metode dalam model pembelajaran. Jakarta: GP Press
Group

Anda mungkin juga menyukai