PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam
memori. Ini sering dilakukanuntuk membentuk konsep, bernalar dan berpikir kritis, membuat
keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah. Siswa dapat berpikir tentang hal-hal yang
konkret, seperti liburan ke pantai atau cara menang dalam permainan video game, atau apabila
mreka sudah di usia sekolah menengah, mereka bisa berfikir tentang hal-hal yang lebih abstrak,
seperti makna kebebasanatau identitas. Mereka dapat berpikir tentang masa lalu (seperti apa
yang terjadi pada mereka bulan lalu), dan masa depan (seperti apa kehidupan mereka nanti di
tahun 2020). Mereka dapat memikirkan realitas (seperti bgaimana ujian besok dengan lebih baik)
dan rantasi (seperti apa rasanya menjadi Ayu Tingting, Dian Sastro, atau tokoh politik seperti
Jusuf Kalla atau naik pesawat luar angkasa ke Mars)
Proses berpikir berkaitan dengan tingkah laku dan memerlukan ke-terlibatan aktif
pemikirnya. Produk berpikir seperti pikiran, pengetahuan, alasan, serta proses yang lebih tinggi
seperti penilaian dapat juga dihasil-kan. Kaitan kompleks dikembangkan melalui berpikir ketika
digunakan sebagai bukti dari waktu ke waktu. Kaitan ini dapat dihubungkan pada struktur yang
terorganisasi dan diekspresikan oleh pemikir dalam beragam cara. Jadi definisi ini menunjukkan
bahwa berpikir merupakan suatu upa-ya kompleks dan reflektif dan juga pengalaman kreatif.
Kemampuan berpikir inilah yang merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran
siswa. Kemampuan berpikir seseorang dapat dikem-bangkan melalui belajar, bertanya terus pada
diri sendiri, memiliki ke-inginan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berkemauan memanfa-
atkan sesuatu yang ada di sekitar, sehingga menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya
maupun bagi orang lain. Kemampuan berpikir ini dimungkinkan untuk berkembang karena
manusia memiliki rasa ingin ta-hu yang selalu terus berkembang. Berarti keterampilan berpikir
setiap orang akan selalu berkembang dan dapat dipelajari. Depdiknas (2003a) menegaskan salah
satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembang-kan melalui proses pendidikan adalah
keterampilan berpikir. Berarti hal ini menunjukkan bahwa seseorang untuk dapat berhasil dalam
kehidupan-nya antara lain ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama dalam upaya
memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya.
Literatur baru tentang berpikir menyajikan daftar ganda tentang proses kognitif yang dapat
dipertimbangkan sebagai keterampilan berpi-kir. Beyer menekankan pentingnya mendefinisikan
keterampilan secara akurat dan menyarankan untuk mere-view kerja para peneliti seperti Blo-om,
Guilford, dan Feuerstein untuk menemukan definisi yang bermakna tentang berpikir. Agar tidak
bingung membedakan proses seperti inkuiri dan mengingat sederhana. Beyer konsisten dengan
para peneliti sebelum-nya tentang proses kognitif, untuk membedakan keterampilan berpikir
tingkat rendah, dan keterampilan berpikir kompleks. Sebagai contoh, ada perbedaan besar antara
mendapatkan contoh identik dari insekta tertentu dengan menemukan perbedaan dari insekta
yang sama. Tugas yang perta-ma melibatkan proses dasar mengidentifikasi dan membandingkan.
Se-dangkan tugas satunya lagi memerlukan tahap yang kompleks, canggih, berulang dan
berurutan dari pemecahan masalah.
Rumusan Masalah
Dalam makalah yang kami bahas ini, kami akan mengajukan beberapa rumusan masalah yang
berkaitan dengan proses kognitif kompleks diantaranya
1. Apa itu berpikir dan berpikir kreatif?
3. Bagaimana Pemikiran Kritis ?
4. Proses Membuat Keputusan?
BAB II
PEMBAHASAN
D. Pembuatan Keputusan
Renungkan keputusan yang telah anda perbuat sepanjang hidup anda. Kelas berapa dan
materi apa yang harus saya ajarkan? Haruskah saya melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi
setelah lulus kuliah atau langsung cari kerja dahulu? Haruskah saya meniti karier sebelum
berkeluarga? Haruskah saya membeli rumah atau menyewa saja?. Pembuatan keputusan adalah
pemikiran dimana indibidu mengevaluasi berbagai pilihan dan memutuskan pilihan dari sekian
banyak pilihan tersebut.
Dalam penalaran deduktif, orang menggunakan kaidah yagn jelas untuk mengambil
kesimpulan. Sebaliknya saat kita membuat keputusan, kaidahnya jarang yang jelas dan kita
mungkin hanya punya pengetahuan terbatas tentang konsekuensi dari keputusan itu (Gigenrenzer
& Selton, 2001; Tversky & Fox, 1995). Selain itu, informasi penting mungkin tidak tersedia dan
kita mungkin tidak bisa mempercayai semua informasi yang kita punya (Martlin, 2002)
Dalam sebuah tipe pembuatan keputusan, investigator mempelajarai cara orang
mempertimbangkan biaya dan manfaat dari berbagai hasil keputusan. Mereka menemukan
bahwa orang memilih hasil dengan nilai yang diharapkan tetinggi (Smyth, dkk, 1994). Misalnya,
dalam memilih universitas, seorang anak SMA mungkin mendaftar plus-minus dari berbagai
universitas yang berhubungan dengan beberapa faktor seperti biaya, mutu pendidikan, kehidupan
sosial, dan lain sebagainya). Kemudian membuat keputusan berdasarkan bagaimana universitas
itu memenuhi kriteria yang dipilihnya. Dalam membuat keputusan, mungkin murid lebih
mempertimbangkan beberapa faktor ketimbang faktor lainnya(misalnya faktor biaya lebih
diperhatikan ketimbang mutu pendidikan dan kehidupan sosial)
Hasil ridet pembbuat keputusan lain menunjukkan adanya bias dan kaidah yang tidak
sempurna yang memenuhi mutu keputusan. Dalam banyak kasus, strategi pembuatan keputusan
diadaptasikan agar sesuai dengan berbagai peroblem (Nisbett & Ross, 1980). Akan tetapi kita
cendrung membuat sejumlah kesalahan dalam pemikiran kita (Stanovich, 1999, 2001).
Kesalahan yang biasa terjadi dipenuhi oleh bias konfirmasi, kekerasan lama, bias terlalu percaya
diri, bias hindsight, serta ketersediaan dan keterwakilan heruistik.
Membuat keputusan melibatkan aktivitas seperti menggunakan pro-ses berpikir dasar
untuk memilih respons terbaik diantara beberapa pilih-an, merakit informasi yang diperlukan
dalam satu topik area, memban-dingkan keuntungan dan kerugian dari berbagai pendekatan
alternatif, me-nentukan informasi tambahan yang diperlukan, menilai respons yang pa-ling
efektif dan mampu mengujinya.
Keputusan yang dilakukan anak-anak dipengaruhi oleh pola pendi-dikan yang diperoleh
anak. Karena itu perlu diberikan perhatian yang be-sar terhadap lingkungan anak, perkembangan,
perlakuan dan pola asuh. Karena anak-anak inilah yang nantinya akan menjalani kehidupan di
ma-syarakat. Hal lain yang tidak kalah penting adalah memperkuat kepribadi-an melalui
pendidikan yang tepat sejak dini.
Secara sederhana pengambilan keputusan merupakan peristiwa yang senantiasa terjadi
dalam setiap aspek kehidupan manusia. Hal ter-sebut sebagai konsekuensi logis dari dinamika
perkembangan kehidupan yang senantiasa berubah dan bersifat sangat kompleks. Dalam konteks
ini, proses pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk respon manu-sia terhadap
lingkungannya. Keputusan yang diambil oleh manusia akan menjadi awal bagi penentuan
kehidupan selanjutnya.
Luthans dan Davis (1996) mengemukakan bahwa, decision making is almost universally
defined as choosing between alternatives. Artinya, bahwa secara umum pengertian dari
pengambilan keputusan adalah me-milih di antara berbagai alternatif. Pengertian ini diperkuat
oleh Garry Deslerr (2001) yang mengatakan bahwa,decision is a choice made bet-ween available
alternatives. Ditinjau dari sudut pandang lain dinyatakan pula bahwa, decision making is the
process of developing and analyzing alternatives and choosing from among them.
Hay dan Miskel (1982) menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan siklus
kegiatan yang melibatkan pemikiran rasional baik se-cara individu maupun kelompok dalam
semua tingkat dan bentuk organi-sasi. Pendapat ini menyebutkan pemikiran rasional sebagai hal
yang pen-ting. Pemikiran yang rasional merupakan landasan dalam membuat kepu-tusan, karena
pilihan terhadap berbagai alternatif yang tersedia didasarkan pada pertimbangan plusminus, atau
manfaat dan konsekuensi yang me-nyertai setiap pilihan. Setiap pilihan memiliki konsekuensi.
Dan rasio-nalitas berperan utama dalam menemukan konsekuensi tersebut sebelum keputusan
diimplementasikan.
Dari beberapa pengertian yang disebutkan di atas, terdapat satu kata kunci yang penting
untuk memahami makna pengambilan keputusan yak-ni memilih (choice). Memilih berarti
menentukan satu hal dari beberapa hal yang ada atau tersedia. Sesuatu yang dipilih ditentukan
oleh pertim-bangan selera dan rasionalitas individu (Simon, 1997). Biasanya, selera dan
rasionalitas tersebut merujuk pada hal-hal yang menyenangkan atau menguntungkan individu
dan masyarakat.
Pemecahan masalah dapat dilakukan melalui dua metode yang ber-beda, yaitu analitis
dan kreatif. Tahapan pemecahan masalah secara anali-tis dilakukan melalui beberapa langkah,
yaitu (1) mendefinisikan masalah; (2) membuat akternatif pemecahan masalah; (3) evaluasi alter-
natif peme-cahan masalah; dan (4) solusi dan tindak lanjut. Mendefinisikan masalah adalah
langkah pertama yang perlu dila-kukan dalam metode analitis adalah mendefinisikan masalah
yang terjadi. Pada tahap ini, dilakukan diagnosis terhadap sebuah situasi, peristiwa atau kejadian,
untuk memfokuskan perhatian pada masalah sebenarnya, dan bukan pada gejala yang muncul.
Agar dapat memfokuskan perhatian pada masalah sebenarnya, dan bukan pada gejala yang
muncul, maka dalam proses mendefiniskan suatu masalah, diperlukan upaya untuk mencari in-
formasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya, agar masalah dapat dide-finisikan dengan tepat.
Beberapa karakteristik dari pendefinisian masalah yang baik ada-lah (1) Fakta dipisahkan
dari opini atau spekulasi, dan data objektif dipi-sahkan dari persepsi; (2) Semua pihak yang
terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi; (3) Masalah harus dinyatakan secara eksplisit/
tegas. Hal ini seringkali dapat menghindarkan kita dari pembuatan definisi yang tidak jelas; (4)
Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas ada-nya ketidaksesuaian antara standar atau
harapan yang telah ditetapkan se-belumnya dan kenyataan yang terjadi; (5) Definisi yang dibuat
harus me-nyatakan dengan jelas, pihak-pihak yang terkait atau berkepentingan de-ngan
terjadinya masalah; dan (6) Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar.
Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah membuat alternatif pe-nyelesaian masalah. Pada tahap
ini, diharapkan dapat menunda untuk me-milih hanya satu solusi, sebelum alternatif yang ada diusulkan.
Penelitian yang pernah dilakukan dalam kaitannya dengan pemecahan masalah men-dukung pandangan bahwa
kualitas solusi yang dihasilkan akan lebih baik bila mempertimbangkan berbagai alternatif.
Karakteristik dari pembuatan alternatif masalah yang baik adalah (1) Semua alternatif yang ada
sebaiknya diusulkan dan dikemukakan ter-lebih dahulu sebelum kemudian dilakukannya evaluasi terhadap me-
reka; (2) Alternatif yang ada, diusulkan oleh semua orang yang terlibat dalam penyelesaian masalah. Semakin
banyaknya orang yang mengusulkan al-ternatif, dapat meningkatkan kualitas solusi dan penerimaaan
kelompok; (3) Alternatif yang diusulkan harus sejalan dengan tujuan atau kebijakan organisasi. Kritik dapat
menjadi penghambat baik terhadap proses orga-nisasi maupun proses pembuatan alternatif pemecahan
masalah; (4) Alter-natif yang diusulkan perlu mempertimbangkan konsekuensi yang muncul dalam jangka
pendek, maupun jangka panjang; (5) Alternatif yang ada sa-ling melengkapi satu dengan lainnya. Gagasan
yang kurang menarik, bisa menjadi gagasan yang menarik bila dikombinasikan dengan gagasan-gagasan
lainnya. Contoh: Pengurangan jumlah tenaga kerja, namun kepa-da karyawan yang terkena dampak diberikan
paket kompensasi yang me-narik; dan (6) Alternatif yang diusulkan harus dapat menyelesaikan ma-salah yang
telah didefinisikan dengan baik. Masalah lainnya yang mun-cul, mungkin juga penting. Namun dapat
diabaikan bila, tidak secara lang-sung mempengaruhi pemecahan masalah utama yang sedang terjadi.
Langkah ketiga dalam proses pemecahan masalah adalah mela-kukan evaluasi terhadap alternatif yang
diusulkan atau tersedia. Dalam ta-hap ini, kita perlu berhati-hati dalam memberikan bobot terhadap keun-
tungan dan kerugian dari masing-masing alternatif yang ada, sebelum membuat pilihan akhir. Seorang yang
terampil dalam melakukan pemecahan masalah, akan memastikan bahwa dalam memilih alternatif yang ada
dinilai berdasarkan (1) Tingkat kemungkinannya untuk dapat menyelesaikan masalah tanpa menyebabkan
terjadinya masalah lain yang tidak diperkirakan sebelum-nya; (2) Tingkat penerimaan dari semua orang yang
terlibat di dalamnya; (3) Tingkat kemungkinan penerapannya; (4) Tingkat kesesuaiannya de-ngan batasan yang
ada di dalam organisasi; misalnya budget, kebijakan perusahaan.
Karakteristik dari evaluasi alternatif pemecahan masalah yang baik adalah (1) Alternatif yang ada
dinilai secara relatif berdasarkan suatu stan-dar yang optimal, dan bukan sekedar standar yang memuaskan; (2)
Penila-ian terhadap alternatif yang ada dilakukan secara sistematis, sehingga se-mua alternatif yang diusulkan
akan dipertimbangkan; (3) Alternatif yang ada dinilai berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan organisasi dan
mempertimbangkan preferensi dari orang-orang yang terlibat didalamnya; (4) Alternatif yang ada dinilai
berdasarkan dampak yang mungkin ditim-bulkannya, baik secara langsung, maupun tidak langsung; dan (5)
Alterna-tif yang paling dipilih dinyatakan secara eksplisit/tegas.
Langkah terakhir dari metode ini adalah menerapkan dan menin-daklanjuti solusi yang telah diambil.
Dalam upaya menerapkan berbagai solusi terhadap suatu masalah, perlu lebih sensitif terhadap kemungkinan
terjadinya resistensi dari orang yang mungkin terkena dampak dari pene-rapan tersebut. Hampir pada semua
perubahan, terjadi resistensi. Karena itulah seorang yang piawai dalam melakukan pemecahan masalah akan
secara hati-hati memilih strategi yang akan meningkatkan kemungkinan penerimaan terhadap solusi
pemecahan masalah oleh orang yang terkena dampak dan kemungkinan penerapan sepenuhnya dari solusi
yang ber-sangkutan (Whetten & Cameron, 2002).
Karakteristik dari penerapan dan langkah tindak lanjut yang efektif adalah (1) Penerapan solusi
dilakukan pada saat yang tepat dan dalam urutan yang benar. Penerapan tidak mengabaikan faktor yang
membatasi dan tidak akan terjadi sebelum tahap 1, 2, dan 3 dalam proses pemecahan masalah dilakukan; (2)
Penerapan solusi dilakukan dengan menggunakan strategi "sedikit demi sedikit" dengan tujuan untuk
meminimalkan terjadi-nya resistensi dan meningkatkan dukungan; (3) Proses penerapan solusi meliputi juga
proses pemberian umpan balik. Berhasil tidaknya penerapan solusi, harus dikomunikasikan, sehingga terjadi
proses pertukaran infor-masi; (4) Keterlibatan dari orang-orang yang akan terkena dampak dari penerapan
solusi dianjurkan dengan tujuan untuk membangun dukungan dan komitmen; (5) Adanya sistim monitoring
yang dapat memantau pene-rapan solusi secara berkesinambungan. Dampak jangka pendek, maupun jangka
panjang diukur; dan (6) Penilaian terhadap keberhasilan penerapan solusi didasarkan atas terselesaikannya
masalah yang dihadapi, bukan karena adanya manfaat lain yang diperoleh dengan adanya penerapan so-lusi
ini. Sebuah solusi tidak dapat dianggap berhasil bila masalah yang menjadi pertimbangan yang utama tidak
terselesaikan dengan baik, walau-pun mungkin muncul dampak positif lainnya
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Baer, J. 1993. Creativity and Divergent Thinking: A Task Specific Approach. London: Lawrence
Erlbaum Associates Publisher.
http://deceng.wordpress.com/2008/06/09/teori-belajar-kognitif/
http://fisikaumm.blogspot.com/2009/01/psikologi-pembelajaran-kognitif.html
http://neozonk.blogspot.com/2008/02/teori-belajar.html
Diposting 13th December 2011 oleh MARWAN BAJANG LOMBOK
Label: Proses Kognitif Kompleks